Oleh :
Roby Suhendra
2020242029
Dosen Pembimbing:
Ns.Andre Fernandes,M.Kep.Sp.An
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan kasih saying sehingga saya dapat menyusun makalah tentang Pengkajian pada anak dengan
kekerasan fisik, mental dan seksual. Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas
Keperawatan Anak 1.
Pada kesempatan ini saya juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah memberi
saya bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah Pengkajian pada anak dengan
kekerasan fisik,mental dan seksual ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Kami menyadari isi Pengkajian pada anak dengan kekerasan fisik,mental dan seksual
masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan sangat
kami harapkan demi kesempurnaan Makalah Pengkajian pada anak dengan kekerasan
fisik,mental dan seksual ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
C. Tujuan ....................................................................................................................................... 2
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 18
ii
BAB I
PEMBUKAAN
A. LATAR BELAKANG
Kekerasan adalah perilaku yang tidak layak yang mengakibatkan Kerugian atau
bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial yang dialami individu maupun kelompok
akibat dari kekerasan fisik yang mampu mengakibatkan kerugian tersebut.Macam
macam perilaku kekerasan yang dianggap sebagai kekerasan anak dikeluarga ialah:
kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi, kekerasan seksual, dan kekerasan fisik.
Adapun kekerasan yang terjadi ditempat peneliti yaitu kekerasan fisik, kekeran verbal
dan kekerasan emosional. Kebanyakan yang sering melakukan tindakan kekerasan ini
adalah orang tua yang tingkat pendidikannya rendah seperti tamatan sekolah dasar
sehingga kurangnya pengetahuan dalam menyikapi perilaku menyimpang anak. Yang
ingin peneliti teliti adalah Kekerasan fisik yang dilakukan orang kepada anak yang
usianya 6- 12 tahun saja. Pengertian kekerasan fisik ialah perilaku/tindakan yang
menimbulkan sakit fisik seperti memukul mencekik menampar menendang menusuk
memutar lengan membakar ancaman dengan senjata dan pembunuhan.3 Dari beberapa
pengertian diatas saya dapat menyimpulkan bahwa kekerasan fisik pada anak ialah
pemukulan, penganiayaan, dan penyiksaan menggunakan benda ataupun tidak
menggunakan benda yang mengakibatkan rasa sakit ataupun luka.
Menurut Khani (dalam Mehdi, Mansour, dan Hassan, 2014) kekerasan seksual
merupakan isu psikososial yang rumit. Setiap harinya, terdapat ribuan anak-anak yang
mengalami kekerasan, entah itu kekerasan fisik, psikis, maupun seksual. Berbagai
tindakan diantaranya, penganiayaan, pemerkosaan, ejekan, penderitaan dirasakan oleh
anak-anak di penjuru dunia, yang menyebabkan mereka mengalami ketakutan dan
menghindar dari lingkungan sosial mereka. Akibat dari kekerasan-kekerasan yang telah
di paparkan di atas antara lain, anakanak akan mengalami gangguan perkembangan,
mental yang tidak sehat, dan luka fisik.
Menurut Mathoma (dalam Ashvini, Li Ping Wong, dan Nasrin, 2018) kekerasan
seksual pada anak adalah permasalahan sosial di Negara Malaysia yang mengalami
peningkatan pada tiga dekade terakhir ini. Kekerasan seksual merupakan salah satu
pelanggaran hak asasi manusia. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kekerasan
seksual ini diantaranya adalah, dapat mengganggu kondisi fisik, mental, emosi, dan
kesehatan bagi para korban. Menurut Rahman (dalam Ashvini, Li Ping Wong, dan
1
2
Nasrin, 2018) beberapa penyebab kekerasan seksual pada anak yang terjadi di Malaysia
adalah, kurangnya pengetahuan orangtua terhadap isu-isu kekerasan seksual yang
terjadi pada anak-anak. Maka dari itu, pemerintah Negara Malaysia mencoba
memberikan solusi dan pencegahan untuk kasus kekerasan seksual tersebut, namun
usaha yang dilakukan dinilai kurang memadai, sehingga justru membuat kekerasan
seksual semakin merajalela
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja pengkajian pada kekerasan fisik ?
2. Apa saja pengkajian pada kekerasan mental?
3. Apa saja pengkajian pada kekerasan sexsual?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengkajian pada kekerasan fisik.
2. Untuk mengetahui pengkajian pada kekerasan mental.
3. Untuk mengetahui pengkajian pada kekerasan sexsual.
BAB II
PEMBAHASAN
2. ETIOLOGI
7 alasan mengapa orangtua tega melakukan kekerasan terhadap anak :
a) Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan
b) Trauma yang dialami orangtua saat kecil
c) Orangtua dengan masalah keuangan
d) Kurangnya dukungan yang tepat
e) Penyalahgunaan obat narkoba dan alcohol
f) Gangguan emosinal
g) Situasi yang terjadi secara tiba tiba
3
4
5. KOMPLIKASI
a) Emosi
Misalnya, anak menjadi lebih sering sedih atau marah, sulit tidur,
bermimpi buruk, memiliki rasa percaya diri yang rendah, ingin melukai
diri sendiri, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri. Mereka juga
menjadi sulit berinteraksi dengan orang lain dan cenderung melakukan
tindakan yang berbahaya.
b) Penurunan fungsi otak
Efek kekerasan pada anak juga dapat memengaruhi struktur dan
perkembangan otak, hingga terjadi penurunan fungsi otak di bagian
tertentu. Hal tersebut berpotensi menimbulkan efek jangka panjang,
mulai dari penurunan prestasi akademik, hingga gangguan kesehatan
mental pada saat dewasa.
c) Tidak mudah memercayai orang lain
Anak korban kekerasan merasakan pengalaman buruk dalam hal
penyalahgunaan rasa percaya dan rasa keamanan. Saat mereka dewasa
nanti, mereka akan kesulitan untuk memercayai orang lain.
d) Sulit mempertahankan hubungan pribadi
Pengalaman sebagai korban kekerasan pada anak dapat membuat
mereka menjadi sulit memercayai orang lain, mudah cemburu, merasa
5
b) Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar pada anak adalah salah satu penyakit mental yang
berhubungan dengan adanya faktor kelainan otak. Hal ini dapat
menyebabkan perubahaan mood dan pergeseran yang tidak lazim di
tingkat energi dan aktivitas yang dilakukan anak. Anak-anak yang
mengalami bipolar bisa mengalami episode mania atau episode depresi.
Saat anak mengalami episode mania, maka anak akan terlihat memiliki
banyak energi dan akan lebih aktif dari biasanya. Kemudian, ada episode
depresi yang akan membuat anak terlihat selalu tidak bersemangat dan
membuat anak merasa sangat terpuruk pada apapun yang sedang
dikerjakan. Gangguan bipolar pada anak tidak dapat disembuhkan,
tetapi ibu bisa membantu anak untuk belajar mengatur perubahan mood-
nya dengan baik.
c) Central Auditory Processing Disorder (CAPD)
Central auditory processing disorder (CAPD) atau dikenal juga dengan
istilah gangguan proses auditori adalah salah satu jenis gangguan mental
pada anak yang dapat mengganggu perkembangan. Akan tetapi tidak
hanya pada anak saja, CAPD dapat dialami oleh semua usia yang
dimulai sejak perkembangan masa anak-anak. CAPD adalah masalah
pada pendengaran yang timbul saat otak tidak bekerja secara optimal.
Biasanya, anak yang mengalami CAPD akan kesulitan untuk merespon
suara, menikmati musik, memahami percakapan, membaca, serta
mengeja.
d) Gangguan Spektrum Autisme (GSA)
Gangguan Spektrum Autisme adalah salah satu gangguan mental pada
anak karena terjadinya kelainan otak yang dapat berdampak ke
kemampuan komunikasi dan interaksi sosial. Biasanya, anak-anak yang
menderita GSA akan terlihat hidup dengan dunia dan imajinasinya
sendiri. Mereka tidak mampu menghubungkan emosial mereka dengan
lingkungan di sekitarnya.
7
7. MEKANISME KOPING
Menurut Stuart dan Laria ( 2001), yang diikuti dari damaiyanti 2012,
mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain :
a) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulai artinya
di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahanya pada objek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b) Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaranya atau
keinginan yang tidak baik. Misalnya seorang wanita muda yang
menyangkalnya bahwa ia mempunyai perasaan sesksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya terseburt mencoba
merayu, mencumbunya.
c) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke dalam alam sadar. Misalnya seseorang ank yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran
atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekanya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d) Reaksi Formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihlebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang
yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
e) Displacment, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada objek yang begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun
marah karea ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambat di dinding kamarnya. Dia mulai bermmain
perangperangan dengan temanya.
8
8. PENGKAJIAN
a) Pengkajian perilaku umum
Amati anak untuk hal-hal berikut:
1) Kesedihan dan tangisan; depresi
2) Kelelahan
3) Overcompliance
4) Ketakutan yang berlebihan
5) Lampiran sembarangan
6) Kekecewaan ketika anak-anak lain menangis
7) Takut pulang ke rumah
8) Agresivitas dan perilaku merusak
9) Apatis dan menarik diri
10) Perilaku mencari perhatian.
b) Cutaneous cedera
1) Memar
2) Luka bakar
c) Trauma skeletal
• Prinsip-prinsip umum
1) Fraktur multipel di berbagai tahap penyembuhan
dianggap sebagai kekerasan anak sampai terbukti
sebaliknya.
2) Fraktur yang tidak dapat dijelaskan pada anak di bawah
2 tahun menunjukkan kekerasan.
3) Fraktur tulang panjang spiral pada anak kecil yang tidak
berjalan menunjukkan kekerasan.
4) Kesembuhan yang tidak jelas atau patah tulang yang
dideteksi pada X-ray mungkin merupakan kekerasan
anak
• Menilai lokasi fraktur
• Berkorelasi usia fraktur
9
d) Cedera mata
• Pertimbangkan sindrom bayi terguncang seperti disebutkan di
atas.
• Kaji tanda-tanda trauma langsung.
1) Abrrations
2) Perdarahan subconjunctival.
3) Fraktur dunia.
4) Edema orbital.
• Fraktur bola kepala dan edema orbital dapat menyebabkan
jebakan ekstraokular dan pengubahan sumbu visual dan
ambliopia.
• Cidera ruang anterior, termasuk, hifema, menandakan trauma
tumpul yang parah.
5. KOMPLIKASI
a. Mengalami keterlambatan dan keerbelakangan mental
b. Kenakalan remaja
13
3. Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahay bila diekspresikan
4. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan
Korban kekerasan seksual pada anak sering kali tak menceritakan kekerasan
yang dialaminya karena berpikir bahwa itu merupakan kesalahannya atau telah
diyakinkan oleh pelaku bahwa hal tersebut normal untuk dilakukan dan cukup
menjadi rahasia saja. Selain itu, anak juga dapat disuap atau diancam oleh pelaku.
Bahkan mungkin pelaku memberitahu si anak bahwa orang-orang tak akan
mempercayai apa yang dikatakannya. Hal tersebut membuat anak khawatir akan
berada dalam masalah sehingga memilih memendamnya.
a. Berbicara tentang pelecehan seksual
b. Menunjukkan pengetahuan atau perilaku seksual yang melampaui usianya,
aneh atau tak biasa
c. Menarik diri dari keluarga maupun teman
d. Menjauh dari orang tertentu
e. Melarikan diri dari rumah
f. Sulit berjalan atau duduk karena nyeri di area genital atau anal
g. Mengalami mimpi buruk
h. Sulit berkonsentrasi dalam belajar
i. Nilai di sekolah menurun
j. Mengompol di celana padahal sebelumnya tidak pernah
k. Perubahan suasana hati dan nafsu makan
l. Hamil atau memiliki penyakit menular seksual.
18