Di Susun Oleh :
KELOMPOK 3
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai “Sistem
Perlindungan Anak”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak tantangan dan hambatan yang
penulis lalui. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh sebab itu, penulis meminta pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya
yang dapat membangun. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan menfaat bagi kita
sekalian.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
manusia yang harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan anak adalah masa
depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak
atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi.
Orangtua, keluarga dan masyarakat bertanggungjawab untuk menjaga
dan memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan
oleh hukum.
Demikian pula dalam rangka penyelenggaraaan perlindungan anak,
negara dan pemerintah juga bertanggungjawab untuk menyediakan fasilitas dan
aksesibilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan
perkembangannya secara optimal. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan
sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur
18 tahun.
Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak,
perlu adanya peran masyarakat baik melalui lembaga perlindungan anak,
lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan,
organisasi sosial, dunia usaha, media massa dan lembaga pendidikan.
5
5. Mengetahui Perlindungan Anak Berbasis Masyarakat Sebagai Pendekatan
Berbasis System.
6. Mengetahui Kedudukan Anak Di Indonesia.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
f. Memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya,
anak yang harus memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan
khusus.
g. Untuk menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima mencari dan
memberikan informasi sesuai tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatuhan.
h. Untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak
sebaya beriman, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan
tingkat kecerdasannya untuk mengembangkan diri.
i. Mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi
maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan,
ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya.
j. Diasuh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan atau ada aturan
hukum yang sah menunjukkan bahwa perpisahan tersebut adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
8
f. Penghindaran dari publikasi atas identitasnya.
g. Pemberian keadilan di muka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak dan
dalam sidang yang tetutup umum.
9
mengembangkan pedoman. Perda yang mengacu pada pendekatan berbasis sistem
terhadap perlindungan anak merupakan sebuah langkah yang positif. Perlindungan
anak melalui pendekatan berbasis sistem meliputi (1) Sistem perlindungan anak
yang efektif melindungi anak dari segala bentuk kekerasan, perlakuan salah,
eksploitasi dan penelantaran, (2) Sistem perlindungan anak yang efektif
mensyaratkan adanya komponen-komponen yang saling terkait, (3) Rangkaian
pelayanan perlindungan anak di tingkat masyarakat dimulai dari layanan
pencegahan primer dan sekunder sampai pelayanan tersier (Unicef Indonesia,
2012).
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014,
dimana pada Pasal 73a menyatakan bahwa (1) Dalam rangka efektivitas
penyelenggaraan perlindungan anak, kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang perlindungan anak harus melakukan koordinasi lintas
sektoral dengan lembaga terkait, (2) Koordinasi dilakukan melalui pemantauan,
evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan perlindungan anak. Pada pasal 74
menyatakan bahwa (1) Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan
penyelenggaraan pemenuhan hak anak, dengan undang-undang ini dibentuk
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang bersifat independen, (2)
Dalam hal diperlukan, Pemerintah Daerah dapat membentuk Komisi Perlindungan
Anak Daerah atau lembaga lainnya yang sejenis untuk mendukung pengawasan
penyelenggaraan perlindungan anak di daerah.
Berikut ini cara melindungi anak dari kekerasan fisik dan kejahatan
seksual dimana banyak pelaku kekerasan fisik dan seksual banyak dilakukan oleh
orang yang dikenal oleh anak. Cara melindunginya yaitu dimulai dengan:
1. Bangun komunikasi dengan anak.
a. Dengarkan cerita anak dengan penuh perhatian.
b. Hargai pendapat dan seleranya walaupun orang tua tidak setuju.
c. Jika anak bercerita sesuatu hal yang sekiranya membahayakan, tanyakan
anak bagaimana mereka menghindari bahaya tersebut.
d. Orang tua belajar untuk melihat dari sudut pandang anak. Jangan cepat
mengkritik atau mencela cerita anak.
10
2. Cara yang dilakukan jika mengira anak menjadi korban kekerasan fisik
atau kekerasan seksual:
a. Beri lingkungan yang aman dan nyaman agar dia dapat berbicara
kepada Anda atau orang dewasa yang dapat dipercaya.
b. Yakinkan anak bahwa dia tidak bersalah dan tidak melakukan apapun
yang salah. Yang bersalah adalah orang yang melakukan hal tersebut
kepadanya.
c. Cari bantuan untuk menolong kesehatan mental dan fisik.
d. Konsultasi dengan aparat negara yang dapat dipercaya bagaimana
menolong anak tersebut.
e. Laporkan kejadian ini kepada Komisi Anak Nasional.
f. Jaga rahasia: kejadian dan data pribadi anak agar tidak menjadi rumor
yang akan menjadi beban dan penderitaan mental anak. Dalam undang-
undang hak anak: anak yang menjadi korban kejahatan seksual berhak
untuk dirahasiakan namanya.
11
kelembagaan di setiap tingkat. Proses dan kriteria pelaporan, penilaian, dan
perencanaan intervensi dan penanganan kasus perlu dipetakan, yang
kemudian dilakukan standarisasi dan disosialisasikan di semua tingkat.
12
masyarakat dengan tujuan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tentang
dampak yang tidak diinginkan dari kekerasan terhadap anak.
Selain itu, KPAD juga mengupayakan adanya kebijakan dan kertersediaan
anggaran di tingkat desa, membangun peran serta aktif dari anak, masyarakat dan
pemerintah secara bersama sama, serta membangun sistem rujukan ke tingkat
kecamatan dan kabupaten.
KPAD/KPAK pun bekerja pada layanan sekunder, seperti melakukan
mediasi dan konsultasi bagi masalah masalah anak yang terjadi dlingkungan
mereka tinggal.Kepercayaan penuh masyarakat kepada KPAD, membuat KPAD
harus bertindak demi kepentingan terbaik anak. Membangun jejaring untuk proses
penanganan anak lebih lanjut kesistem rujukan baik di Tk Kecamatan/ kabupaten.
Sebagian KPAD/KPAK yang tebentuk saat ini sudah menjadi bagian
dalam struktur layanan perlindungan anak di Kecamatan/Kabupaten, yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam layanan perlindungan anak
dari Desa/Kelurahan – Kecamatan dan Kabupaten.
Memiliki peran dan fungsi KPAD dengan lebih mengedepankan pada
pencegahan, sangatlah bersinergi pada pendekatan perlindungan anak masa kini
dan merupakan bentuk nyata dari sebuah pendekatan yang berbasis sistem yang
langsung menyentuh ranah anak dan keluarga.
13
b. Arti atau nilai anak bagi orang tua;
Menurut majalah dharma Wanita 1993 no. 92 halaman 65 menyebutkan
bahwa anak adalah rahmat Allah, amanah Allah, barang gadaian, penguji
iman, media beramal, bekal di akhirat, unsur kebahagiaan, tempat bergantung di
hari tua, penyambung cita-cita, makhluk yang harus dididik.
14
a. Anak-anak, yaitu struktur penduduk dengan rentang usia 0 – 14 tahun atau
bisa disebut usia belum produktif
b. Dewasa, yaitu struktur penduduk dengan rentang usia 15 – 64 tahun atau
disebut dengan usia produktif
c. Usia lanjut (manula), yaitu struktur penduduk dengan usia 65 tahun ke atas
disebut usia tidak produktif
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Indonesia menghadapi masalah serius terkait dengan hak dan
kesejahteraan anak-anak. Hampir setengah dari anak-anak Indonesia berusia
antara 13 dan 18 tahun putus sekolah; hampir tiga juta anak terlibat dalam
perburuhan anak berpotensi berbahaya, dan sekitar 2,5 juta anak Indonesia
menjadi korban kekerasan setiap tahun. Lebih dari 80% anak-anak sedang
menjalani proses peradilan berakhir di belakang bar dan jumlah yang lebih besar
adalah tanpa bantuan hukum. Statistik ini menggarisbawahi kebutuhan untuk
mengintensifkan dan memperkuat upaya saat ini untuk meningkatkan
perlindungan anak di Indonesia. 2008 review dari Pemerintah Program Negara
Indonesia dan UNICEF Kerjasama menyoroti hubungan antara kebutuhan untuk
meningkatkan perlindungan anak dan pengembangan ekonomi nasional yang
adil dan berkelanjutan.
3.2. Saran
Setelah menulis makalah ini, penulis menyarankan agar sistem
perlindungan anak di Indonesia harus ditingkatkan lagi, mengingat banyaknya
resiko yang akan terjadi pada anak-anak di Indonesia karena kesalahan
penggunaan Sistem perlindungan anak di Indonesia ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
17