PENDAHULUAN
3
menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul
pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional
lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan
mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.
Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota
kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan
merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat
pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya
mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang
dianutnya.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan nilai dalam pelayanan kebidanan?
2. Apa yang dimaksud dengan penyerapan atau pembentukan nilai
dalam pelayanan kebidanan?
3. Apa yang dimaksud dengan nilai personal atau pribadi dan nilai
luhur profesi dalam pelayanan kebidanan?
4. Apa saja konsep kebijaksanaan dan pertimbangan nilai-nilai dalam
pelayanan kebidanan?
1.3.Tujuan
1.4. Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2. Penyerapan Atau Pembentukan Nilai
2.3. Nilai personal dan nilai luhur profesi dalam pelayanan kebidanan
6
yang professional dapat memberikan pelayanan pada klien dengan
berdasarkan kebenaran, kejujuran, serta ilmu yang diperoleh agar
tercipta hubungan yang baik antara bidan dan klien.
Nilai luhur bukan hanya diterapkan pada klien saja, tetapi juga
pada rekan – rekan seprofesi, tenaga kesehatan lainnya, serta masyarakat
secara umum. Sebab hubungan yang dijalin berdasarkan nilai – nilai
luhur dapat membantu dalam peningkatan paradigma kesehatan,
khususnya dalam praktek kebidanan.Nilai – nilai luhur yang sangat
diperlukan oleh bidan yaitu :
Kejujuran
Lemah lembut
Ketetapan setiap tindakan
Menghargai orang lain
C. Menurut Scein EH
Terikat dengan pekerjaan seumur hidup.
Mempunyai motifasi yang kuat atau panggilan sebagai landasan
pemilihan kariernya dan mempunyai komitmen seumur hidup.
Memiliki kelompok ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus
melalui pendidikan dan pelatihan.
7
Mengambil keputusan demi kliennya, berdasarkan aplikasi
prinsip-prinsip dan teori.
Berorientasi pada pelayanan menggunakan keahlian demi
kebutuhan klien.
Pelayanan yang diberikan kepada klien berdasarkan kebutuhan
objektif klien.
Lebih mengetahui apa yang baik untuk klien mempunyai otonomi
dalam mempertahankan tindakannya.
Membentuk perkumpulan profesi peraturan untuk profesi.
Mempunyai kekuatan status dalam bidang keahliannya,
pengetahuan mereka dianggap khusus.
A. Pilihan
1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan
setiap individu.
2) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada, asuhan yang
diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi
hendaknya perlakuan yang diberikan mempertimbangkan
sebagaimana kita ingin diperlakukan.
3) Keyakinan terhadap penghormatan terhadap martabat seseorang
akan merupakan konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.
B. Penghargaan
1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan
merasa senang bila mengetahui asuhan yang anda berikan dihargai
pasien atau klien serta sejawat supervisor memberikan pujian atas
keterampilan hubungan interpersonal yang terjadi.
2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang
tidak bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana
mestinya.
8
C. Tindakan
1) Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan
sehari-hari
2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia
dalam kehidupan pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa
sensitif atas tindakan yang dilakukan. Semakin disadari nilai-nilai
profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan
serta selalu konsisten untuk mempertahankannya.
9
dengan pasien atau sejawat, merupakan suatu kebahagiaan bila
didasari etika. Perspektif asuhan meliputi :
1) Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan.
2) Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap
martabat klien atau ibu sebagai manusia.
3) Mau mendegarkan dan mengolah saran-saran dari orang lain
sebagai dasar yang mengarah pada tanggung jawab profesional.
4) Mengingat kembali arti tanggung jawab moral yang meliputi
kebajikan seperti kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih
sayang menerima kenyataan.
10
terdapat pengenaan sanksi apabila ada pelanggaran yang berupa
sanksi administratif, seperti penurunan pangkat, pencabutan izin
atau penundaan gaji.
11
membentuk suatu mekanisme kerja pelayanan yang baik. Masih
sering dijumpai pelayanan bidan dengan seadanya, lamban dengan
disertai adanya pemungutan biaya yang mahal. Oleh karena itu,
diperlukan penegakan hukum terhadap pelanggaran kode etik
bidan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian hukum mengenai Penegakan Hukum
Terhadap Pelanggaran Kode Etik Bagi Bidan Dalam Menjalankan
Profesinya Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam upaya mendorong profesi kebidanan agar dapat diterima
dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka
harus memanfaatkan konsep kebijakan dan pertimbangan nilai personal
dan nilai luhur profesi dalam pelayanan kebidanan dalam menerapkan
etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya. Dengan demikian perawat atau bidan yang menerima
tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan atau
kebidanan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja
sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan
dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan
terhadap hak-hak pasien, akan berdampak terhadap peningkatan
kualitas asuhan keperawatan kebidanan.
3.2. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Asmawati dan Rahayu Sri Amri. 2011. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan.
Pustaka Refleksi Pengerak Peradapan. Makassar
Diah Rifida, 2015. Etika Profesi Kebidanan Nilai Personal dan Nilai Luhur
Profesi Dalam Pelayanan Kebidan
ETIKA PROFESI KEBIDANAN NILAI PERSONAL DAN NILAI LUHUR PROFESI DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN – diahrofida (wordpress.com)
14