Dosen Pembimbing:
Ns. Rahmi Ramadhan M.Kep
Oleh Kelopok 2:
Annisa Nabila Furty Nanda Ardila
Cendani Ul Putri Nola Anggraini Putri
Desirwan Saputra Novela Gusti Anggraini
Fiki Alfrio Nandes Norva Oslin
Habibul Azmi Putri Rindi Ani
Hafifah Fadilatul Hayati Rema Hayati
Melda Juliani Silvy Tri Febri Yenti
Mutia Fadillah Sintia Ayulia
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat,serta penyertaan-Nya, sehingga tugas makalah kami yang berjudul ”
PENGKAJIAN PADA ANAK DENGAN KEKERASAN FISIK, METAL DAN
SEKSUAL” ini dapat kami selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.Kami
menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat kekurangan
dan kekeliruan dalam penulisan tugas makalah ini. Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.Akhir
kata, semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan sebagaimana mestinya.
penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………..i
DAFTAR ISI…….………………………………………….……………..ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….…1
1.1 Latar belakang………………..…………………………………………1
1.2 Rumusan masalah…………..…………………………………………...1
1.3 Tujuan...…………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..2
2.1 Laporan Pendahuluan Kekerasan Pada Anak……………..…………....2
2.2 Dasar Hukum Pelindungan Anak………………………………………7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Kata Pengantar
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
remaja yang sangat mendalam seperti merasa rendah diri, tidak memiliki
percaya diri, suka menyendiri, tidak punya teman, tidak lancar dalam
sekolah, dan sebagainya
Kekerasan seksual
Merupakan kekerasan yang paling berat pada anak. Kekerasan ini
seringkali terkait dengan turisme dan pelacuran, komersial maupun non-
komersial. Sexual abuse atau melibatkan anak pada setiap tindakan yang
dimaksudkan untuk kepuasan sexual orang dewasa. Sexual abuse mungkin
dilakukan oleh anggota keluarga (incest), kenalan atau setidak-tidaknya
orang asing
D. Manifestasi Klinik
3
Memar. Memar adalah manifestasi penyiksaan anak yang paling sering dan
mungkin terdapat pada setiap permukaan tubuh. Memar kecelakaan dari
dampak trauma, paling mungkin ditemukan pada permukaan utama yang
melapisi tepi permukaan tulang , seperti tulang betis, lengan bawh, pinggul
dan kening.
Fraktur Fraktur paling sering diakibatkan karena luka renggutan atau
tarikan yang mencederai metafisis. Tanda klasik pada penyiksaan anak
adalah fraktur retak dimana sudut metafisis tulang panjang terpecah sampai
epifisis dan periosteum.
Rambut yang ditarik Rambut yang ditarik menyebabkan alopesia dimana
rambut putus dengan panjang yang tidak sama. Bayi yang tersia-sia ,
dibiarkan berbaring terlentang, mungin mempunyai daerah kehilangan
rambut dibagian belakang kepala. Adanya memar, jaringan parut dan
fraktur pada berbagai stadium penyembuhan sangat member kesan
penyiksaan.
Luka bakar Sekitar 10 % kasus penyiksaan fisik mencakup luka bakar.
Bentuk dan gambaran luka bakar dapat didiagnostik bila menggambarkan
pola geometrik suatu objek atau metode jejas.
Trauma kepala Penyebab kematian paling sering dari peyiksaan fisik
adalah trauma kepala. Kepala, muka, atau isi cranium terjejas pada 29%
laporan penyiksaan anak dari rumah sakit anak. Lebih dari 95% luka
intrakranial yang serius selama usia 1 tahun pertama adalah akibat
penyiksaan.
Jejas intra-abdomen Jejas intra-abdomen menyebabkan penyebab kematian
yang paling lazim kedua pada anak-anak yang dipukul berulang.-ulang.
Anak yang terkena mungkin datang dengan muntah berulang, kembung
perut, tidak ada suara usus, nyeri setempat atau syok.
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:
Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan
umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakukan dengan memperhatikan
4
vulva, himen, dan anus anak. Perilaku nonspesifik adalah langkah bunuh
diri, rasa takut pada suatu individu atau tempat, mimpi buruk, gangguan
tidur, regresi, agresi, perilaku pendiam, gangguan stres pasca-trauma, harga
diri rendah, depresi, kinerja sekolah jelek, melarikan diri, pengrusakan diri,
kecemasan, penyebab kebakaran, kepribadian ganda, somatisasi, fobia,
trauma, prostitusi, penyalahgunaan obat, gangguan makan, dismonorrea,
dan dispareunia.
5
pelaporan serta tanggap terhadap kebutuhan anak tersiksa atau terabaikan dan
keluarganya. Tim ini harus termasuk dokter ahli anak,pekerja rumah
sakit,perawat anak,psikolog atau psikiater dan koordinator. Evaluasi dan
penatalaksanaan sexual abuse adalah serupa, tetapi lebih kompleks
daripada,evaluasi dan penatalaksanaan kejahatan (penyiksaan) fisik.
Kejahatan seksual dipandang suatu pelanggaran kriminal dan diperiksa oleh
polisi. Semua korban sexual abuse memerlukan dukungan psikologis. Orang
tua, keluarga, dan saudara kandung mungkin menyangkal tuduhan anak dan
memarahi atau menghukum anak karena melaporkan kejadian. Pencegahan
Pencegahan primer penyiksaan adalah mengidentifikasi orang tua risiko tinggi
yang tidak mampu menerimam,cinta,dan merawat secara tepat anaknya.
Riwayat yang diambil dari semua orang tua harus meliputi informasi
mengenai perencanaan kehamilan dan sikap mengenai anak dan tehnik
perawatan anak. Pencegahan primer sexual abuse mulai dengan mengajari
anak nama-nama semua bagian badan yang tepat, termasuk nama, fungsi dan
arti “bagian privat” (puting susu, genitalia, dan rektum). Anak harus dididik
mengatakan “tidak” untuk disentuh oleh seseorang pada daerah-daerah ini dan
melaporkan semua tindakan yang membuatnya tidak menyenangkan pada
orang dewasa yang dipercaya
6
4) Hak untuk berpartisipasi dalam mengembangkan seni-budaya, bebas untuk
bersuara, medapat segala macam informasi dan hak untuk didengar.
Di Indonesia pada tahun 1998 dibentuk sebuah Lembaga Perlindungan
Anak (LPA) dibeberapa kota besar yang pada saat ini masih di dalam tahap
konsolidasi bentuk organisasi. Demikian pula sebuah Pusat Data & Informasi
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Pusdatin KOMNAS PA) dibentuk untuk
memonitor kejadian tentang perlakuan salah dengan kekerasan maupun
penelantaran anak, merangkum artikel kliping yang masuk ke dalam BERITA
ANAK, sebuah mingguan untuk kemudian melakukan investigasi setempat
(on site) apabila diperlukan. Peran media inilah diharapkan akan berperan
untuk memberikan dukungan uang positif dan cepat bagi LPA untuk bertindak
cepat menangani masalah yang timbul di masyarakat.Berbagai kasus yang
direkam di masukkan ke beberapa kategori, antara lain : penelantaran,
perlakuan, salah secara seksual, perdagangan anak, penculikan anak,
kekerasan terhadap anak, tawuran pelajar, kecelakaan pada anak, peradilan
anak, overdosis, narkoba, anak rawan gizi, anak pengungsi, dikelompokkan
melalui kliping dengan rangkaian media cetak yang siap memberikan
informasi luas terjadinya perlakuan salah dengan kekerasan pada anak dengan
harapan segera mendapatkan perhatian khalayak amai untuk dapat
diselesaikan. Telah terbit pula sejak awal tahun 2000 sebuah majalah dengan
nama “ANALISIS” tentang KOMNAS PA telah menerbitkan pula sebuah
majalah.
BAB III
PENUTUP
7
3.1. Kesimpulan
kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa/anak yang lebih tua dengan
menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang
seharusnya menjadi tanggung jawab/pengasuhnya, yang berakibat penderitaan,
kesengsaraan, cacat atau kematian. Kekerasan anak lebih bersifat sebagai bentuk
penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak.
Kekerasan pada anak meliputi “ABUSE”, yaitu suatu tindakan dengan sengaja atau
tidak melakukan sesuatu sehingga berakibat sakit / cedera tertentu bahkan kematian
seorang anak.
Fenomena kekerasan pada anak bagaikan lapisan gunung es di laut. Hanya
sedikit yang dilaporkan. Hal ini terjadi karena pelaku tindak kekerasan pada anak
sebagian besar adalah orang atau keluarga terdekat, bahkan tidak sedikit yang
dilakukan oleh orang tua. Bagaikan simalakama bila pelaku orangtuanya, dilaporkan
masalah karena orang tua yang mencari nafkah, tidak dilaporkan menjadi rumit,
karena telah melanggar aturan dan merugikan dan membahayakan anak.
Menjadi tugas bagi para daiyah untuk menyadarkan kepada masyarakat,
khususnya orang tua dampak terjadinya kekerasan pada anak. Trauma yang dialami
akan mempengaruhi tumbuh kembang dan kehidupannya kelak. Upaya strategis
yang harus dilakukan adalah pencegahan. Meskipun demikian, upaya solutif dan
terapi serta rehabilitatif bagi korban kekerasan penting pula untuk dilakukan oleh
para daiyah. Inilah ladang amal yang pahalanya akan terus mengalir.
3.2. Saran
Hendaknya para mahasiswa giat belajar agar bisa tahu pengkajian pada
anak dengan kekerasan fisik, metal dan seksual dan diharapkan pembaca
dapat memahami isi makalah penulis dan memperluas wawasan dari berbagai sumber
lain. Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan, penulis harapkan saran dari
pembaca untuk kemajuan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
8
Alfath, Anshari (2015). Kekerasan pada anak meningkat setiap tahunnya
Anggraeni, S. (2010). Gambaran Harga diri pada Pelaku Redivisme: Studi pada
Redivisme di Lembaga Permasyarakatan Klas I Cipinang. Indigenous, II(2).
Arsih, F.Y, 2010. Studi Fenomenologi kekerasan kata-kata (verbal abuse) pada
remaja. Skripsi.
Armalis, (2008). Hubungan kekerasan fisik dan kekerasan emosional terhadap
kesehatan jiwa anak usia sekolah di sekolah dasar negeri 09 berok kecamatan
padang barat kota padang. Padang. Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas.Skripsi.