Anda di halaman 1dari 5

NILAI DAN ETIKA DALAM KEPERAWATAN

A. Nilai Secara Umum


Ada beberapa pengertian tentang nilai, yitu sebagai berikut:
1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian
rupa oleh seseorang sesuai denagn tututan hati nuraninya (pengertian secara
umum)
2. Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang
kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau prilaku
yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna pada
kehidupan seseorang (simon,1973).
3. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran
atau keinginan mengenai ide-ide, objek, atau prilaku khusu (Znowski, 1974)
1. Nilai merupakan suatu ciri, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai-nilai membentuk dasar prilaku seseorang
2. Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola prilaku yang
konsisten.
3. Nilai-nilai menjadi kontrol internal bagi prilaku seseorang.
4. Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang
yang secara intelektual diyakinkan tentang sutu nilai serta memegang teguh dan
mempertahan kannya.
Untuk praktik sebagai perawat profesional, diperlukan nilai-nilai yang sesuai
dengan kode etik profesi, antara lain dengan:
1. Menghargai martabat individu tanpa prasangka.
2. Melindungi seseorang dalam hal privasi
3. Bertanggung jawab untuk segala tindakannya
Seorang perawat yang menghargai hak privasi pasien akan menerapkan kepada
pasien, sebagai berikut:
1. Menutup area untuk mandi dan pengobatan
2. Menutup pasien untuk prisedur tertentu
3. Menyediakan tempat konsultasi bagi pasien dcengan pemuka agama atau
anggota keluyarga yang sedang sedih
2.
1.
2.
3.
4.

Nilai- Nilai yang Sangat Diperlukan Oleh Perawat


Kejujuran
Lemah Lembut
Ketepatan setiap tindakan
Menghargai orang lain

3. Metode Mempelajari Nilai-Nilai


Menurut teori klasifikasai nilai-nilai, keyakinan atau sikap dapat menjadi suatu
nilai apabila keyakinan tersebut memenuhi tujuh kriteria sebagai berikut:
1. Menjunjung dan menghargai keyakkina dan rilaku seseorang

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menegaskan didepan umum , apabila cocok


Memilih dari berbagai alyernatif
Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensinya
Memilih secara bebas
Bertindak
bertindak denngan pola konsisten

4. Keyakinan
Ada beberapa pengertian tentang keyakinan, yaitu sebagi berikut:
1. Keyakinan adalah sesuatu yang diterima sebagai kebenaran melalui
pertimbangan dan kemungkinan, tidak berdasarkan kenyataan
2. Keyakinan merupakan pengorganisasian konsep kogniti, misalnya individu
memegang keyakinan yang dapat dibuktikan melalui kejadian yang dapat
dipercaya
3. tradisi rakyat atau keluarga merupakan keyakinan yng berjalan dari satu
generasi ke generasi yang lain
5. Sikap
Sikap adalh suasana perasaan atau sifat, dimana prilaku yang ditujukan kepada
orang, objek, kondisi atau situasi, baik secaa tradisional maupun nulai atau
keyakinan. Sikap dapat diajarkan melalui cara:
1. Memberi contoh, teladan atau model peran
Setiap individu belajar dari seperangkat contoh melaui prilaku orang lain yang
diterimanya,
2. Membujuk atau meyakinkan
Membujuk atau meyakinkan seseorang mempunyi dasar kognitf. Hal ini tidak
terkait dengan aspek emosional dari prilaku seseorang.
3. Mengajarkan melalui budaya
Budaya dan agama mempengaruhi prilaku seseorang tanpa pilihan. Setiap
individu dapat menerima keyakinan tersebut
4. pilihan terbatas
Prilaku seseorang dikontrol dengan membatasi pilihan seseorang dengan tidak
mempunyai pilihan secara bebas
5. Menetapkan melalui peraturan-peraturan
Ketentuan dan peraturan yang digunakan untuk mengontrol prilaku seseorang
adalah sebagai berikut:
1. Prilaku yang dipelajari biasanya dapat diterima secara sosial dan diterapkan
dalam situasi yang sama dengan waktu yang akan datang
2. Berprilaku dalam cara tertentu karena takut diberi sanksi, sehingga tidak
mempertimbangkan nilai benar atau salah
3. Menggunakan nilai untuk mengarahkan prilakunya, berarti dapat
membedakan baik dan buru, benar atau salah

6. mempertimbangkan dengan hati nurani


Orang sering mempelajari seperangkat norma prilaku yang dianggap benar.

Kegagalan untuk Mengikuti norma ( hati nurani ) dapat mengakibatkan perasaan


bersalah

PENGEMBANGAN DAN TRANSMISI NILAI-NILAI


Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh
dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang
perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang
nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan
nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana
mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai
cara antara lain:
1. Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau
buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan
masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul;
2. Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi
tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada
individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda;
3. Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan
sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan
memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan
mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan,
atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan
kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut;
4. Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan
penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan
mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik;
5. Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali
nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi.
Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan
menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.

B. Nilai Moral
Nilai moral tidak terpisah dari nilai-nilai jenis lainnya. Setiap nilai dapat
memperoleh suatu bobot moral, bola diikutsertakan dalam tingkah laku moral.
Kejujuran misalnya, merupakan suatu nilai moral, tetapi kejujuran itu sendiri
kosong bila tidak diterapkan pada nilai lain, seperti umpamanya nilai ekonomis
Walaupun nilai moral biasanya menumpang pada nilai- nilai lain, namun ia
tampak seperti sebuah nilai baru, bahkan sebagai nilai yang paling tinggi. Nilai
moral memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berakaitan dengan tanggung jawab kita
Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia. Yang khusus menandai nilai moral
adalah bahwa nilai ini berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung

jawab. Nilai-nilai moral mengakibatkan bahwa seseotang bersalah atau tidak


bersalah, karena ia bertanggung jawab. Suatu nilai moral hanya dapat
diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan yang sepenuhnya menjadi tanggung
jawab orang yang bersangkutan
2. Berkaitan dengan hati nurani
Semua nilai minta untuk diakui dan diwujudkan. Nilai selalu mengandung
semacam undangan atau imbauan. Salah satu ciri khas nilai moral adalah bahwa
hanya nilia ini menimbulkan suara dari hati nurani yang menuduh kita bila
mita meremehkan atau menentang nilai-nilai moral dan memuji kita bila
mewujudkan nilia-nilia moral.
3. Mewajibkan
Berhubungan erat dengan ciri bahwa nilai-nilai moral mewajibkan kita secara
absolut dan dengan tidak bisa ditawar-tawar. Dalam nilai moral terkandung suatu
imperatif kategoris, Sedangkan nilai-nilai lainnya hanya berkaitan dengan
imperatif hipotesis. Artinya, kalu kita ingin merealisasikan nili-nilai lain kita harus
menempuh jalan tertentu.
4. Bersifat formal
Nilai moral tidak merupakan sutau jenis nilai yang bisa ditempatkan begitu saja
disamping nilai-nilai jenis lainnya. Nilai-nilai moral tidak membentuk suatu
kawasan khusus yang terpisah dari nilai-nilai lain. Nilai-nilia moral tidak memiliki
isi tersendiri, terpisah dari nilai-nilai lain. Tidak ada nilai-nilai moral yang
murni, terlepas dari nilai-nilai lain. Hal itulah yamg kita maksudakan dengan
mengatakan bahwa nilai moral bersifat formal.

C. Norma Moral
Dalam bahasa latin arti yang pertama adalah Carpenters square: siku-siku yang
dipakai tukang kayu untuk mengcek apakah benda yang dikerjakan sungguhsungguh lurus. Asal-usul ini membantu kita untuk mengerti maksudnya. Dengan
norma kita maksudkan aturan atau kaidah yang kita pakai sebagai tolak ukur
untuk mengukur sesuatu. Ada tiga macam norma umum, yaitu norma kesopanan
atau etiket, norma hukum dan norma moral. Etiket misalnya benar-benar
mengandung norma yang mengatakan apa yang harus kita lakukan. Norma
hukum juga merupakan norma penting yang menjadi kenyataan dalam setiap
masyarakat. Norma moral menentukan apakah prilaku kita baik atau buruk dari
sudut etis. Karena itu norma moral merupakan norma tertinggi, yang tidak bisa
ditaklukan pada norma lain.
Masalah-masalah yang biasa disebut relativisme moral

1. Relativisme moral tidak Tahan uji


Norma-norma moral tidak pernah mengawang-awang diudara, tapi tercantum

dalam suatu sistem etis yang menjadi bagian suatu kebudayaan. Dengan
relativisme moral dimaksudkan pendapat bahwa moralitas sama saja dengan
adat kebiasaan, sehingga suatu etika tidak lebih baik daripada etika lain.
Relativisme moral tidak tahan uji, jika diperiksa secara kritis. Kritik ini bisa
dijalankan dengan memperlihatkan konsekuensi-konsekuensi yang mustahil.
2. Norma moral bersifat obyektif dan universal
Norma moral pada dasarnya absolut, maka mudah diterima juga bahwa norma
itu bersifat obyektif dan universal
a. Obyektifitas norma moral
b. Universalitas Norma Moral
3. Menguji norma moral
Tes yang paling penting yang kita miliki untuk menguji benar tidaknya norma
moral adalah generalisasi norma. Norma moral adalah benar jik bisa
digeneralisasikan dan tidak benar jika tidak bisa digeneralisasikan .
Menggeneralisasikan norma berarti memperlihatkan bahwa norma itu berlaku
untuk semua orang. Bila bisa ditujukan bahwa suatu norma bersifat umum, maka
norma itu sah sebagai norma moral.
4. Norma dasar terpenting: Martabat manusia
Dalam mengusahakan refleksi tentang martabat manusia ini sekali lagi kita
mengikuti filsuf jerman, Imanuel Kant. Menurut kant, kita harus menghargai
martabta manusia, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang
merupakan tujuan pada dirinya. Benda jasmani kita gunakan untuk tujuan-tujuan
kita.

Anda mungkin juga menyukai