Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia salah satu masalah besar yang marak diperbincangkan adalah tindak
kriminal terhadap anak. Mulai dari kekerasan, pembunuhan, penganiayaan dan bentuk
tindakan kriminal lainnya yang berpengaruh negatif bagi kejiwaan anak.
Seharusnya seorang anak diberi pendidikan yang tinggi, serta didukung dengan kasih
sayang keluarga agar jiwanya tidak terganggu.hal ini terjadi karena Banyak orangtua
menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan
adalah bagian dari mendisiplinkan anak.
Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam
mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya. Keluarga adalah tempat pertama kali anak
belajar mengenal aturan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Kekerasan terhadap anak dapat diartikan sebagai perilaku yang sengaja maupun tidak
sengaja yang ditujukan untuk mencederai atau merusak anak, baik berupa serangan fisik
maupun mental.
Dalam menyiapkan generasi penerus bangsa anak merupakan asset utama. Tumbuh
kembang anak sejak dini adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan negara.
Namun dalam proses tumbuh kembang anak banyak dipengaruhi oleh berbagai factor
baik biologis, psikis, sosial, ekonomi maupun kultural yang menyebabkan tidak
terpenuhinya hak – hak anak.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi anak telah disahkan Undang - Undang
(UU) Perlindungan Anak yaitu UU No. 23 Tahun 2002 yang bertujuan untuk menjamin
terpenuhinya hak – hak anak agar anak dapat hidup, tumbuh berkembang dan
berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatkan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas berakhlak mulia dan sejahtera.
Akibat kehilangan hak – haknya, banyak anak – anak menjalani hidup mereka sendiri.
Oleh karena tidak memiliki arah yang tepat, maka banyak pula anak - anak mulai
bersinggungan dengan hukum. Tindakan yang melawan hukum seperti pencurian,
perkelahian dan narkoba sangat sering dilakukan oleh anak. Hal ini terjadi karena mereka
sudah kehilangan hak-hak yang seharusnya mereka miliki.
2
Pasal 13 (1) Undang – undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
disebutkan setiap anak selama dalam pengasuhan orangtua, wali atau pihak lain yang
bertanggung jawab atas pengasuhan.
Selanjutnya dalam Pasal 11 UU No. 23 tahun 2002 disebutkan pula bahwa setiap anak
berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya,
bermain, berekreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi
pengembangan diri. Anak adalah pemimpin masa depan siapapun yang berbicara tentang
masa yang akan datang, harus berbicara tentang anak-anak.
Menyiapkan Indonesia kedepan tidak cukup kalau hanya berbicara soal income per
kapita, pertumbuhan ekonomi, nilai investasi, atau indikator makro lainnya. Sesuatu yang
paling dasar adalah sejauh mana kondisi anak disiapkan oleh keluarga, masyarakat dan
negara. Anak – anak yang karena ketidakmampuan, ketergantungan dan ketidakmatangan
baik fisik mental maupun intelektualnya perlu mendapat perlindungan, perawatan dan
bimbingan dari orang tua (dewasa).
Perawatan, pengasuhan serta pendidikan anak merupakan kewajiban agama dan
kemanusiaan yang harus dilaksanakan mulai dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara.
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang senantiasa harus kita jaga karena
dalam dirinya melekat pula harkat, martabat dan hak – hak sebagai manusia yang harus
dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan anak adalah masa depan bangsa dan generasi
penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi.
Orangtua, keluarga dan masyarakat bertanggungjawab untuk menjaga dan
memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum.
Demikian pula dalam rangka penyelenggaraaan perlindungan anak, negara dan
pemerintah juga bertanggungjawab untuk menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi
anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal.
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin
dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun.
Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu adanya
peran masyarakat baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga
swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media
massa dan lembaga pendidikan.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Sistem Perlindungan Anak Di Indonesia?
2. Apa saja Sistem Pemberian Pelayanan Kesejahteraan Perlindungan Anak di
Indonesia?
3. Apa saja kesejahteraan pengasuhan dan perlindungan anak ?
4. Apa pengertian pengasuhan Anak ?
5. Apa pengertian perlindungan Anak ?
6. Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan, Pengasuhan dan
Perlindungan Anak ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Sistem Perlindungan Anak Di Indonesia
2. Mengetahui Kedudukan Anak Di Indonesia
3. Mengetahui Sistem Pemberian Pelayanan Kesejahteraan Perlindungan Anak di
Indonesia
4. Mengetahui kesejahteraan pengasuhan dan perlindungan anak
5. Mengetahui pengertian pengasuhan Anak
6. Mengetahui pengertian perlindungan Anak
7. Apa Standar Lembaga Pelayanan Pengasuhan Anak
8. Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan, Pengasuhan dan
Perlindungan Anak
9. Mengetahui Kebutuhan Balita
10. Mengetahui pengertian Anticipatory Guidence
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Dalam konteks ini bahwa Columbia University dan Universitas Indonesia, bekerja
sama dengan UNICEF dan Departemen Perencanaan Bahasa Indonesia (BAPPENAS)
mendirikan Universitas berbasis “Center of Excellence”, Pusat tentang Perlindungan
Anak, yang akan berfungsi sebagai model dari akademisi, pemerintah dan keterlibatan
masyarakat sipil yang memberikan kontribusi untuk sistematisasi dan profesionalisasi
perlindungan anak di Indonesia melalui penelitian, analisis dan evaluasi.
6
memprogramkan kembali intervensi dari masing masing stakeholder diperlindungan
anak.
Negara mengakui anak sebagai pemegang hak dan berhak atas perlindungan,
mempromosikan tanggungjawab dan akuntabilitas negara untuk kesejahteraan anak. Fokus
pada pencegahan kekerasan disumber masalahnya, pengembangan sistem kesejahteraan
yang dilaksanakan oleh negara yang komprehensif (bukan jejaring kerja/proyek),
menjangkau semua anak dan fokus pada keluarga dan masyarakat.
7
Kerja kerja berbasis sistem lebih teroganisir dan bersungguh sungguh, dapat
diprediksi, interaktif dan saling terkait satu sama lainnya.
8
Kampanye Kesadaran ; Pendidikan, media, Kelompok Pengasuhan
Pencegahan primer bertujuan untuk memperkuat kapasitas masyarakat secara menyeluruh
dalam pengasuhan anak dan memastikan keselamatan mereka.
Meliputi kegiatan yang mengubah sikap dan perilaku, memperkuat ketrampilan orangtua
dan menyadarkan masyarakat tentang dampak yang tidak diinginkan dari kekerasan
terhadap anak.
Pencegahan sekunder atau layanan intervensi dini difokuskan pada keluarga dan anak anak
yang beresiko dilakukan dengan mengubah keadaan sebelum perilaku kekerasan
menimbulkan dampak buruk secara nyata terhadap anak anak misalnya melalui konseling
dan mediasi keluarga serta pemberdayaan ekonomi.
Intervensi tersier menangani situasi dimana anak sudah dalam keadaan krisis sebagai
akibat kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, penelantaran, atau tindakan-tindakan buruk
lainnya. Oleh karena itu, intervensi ini bertujuan untuk membebaskan anak-anak dari
dampak buruk atau, jika dianggap layak, melakukan pengawasan terstruktur dan
memberikan layanan dukungan. Mekanisme pencegahan dianggap lebih dibandingkan
tepat dibandingkan intervensi tersier atau reaktif.
Semua rangkaian sistem baik tertier, sekunder dan primer harus saling terhubungkan
dalam sebuah rangkaian kesatuan perlindungan bagi anak-anak.
9
Pada tahun 1990 Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA)
melalui Keppres 36/1990 pada tanggal 25 Agustus 1990 dimana substansi inti
dari KHA adalah adanya hak asasi yang dimiliki anak dan ada tanggung jawab
Negara-Pemerintah-Masyarakat-dan Orangtua untuk kepentingan terbaik bagi
anak agar meningkatnya efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak secara
optimal. Kemudian KHA dikuatkan dengan terbitnya Undang Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang mengatur tentang Hak dan
Kewajiban Anak, serta kewajiban dan tanggug jawab negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan orangtua.
Di samping itu juga diatur tentang kuasa asuh, perwalian, pengasuhan dan
pengangkatan anak, serta penyelenggaraan perlindungan.
10
Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden, telah ditetapkan Keputusan
Menteri Sosial RI Nomor 15A/HUK/2010 Tentang Panduan Umum Program
Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), dan untuk operasionalisasi PKSA telah
diterbitkan Pedoman Operasional Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
melalui Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Nomor: 29/RS-KSA/2011
Tentang Pedoman Operasional PKSA. Mulai tahun 2010, layanan PKSA telah
diperluas jangkauan target sasaran maupun wilayahnya. PKSA dikembangkan
dengan perspektif jangka panjang sekaligus untuk menegaskan komitmen
Kementerian Sosial untuk merespon tantangan dan upaya mewujudkan
kesejahteraan sosial anak yang berbasis hak. Perwujudan dari kesungguhan
Kementerian Sosial mendorong perubahan paradigma dalam pengasuhan,
peningkatan kesadaran masyarakat, penguatan tanggung jawab orangtua/
keluarga, dan perlindungan anak yang bertumpu pada keluarga dan masyarakat,
serta mekanisme pemenuhan kebutuhan dasar anak yang dapat merespon
keberagaman kebutuhan melalui tabungan.
11
terdapat 225.750 hingga 315.000 anak jika jumlah panti sebanyak 5.250 dan
370.230 hingga 516.600 anak jika jumlah panti 8.610”. Walaupun orangtua
mereka masih lengkap, karena faktor kemiskinan dan agar anak dapat terpenuhi
kebutuhan dasar serta memperoleh layanan sosial dasar (pendidikan dan
kesehatan) mereka memasukkan anaknya ke panti asuhan.
Pada tahun 2011 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
bekerjasama dengan Pusat Kajian Perlindungan Anak Universitas Indonesia, dan
Bank Dunia telah melakukan kajian yang berfokus pada PKSA yaitu menganalisis
proses pelaksanaan program serta kontribusinya terhadap pengembangan
pendekatan perlindungan. Hasil kajian tersebut menunjukkan antara lain : “PKSA
memberikan manfaat yang sangat berharga kepada mereka yang membutuhkan,
meskipun pelaksanaan program tersebut masih memiliki banyak kekurangan”. Dari
hasil penelitian ini juga terungkap bahwa pelaksana PKSA belum memiliki data dasar
untuk mengukur keberhasilannya sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan yaitu:
a. Jumlah anak terlantar (termasuk anak balita), anak jalanan, anak- anak berhadapan
dengan hukum, anak-anak penyandang cacat, dan anak-anak yang membutuhkan
perlindungan khusus yang mampu mengakses layanan dasar meningkat.
b. Persentase orangtua atau keluarga yang bertanggung jawab dalam perawatan dan
perlindungan anak meningkat.
c. Jumlah anak yang mengalami masalah sosial menurun.
d. Jumlah lembaga kesejahteraan sosial yang memberikan jasa perlindungan bagi
anak-anak meningkat.
e. Jumlah pelayanan yang diberikan LKSA (Lembaga Pelaksana PKSA) meningkat.
f. Jumlah pekerja sosial, tenaga kesejahteraan sosial dan relawan sosial di bidang
kesejahteraan sosial meningkat.
g. Jumlah kerangka hukum yang mengatur perawatan dan perlindungan anak
sebagai dasar hukum PKSA bertambah. Hasil penelitian ini mengharapkan
KEMENSOS dan BAPPENAS harus bekerja dengan lebih terstruktur untuk
mempromosikan integrasi perlindungan anak dalam kebijakan Negara di bidang sosial
ekonomi. Untuk itu diperlukan suatu pengkajian dan bukti yang dapat membantu
pengembangan sistem kesejahteraan, pengasuhan, dan perlindungan anak.
12
2.3 Kesejahteraan, Pengasuhan dan Perlindungan Anak
Kesejahteraan, pengasuhan dan perlindungan anak adalah tiga
konsep yang tidak terpisahkan dimana untuk mencapai
kesejahteraan, anak membutuhkan pengasuhan dan perlindungan.
Bab ini menguraikan tentang ketiga konsep tersebut dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
A. Kesejahteraan Anak
Sebagaimana diuraikan dalam Child and Family Services Review process, ada tiga
variabel kesejahteraan. Tiga variabel kesejahteraan dikonseptualisasikan dalam
kerangka berikut yaitu : Pertama, kesejahteraan dalam arti keluarga memiliki
peningkatan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka. Konsep ini
mencakup pertimbangan kebutuhan dan pelayanan kepada anak- anak, orangtua,
dan orangtua asuh serta keterlibatan anak-anak, remaja, dan keluarga dalam
perencanaan pemecahan masalah. Dalam hal ini kunjungan pekerja sosial dengan
anak-anak dan orangtua merupakan hal yang penting, karena hasil penelitian pada
52 negara bagian dan teritori telah menemukan hubungan yang kuat dan positif
yang signifikan secara statistik antara kunjungan petugas sosial dengan anak-anak
dan hasil keselamatan dan/kesejahteraan anak. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Biro Anak, ada nilai "kekuatan" untuk kunjungan petugas sosial dengan anak
yang berkaitan secara bermakna dengan nilai “pencapaian substansial” untuk
peringkat kelima dari tujuh hasil (www.acf.hhs.gov/program/ cb, diambil
September 28, 2004). Kedua, kesejahteraan dalam arti: anak-anak dan remaja
menerima layanan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.
Ketiga, kesejahteraan dalam arti: anak-anak dan remaja menerima pelayanan yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kesehatan mental
mereka. (CHILD WELFARE, For The Twenty-First Century, 2005) Dalam
kenyataannya, yang pertama adalah yang paling umum dan paling luas cakupannya.
13
2.4 Perlindungan Anak
Di Indonesia, Perlindungan Anak diatur dalam Undang Undang Nomor 23
Tahun 2002 yaitu segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
14
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan, Pengasuhan dan
Perlindungan Anak
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan, pengasuhan dan
perlindungan anak antara lain : pelaksanaan peran dan fungsi keluarga atau keluarga
pengganti, dan keberfungsian lembaga perlindungan anak dan penerapan sanksi
terhadap pelaku perlakuan salah terhadap anak. Setiap keluarga memiliki sejumlah
peranan yang mesti dilaksanakan. Menurut Jhonson (1988), peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan
masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Ayah sebagai suami dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari naThah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai
pencari naThah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Selain memiliki peranan, setiap keluarga juga memiliki sejumlah fungsi yang mesti
dilaksanakan. Menurut Zastrow (1999), beberapa fungsi keluarga, yaitu:
a. Replacement of the population. Replacement yang berarti adanya fungsi
regenerasi.
b. Care of the young, yang berarti pengasuhan dan perawatan, sampai anak
memasuki usia remaja. Dalam posisi seperti ini keluarga merupakan meta
institusi di dalam kehidupan anak.
c. Sosialization of new members, fungsi untuk mensosialisasikan nilai-nilai
budaya, norma, bahasa, dan lain-lain kepada anggota keluarga.
d. Regulation of Sosial behavior, fungsi pengaturan perilaku sosial. Kegagalan
15
pengaturan perilaku sosial akan menghasilkan ketidakcocokan dengan harapan
yang diinginkan.
e. Source of affection. Fungsi untuk memberikan kasih sayang, cinta yang tulus
kepada semua anggota keluarga. Bilamana hal ini mengalami kegagalan, maka
keluarga akan menjadi kurang harmonis.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia menghadapi masalah serius terkait dengan hak dan kesejahteraan anak-
anak. Hampir setengah dari anak-anak Indonesia berusia antara 13 dan 18 tahun putus
sekolah; hampir tiga juta anak terlibat dalam perburuhan anak berpotensi berbahaya, dan
sekitar 2,5 juta anak Indonesia menjadi korban kekerasan setiap tahun. Lebih dari 80%
anak-anak sedang menjalani proses peradilan berakhir di belakang bar dan jumlah yang
lebih besar adalah tanpa bantuan hukum. Statistik ini menggarisbawahi kebutuhan untuk
mengintensifkan dan memperkuat upaya saat ini untuk meningkatkan perlindungan anak
di Indonesia. 2008 review dari Pemerintah Program Negara Indonesia dan UNICEF
Kerjasama menyoroti hubungan antara kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan anak
dan pengembangan ekonomi nasional yang adil dan berkelanjutan.
3.2 Saran
Setelah menulis makalah ini, penulis menyarankan agar sistem perlindungan anak di
Indonesia harus ditingkatkan lagi, mengingat banyaknya resiko yang akan terjadi pada
anak-anak di Indonesia karena kesalahan penggunaan Sistem perlindungan anak di
Indonesia ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan:
Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS).
Buku-buku:
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI bekerjasama dengan Pusat Kajian
Perlindungan Anak Universitas Indonesia dan Bank Dunia. (2011). Membangun
Sistem Perlindungan Anak di Indonesia, Sebuah Kajian Pelaksanaan PKSA
Kementerian Sosial RI dan Kontribusinya terhadap Sistem Perlindungan Anak.
Hikmat, Hari. (2006). Pedoman Analisis Kebijakan Kesejahteraan Sosial, Pada Tgl 05
Maret 2008 Disampaikan dalam Kegiatan Finalisasi Pedoman Analsis
Kebijakan Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI.
Kementerian Sosial RI, Badan Pusat Statistik. (2012). Profil PMKS, Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial, INDONESIA 2011. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Sosial RI.
Mallon, Gerald P and Peg McCartt Hess. (2005). Child Welfare For The Twenty-First
Century. A Handbook of Practices, Policies, and Program. Columbia
University Press.
18