Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Profesi kebidanan dewasa ini sangat diminati karena bidang


pelayanan kesehatan masyarakat masih banyak membutuhkan tenaga-
tenaga kesehatan profesional yang berkompeten di bidang pelayanan
kesehatan. Kebidanan termasuk posisi vital dalam dunia pelayanan
kesehatan selain dokter. Menjadi bidant profesional membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan khusus.

Namun, dalam menjalankan profesinya sebagai bidan, bidan


dituntut memahami dan menerapkan nilai personal dan nilai luhur
profesi dalam pelayanan kebidanan serta hukum kesehatan yang
mengatur relasinya baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
dokter, tenaga medis yang lain, pasien/klien, dan masyarakat secara
keseluruhan. Tujuan bidan adalah menyelamatkan ibu dan anak atau
sesama manusia. Tugas ini sangatlah mulia sehingga dalam
menjalankan tugasnya, bidan tidak bisa dilepaskan dari kode etik bidan
dan hukum kesehatan serta nilai personal dan nilai luhur profesi dalam
pelayanan kebidanan di manapun bidan itu berada dan bekerja.

Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan yang semakin maju


telah membawa manfaat yang besar untuk terwujudnya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Kemajuan tersebut menyebabkan
timbulnya berbagai permasalahan antara lain mahalnya pelayanan
medik. Selain itu terjadi pula perubahan tata nilai dalam masyarakat,
yaitu masyarakat semakin kritis memandang masalah yang ada
termasuk menilai pelayanan yang diperolehnya.

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,


mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh
masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai
baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai
sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau
tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran
apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat
perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih

3
menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul
pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional
lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan
mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.
Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota
kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan
merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat
pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya
mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang
dianutnya.

1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan nilai dalam pelayanan kebidanan?
2. Apa yang dimaksud dengan penyerapan atau pembentukan nilai
dalam pelayanan kebidanan?
3. Apa yang dimaksud dengan nilai personal atau pribadi dan nilai
luhur profesi dalam pelayanan kebidanan?
4. Apa saja konsep kebijaksanaan dan pertimbangan nilai-nilai dalam
pelayanan kebidanan?

1.3.Tujuan

1. Mahasiswa mampu memberikan pengertian nilai.


2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penyerapan atau
pembentukan nilai.
3. Mahasiswa mampu membedakan antara nilai personal dan nilai
luhur profesi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang apa saja konsep
kebijaksanaan dan pertimbangan nilai dalam pelayanan kebidanan.

1.4. Manfaat

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian nilai.


2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tentang
menjelaskan tentang penyerapan atau pembentukan nilai.
3. Agar mahasiswa dapat membedakan antara nilai personal dan nilai
luhur profesi.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tentang apa saja
konsep kebijaksanaan dan pertimbangan nilai dalam pelayanan
kebidanan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Nilai

Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang


penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada
sikap/prilaku seseorang. Sistim nilai dalam suatu organisasi adalah
tentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai
perilaku personal. Nilai merupakan milik setiap pribadi yang mengatur
langkah-langkah yang seharusnya dilakukan karena merupakan
ungkapan dari hati nurani yang dalam dan diperoleh seseorang sejak
kecil.

Nilai dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan, yang kala ini


mendapat perhatian khusus, terutama bagi para petugas kesehatan
karena perkembangan peran menjadikan mereka lebih menyadari nilai
dan hak orang lain. Klasifikasi nilai-nilai adalah suatu proses dimana
seorang dapat menggunakannya untuk mengidentifikasi nilai-nilai
mereka sendiri, seorang bidan dalam melaksanakan asuhan
kebidanannya. Selain menggunakan ilmu kebidanan yang ia miliki juga
diperkuat oleh nilai yang ada didalam diri mereka.

Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang menarik,


sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai,
sesuatu yang diinginkan. Nilai mempunyai beberapa macam makna
atau pengertian, yaitu :

a. Mengandung nilai (artinya berguna);


b. Merupakan nilai (artinya baik atau benar atau indah);
c. Mempunyai nilai (artinya merupakan objek keinginan, mempunyai
kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap
menyetujui atau mempunyai sifat nilai tertentu);
d. Memberi nilai (artinya menanggapi sesuatu sebagai hal yang
diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu).

Nilai mempunyai tiga ciri :

a. Berkaitan dengan subyek.


b. Tampil dalam suatu nilai yang praktis karena subyek ingin membuat
sesuatu.
c. Nilai menyangkut pada sifat yang ditambah oleh subyek pada sifat
yang dimilik \obyek.

5
2.2. Penyerapan Atau Pembentukan Nilai

Menurut Kaelan, 2002 bahwa nilai itu pada hakekatnya adalah


sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek, bukan obyek itu
sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas
yang melekat pada sesuatu itu.. Dengan demikian maka nilai itu adalah
suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan
lainnya. Adanya nilai itu karena adanya kenyataan-kenyataan lain
sebagai pembawa nilai (wertrager). Menilai berarti menimbang, yaitu
suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu
yang lain, kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan
itu merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau
tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau
tidak indah. Keputusan nilai yang dilakukan oleh subyek penilaian
berhubungan dengan unsur-unsur yang ada pada manusia sebagai
subyek penilai, yaitu unsurunsur jasmani, akal, rasa, karsa (kehendak)
dan kepercayaan.. Sesuatu itu dikatakan bernilai apabila sesuatu itu
berharga, benar, indah, baik, dan lain sebagainya.

Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan,


dambaan-dambaan dan keharusan. Apabila membicarakan tentang nilai,
maka sebenarnya membicarakan tentang hal yang ideal dan tentang hal
yang merupakan cita-cita, harapan, dambaan dan keharusan. Berbicara
tentang nilai berarti berbicara tentang das Sollen, bukan das Sein. Nilai
termasuk di dalam bidang makna normatif, dan termasuk di dalam
dunia ideal dan bukan dunia real. Meskipun demikian, diantara
keduanya, antara das Sollen dan das Sein, antara dunia ideal dan dunia
real itu harus saling berhubungan atau saling terkait secara erat. Artinya
bahwa das Sollen itu harus menjelma menjadi das Sein, yang ideal
harus menjadi real, yang bermakna normatif harus direalisasikan dalam
perbuatan sehari-hari yang merupakan fakta.

2.3. Nilai personal dan nilai luhur profesi dalam pelayanan kebidanan

Merupakan suatu keyakinan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh


setiap orang, dimana sikap-sikap tersebut berupa kebaikan, kejujuran,
kebenaran yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta
makna pada kehidupan seseorang.

Nilai luhur dalam pelayanan kebidanan yaitu suatu penerapan


fungsi nilai dalam etika profesi seorang bidan, dimana seorang bidan

6
yang professional dapat memberikan pelayanan pada klien dengan
berdasarkan kebenaran, kejujuran, serta ilmu yang diperoleh agar
tercipta hubungan yang baik antara bidan dan klien.

Seorang bidan harus mampu menerapkan nilai – nilai luhur


dimanapun dan kapanpun dia memberikan pelayanan kebidanan. Karena
nilia luhur dalam praktek kebidanan sangat menunjang dalam proses
pelayanan serta pemberian asuhan pada klien.
Nilai luhur yang dimiliki oleh setiap orang mempunyai kadar yang
berbeda. Nilai luhur tergantung oleh setiap individu, bagaimana cara
individu menerapakan dan mengelola dalam kehidupannya.

Nilai luhur bukan hanya diterapkan pada klien saja, tetapi juga
pada rekan – rekan seprofesi, tenaga kesehatan lainnya, serta masyarakat
secara umum. Sebab hubungan yang dijalin berdasarkan nilai – nilai
luhur dapat membantu dalam peningkatan paradigma kesehatan,
khususnya dalam praktek kebidanan.Nilai – nilai luhur yang sangat
diperlukan oleh bidan yaitu :

 Kejujuran
 Lemah lembut
 Ketetapan setiap tindakan
 Menghargai orang lain

Menurut para ahli sebagai berikut :

A. Menurut T. Raka Joni, 1980 adalah sebagai berikut ;


 Menguasai visi yang mendasari keterampilan.
 Mempunyai wawasan filosofi.
 Mempunyai pertimbangan yang rasional
 Memiliki sifat yang positif serta mengembangkan mutu kerja.

B. Menurut CV. Good


 Memerlukan persiapan dan pendidikan khusus bagi pelaku.
 Memiliki kecakapan yang profsional sesuai persyaratan yang
telah dibakukan (organisasi profesi, pemerintah).
 Mendapat pengakuan dari masyarakat dan pemerintah.

C. Menurut Scein EH
 Terikat dengan pekerjaan seumur hidup.
 Mempunyai motifasi yang kuat atau panggilan sebagai landasan
pemilihan kariernya dan mempunyai komitmen seumur hidup.
 Memiliki kelompok ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus
melalui pendidikan dan pelatihan.

7
 Mengambil keputusan demi kliennya, berdasarkan aplikasi
prinsip-prinsip dan teori.
 Berorientasi pada pelayanan menggunakan keahlian demi
kebutuhan klien.
 Pelayanan yang diberikan kepada klien berdasarkan kebutuhan
objektif klien.
 Lebih mengetahui apa yang baik untuk klien mempunyai otonomi
dalam mempertahankan tindakannya.
 Membentuk perkumpulan profesi peraturan untuk profesi.
 Mempunyai kekuatan status dalam bidang keahliannya,
pengetahuan mereka dianggap khusus.

2.4. Kebijaksanaan Nilai Dalam Pelayanan Kebidanan

Klarifikasi Nilai (values) merupakan suatu proses dimana


seseorang dapat mengerti sistem nilai-nilai yang melekat pada dirinya
sendiri. Seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui
perasaan dan analis yang pilihanya dan muncul alternatif-alternatif,
apakah pilihan-pilihan ini yang sudah dianalisis secara rasional atau
merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya. Ada tiga fase dalam
klarifikasi nilai-nilai yang perlu dipahami oleh bidan :

A. Pilihan
1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan
setiap individu.
2) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada, asuhan yang
diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi
hendaknya perlakuan yang diberikan mempertimbangkan
sebagaimana kita ingin diperlakukan.
3) Keyakinan terhadap penghormatan terhadap martabat seseorang
akan merupakan konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.

B. Penghargaan
1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan
merasa senang bila mengetahui asuhan yang anda berikan dihargai
pasien atau klien serta sejawat supervisor memberikan pujian atas
keterampilan hubungan interpersonal yang terjadi.
2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang
tidak bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana
mestinya.

8
C. Tindakan
1) Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan
sehari-hari
2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia
dalam kehidupan pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa
sensitif atas tindakan yang dilakukan. Semakin disadari nilai-nilai
profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan
serta selalu konsisten untuk mempertahankannya.

2.5. Pertimbangan Nilai Dalam Pelayanan Kebidanan

Bidan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan


asuhan kebidanan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang
etis dalam praktik asuhan kebidanan. Pengetahuan tentang perilaku etis
dimulai dari pendidikan bidan dan berlanjut pada forum atau kegiatan
ilmiah baik formal atau non formal dengan teman, sejawat, profesi lain,
maupun masyarakat. Salah satu perilaku etis dalam membantu
memecahkan masalah klien. Dalam membantu pemecahan masalah ini
bidan menggunakan dua pendekatan dalam asuhan kebidanan.

A. Pendekatan berdasarkan prinsip


Pendekatan berdasarkan prinsip sering dilakukan dalam etika
kedokteran atau kesehatan untuk menawarkan bimbingan tindakan
khusus. Menurut Beauchamp Childress, menyatakan ada empat
pendekatan prinsip dalam etika kesehatan :
1) Tindakan sebaiknya mengarah sebagai penghargaan terhadap
kapasitas otonomi setiap orang.
2) Menghindarkan berbuat suatu kesalahan.
3) Dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan
segala konsekuensinya.
4) Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.
Dilemma etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip
menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak.

B. Pendekatan berdasarkan asuhan Bidan


Bidan memandang care atau asuhan sebagai dasar dan
kewajiban moral. Hubungan bidan dengan pasien merupakan pusat
pendekatan berdasarkan asuhan, dimana memberikan perhatian
khusus kepada pasien. Perspektif asuhan memberikan arah dengan
cara bagaimana bidan dapat berbagai waktu untuk duduk bersama

9
dengan pasien atau sejawat, merupakan suatu kebahagiaan bila
didasari etika. Perspektif asuhan meliputi :
1) Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan.
2) Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap
martabat klien atau ibu sebagai manusia.
3) Mau mendegarkan dan mengolah saran-saran dari orang lain
sebagai dasar yang mengarah pada tanggung jawab profesional.
4) Mengingat kembali arti tanggung jawab moral yang meliputi
kebajikan seperti kebaikan, kepedulian, empati, perasaan kasih
sayang menerima kenyataan.

Dalam rangka penempatan terhadap jenis tenaga kesehatan


tertentu ditetapkan kebijaksanaan melalui pelaksanaan masa bakti
terutama bagi tenaga kesehatan yang sangat potensial di dalam
kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan. Disamping itu tenaga
kesehatan tertentu yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi
pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai dengan kompetensi
pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak
dan kewajibarnya. Kompetensi dan kewenangan tersebut
menunjukan kemampuan professional yang baku dan merupakan
standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut.

Dari sejumlah tenaga medis tersebut, bidan merupakan


salah satu unsur tenaga medis yang berperan dalam mengurangi
angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan, baik dalam proses
persalinan maupun dalam memberikan penyuluhan atau panduan
bagi ibu hamil. Melihat besarnya peranan bidan tersebut, maka
haruslah ada pembatasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban
dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan bidan tersebut. Maka,
dibuatlah Kode Etik bidan, dimana kode etik tersebut merupakan
suatu pernyataan kemprehensif dan profesi yang memberikan
tuntutan bagi anggota untuk melaksanakan praktek profesinya, baik
yang berhubungan dengan klien sebagai individu, keluarga,
masyarakat, maupun terhadap teman sejawat, profesi dan diri
sendiri, sebagai kontrol kualitas dalam praktek kebidanan.

Untuk melengkapi peraturan yang ada, maka dibuatlah


sebuah kode etik yang dibuat oleh kelompok-kelompok profesi
yang ada di bidang kesehatan, dengan ketentuan pokok bahwa
peraturan yang dibuat tersebut tidak bertentangan dengan peraturan
yang ada di atasnya. Contoh kode etik profesi adalah kelompok
dokter yang mempunyai kode etik kedokteran, dan untuk kelompok
bidan mempunyai kode etik kebidanan. Dalam kode etik tersebut

10
terdapat pengenaan sanksi apabila ada pelanggaran yang berupa
sanksi administratif, seperti penurunan pangkat, pencabutan izin
atau penundaan gaji.

Proses implementasi kebijakan dapat dirumuskan sebagai


tindakan-tindakan baik dari institusi pemerintah maupun swasta
atau kelompok masyarakat yang diarahkan oleh keinginan untuk
mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan di dalam kebijakan.
Sedangkan implementasi adalah memahami apa yang senyatanya
terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan.
Fokus perhatian inplementasi kebijakan mencakup kejadian-
kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah
diberlakukannya kebijakan negara, baik usaha untuk
mengadministrasikannya maupun akibat/dampak nyata pada
masyarakat. Kebijakan ditransformasikan secara terus menerus
melalui tindakan-tindakan implementasi sehingga secara simultan
mengubah sumber-sumber dan tujuan-tujuan yang pada akhirnya
fase implementasi akan berpengaruh pada hasil akhir kebijakan.
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang langsung memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, seorang bidan harus
melakukan tindakan dalam praktek kebidanan secara etis, serta
harus memiliki etika kebidanan yang sesuai dengan nilai-nilai
keyakinan filosofi profesi dan masyarakat. Selain itu bidan juga
berperan dalam memberikan persalinan yang aman, memastikan
bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan,
ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman
dan bersih.

Dalam melakukan praktek kebidanan, seorang bidan


berpedoman pada KEPMENKES Nomor 900/ MENKES/ S/ VII/
2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan. Tugas dan wewenang
bidan terurai dalam Bab V Pasal 14 sampai dengan Pasal 20, yang
garis besarnya adalah : bidan dalam menjalankan prakteknya
berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi
pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana, dan
pelayanan kesehatan masyarakat.. Sebagai pedoman dan tata cara
dalam pelaksanaan progesi, sesuai dengan wewenang peraturan
kebijaksanaan yang ada, maka bidan harus senantiasa berpegang
pada kode etik bidan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Hal yang dilematis terjadi ketika kebutuhan masyarakat


terhadap pelayanan kesehatan meningkat, terutama pelayanan
bidan, tidak dibarengi oleh keahlian dan keterampilan bidan untuk

11
membentuk suatu mekanisme kerja pelayanan yang baik. Masih
sering dijumpai pelayanan bidan dengan seadanya, lamban dengan
disertai adanya pemungutan biaya yang mahal. Oleh karena itu,
diperlukan penegakan hukum terhadap pelanggaran kode etik
bidan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian hukum mengenai Penegakan Hukum
Terhadap Pelanggaran Kode Etik Bagi Bidan Dalam Menjalankan
Profesinya Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam upaya mendorong profesi kebidanan agar dapat diterima
dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka
harus memanfaatkan konsep kebijakan dan pertimbangan nilai personal
dan nilai luhur profesi dalam pelayanan kebidanan dalam menerapkan
etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya. Dengan demikian perawat atau bidan yang menerima
tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan atau
kebidanan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja
sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan
dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan
terhadap hak-hak pasien, akan berdampak terhadap peningkatan
kualitas asuhan keperawatan kebidanan.

3.2. Saran

Dengan adanya Materi pembelajaran ini hendaknya pembaca


khususnya mahasiswa kebidanan lebih memahami tentang konsep
kebijakan dan pertimbangan nilai personal dan nilai luhur profesi dalam
pelayanan kebidanan dan hukum kesehatan.

Mahasiswa dan bidan dapat mengaplikasikannya dalam


kehidupan sehari-hari maupun dalam praktik kebidanan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asmawati dan Rahayu Sri Amri. 2011. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan.
Pustaka Refleksi Pengerak Peradapan. Makassar

Diah Rifida, 2015. Etika Profesi Kebidanan Nilai Personal dan Nilai Luhur
Profesi Dalam Pelayanan Kebidan

ETIKA PROFESI KEBIDANAN NILAI PERSONAL DAN NILAI LUHUR PROFESI DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN – diahrofida (wordpress.com)

Konsep Etik dan Hukum Kesehatan – Nanda Ayu Wulandari Keperawatan


Universitas Abdurrab Pekanbaru (wordpress.com)

14

Anda mungkin juga menyukai