Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

PENGKAJIAN PADA ANAK KEKERASAN MENTAL, FISIK


DAN SEXSUAL

Oleh :

Roby Suhendra

2020242029

Dosen Pembimbing:

Ns.Andre Fernandes,M.Kep.Sp.An

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan kasih saying sehingga saya dapat menyusun makalah tentang Pengkajian pada anak dengan
kekerasan fisik, mental dan seksual. Makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas
Keperawatan Anak 1.

Pada kesempatan ini saya juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah memberi
saya bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah Pengkajian pada anak dengan
kekerasan fisik,mental dan seksual ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Kami menyadari isi Pengkajian pada anak dengan kekerasan fisik,mental dan seksual
masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan sangat
kami harapkan demi kesempurnaan Makalah Pengkajian pada anak dengan kekerasan
fisik,mental dan seksual ini.

Bukittinggi, 23 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2

C. Tujuan ....................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Pengkajian Anak Pada Kekesaran Fisik ........................................................................ 3

B. Pengkajian Anak Pada Kekerasan Mental ................................................................... 10

C. Pengkajian Anak Pada Kekerasan Sexsual ........................................................................ 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 18

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 18

ii
BAB I

PEMBUKAAN

A. LATAR BELAKANG
Kekerasan adalah perilaku yang tidak layak yang mengakibatkan Kerugian atau
bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial yang dialami individu maupun kelompok
akibat dari kekerasan fisik yang mampu mengakibatkan kerugian tersebut.Macam
macam perilaku kekerasan yang dianggap sebagai kekerasan anak dikeluarga ialah:
kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi, kekerasan seksual, dan kekerasan fisik.
Adapun kekerasan yang terjadi ditempat peneliti yaitu kekerasan fisik, kekeran verbal
dan kekerasan emosional. Kebanyakan yang sering melakukan tindakan kekerasan ini
adalah orang tua yang tingkat pendidikannya rendah seperti tamatan sekolah dasar
sehingga kurangnya pengetahuan dalam menyikapi perilaku menyimpang anak. Yang
ingin peneliti teliti adalah Kekerasan fisik yang dilakukan orang kepada anak yang
usianya 6- 12 tahun saja. Pengertian kekerasan fisik ialah perilaku/tindakan yang
menimbulkan sakit fisik seperti memukul mencekik menampar menendang menusuk
memutar lengan membakar ancaman dengan senjata dan pembunuhan.3 Dari beberapa
pengertian diatas saya dapat menyimpulkan bahwa kekerasan fisik pada anak ialah
pemukulan, penganiayaan, dan penyiksaan menggunakan benda ataupun tidak
menggunakan benda yang mengakibatkan rasa sakit ataupun luka.
Menurut Khani (dalam Mehdi, Mansour, dan Hassan, 2014) kekerasan seksual
merupakan isu psikososial yang rumit. Setiap harinya, terdapat ribuan anak-anak yang
mengalami kekerasan, entah itu kekerasan fisik, psikis, maupun seksual. Berbagai
tindakan diantaranya, penganiayaan, pemerkosaan, ejekan, penderitaan dirasakan oleh
anak-anak di penjuru dunia, yang menyebabkan mereka mengalami ketakutan dan
menghindar dari lingkungan sosial mereka. Akibat dari kekerasan-kekerasan yang telah
di paparkan di atas antara lain, anakanak akan mengalami gangguan perkembangan,
mental yang tidak sehat, dan luka fisik.
Menurut Mathoma (dalam Ashvini, Li Ping Wong, dan Nasrin, 2018) kekerasan
seksual pada anak adalah permasalahan sosial di Negara Malaysia yang mengalami
peningkatan pada tiga dekade terakhir ini. Kekerasan seksual merupakan salah satu
pelanggaran hak asasi manusia. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kekerasan
seksual ini diantaranya adalah, dapat mengganggu kondisi fisik, mental, emosi, dan
kesehatan bagi para korban. Menurut Rahman (dalam Ashvini, Li Ping Wong, dan

1
2

Nasrin, 2018) beberapa penyebab kekerasan seksual pada anak yang terjadi di Malaysia
adalah, kurangnya pengetahuan orangtua terhadap isu-isu kekerasan seksual yang
terjadi pada anak-anak. Maka dari itu, pemerintah Negara Malaysia mencoba
memberikan solusi dan pencegahan untuk kasus kekerasan seksual tersebut, namun
usaha yang dilakukan dinilai kurang memadai, sehingga justru membuat kekerasan
seksual semakin merajalela

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja pengkajian pada kekerasan fisik ?
2. Apa saja pengkajian pada kekerasan mental?
3. Apa saja pengkajian pada kekerasan sexsual?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengkajian pada kekerasan fisik.
2. Untuk mengetahui pengkajian pada kekerasan mental.
3. Untuk mengetahui pengkajian pada kekerasan sexsual.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN PADA ANAK KEKERASAN FISIK


1. PENGERTIAN
Kekerasan fisik adalah agresi fisik diarahkan pada seorang anak oleh
orang dewasa. Hal ini dapat melibatkan meninju, memukul, menendang,
mendorong, menampar, membakar, membuat memar, menarik telinga atau
rambut, menusuk, membuat tersedak atau menguncang seorang anak.

2. ETIOLOGI
7 alasan mengapa orangtua tega melakukan kekerasan terhadap anak :
a) Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan
b) Trauma yang dialami orangtua saat kecil
c) Orangtua dengan masalah keuangan
d) Kurangnya dukungan yang tepat
e) Penyalahgunaan obat narkoba dan alcohol
f) Gangguan emosinal
g) Situasi yang terjadi secara tiba tiba

3. TANDA DAN GEJALA


Berikut tanda dan gejala yang menunjukkan anak mengalami kekerasan fisik :
a) Anak menghindari orang tertentu
b) Anak sering menangis tanpa alas an
c) Perilaku mendadak berubah
d) Badan memar
e) Gejala aneh
f) Sering menyendiri

4. PENCEGAHAN KEKERASAN PADA ANAK


a) Lebih memahami pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak sesuai
usianya, termasuk apa yang dapat menjadi sumber gangguannya.

3
4

b) Menyadari diri sebagai pihak yang juga berpotensi menjadi pelaku


kekerasan terhadap anak, dan berlatih mengelola emosi dalam
mengasuh anak.
c) Mau dan berupaya belajar cara berinteraksi dan membangun disiplin
anak tanpa kekerasan.
d) Menjaga keharmonisan dan siap memperbaiki kualitas hubungan di
dalam keluarga, baik antar orangtua maupun dengan anak.
e) Membangun komunikasi terbuka dengan anak dan menjadi pendengar
yang baik.
f) Menjadi contoh / teladan di rumah dalam berkata-kata dan bertindak
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang tanpa menggunakan
kekerasan, baik terhadap anak maupun terhadap pasangan dan anggota
keluarga lainnya.

5. KOMPLIKASI
a) Emosi
Misalnya, anak menjadi lebih sering sedih atau marah, sulit tidur,
bermimpi buruk, memiliki rasa percaya diri yang rendah, ingin melukai
diri sendiri, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri. Mereka juga
menjadi sulit berinteraksi dengan orang lain dan cenderung melakukan
tindakan yang berbahaya.
b) Penurunan fungsi otak
Efek kekerasan pada anak juga dapat memengaruhi struktur dan
perkembangan otak, hingga terjadi penurunan fungsi otak di bagian
tertentu. Hal tersebut berpotensi menimbulkan efek jangka panjang,
mulai dari penurunan prestasi akademik, hingga gangguan kesehatan
mental pada saat dewasa.
c) Tidak mudah memercayai orang lain
Anak korban kekerasan merasakan pengalaman buruk dalam hal
penyalahgunaan rasa percaya dan rasa keamanan. Saat mereka dewasa
nanti, mereka akan kesulitan untuk memercayai orang lain.
d) Sulit mempertahankan hubungan pribadi
Pengalaman sebagai korban kekerasan pada anak dapat membuat
mereka menjadi sulit memercayai orang lain, mudah cemburu, merasa
5

curiga, atau merasa kesulitan mempertahankan hubungan pribadi untuk


jangka waktu yang lama karena rasa takut. Kondisi ini berisiko membuat
mereka merasa kesepian. Penelitian menunjukkan, banyak korban
kekerasan anak yang mengalami kegagalan dalam membina hubungan
asmara dan pernikahan pada saat dewasa.
e) Memiliki risiko gangguan kesehatan yang lebih tinggi
Efek kekerasan pada anak juga dapat memengaruhi kesehatan dan
tumbuh kembang anak. Korban kekerasan anak berisiko mengalami
gangguan kesehatan yang lebih tinggi, baik secara psikis maupun fisik,
pada saat mereka tumbuh dewasa.
Trauma akibat kekerasan pada anak bisa meningkatkan risiko seseorang
mengalami asma, depresi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes,
obesitas, hingga kecenderungan untuk mengonsumsi alkohol berlebih
dan menggunakan narkoba. Sebuah penelitian mencatat prevalensi
upaya bunuh diri yang cukup tinggi pada orang dewasa yang pernah
menjadi korban kekerasan anak.
f) Menjadi pelaku kekerasan pada anak atau orang lain
Saat anak korban kekerasan menjadi orang tua atau pengasuh, mereka
berisiko melakukan hal yang sama pada anak. Siklus ini dapat terus
berlanjut jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat untuk
mengatasi trauma.

6. MACAM MACAM JENIS GANGGUAN MENTAL PADA ANAK


a) Gangguan Cemas (Ansietas)
Perhatikan aktivitas anak sehari-hari. Memiliki rasa cemas sebenarnya
adalah hal yang wajar ditimbulkan oleh anak-anak. Namun, sebaiknya
ibu perlu memberikan perhatian jika anak memiliki rasa cemas dengan
berlebihan. Tidak hanya membuat kegiatan dan aktivitas anak sehari-
hari terganggu. Nyatanya, memiliki rasa cemas berlebihan pada diri
anak juga bisa mengganggu perkembangannya. Jika dalam setiap
kegiatan perasaan cemas selalu merundung anak, tentu anak tidak akan
bisa berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu. Sebaiknya, ibu mencari
tahu apa yang menyebabkan anak memiliki perasaan cemas yang sangat
6

berlebihan. Tidak ada salahnya mendampingi anak hingga anak merasa


tenang.

b) Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar pada anak adalah salah satu penyakit mental yang
berhubungan dengan adanya faktor kelainan otak. Hal ini dapat
menyebabkan perubahaan mood dan pergeseran yang tidak lazim di
tingkat energi dan aktivitas yang dilakukan anak. Anak-anak yang
mengalami bipolar bisa mengalami episode mania atau episode depresi.
Saat anak mengalami episode mania, maka anak akan terlihat memiliki
banyak energi dan akan lebih aktif dari biasanya. Kemudian, ada episode
depresi yang akan membuat anak terlihat selalu tidak bersemangat dan
membuat anak merasa sangat terpuruk pada apapun yang sedang
dikerjakan. Gangguan bipolar pada anak tidak dapat disembuhkan,
tetapi ibu bisa membantu anak untuk belajar mengatur perubahan mood-
nya dengan baik.
c) Central Auditory Processing Disorder (CAPD)
Central auditory processing disorder (CAPD) atau dikenal juga dengan
istilah gangguan proses auditori adalah salah satu jenis gangguan mental
pada anak yang dapat mengganggu perkembangan. Akan tetapi tidak
hanya pada anak saja, CAPD dapat dialami oleh semua usia yang
dimulai sejak perkembangan masa anak-anak. CAPD adalah masalah
pada pendengaran yang timbul saat otak tidak bekerja secara optimal.
Biasanya, anak yang mengalami CAPD akan kesulitan untuk merespon
suara, menikmati musik, memahami percakapan, membaca, serta
mengeja.
d) Gangguan Spektrum Autisme (GSA)
Gangguan Spektrum Autisme adalah salah satu gangguan mental pada
anak karena terjadinya kelainan otak yang dapat berdampak ke
kemampuan komunikasi dan interaksi sosial. Biasanya, anak-anak yang
menderita GSA akan terlihat hidup dengan dunia dan imajinasinya
sendiri. Mereka tidak mampu menghubungkan emosial mereka dengan
lingkungan di sekitarnya.
7

7. MEKANISME KOPING
Menurut Stuart dan Laria ( 2001), yang diikuti dari damaiyanti 2012,
mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain :
a) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulai artinya
di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahanya pada objek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b) Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaranya atau
keinginan yang tidak baik. Misalnya seorang wanita muda yang
menyangkalnya bahwa ia mempunyai perasaan sesksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya terseburt mencoba
merayu, mencumbunya.
c) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke dalam alam sadar. Misalnya seseorang ank yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran
atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekanya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d) Reaksi Formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihlebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang
yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
e) Displacment, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada objek yang begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun
marah karea ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambat di dinding kamarnya. Dia mulai bermmain
perangperangan dengan temanya.
8

8. PENGKAJIAN
a) Pengkajian perilaku umum
Amati anak untuk hal-hal berikut:
1) Kesedihan dan tangisan; depresi
2) Kelelahan
3) Overcompliance
4) Ketakutan yang berlebihan
5) Lampiran sembarangan
6) Kekecewaan ketika anak-anak lain menangis
7) Takut pulang ke rumah
8) Agresivitas dan perilaku merusak
9) Apatis dan menarik diri
10) Perilaku mencari perhatian.
b) Cutaneous cedera
1) Memar
2) Luka bakar

c) Trauma skeletal
• Prinsip-prinsip umum
1) Fraktur multipel di berbagai tahap penyembuhan
dianggap sebagai kekerasan anak sampai terbukti
sebaliknya.
2) Fraktur yang tidak dapat dijelaskan pada anak di bawah
2 tahun menunjukkan kekerasan.
3) Fraktur tulang panjang spiral pada anak kecil yang tidak
berjalan menunjukkan kekerasan.
4) Kesembuhan yang tidak jelas atau patah tulang yang
dideteksi pada X-ray mungkin merupakan kekerasan
anak
• Menilai lokasi fraktur
• Berkorelasi usia fraktur
9

d) Cedera mata
• Pertimbangkan sindrom bayi terguncang seperti disebutkan di
atas.
• Kaji tanda-tanda trauma langsung.
1) Abrrations
2) Perdarahan subconjunctival.
3) Fraktur dunia.
4) Edema orbital.
• Fraktur bola kepala dan edema orbital dapat menyebabkan
jebakan ekstraokular dan pengubahan sumbu visual dan
ambliopia.
• Cidera ruang anterior, termasuk, hifema, menandakan trauma
tumpul yang parah.

e) Cedera mulut dan wajah


• Pertimbangkan pelecehan ketika anak-anak datang dengan
cedera kepala, leher, dan rongga mulut.
• Jika cedera jaringan lunak ke bibir rahang atas atau prenulum
diamati, dicurigai dipaksa makan. Namun, anak-anak kecil dapat
mengembangkan cedera ini ketika mereka jatuh dengan benda di
mulut mereka.
• Kaji adanya laserasi intraoral atau cedera mukosa yang mungkin
disebabkan oleh perkenalan benda-benda secara paksa ke dalam
mulut anak, terutama substansi panas atau kaustik.
• Evaluasilah anak untuk "sindrom telinga timah" yang dihasilkan
dari trauma tumpul ke telinga. ini dimanifestasikan oleh
hematoma subferichrontal dan cedera intracerebral sebagai
akibat dari percepatan rotasi kepala.
• "memar meja Kopi" memar ke depan, hidung, bibir bawah, dan
dagu, yang umum pada anak-anak muda dan harus dibedakan
dari cedera yang ditimbulkan.
10

• Trauma gigi mungkin merupakan penyalahgunaan dan biasanya


memerlukan evaluasi oleh dokter gigi.

f) Cedera visceral (penyebab tersering kedua dari kematian akibat


kekerasan pada anak).
1) Mengkaji tanda-tanda dan gejala perut akut karena anak-anak
dengan trauma tumpul luka perut jarang mengalami luka luar.
Manifestasi ini mungkin termasuk yang berikut.
• Kekakuan
• Menjaga
• Suara usus berkurang
• Muntah
• Sakit perut
• Distensi abdomen
2) Pertimbangkan pelecehan anak pada anak-anak yang datang dengan
muntah bilia tanpa alasan tanpa demam atau iritasi peritoneum
(duodenum hematoma).
3) Pertimbangkan trauma tumpul sebagai bagian dari diagnosis
banding pada anak-anak yang datang dengan keluhan abdomen
nonspesifik atau gejala perut akut. cedera termasuk hematoma
dinding usus, perforasi usus, dan trauma pada organ (hati, limpa,
pankreas, atau ginjal).

B. PENGKAJIAN ANAK PADA KEKERASAN MENTAL


1. DEFINISI
Kekerasan mental merupakan suatu kondisi dimana anak mengalami
hambatanpada perkembangan mental tingkat intelegensi,bahasa,sosial dan
motorik.Mental memiliki keterbatasan pada fungsi intelektual dan kemampuan
adabtasi,keterbatasa,kemampuan adaptasi meliputi komunikai,keterampilan
sosial akademik ,kesehatan,keamanan dan merawat diri.
Bentuk kekerasan mental adalah ketika anak secara teratur
diancam,diteriaki,dipermalukan,diabaikan,disalahkan,atau penanganan secara
11

emosional lainya,seperti membuat anak menjadi lucu dan


ditertawakan,memanggil namanya dengan sebutan tidak layak dan selalu
mencari-cari kesalahannya.Atau terjadi bila orang dewasa mengacuhkan,
meneror, menyalahkan,mengecilkan dan sebagainya yang membuat anak
merasa inkonsiten dan tidak berharga. Perlakukan mempermalukan, mencaci,
memaki dan memanggil dengan sebutan negatif dilakukan terus enerus
sehingga anak merasa bahwa dirinya adalah apa yang diucapkan
kepadanya.anak yang terus dimaki merrasa dirinya tidak berguna dan
mengaggap memang dirinya buruk.
Kekerasan psikis adalah situasi perasaan tidak aman dan nyaman yang
dialami anak.Kekerasaan psikis dapat berupa menurunkan harga diri rendah
serta martabat korban,penggunaan kata-kata kasar,Penyalahgunaan
kepercayaan,mempermalukan orang di depan orang lain atau didepan
umum,melontarkan ancaman dengan kata-kata dan sebagainya.
Bentuk kekerasan psikis antara lain:dihina,dicaci maki,diejek,dipaksa
melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki, dibentak, dimarahi, dihardik,
diancam, dipaksa bekerja,dipaksa menjadi pembantu dirumah dll.
Kekerasan emosi adalah sekitarnya terdapat gangguan yang keterlaluan
yang terlihat pada fungsi mental atau tingkah laku, termasuk keresahan,
murung, menyendiri,tingkah laku agresif atau mal deevelopment.
Anak yang mendapatkan kekerasaan secara mental umumnya
menunjukan gejala perilaku maladaptif seperti menarik diri,pemalu,menangis
jika didekati,takut keluar rumah dan takt bertemu orang lain,dampaknya akan
membekas dan mengakibatkan trauma,sehingga mempengaruhi kepribadian
anak.
Gizi mental yaitu kassih sayang,perhatian,pendidikan dan pembinaan yang
bersifat kejiwaan atau psikologis(non fisik).
2. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekerasan mental
a) Stress pada keluarga
1) Kemiskinan dan pengangguran merupakan faktor terkuat yang
menyebabkan kekerasan mental pada anak.
2) Mobilitas dan isolasi karena lingkungan sekitar menjadi faktor
terbesar dalam membentuk kepribadian tingkah laku anak.
12

3) perceraian karena mengakibatkan stress pada anak.


4) Anak yang tidak diharapkan.
b) Stress berrasal dari orang tua
Rendah diri karena anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan
mengecewakan
1) Waktu kecil mendapat perlakuan salah karena orang tua
biasanya memperlakukan anaknya sama dengan kejadian yang
pernah ia alami.
2) Harapan pada anak yang tidak realistis karena orang tua
cenderrung menjadikan anak sebagai pelampiasannya.
3. TANDA DAN GEJALA

1) Kecerdasan Lambat dalam mempelajari hal-hal yang baru ,kesulitan dal


am mengenalisasi hal-hal yang baru,kemampuan berbicaranya sangat
kurang bagi anak seusianya,cacat fisik dan perkembangan gerak,kurangnya
kemampuan dalam menolong diri sendiri ,konsentrasi berkurang.
2) Emosi
Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim dan tingkah laku yang kurang
wajar terus menerus,lebih agresif.
3) Konsep diri
Menganggap dirinya buruk,muram,tidak bahagia,mengisolassi diri,merasa
sedih,merasa malu,meraa bersalah,,bingung,cemas dan bahkan ada yang
mencoba untuk bunuh diri,kecanduan alkohol dan obat-obatan.
4. PENCEGAHAN KEKERASAN PADA ANAK
1) Berikan anak pengetahuan cara melindungi diri
2) Bangun komunikasi yang baik pada anak
3) Maksimalkan peran sekolah
4) Membekali anak dengan ilmu bela diri
5) Segera laporkan pada pihak berwajib

5. KOMPLIKASI
a. Mengalami keterlambatan dan keerbelakangan mental
b. Kenakalan remaja
13

c. Depresi dan percobaan bunuh diri


d. Gangguan stress post traumatic
e. Gangguan makan
f. Hidrocepalus
g. Ataksia
6. Macam-macam Jenis Gangguan Mental pada Anak
a. Gangguan Kecemasan anak dengan gangguan kecemasan akan
merespon hal atau situasi tertentu dengan keakutan berlebih
b. Attention-deficit/Hyperactivity disorder(ADHD)
Umumnya memiliki masalah dalam berkonsentrasi atau
memperhatikan sesuatu,tidak bisa mengikuti arah ,dan mudah bosan
atau frustasi dengan tugastugas yang diberikan dan cenderung selalu
bergerak dan impusif
c. Gangguan perilaku disruptif
Memiliki kecendrungan untuk melanggar aturan dan sering
mengganggu atau mengacau
d. Gangguan perkembangan pervasif
Umumnya kebingungan dalam pikiran mereka
e. Gangguan afektif(Mood)
Melibatkan perasaan sedih atau perubahan mood secara drastis atau
cepat secara terus menerus
f. Skizofenia
Melibatkan pikiran da persepsi yng terdisttrosi atau tidak bisa
membedakan mana yang nyata dan tidak
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress,termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri,Antara lain:
1. Sublimasi
Menerima suatu sasran pengganti yang mulia misalnya meremas adonan
kue tujuannya untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah
2. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kedalam
alam sadar.
14

3. Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahay bila diekspresikan
4. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan

D. PENGKAJIAN ANAK PADA KEKERASAN SEKSUAL


1. Defenisi
Kekerasan seksual pada anak adalah keterlibatan seorang anak dalam segala
bentuk aktivitas seksual yang terjadi sebelum anak mencapai batas usia tertentu di
mana orang dewasa, anak lain yang usianya lebih tua, atau orang yang dianggap
memiliki pengetahuan lebih memanfaatkan anak tersebut untuk kesenangan
seksual atau aktivitas seksual. Pelaku pelecehan seksual anak biasanya merupakan
orang yang dikenal si korban. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan dapat
menjadi korban kekerasan seksual. Namun, anak perempuan lebih cenderung
mengalaminya.
Aktivitas tersebut ditujukan untuk memberikan kepuasan bagi pelaku.
Kekerasan seksual meliputi eksploitasi seksual dalam prostitusi atau pornografi,
pemaksaan anak untuk melihat kegiatan seksual, memperlihatkan kemaluan
kepada anak untuk tujuan kepuasan seksual, stimulasi seksual, perabaan, memaksa
anak untuk memegang kemaluan orang lain, hubungan seksual, perkosaan,
hubungan seksual yang dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan darah
(incest) dan sodomi.
2. Bentuk kekerasan seksual pada anak
• Sodomi
Sodomi merupakan bentuk kekerasan seksual di mana alat kelamin pelaku
masuk ke anus korban. Tindakan ini bisa melukai fisik maupun psikis anak.
Pelaku sodomi bisa berasal dari orang terdekat yang harus Anda waspadai.
• Pemerkosaan
Pemerkosaan adalah penetrasi dengan pemaksaan tanpa persetujuan
korban. Bentuk kekerasan seksual ini dapat mengakibatkan cedera fisik
serta trauma emosional dan psikologis pada anak.
• Pencabulan
15

Pencabulan merupakan perbuatan tak senonoh yang melecehkan anak.


Tindakan ini dapat mencakup banyak hal, seperti menyentuh area intim
korban hingga memaksa korban melihat atau memegang organ intim
pelaku.
• Incest
Incest adalah kekerasan seksual di mana korban dan pelaku memiliki
hubungan darah. Perbuatan tersebut dilarang dalam agama maupun hukum.
Selain itu, perilaku ini bisa meningkatkan risiko cacat lahir jika terjadi
kehamilan.

3. Penyebab kekerasan seksual pada anak


Penyebab kekerasan seksual pada anak dapat terjadi akibat pengaruh
pornografi, obatobatan terlarang, mengalami masalah mental, atau memiliki
historis pernah menjadi korban. Beberapa faktor juga dapat meningkatkan risiko
pelecehan anak, yaitu kemiskinan, pengasuhan dan perlindungan orangtua yang
tidak maksimal, kurangnya pengetahuan mengenai pelecehan seksual, hingga
kondisi anak dengan keterbelakangan mental atau disabilitas.Orangtua jangan
mudah mempercayakan anak pada orang lain. Sebab, bisa jadi orang tersebut
memiliki niat yang buruk.
4. Contoh kekerasan seksual pada anak
a. Penetrasi, seperti pemerkosaan atau seks oral
b. Aktivitas seksual tanpa penetrasi, seperti menyentuh bagian luar pakaian,
mencium, masturbasi
c. Menonton pornografi di depan anak atau meminta anak menonton tindakan
tersebut
d. Melihat, menunjukkan atau berbagi gambar, video, mainan atau materi
seksual lain
e. Menceritakan lelucon atau cerita berbau pornografi
f. Memaksa atau membujuk anak membuka pakaian
g. Menunjukkan alat kelamin seseorang pada anak
h. Mendorong anak untuk berperilaku tidak pantas secara seksual.

5. Tanda-tanda kekerasan seksual pada anak


16

Korban kekerasan seksual pada anak sering kali tak menceritakan kekerasan
yang dialaminya karena berpikir bahwa itu merupakan kesalahannya atau telah
diyakinkan oleh pelaku bahwa hal tersebut normal untuk dilakukan dan cukup
menjadi rahasia saja. Selain itu, anak juga dapat disuap atau diancam oleh pelaku.
Bahkan mungkin pelaku memberitahu si anak bahwa orang-orang tak akan
mempercayai apa yang dikatakannya. Hal tersebut membuat anak khawatir akan
berada dalam masalah sehingga memilih memendamnya.
a. Berbicara tentang pelecehan seksual
b. Menunjukkan pengetahuan atau perilaku seksual yang melampaui usianya,
aneh atau tak biasa
c. Menarik diri dari keluarga maupun teman
d. Menjauh dari orang tertentu
e. Melarikan diri dari rumah
f. Sulit berjalan atau duduk karena nyeri di area genital atau anal
g. Mengalami mimpi buruk
h. Sulit berkonsentrasi dalam belajar
i. Nilai di sekolah menurun
j. Mengompol di celana padahal sebelumnya tidak pernah
k. Perubahan suasana hati dan nafsu makan
l. Hamil atau memiliki penyakit menular seksual.

6. Dampak kekerasan seksual pada anak


Dampak pelecehan seksual pada anak bisa menyebabkan kerusakan fisik dan
emosional yang serius baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.Dalam
jangka pendek, anak-anak dapat mengalami masalah kesehatan, seperti cedera
fisik, infeksi menular seksual, dan kehamilan yang tak diinginkan.Sementara,
dalam jangka panjang, dampak kekerasan seksual pada anak membuatnya lebih
mungkin terkena depresi, kecemasan, gangguan makan, gangguan stres pasca
trauma (PTSD), fobia pada hubungan seks atau terbiasa dengan kekerasan sebelum
melakukan hubungan seks.Selain itu, korban pelecehan anak juga lebih cenderung
melukai diri sendiri, melakukan tindakan kriminal, penyalahgunaan narkoba atau
alkohol, bahkan bunuh diri. Jadi, seluruh anggota masyarakat harus menggalakan
stop kekerasan seksual pada anak.
17

7. Cara mencegah kekerasan seksual pada anak \


Dalam mencegah kekerasan seksual pada anak, orangtua harus bertanggung
jawab untuk memastikan anak memiliki hubungan dan lingkungan yang aman dan
stabil.Selain itu, pengasuhan orangtua juga harus dilakukan dengan baik, jangan
sampai mengabaikan anak bahkan membiarkannya sendirian dengan orang yang
mungkin saja dapat menjadi pelaku kekerasan seksual. Ingatlah bahwa orang
terdekat juga bisa saja memiliki niatan yang buruk.Sebisa mungkin selalu pantau
anak, dan jalin komunikasi yang baik dengannya sehingga ia tak akan segan untuk
membicarakan apa pun yang ia rasakan atau pikirkan. Bahkan anak juga akan lebih
terbuka dan merasa diberi perlindungan oleh Anda.Ketika Anda mencurigai terjadi
pelecehan seksual terhadap anak, ajak anak untuk berbicara dan bujuklah ia untuk
mengatakannya dengan jujur.Jika anak telah mengaku, segeralah melapor pada
pihak yang berwajib dan bawa anak ke psikolog untuk mendapat pendampingan
yang tepat. Beradalah selalu di sisinya dan beri dukungan yang tiada henti agar
trauma anak bisa membaik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kekerasan fisik adalah agresi fisik diarahkan pada seorang anak oleh orang
dewasa. Hal ini dapat melibatkan meninju, memukul, menendang, mendorong,
menampar, membakar, membuat memar, menarik telinga atau rambut, menusuk,
membuat tersedak atau menguncang seorang anak.
Bentuk kekerasan mental adalah ketika anak secara teratur
diancam,diteriaki,dipermalukan,diabaikan,disalahkan,atau penanganan secara
emosional lainya,seperti membuat anak menjadi lucu dan ditertawakan,memanggil
namanya dengan sebutan tidak layak dan selalu mencari-cari kesalahannya.Atau
terjadi bila orang dewasa mengacuhkan,meneror,menyalahkan,mengecilkan dan
sebagainya yang membuat anak merasa inkonsiten dan tidak berharga.Perlakukan
mempermalukan,mencaci,memaki dan memanggil dengan sebutan negatif dilakukan
terus enerus sehingga anak merasa bahwa dirinya adalah apa yang diucapkan
kepadanya.anak yang terus dimaki merrasa dirinya tidak berguna dan mengaggap
memang dirinya buruk.
Kekerasan seksual pada anak adalah keterlibatan seorang anak dalam segala
bentuk aktivitas seksual yang terjadi sebelum anak mencapai batas usia tertentu di
mana orang dewasa, anak lain yang usianya lebih tua, atau orang yang dianggap
memiliki pengetahuan lebih memanfaatkan anak tersebut untuk kesenangan seksual
atau aktivitas seksual. Pelaku pelecehan seksual anak biasanya merupakan orang yang
dikenal si korban. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan dapat menjadi korban
kekerasan seksual. Namun, anak perempuan lebih cenderung mengalaminya.

18

Anda mungkin juga menyukai