Anda di halaman 1dari 5

Penanganan Masalah Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Indonesia dengan

perlindungan dari KPAI

Muh. Febrianto Ahta Putra

Afiliasi Penulis (Mahasiswa prodi Manajemen Kelas F)

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Kekerasan seksual merupaka setiap perbuatan merendahkan,menghina,melecehkan.dan


menyerang tubuh atau fungsi reproduksi seseorang dikarenakan adanya cela antara hubungan
kekuasaan atau gender, yang berakibat penderitaan psikis dan fisik termasuk yang dapat
menganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan
dengan aman dan baik. (Kemendikbudristek, 2022) . Kekerasan seksual terhadap anak
merupakan tindakan kejahatan yang tidak terpuji karena memiliki dampak yang sangat
signifikan terhadap perilaku dan semangat dari anak yang telah mengalami perundungan
seksual.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI adalah lembaga yang bersifat independen
yang dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan perlindungan
anak. KPAI dibentuk berdasrkan UU Nomor 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 35 Tahun 2014. Salah satu aturan mengenai
KPAI tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2016 tentang Komisi
Perlindungan Anak Indonesia. Merujuk pada peraturan ini, terdapat sejumlah tugas dan
wewenang yang dimiliki KPAI, yaitu:

1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan hak


anak;
2. Memberikan masukan dan usulan dalam perumusan kebijakan tentang
penyelenggaraan perlindungan anak;
3. Mengumpulkan data dan informasi mengenai perlindungan anak;
4. Menerima dan melakukan penelaahan atas pengaduan masyarakat mengenai
pelanggaran hak anak;
5. Melakukan mediasi atas sengketa pelanggaran hak anak;
6. Melakukan kerja sama dengan lembaga yang dibentuk masyarakat di bidang
perlindungan anak; dan
7. Memberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya dugaan pelanggaran
terhadap UU tentang Perlindungan Anak. (Harruma, 2022)

Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak selama
2022 sampai dengan 20 September 2022 pukul 12.00 WIB, sebanyak 17.150 kasus kekerasan
dengan jumlah korban perempuan sebanyak 15.759 orang dan korban laki-laki sebanyak
2.729 orang (metrotvnews.com, 2022). Kenyataanya berbagai kekerasan terjadi pada anak,
baik di ruang publik sekolah bahkan di rumah yang harusnya menjadi ruang yang sangat
aman bagi mereka. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tak hanya anak perempuan yang
menjadi korban kekerasan seksual akan tetapi anak laki-laki pun dapat mengalaminya. Laki-
laki yang memiliki jiwa maskulin saja dapat mengalami pelecehan seksual apalagi dengan
wanita yang feminim.

B. Pembahasan
1. Bentuk Kekerasan Seksual pada anak
Bentuk kekerasan seksual pada anak adalah segala perbuatan yang mencakup pelecehan dan
kekerasan pada anak dibawah umur. Berbagai macam bentuk kekerasan seksual yang bisa
terjadi pada anak antara lain:

1. Eksibisionisme, yaitu kegiatan menunjukkan alat kelamin sendiri kepada anak


dibawah umur. Kegiatan seperti ini dapat menimbulkan dan memberikan efek trauma
bagi korban, dan efek ini dapat membuat stress secara psikologis dalam jangka
panjang.
2. Melakukan Kontak Fisik, seperti memegang dan menyentuh. Memegang dan
menyentuh yang dimaksud adalah memegang atau menyentuh alat vital korban yang
tak sepantasnya harus disentuh.
3. Melakukan hubungan intim ke anak. (Makarim, 2022). Hubungan intim merupakan
kegiatan seksual yang dilakukan oleh seseorang yang dapat dimulai tindakan seperti
berciuman hingga melakukan penetrasi dengan tujuan memperoleh kepuasaan pada
kedua belah pihak. Dalam kasus kekerasan seksual tehadap anak hubungan intim
yang dilakukan adalah secara terpaksa sehingga dapat dikatakan hubungan hanya
dinikmati oleh satu orang.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual Pada Anak
Kekerasan terhadap anak umumnya disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari anak
sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat contohnya
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Keluarga
Keadaan dalam keluarga mulai dari kemiskinan struktural dan tidak harmonisnya
hubungan dalam keluarga dapat memicu depresi dan frustasi. Anak akan
mengembangkan kebencian pada kejadian, ataupun pihak pihak yang menimbulkan
rasa sakit tersebut. Keluarga terbentuk melalui sebuah pernikahan. Ikatan yang sakral
di dalam pernikahan seringkali berakhir dengan perceraian. Akibat dari perceraian
pasangan yang sebelumnya terikat dalam satu hubungan pernikahan akan berdampak
buruk pada anak. Interaksi yang pertama kali dialami oleh seorang anak adalah
interaksi dengan orang tuanya setelah itu dengan anggota keluarga yang lain. Orang
tua merasa bahwa tidak perlu memberikan kesempatan untuk mengkounikasikan
pikirannya kepada anaknya. Hal inilah yang sering menjadi penyebab terjadinya
tindakan kekerasan seksual pada anak dalam keluarganya.
2. Faktor Lingkungan
Kondisi di dalam lingkungan sosial yang tidak baik seperti pemukiman kumuh,
tergususrnya tempat bermain anak, sikap tak acuh terhadap tindakan ekploitasi,
pandahan kepada nilai anak yang terlalu rendah serta lemahnya perangkat hukum
membuat meningkatnya kejadian kekerasan seksual pada anak.
3. Faktor Individu
Faktor Individu yang muncul dari anak itu sendiri dapat memicu terjadinya kekerasan
seksual. Faktor itu antara lain mengalami cacat tubuh, gangguan mental . gangguan
tingkah laku, autisme, anak terlalu lugu, memiliki sifat batin yang lemah, ketidak
tahuan anak akan hak-haknya, dan ketergantungan anak terhadap orang dewasa.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap peerkembangan
pertumbuhan anak agar jika dewasa anak kelak berilmu dan beriman.
3. Penanganan KPAI terhadap korban kejahatan kekerasan seksual
Kekerasan seksual menyebabkan dampak psikologis yang luar biasa , seperti ketakutan,
stress, depresi, trauma, merasa tidak berguna, merasa kotor, merasa bahwa masa depannya
hancur, dan lain sebagainya. Komisioner KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah menerangkan
upaya penanganan dan perlindungan yang dilakukan setidaknya ada empat langkah yaitu.
1. Mengedukasi kesehatan reproduksi, nilai agama, dan nilai kesusilaan.
Edukasi seksual pada remaja diperlukan untuk mengenalkan remaja kepada fungsi
organ seksual mereka sehingga mereka dapat mengerti serta merasa memiliki
tanggungjawab terhadap organ vital mereka sendiri. Edukasi ini juga bertujuan untuk
menghindari penyimpangan dalam perilaku seksual mereka sejak masih remaja serta
mengerti terhadap dampak buruk dan resiko yang nantinya bisa mereka hadapi
apabila berada pada jalur yang salah (Benedictus, 2022). Edukasi kesehatan ini bisa
diajarkan dalam bentuk seminar ataupun dalam bentuk mata pelajaran khusus di
sekolah. Dalam mengedukai mengenai kesehatan reproduksi tidak hanya cara
merawat organ reproduksi tapi harus diberi tahu cara agar mencegah penyakit yang
muncul dalam organ reproduksi
2. Rehabilitasi sosial.
Rehabilitasi sosial sendiri adalah sebuah rangkaian yang ditujukan kepada seseorang
untuk memberikan pelayanan terhadap orang orang yang membutuhkan bantuan
untuk kembali seperti sedia kala di tengah masyarakat (Ari Pamungkas, 2020).
Rahabilitasi dapat dilakukan mulai dari anak yang sudah pernah mengalami pelcehan
seksual maupun yang sudah mengalaminya secara terus menerus. Rehabilitasi ini
membantu anak yang mengalami pelecehan seksual agar dapat mengatasi dan
mengurangi trauma yang dialami.
3. Pendampingan psikososial pada saat pengobatan hingga pemulihan.
Pendampingan psikososial merupakan paduan antara penanganan psikologis dan
penanganan sosial. Paduan ini menyatukan penanganan psikologis yang bertumpu
pada pemahaman interpersonal korban dengan persoalan sosial budaya yang
melingkupi kehidupan korban. Bantuan pendampingan psikososial adalah bantuan
yang diberikan oleh psikolog kepada korban yang menderita trauma atau masalah
kejiwaan lainnya untuk memulihkan kembali kondisi kejiwaan korban (DJOHAN,
2017)
(Indiraphasa, 2021). Pendampingan psikososial merupakan pelayanan lanjutan dari
rehabilitasi sosial. Pendampingan ini dilakukan untuk anak yang mengalami trauma
berat terhadap pelecehan seksual sehingga dapat mengembalikan kepercayaan diri
anak dan menghilangkan rasa bersalah dan tidak pantas hidup terhadap anak yang
mengalami trauma berat pelecehan seksual.
C. Penutup
a. Simpulan
Pelecehan seksual terhadap anak di Indonesia memang masih menjadi masalah yang
sangat mengkhawatirkan, terlebih lagi jumlah anak yang ada di Indonesia tiap tahun
selalu mengalami peningkatan. Pelecehan seksual yang terjadi pada anak di Indonesia
mengincar anak-anak yang berumur di angka produktif, apabila banyak anak-anak yang
mengalami pelecehan seksual maka bisa saja anak-anak yang menjadi aset untuk
memajukan bangsa menjadi pupus karena trauma psikologis yang dideritanya.
b. Saran
Komisi Perlindungan Anak Indonesia harus aktif untuk mencapai tujuannya tak hanya
anak anak yang sudah mengalami Pelecehan Seksual tetapi untuk anak anak yang belum
mengalaminya, seperti sosialisasi di setiap lembaga pendidikan, menanamkan sifat
keberanian dan tidak takut untuk melapor jika mengalami tindakan pelecehan seksual,
memberikan edukasi mengenai seksual dan cara melawannya.

Daftar Pustaka
Ari Pamungkas, M. (2020, December 05). Materi Mata Kuliah Rehabilitasi Sosial. Retrieved from
FUAD IAIN PALANGKARAYA:
http://fuad.iain-palangkaraya.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/MATERI-MATA-KULIAH-
REHABILITASI-SOSIAL.pdf

Benedictus, M. (2022, July 12). Pentingnya Edukasi Seksual Kepada Remaja. Retrieved from
mijil.com: https://mijil.id/t/pentingnya-edukasi-seksual-kepada-remaja/5037

com, M. N. (2022, September 20). Deretan Kasus Kekerasan Seksual Pada Anak di Indonesia.
Retrieved from METRO NEWS. COM: https://www.metrotvnews.com/play/KdZCV0ED-
deretan-kasus-kekerasan-seksual-pada-anak-di-indonesia#:~:text=Berdasarkan%20data
%20dari%20Kementerian%20Pemberdayaan,laki%2Dlaki%20sebanyak%202.729%20orang

DJOHAN, D. A. (2017). PENDAMPINGAN PSIKOSOSIAL SEBAGAI PERLINDUNGAN KHUSUS. SKRIPSI,


24-25.

Harruma, I. (2022, Agustus 9). KPAI: Tugas, Wewenang dan Struktur Organisasi. Retrieved from
Kompas.com: https://nasional.kompas.com/read/2022/08/09/03000071/kpai--tugas-
wewenang-dan-struktur-organisasi

Hidayat, W. A., & Winardi, A. D. (2022, September 15). Apa yang Sebenarnya Terjadi di SMA Selamat
Pagi Indonesia, Kota Batu, Malang Selain Kasus Kekerasan Seksual? Retrieved from voi.id:
https://voi.id/bernas/209921/apa-yang-sebenarnya-terjadi-di-sma-selamat-pagi-indonesia-
kota-batu-malang-selain-kasus-kekerasan-seksual

Indiraphasa, N. S. (2021, December Minggu). Komisioner KPAI: Penanganan Korban Kejahatan


Seksual Harus Tuntas. Retrieved from NU Online:
https://www.nu.or.id/nasional/komisioner-kpai-penanganan-korban-kejahatan-seksual-
harus-tuntas-qDqbz

Indonesia, C. (2022, July 27). Nasional. Hukum Kriminal, Kasus Kekerasan Seksual SPI Batu, Julianto
Dituntut 15 Tahun Penjara. Retrieved from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220727153317-12-826930/kasus-kekerasan-
seksual-spi-batu-julianto-dituntut-15-tahun-penjara

Makarim, d. F. (2022, September 27). Waspada, Ini 7 Bentuk Kekerasan Seksual pada Anak.
Retrieved from halodoc.com: https://www.halodoc.com/artikel/waspada-ini-7-bentuk-
kekerasan-seksual-pada-anak

Prayatna, E. (2021, August -). Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual pada Anak. Retrieved
from https://www.erisamdyprayatna.com/:
https://www.erisamdyprayatna.com/2021/08/faktor-penyebab-terjadinya-kekerasan.html
Teknologi, K. P. (2022). Apa itu kekerasan seksual. Retrieved from Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Riset dan Teknologi:
https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/kekerasan-seksual/#:~:text=Kekerasan
%20Seksual%20adalah%20setiap%20perbuatan,mengganggu%20kesehatan%20reproduksi
%20seseorang%20dan

PROFIL PENULIS

Muh. Febrianto Ahta Putra

Ketertarikan penulis terhadap cabang ilmu sosial dan humaniora dimulai pada tahun
2021 silam. Hal tersebut membuat penulis sering melakukan pengamatan mengenai
aspek kehidupan manusia.
Selain beberapa aspek mengenai kehidupan manusia penulis juga memiliki ketertarikan
untuk mempelajari tingkah laku dan sifat manusia. Saat ini penulis sedang mengenyam pendidikan di
Universitas Islam Indonesia dan memilik untuk masuk ke program studi Manajemen pada tahun 2022.
Karena penulis juga memiliki ketertarikan mengenai bisnis dan keuangan serta operasional dalam
sebuah perusahaan.

Penulis suka untuk mempelajari hal-hal baru. Penulis mengalami kecakapan dalam kerja sama tim dan
kepemimpinan. Penulis gemar berinteraksi dan menyampaikan gagasan melalui presentasi. Dari
kegemaran itu penulis berharap agar ide penulis dapat diterima ataupun memberi kontribusi dan dapat
melakukan kolaborasi dengan ide atau gagasan lain baik yang berlawanan maupun yang satu
pendapat. Penulis juga berharap dapat memberikan kontribusi yang positif bagi bangsa dan negara
yang tercinta ini.

Email Penulis : febriantoahta@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai