Anda di halaman 1dari 10

C

PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSUAL PADA ANAK DAN REMAJA


UNTUK MENCEGAH TINGKAT KEKERASAN SEKSUAL DI INDONESIA

BIDANG KEGIATAN :
PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA - GAGASAN TERTULIS

Disusun Oleh :

NI KADEK ANDRY DWI PUTRI 2102612010482 ( Angkatan 2021 )

SITI NURHANUNG 2102612010502 ( Angkatan 2021 )

GUSTI AYU DIAN CANDRA KIRANI 2102612010503 ( Angkatan 2021 )

BRIGITTA ISMI SETYANINGRUM 2102612010506 ( Angkatan 2021 )

UNIVERSITAS MAHASARSWATI DENPASAR


2021/2022
i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I. .........................................................................................................................4
PENDAHULUAN. ....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Tujuan yang ingin dicapai ................................................................................................ 5
1.3 Manfaat yang ingin dicapai .............................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................6
GAGASAN.................................................................................................................6
a. Persoalan pencetus gagasan ................................................................................................ 6
b.Solusi ................................................................................................................................... 6
c. Pihak pihak terkait .............................................................................................................. 8
d. Langkah strategis. ............................................................................................................... 8
BAB III.......................................................................................................................9
KESIMPULAN .........................................................................................................9
Kesimpulan............................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA. ...............................................................................................10

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah seks masih dianggap tabu dikalangan masyarakat untuk dibicarakan didepan
anak-anak apalagi untuk mengajarkannya, sehingga anak cenderung beresiko terhadap
kekerasan seksual. Kejadian kekerasan seksual pada anak di Indonesia cenderung mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2016 tercatat sebanyak 2676 kasus kekerasan seksual pada
anak dan meningkat menjadi 2898 sepanjang Januari-Juli 2017. Sedangkan, sepanjang tahun
2021, mulai Januari hingga November, ditemukan ada 12.556 kasus kekerasan anak.
Pendidikan seks adalah upaya pengajaran penyadaran dan penerangan tentang masalah-
masalah seks yang diberikan kepada anak agar anak bisa mengerti masalah-masalah yang
berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan, sehingga jika anak telah dewasa dan dapat
memahami unsur-unsur kehidupan anak telah mengetahui masalah-masalah yang dihalalkan
dan diharamkan bahkan mampu menerapkan tingkah laku sebagai kebiasaan, dan tidak
mengikuti syahwat maupun cara-cara hedonistic.
Masyarakat beranggapan bahwa pendidikan seks belum pantas diberikan pada anak
kecil. Padahal pendidikan seks yang diberikan sejak dini sangat berpengaruh dalam
kehidupan anak ketika dia memasuki masa remaja. Apalagi anak-anak sekarang kritis, dari
segi pertanyaan dan tingkah laku. Itu semua karena pada masa ini anak-anak memiliki rasa
keingintahuan yang besar .
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat setidaknya ada 18
kasus kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan selama rentang waktu 2021 . Dari
hasil itu diketahui sebanyak 55 persen pelakunya merupakan guru.Dari 18
kasus kekerasan seksual di satuan pendidikan, 4 atau 22,22 persen dari total kasus
terjadi di sekolah di bawah kewenangan KemendikbudRistek, dan 14 atau 77,78
persen terjadi di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Agama.
Mayoritas kasus kekerasan seksual terjadi di satuan pendidikan berasrama
atau boarding school, yaitu sebanyak 12 satuan pendidikan (66,66 persen) dan terjadi
kekerasan seksual di satuan pendidikan yang tidak berasrama hanya di 6 satuan
pendidikan (33,34 persen).Kasus kekerasan seksual di satuan pendidikan di bawah
kemendikbudristek pun 2 (dua) diantaranya adalah sekolah berasrama, yaitu di kota
Medan dan di Batu, Kota Malang. Menariknya para pelaku dalam kasus ini justru
orang terdekat yakni Guru atau Tenaga Pendidik.
Kekerasan seksual pada anak terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi
seperti faktor internal dan faktor eksternal, dimana faktor internalnya adalah (1) faktor
biologis pada realitanya kehidupan manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan yang
harus dipenuhi diantaranya kebutuhan makanan, kebutuhan seksual, dan kebutuhan proteksi.
(2) faktor moral merupakan faktor penting untuk menentukan timbulnya kejahatan. Moral
sering disebut filter terhadap munculnya perilaku yang menyimpang. (3) faktor motivasi,
perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh
tujuan tertentu (Hersey & Blanchard, 2010). Anak hendaknya memperoleh pendidikan seks
sejak usia dini. Hal ini penting untuk mencegah berkembangnya pikiran-pikiran negatif pada
anak, terutama bila anak sudah mulai mengenal informasi dari media seperti Televisi ,
Internet, buku dan sebagainya. Demikian disampaikan oleh dr. Eka Viora, Sp.K.J.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan
memberikan gagasan mengenai penting pendidikan seksual pada anak dan remaja.

1.2 Tujuan yang ingin dicapai


Sesuai dengan masalah yang diangkat di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mencegah meningkatnya kekerasan seksual pada anak dan remaja di Indonesia.

1.3 Manfaat yang ingin dicapai


Berdasarkan uraian pada latar belakang, manfaat yang ingin dicapai adalah
meningkatkan wawasan para orang tua dan masyarakat bahwa pendidikan seksual terhadap
anak remaja adalah penting dan tidak menganggap bahwa pendidikan seksual itu tabu.
BAB II
GAGASAN

a. Persoaalan Pencetus Gagasan


Pelecehan seksual pada anak adalah semua kegiatan yang melibatkan anak dalam
kegiatan seksual. Mirisnya, kasus pelecehan ini di Indonesia kian meningkat.Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat, ada ribuan kasus kekerasan pada
anak di Indonesia. Dari angka tersebut, yang paling banyak dialami oleh anak adalah
kekerasan seksual.Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia menunjukkan bahwa
hampir 90% kasus kekerasan atau pelecehan seksual pada anak terjadi di rumah atau sekolah.
Umumnya, pelaku adalah orang terdekat. Untuk menghindari anak dari kasus kekerasan
seksual, peran keluarga khususnya sangatlah penting. Orang tua diharapkan bisa membangun
komunikasi yang baik dengan anak karena orang tua merupakan tempat utama bagi anak
untuk mengadu. Orang tua pun harus bisa membuat anak dapat terbuka dengan segala
aktivitas yang dilakukan dan menjadi tempat curahan hati bagi anak.
Komunikasi yang baik sangat penting diterapkan antara orang tua dan anak guna
menghasilkan hubungan positif. Komunikasi tersebut haruslah dibangun mulai dari anak usia
dini. Hal tersebut dimaksudkan supaya tercipta keterkaitan yang baik antara orang tua dan
anak agar dapat menciptakan hubungan harmonis. Namun, tidak jarang orang tua yang
sungkan untuk membangun komunikasi, terutama komunikasi yang berkaitan dengan masalah
seksual. Padahal, pengetahuan tersebut penting untuk ditanamkan kepada orang tua supaya
dapat melindungi sang buah hati dari ancaman serta tindak kekerasan seksual. Devito (1997:
259) menyebutkan, menurut sudut pandang humanistik ada lima faktor yang membuat
komunikasi antarpribadi menjadi efektif yaitu (1) keterbukaan (Openess): kualitas
keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama,
komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya
berinteraksi. Kedua, kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus
yang datang. Ketiga, menyangkut (a) “kepemilikan” perasaan dan pikiran; (b) empati:
Backrack dalam Devito mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk
mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang
orang itu, melalui kacamata orang lain itu.”; (c) sikap mendukung: hubungan antarpribadi
yang efektif adalah hubungan sikap mendukung; (d) sikap positif: mengomunikasikan sikap
positif dalam komunikasi antarpribadi dengan sedikitnya dua cara: menyatakan sikap positif
dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi; dan (e) kesetaraan:
dalam setiap situasi barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai,
lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada
dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini,
komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada
pengakuan secara diam-diam kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, serta
masingmasing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Komunikasi dalam keluarga lebih banyak komunikasi antarpribadi. Relasi
antarpribadi dalam setiap keluarga menunjukkan sifat yang kompleks. Komunikasi
antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang atau
kelompok kecil orang dengan berbagai efek dan umpan balik. Setiap komponen harus
dipandang dan dijelaskan sebagai bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi
antarpribadi. Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan orang tua
adalah untuk memberikan informasi, nasihat, mendidik dan menyenangkan anak. Anak
berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan atau
dalam memberikan respon dari pertanyaan orang tua. Komunikasi antaranggota keluarga
dilakukan untuk terjadinya keharmonisan dalam keluarga. Suasana harmonis dan lancarnya
komunikasi dalam keluarga antaranggota keluarga bisa tercapai apabila setiap anggota
keluarga menyadari dan menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil menikmati
haknya sebagai anggota keluarga (Gunarsa, 2004).

b. Solusi
Pelecehan seksual pada anak sangat penting untuk dicegah. Pencegahan harus
melibatkan berbagai pihak, meliputi keluarga, lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah.
Maka solusi yang diusulkan dalam gagasan tertulis ini adalah sebagai berikut, antara lain:
1. Mengajarkan Anak Tentang Anggota Tubuhnya
Orang tua sejak dini perlu mengajarkan bagian-bagian tubuh anak, termasuk
organ-organ intimnya. Meskipun umumnya orang tua akan merasa tabu untuk
mengenalkan bagian intim kepada anak, hal ini penting dilakukan.Pengenalan ini
penting dilakukan sebagai dasar edukasi seksual kepada anak. Jadi, bila ingin
menjaga anak dari perilaku ‘menyimpang’, salah satu cara menghindari
pelecehan seksual adalah dengan pengenalan anggota tubuh.
2. Mengajarkan Anak Bagian Tubuh yang Tidak Boleh Disentuh oleh Orang
Lain
Setelah mengajarkan anak tentang anggota tubuhnya, orang tua perlu
menekankan bagian-bagian yang tidak boleh disentuh atau dilihat oleh orang lain,
seperti dada, kemaluan, dan bokong.Selain itu, pelecehan seksual pada anak juga
dapat dicegah dengan mengajari anak rasa malu untuk memperlihatkan bagian-
bagian intim kepada orang lain sejak dini.
3. Mengajarkan Anak untuk Mewaspadai Orang yang Tidak Dikenal
Cara untuk menghindari pelecehan seksual berikutnya adalah mengajarkan anak
untuk bersikap waspada. Anak juga perlu diajarkan untuk waspada terhadap
orang yang tidak dikenal.Jika ada orang yang tidak dikenal berusaha
mendekatinya, termasuk memberikan barang atau makanan, ajarkan anak untuk
tidak tergoda. Apalagi orang tersebut sampai mengajak anak untuk ikut
dengannya. Pastikan anak mengerti dan tidak mau menerima ajakannya.
4. Mengajarkan Anak Apa yang Harus Dilakukan Jika Ada Orang yang Ingin
Menyentuhnya
Pelecehan seksual pada anak salah satunya dapat dicegah dengan mengajarkan
anak bagaimana untuk bertindak. Selain kewaspadaan, Anda juga perlu mengajari
si Kecil untuk bertindak defensif.Berkata tidak, lari, dan berteriak minta tolong
penting diajarkan jika ada orang asing yang ingin melihat atau menyentuh
bagian-bagian tubuh anak, seperti dada, kemaluan, dan bokong.
5. Deteksi Dini Tanda-Tanda Pelecehan Seksual pada Anak
Terkadang, Anak malu atau tidak berani menceritakan pelecehan seksual yang
dialaminya. Anda dapat mendeteksinya dengan melihat perubahan perilaku anak,
misalnya ia menjadi mudah marah dan depresi.Jika ada perubahan perilaku pada
anak, ajaklah anak untuk berbicara dari hati ke hati agar anak lebih terbuka
dengan Anda.

c. Pihak pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan


gagasan
Pihak yang terlibat dalam pencegahan kekerasan seksual adalah sebagai berikut:
1. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
2. Dinas Pendidikan Kabupaten dan Propinsi
3. Pihak sekolah (guru dan siswa)
4. Pihak orang tua
5. .Masyarakat

d. Langkah strategis
Adapun langkah strategis yang diambil dalam pencegahan kekerasan seksual pada
anak adalah sebagai berikut:
1. Upaya Pereventif

Upaya penanggulangan preventif adalah merupakan upaya yang bertujan


untuk dapat mencegah, mengurangi dan menghapuskan kejahatan.Pertama, untuk
mengatasi pelecehan seksual dan kekerasan terhadap anak melalui tindakan preventif,
masyarakat perlu mengetahui alasan pelaku melakukan perilaku tersebut.Pendidikan
seks dini bagi anak dan orang tua merupakan titik awal yang baik untuk melindungi
diri anak.Disini pendidikan seks bukanlah kedewasaan anak, melainkan pengenalan
tentang organ tubuh anak dan harus dilindungi oleh diri sendiri.

Semua pihak harus berkomunikasi secara baik dengan anak tetang masalah
seks. Kesadaraan masyarakat akan pentinya pendidikan seks anak usia dini juga
mendorong dan mendukung upaya memahami bela diri anak secara benar. Langkah
lain yang dapat dilakukan adalah pendidikan sosial untuk mengembangkan tanggung
jawab sosial kepada anggota masyarakat, dan menumbuhkan kesehatan mental
masyarakat melalui pendidikan moral dan agama(Lukman, 2008:80).

2. Upaya Represif

Tindakan represif untuk menangani pelecehan seksual dan kekerasan


terhadap anak merupakan salah satu bentuk sanksi pidana yang ditetapkan oleh
Indonesia mengklasifikasikan pelecehan seksual sebagai tindak pidana yang di kenai
sanksi pidana. Lembaga pengasuhan anak telah dibentuk, seperti Komite Nasional
Perlindungan Anak, Komite Perlindungan Anak Indonesia, dan banyak lembaga
swadaya masyarakat yang dibentuk untuk melindungi kepentingan anak. Organisasi
lain harus meningkatkan dedikasinya terhadap pendidikan seks anak. Layanan
rehabilitasi untu orang tua dan anak-anak serta korban

Proses pemulihan kondisi fisik dan mental tentunya membutuhkan peran


penting orangtua dan masyarakat sekitar agar anak tidak malu dengan cederanya atau
sembuh total. Peran aktif orangtua dalam memulihkan kondisi fisik dan psikis anak
akan mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan balas dendam berat terhadap anak
dan trauma berat yang merugikan orang lain.

3. Penyuluhan kepada masyarakat


Pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kekerasan
seksual pada anak , cara mencegah kekerasan seksual terjadi dan bagaimana
mengindentifikasi jika anak tersebut mengalami kekerasan seksual tentu sangat di
butuhkan.
4. Adanya kurikulum pembelajaraan seksual di sekolah
Pemberian materi seksual kepada anak di sekolah untuk memberikan
wawasan kepada anak perihal organ-organ yang tidak boleh di sentuh dan sikap yang
tidak boleh di lakukan untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual.Serta
bertambahnya wawasan anak dan remaja tentang pentingnya menjaga rasa nafsu dan
cara mengontrolnya.

Anda mungkin juga menyukai