Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISA TENTANG PELAKSANAAN PEMENUHAN HAK TUMBUH


KEMBANG ANAK OLEH LEMBAGA KESEHJATERAAN SOSIAL ANAK
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2014 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK (STUDI KASUS PROGRAM PENGASUHAN
SOS CHILDREN’S VILLAGES
DI INDONESIA)

Oleh:
Boris Silvanus Pandapotan
8052001018

Persetujuan Untuk Seminar Rancangan Penelitian Tesis pada Hari/Tanggal:


……, ……………

Pembimbing 1:
Dr. Niken Savitri, S.H., MCL.

Pembimbing 2:
Dr. iur. Liona Nanang Supriatna, S.H., M.Hum.

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

BANDUNG
MARET 2023
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................................15
C. Tujuan penelitian...................................................................................................16
D. Metode Penelitian...................................................................................................16
E. Sistematika Penulisan............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

2
1

A. Latar Belakang

Anak adalah masa depan setiap negara yang perlu mendapatkan jaminan

dalam pemenuhan hak-haknya. Anak merupakan potret dari masa depan sebuah

bangsa, sehingga hak-hak anak harus dijunjung tinggi. Setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta mendapatkan

perlindungan hukum. Dalam melakukan perlindungan anak diperlukan peran

negara, orangtua, keluarga dan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,

organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa bahkan

lembaga peradilan.1

Anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan2. Pandangan yang visioner, anak

merupakan bentuk investasi yang menjadi indikator keberhasilan suatu bangsa

dalam melaksanakan pembangunan. Keberhasilan pembangunan anak akan

menentukan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang3. Dalam

pasal 28 B ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

berbunyi bahwa :

“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang


serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”

1
Mardi Candra, Aspek Perlindungan Anak Indonesia Analisis Tentang Perkawinan Di Bawah
Umur, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2018, hlm. 1-2.
2
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
3
Bagong Suyanto, Pekerja Anak dan Kelangsungan pendidikannya, Airlangga University Press,
2003, hal.21
2

Namun pada kenyataannya tidak semua anak bernasib baik, tidak semua

anak yang lahir di dunia ini memiliki orangtua yang lengkap dan dapat memenuhi

semua kebutuhan hidupnya atau ada juga anak yang terlahir yatim atau piatu

dimana anak tersebut kehilangan orang tuanya, ada juga anak yang orang tuanya

memiliki kesulitan ekonomi bahkan ada juga anak yang terlantar. Hal tersebut

tentu menjadi sebuah masalah bagi anak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,

baik pendidikan, kesehatan bahkan status hukum anak tersebut dalam

perwaliannya.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 telah

mengamanahkan kepada pemerintah untuk memelihara fakir miskin dan anak-

anak terlantar.4 Peran aktif Pemerintah merupakan hal yang wajar dan seharusnya

diterapkan di dalam negara kita, karena soal perlindungan kepentingan anak dan

sosial kesejahteraan anak adalah menyangkut kesejahteraan sosial yang menjadi

salah satu tanggung jawab negara sebagaimana dengan tegas diakui di dalam

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial khususnya

pada ketentuan Pasal 1 ayat (1)5. Dalam Undang Undang Dasar Pasal 34 ayat (1)

disebutkan bahwa “Fakir Miskin dan Anak terlantar dupelihara oleh Negara”

Anak sebagai sebuah pribadi yang sangat unik dan memiliki ciri yang

khas. Walaupun dia dapat bertindak berdasarkan perasaan, pikiran, dan

kehendaknya sendiri, ternyata lingkungan sekitar mempunyai pengaruh yang

cukup besar dalam membentuk perilaku seorang anak. Untuk itu bimbingan,
4
Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
5
Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak. Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hlm. 7

2
3

pembinaan dan perlindungan dari orang tua, guru serta orang dewasa lainnya

sangat di butuhkan oleh Anak didalam perkembangannya. Begitu juga dalam

pemenuhan hak- hak anak yang telah disepakati dalam Konvensi Hak Anak. 6

Menurut Konvensi Hak Anak oleh PBB, hak anak dapat dikelompokan

menjadi 4 (empat), sebagai berikut :

1. Hak Kelangsungan Hidup adalah hak untuk mempertahankan hidup serta

mendapatkan standar Kesehatan dan perawatan yang baik. Hak

kelangsungan hidup juga memberikan hak pada anak untuk mengetahui

tentang keluarga dan identitas dirinya.

2. Hak Perlindungan adalah anak mendapatkan perlindungan diri dari

kekerasan, keterlantaran, eksploitasi, dan diskriminasi. Hak ini membuat

anak melakukan berbagai kegiatan dengan bebas

3. Hak Tumbuh Kembang adalah berarti anak mendapatkan Pendidikan

untuk meraih standar hidup yang layak. Standar hidup yang layak tersebut

meliputi perkembangan mental, fisik, spiritual, social dan moral. Dengan

hak ini setiap anak berhak untuk belajar di sekolah, bermain dan

beristirahat. Anak-anak berhak juga memperoleh tempat tinggal dan

makanan serta minuman secara layak demi mendukung tumbuh dan

kembangnya

4. Hak Berpartisipasi adalah anak diberikan kesempatan untuk

mengemukakan pendapat dengan bebas sesuai dengan kehidupannya

6
Ibid., Hlm. 11
4

sebagai anak. Berhak juga mendapatkan informasi sesuai dengan usianya.

Selain itu, anak berhak menyatakan pendapat dalam segala hal yang

mempengaruhi hal anak.

Penelitian ini akan berfokus pada salah 1 hak dari 4 empat hak yaitu hak

tumbuh kembang anak. Hak tumbuh kembang juga meliputi hak memperoleh

pendidikan dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak. Standar hidup yang

layak ini mencakup standar hidup untuk perkembangan fisik, mental, spiritual,

moral, dan sosial. Dengan adanya hak tumbuh kembang, ini artinya anak-anak

berhak untuk sekolah, mendapatkan tempat tinggal, hingga mendapatkan makanan

dan minuman yang layak. Selain itu, hak anak-anak adalah untuk bermain dan

mendapatkan istirahat yang cukup. Hal ini diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak-anak.7

Dalam melakukan pemenuhan hak anak bagi mereka yang kehilangan

pengasuhan/ yatim piatu dilakukan oleh pemerintah melalui pelayanan sosial.

Indonesia melaksanakan pelayanan sosial melalui tiga pilar yaitu pemerintah,

masyarakata sipil dan perusahaan. Di pemerintahan pada umumnya melakukan

pelayanan melalui lembaga-lembaga resmi dimulai dari bidang pendidikan,

kesehatan, keamanan, keagamaan dan sosial, hal ini dilakukan demi terwujudnya

kesehjateraan masyarakat. Tetapi realitanya pemerintah tidak mampu memberikan

pelayanan ini secara maksimal, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan tenaga,

jumlah dan tempat pelayanan. Banyak penduduk yang membutuhkan pelayanan,


7
Unicef Indonesia,Ringkasan Advokasi Perlindungan Anak, Jakarta, 2016, hlm. 3

4
5

maka munculah pelayanan sosial yang dilakukan oleh masyarakat sipil dalam hal

ini swasta untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan social.

Terutama bagi masyarakat miskin yang memiliki keterbatasan dalam hal

keuangan.

Berdasarkan data Badan Pusat Stastik (BPS) di tahun 2022 jumlah penduduk

miskin di Indonesia sebesar 9,57 ( 26,36 Juta orang). Kemiskinan menjadi salah

satu penyebab keluarga tidak hidup sejahtera. Indikator hidup sejahtera di

Indonesia ialah mampu makan 3 x sehari dengan pola empat sehat lima sempurna,

memiliki tempat tinggal dan mampu memberikan pendidikan bagi anak-anaknya

untuk sekolah. Karena hal demikian banyak keluarga menyerahkan pengasuhan

anak- anak kepada pelayanan social. Di Indonesia pelayanan sosial ini disedia

oleh pemerintah dengan mendirikan panti sosial antara lain Lembaga

Kesehjateraan Sosial Anak, panti jompo, panti rehabilitasi anak-anak jalanan dan

gelandangan. Walaupun hampir di setiap provinsi memiliki panti sosial, akan

tetapi belum menjawab kebutuhan yang terus ada, maka ada lembaga swasta yang

mendirikan Lembaga Kesehjateraan Sosial Anak baik milik perorangan, afiliasi

dengan organisasi international atau afiliasi dengan agama tertentu.

Fenomena kehidupan di Lembaga Kesehjateraan Sosial Anak merupakna

fenomena sosial yang tidak dapat dihindari keberadaanya dalam kehidupan

masyarakat. Lembaga Kesehjateraan Sosial Anak merupakan salah satu lembaga

sosial yang mendampingi dan mendidika anak- anak terlantar yang berasal dari

latar belakang sosial yang berbedan untuk memperoleh kehidupan sejahtera. Pada
6

umumnya masalah pokok bagi anak-anak yang tinggal di Lembaga Kesehjateraan

Sosial Anak adalah kemiskinan baik secara materi maunpun non materi.

Kemiskinan materi dikarenakan orang tua tidak memiliki penghasilan tetap

untuk dapat menopang kehidupan keluarga sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud

kemiskinan non materi adalah tidak memperoleh kasih sayang, perhatian,

kesempatan bermain dan bertumbuh serta berkembang. Hal ini dapat

menimbulkan pribadi yang tidak seimbang secara ego dan emotional. Anak anak

yang tinggal di Lembaga Kesehjateraan Sosial Anak membawa persoalan yang

berbeda mulai dari kurang perhatian, kasih sayang, tidak memiliki orang tua

secara utuh sampai pada kemiskinan materi. Anak-anak juga memiliki latar

belakang yang berbeda dari budaya, kebiasaan, agama, stautus orang tua sehingga

hal ini membawa konsekuensi pada pemenuhan hak anak yang berbeda.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) secara tegas

menyatakan, bahwa “Indonesia adalah negara Hukum” maka seluruh aspek

dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk

pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum. Menurut Undang-undang

perlindungan anak, pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya

tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak secara wajar, baik fisik, mental,

maupun spiritual. Dalam Undang-undang tersebut juga pengasuhan yang

dilakukan oleh lembaga harus mengenyampingkan suku agama, ras, jenis kelami,

etnis, budaya dan bahasa, kondisi fisik dan mental anak. Pengasuhan ini dilakukan

dengan kegiatan bimbingan, pemeliharaan, perawatan dan Pendidikan secara

6
7

berkesinambungan, serta menjamin terpenuhinya kebutuhan materi dan non

materi secara optimal dan baik.

Ada berbagai macam model pengasuhan yang diberikan oleh Lembaga

Kesehjateraan Sosial Anak, secara umum ada dua model. Yakni, model klasikal

dimana anak anak tinggal dalam satu ruangan besar dengan jumlah anak sekitar

30-50 anak dan didampingi oleh pengasuh. Seorang pengasuh akan mencatata

semua peristiwa Ketika sedang bertugasa. Model klasikal ini banyak terjadi di

Indonesia karena menghemat biaya dan tenaga. Model klasikal ini banyak

dilakukan oleh Lembaga Kesehjateraan Sosial Anak milik pemerintah atau

swasta, model ini memiliki kelemahan yaitu tidak diketahuinya secara pasti

tumbuh kembang dari seorang anak, karena pendamping silih berganti dan tidak

menetap bersama dengan anak. Karena jumlah anak yang didampingi oleh

pendamping juga cukup banyak, sehingga program pendampingan atau

pemenuhan hak tumbuh kembang anak pun tidak maksimal dilakukan.

Model kedua adalah pendampingan dengan tinggal dalam satu rumah

didampingi oleh ibu pengasuh dan beberapa anak sejumlah 8-10 anak dalam satu

rumah. Model ini mengandaikan bahwa anak-anak mengalami hidup layaknya

seperti keluarga sehingga membuat mereka kerasan seperti keluarga sendiri.

Sehingga model ini mengedapankan nilai kekeluargaan, dimana setiap anak

tumbuh dan berkembang bersama-sama di dalam keluarga, mereka memiliki ibu,

kakak dan adik dalam satu rumah. Sehingga anak memiliki kesempatan lebih

besar dan ruang yang terbuka untuk dapat tumbuh dan berkembang.
8

SOS Children’s Villages Indonesia (selanjutnya disebut SOS) adalah sebuah

Lembaga swasta yang mendampingi anak-anak dengan pola pengasuhan anak

jangka panjang berbasis keluarga. Konsepnya SOS membantu mengasuh dan

memberikan masa depan yang cerah bagi anak -anak yatim piatu dan kurang

beruntung. Pengasuhan, pendampingan yang diberikan memiliki 4 (empat) prinsip

yaitu :

1. Setiap anak membutuhkan seorang ibu

2. Anak tumbuh secara alamiah dengan kakak dan adik

3. Tinggal dalam satu rumah sendiri

4. Berada di lingkungn desa yang mendukungnya

Pendampingan yang diberikan dengan 4 (empat) prinsip ini diharapkan

mampu membawa anak mencapai kedewasaan, berkembang secara seimbang

karena tinggal secara alamiah bersama saudari perempuan dan laki-laki, tinggal di

perkampungan sehingga dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Selain itu

memberikan kesempatan kepada anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang

sesuai dengan bakat dan potensi yang ada.

Akan tetapi model dan program pengasuhan yang disebutkan diatas apakah

telah berupaya untuk pemenuhan hak anak sebagaiman diatur dalam Undang -

undang Perlindungan anak di Indonesia. Selain itu juga model pendampingan

yang diberikan oleh SOS telah memenuhi hak tumbuh kembang anak sebagaiman

diamanatkan oleh Undang Undang Perlindungan Anak. Oleh sebab itu melalui

tesis ini penulis hendak mengetahui dan melakukan penelitian tentang ANALISA

8
9

TENTANG PEMENUHAN HAK TUMBUH KEMBANG ANAK OLEH

LEMBAGA KESEHJATERAAN SOSIAL ANAK BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK (STUDI KASUS PROGRAM PENGASUHAN

SOS CHILDREN’S VILLAGES DI INDONESIA)

B. IDENTIFIKASI MASALAH :

Berdasarkan Latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan

identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Apakah pemenuhan hak tumbuh kembang anak oleh Lembaga

Kesehjateraan Sosial Anak telah menerapkan berdasarkan Undang Undang

Perlindungan Anak ?

2. Apakah kegiatan pengasuhan oleh SOS Children’s Villages di Indonesia

telah memenuhi Hak tumbuh kembang anak sesuai denga Undang Undang

Perlindungan anak di Indonesia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan tentang program pengasuhan

yang dilakukan oleh SOS Children’s Villages di Indonesia telah

menerapkan prinsip keadilan dan kepastian hukum berdasarkan Undang-

undang Perlindungan Anak. Penulis juga akan melihat apakah program

pengasuhan itu telah mendukung hak tumbuh kembang anak sebagaimana


10

diamanatkan dalam Undang Undang Perlindungan Anak. Dengan

demikian maka penelitian ini akan menilai apakah program tersebut

selaras dengan amanat undang-undang perlindungan anak

D. METODE PENELITIAN

1. Metode yang Digunakan

Metode Penelitan adalah cara melakukan sesuatu dengan melakukan

pikiran secara sesakma untuk mencapai suatu tujuan dengan cara mencari,

mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan.8 Metode

penelitian yang digunakan ialah penelitian Yuridis- Empiris. Alasan pemilihan

metode penelitian Yuridis- Empiris karena penelitian ini akan membandingkan

konsep, prosedur secara hukum tentang pola pengasuhan dalam memenuhi hak

tumbuh berkembang anak dilawankan dengan kenyataan program pola

pengasuhan yang telah dilakukan oleh SOS Children’s Villages di Indonesia.

Penelitian yuridis empiris yang dengan dimaksudkan kata lain yang

merupakan jenis penelitian hulum sosiologis dan dapat disebutkan dengan

penelitian secara lapangan, yang mengkaji ketentun hukum yang berlaku serta

yang telah terjadi didalam kehidupan masyarakat. 9Atau dengan kata lain yaitu

suatu penelitian yang dilakukang terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata

yang telah terjadi di masyarakt dengan maksud dengan mengetahui dan

menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan.10

8
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, “Metodologi Penelitian” (2003; PT. Bumi Aksara, Jakarta),
Hlm. 1
9
Bambang Waluyo, “Penelitian Hukum Dalam Praktek” (2002; Sinar Grafika; Jakarta), hlm 15
10
Ibid, hlm 15

10
11

Peraturan yang mengatur tentang hak tumbuh kembang anak diatur dalam

Undang-Undang Perlindungan anak, peraturan ini memuat juga dari Konvensi

Hak Anak PBB. Dimana tujuan dari pemenuhan anak ini ialah mendukung

tumbuh kembang anak menuju anak yang sejahtera dan memiliki kemandirian

dalam menjalani hidup. Akan tetapi yang terjadi di masyarakat adalah banyak

Lembaga Kesehjateraan Sosial Anak yang tidak menjalankan prinsip keadilan dan

kepastian hukum dalam pemenuhan hak anak, hal ini ditunjukan dengan adanya

anak-anak yang di bawah pengasuhan Lembaga Kesehjateraan Sosial Anak tidak

menjadi mandiri.

2. Jenis Data :

Data yang digunakan dalam penelitian hukum ini bersumber dari 2 (dua) sumber

yaitu :

a. Data Primer merupakan suatu data yang diperoleh secara langsung yang

dari sumber pertama atau sumber asal dari lapangan atau data yang

diperoleh secara langsung melalui wawancara terhadap sumber yang

berkompeten. Dalam hal ini adalah Lembaga Kesehjateraan Sosial Anak

yang menjalankan program pengasuhan berbasis keluarga kepada anak

anak yang telah hilang pengasuhan dari orang tua kandungnya.

b. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku buku sebagai

data pelengkap sumber data primer. Sumber data sekunder di dalam

penelitian ini adalah data yang telah diperoldeh dengan melakukan kajian

Pustaka.11 Adapun data sekunder adalah buku buku tentang hak anak,
11
Amiruddin, “Pengantar Metode Penelitian Hukum”, (2006; PT. Raja Grafindo Persada), Hlm. 30
12

hukum perlindungan sosial dan peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang pemenuhan hak anak.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu kegiatan merapikan data dari hasil

pengumpulan data di lapangan sehingga siap dipakai untuk dianalisis 12. Pada

bagian ini penulis mendapatkan data yang lebih akurat karena telah melakukan

dengan pengumpulan sumber data baik data primer dan sekunder. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Teknik Wawancara

Wawancara adalah situasi peran antara personal bertemu, Ketika seorang

yang sebagai pewawancara yang mengajukan beberapa pertanyaan-

pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan

dengan rumusan permasalahan penelitian kepada responden13

Untuk pengumpulan data primer ini dilakukan wawancara secara langusng

kepada Lembaga Kesehjateraan Sosial Anak yang menjalankan program

pengasuhan kepad anaak-anak.

b. Observasi

Pengamatan langsung kegiatan yang sedang dilakukan pada penelitian ini.

Sehingga penulis akan mengetahui kejadian yang terjadi.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

12
Bambang Waluyo, “Penelitian Hukum Dalam Praktek”, (Jakarta, Sinar Grafika, 2002), hal. 72.
13
Bambang Waluyo, “Penelitian Hukum Dalam Praktek”, (Jakarta, Sinar Grafika, 2002), hal. 72.

12
13

BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, identifikasi

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, meluputi tinjauan umum tentang

anak dan Hak anak, tinjauan umum tentang prinsip keadilan dan kepastian

hukum, tinjauan umum tentang Lembaga Kesehjateraan Sosial Anak dan

program pengasuhan serta tinjauan umum tentang perlindungan anak di

Indonesia

BAB III HASIL PENELITIAN, meliputi profile SOS Children’s

Villages di Indonesia, profile narasumber, tinajuan tentang program

pengasuhan di SOS Children’s Villages di Indonesia, jumlah anak

BAB IV PEMBAHASAN, dimana dalam bab ini akan membahas

dan menjelaskan mengenai program pengasuhan di SOS Children’s

Villages Indonesia telah memberikan hak tumbuh kembang anak dengan

menggunakan prinsip keadilan dan kepastian hukum serta sesuai dengan

undang-undang perlindungan anak di Indonesia

BAB V PENUTUP, dalam bab ini berisi kesimpulan dari uraian

tesis pada bab terdahulu serta saran dari penulis kepada pihak pihak yang

bersangkutan yang diteliti dalam tesis ini.

Anda mungkin juga menyukai