Anda di halaman 1dari 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ASASI ANAK DALAM UPAYA

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ANAK DI INDONESIA

Oleh:
Devita Sari (22144600179), Grasela Gasparini Kidi Atu (22144600191)
1 2

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Fakultas Keguruan Dan Ilmu


Pendidikan,Universitas PGRI Yogyakarta
Jl. IKIP PGRI I Sonosewu No.117, Sonosewu, Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55182
(devi2938711@gmail.com,graselakidiatu@gmail.com)

ABSTRAK
Artikel ini membahas bagaimana kondisi anak di Indonesia.Khususnya hukum yang melindungi hak
anak dan upaya untuk kesejahteraan anak.Kesejahteraan adalah kondisi dimana semua kebutuhan
hidup seseorang bisa terpenuhi dan bisa mencapai kepuasan.Anak adalah salah satu yang harus
diperhatikan kesejahteraannya, baik itu kesejahteraan lahir, kesejahteraan batin, maupun
kesejahteraan sosialnya karena anak merupakan individu yang akan meneruskan cita-cita bangsa dan
menjadi generasi penerus suatu negara. Perlindungan anak terkait erat dengan lima pilar yakni, orang
tua, keluarga, masyarakat,pemerintah, pemerintah daerah dan negara.Salah satu yang harus
diperhatikan tentang perlindungan dan kebutuhan hak anak adalah tentang efektifitas Undang-Undang
Perlindungan Anak, karena dalam undang-undang tersebut telah dibahas bagaimana seharusnya kita
memperlakukan anak agar anak dapat hidup sejahtera dan mendapatkan perlindungan serta
pemenuhan kebutuhan hidup dan haknya. Pemerintah Indonesia dalam usahanya untuk menjamin
dan mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak adalah melalui pembentukan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Kata kunci : perlindungan anak, kesejahteraan anak, hak anak.

ABSTRACT
This article discusses the condition of children in Indonesia. Especially children's welfare. Welfare is
a condition in which all the needs of a person's life can be met and can achieve satisfaction. is an
individual who will continue the ideals of the nation and become the next generation of a country.
Child protection is closely related to the five pillars namely, parents, family, community, government,
regional government and the state. One thingFF that must be considered about the protection and
needs of children's rights is about the effectiveness of the Child Protection Act, because the law has
discussed how we should treat children so that children can live in prosperity and get protection and
fulfillment of their life needs and rights. The Indonesian government in its efforts to ensure and realize
the protection and welfare of children is through the establishment of Law Number 23 of 2002
concerning Child Protection.

Keywords : child protection , child welfare, child rights.


PENDAHULUAN
Anak sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa dianggap sebagai harta kekayaan yang paling
berharga dibandingkan kekayaan lainnya, yang senaniasa dijaga dan dilindungi dengan alasan bahwa
dalam diri anak melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.

R.A. Koesnoen mengatakan bahwa anak sebagai manusia muda, muda dalam umur, muda
dalam jiwa dan pengalaman hidup, karena mudah terpengaruh keadaan sekitarnya. Perlindungan
terhadap hak anak telah ditetapkan dalam Deklarasi Anak 1979 yang kemudian diadopsi oleh PBB
menjadi Konvensi Hak Anak/KHA (Convention on The Rights of The Child) Tahun 1989 di Jenewa
dan telah diratifikasi, disetujui atau ditandatangani oleh 192 negara. Isu konvensi tersebut telah
menghasilkan komitmen yang saksama untuk memberikan perioritas utama kepada hak-hak anak,
kelangsungan hidup, perlindungan dan pengembangan mereka.

Anak adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat membangun Negara menjadi lebih
baik di masa depan. Akan tetapi, sebagai makhluk sosial yang paling rentan dan lemah; ironisnya
anak-anak justru sering kali di tempatkan dalam posisi yang paling di rugikan, seperti halnya tidak
memiliki hak untuk bersuara dan bahkan mereka sering menjadi korban tindak kekerasan.

Padahal, pengakuan terhadap hak anak secara internasional dilakukan oleh Perserikatan
Bangsa-bangsa melalui Convention on the Rights of The Child (CRC) pada tahun 1989. 2 Konvensi
tersebut menyebutkan bahwa anak adalah pemegang hak – hak dasar kebebasan maupun sebagai
pihak yang menerima perlindungan khusus. CRC menyebutkan bahwa suatu hak anak lahir dari
kesadaran bahwa seorang anak sejatinya dapat dikatakan rentan, tergantung, lugu, dan memiliki
kebutuhan-kebutuhan khusus.

Undang-Undang No 4 Tahun 1979 pasal 1 ayat 2 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan


bahwa: ”Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum
pernah kawin”.Berbicara tentang hak anak adalah menjadi hal yang menarik karena anak itu unik,
ada bermacam-macam yang sangat perlu diperhatikan baik oleh orang tua maupun masyarakat
tentang pemenuhan hak-hak anak terutama hak dasar bagi anak.Karena anak merupakan Individu
yang utuh yang mempunyai asasi dan harus terpenuhi haknya.Dalam tumbuh kembangnya, anak
haruslah diperhatikan segala macam kebutuhannya.Kesejahteraan anak mengacu pada terpenuhinya
segala hak dan kebutuhan hidup anak.

Hak anak adalah hak dasar yang wajib diberikan dan didapatkan oleh anak meliputi anak usia
dini dan juga remaja usia 12-18 tahun. Hak anak ini berlaku baik anak yang mempunyai orang tua
ataupun sudah tidak mempunyai orang tua, dan juga anak-anak terlantar.Hak anak menjadi sesuatu
yang sudah selayaknya didapatkan oleh anak. Menurut KHA(Konvensi Hak Anak) yang diratifikasi
kedalam Kepres No 36 Tahun 1997, terdapat 10 Hak Mutlak Anak :
1. Hak Gembira
Setiap anak berhak atas rasa gembira, dan kebahagiaan seorang anak itu harus dipenuhi.
2.Hak Pendidikan
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak.
3.Hak Perlindungan
Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan, dilindungi dari segala tindak kekerasan
dan penganiayaan.
4.Hak Untuk memperoleh Nama
Setiap Anak berhak memperoleh nama, sebagai salah satu identitas anak.
5.Hak atas Kebangsaan
Setiap anak berhak diakui sebagai warga negara dan memiliki kebangsaan, anak tidak
boleh apatride (tanpa kebanngsaan).
6.Hak Makanan
Setiap anak berhak memperoleh makanan untuk tumbuh kembang dan mempertahankan
hidupnya.
7.Hak Kesehatan
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak, tanpa diskriminasi,
anak harus dilayani dalam kesehatan.
8.Hak Rekreasi
Setiap anak berhak untuk rekreasi untuk refreshing, dan anak harus dilibatkan dalam
memilih tempat rekreasi yang mereka inginkan.
9.Hak Kesamaan
Setiap anak berhak diperlakukan sama dimanapun dan kapanpun, tanpa ada tindak
diskriminasi.
10.Hak Peran dalam Pembangunan
Setiap anak berhak dilibatkan dalam pembangunan negara, karena anak adalah masa
depan bangsa.

Sedangkan untuk hak dasar anak, terdapat 4 hak dasar anak, yaitu :
1.Hak Hidup
Hak hidup ini berlaku dari semenjak anak itu masih dalam kandungan, yang termasuk
kedalam hak hidup adalah seperti memberikan gizi dan rangsangan-rangsangan ketika
anak masih dalam kandungan, periksa kandungan, dan lain- lain.
2.Hak Tumbuh Kembang
Dalam kehidupan anak, anak harus diberikan kesempatan sebaik-baiknya untuk tumbuh
dan berkembang, seperti mendapatan pengasuhan, pendidikan yang baik, jika sakit
diobati atau dibawa kedokter, diberi ASI,di imunisasi, dibawa ke posyandu.Selain itu
perkembangan Psikisnya pun diperhatikan, seperti memberikan rasa aman dan rasa
nyaman, membuat lingkungan kondusif, menjauhkan anak dari hal-hal yang berbahaya,
tidak memberikan makanan yang berbahaya bagi perkembangannya.
3.Hak Partisipasi
Maksud dari hak partisipasi disini adalah anak harus dilindungi dari situasi-situasi
darurat, menerapkan tentang perlindungan hukum, dan dari apapun yang berkaitan
dengan masa depan si anak.
4.Hak Perlindungan
Anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dan menentukan pilihan untuk
hidupnya.Anak dalam keluarga harus dibiasakan berbicara, agar anak mempunyai hak
suara dan mulai berani menentukan hal-hal yang diinginkan.Contohnya adalah ingin
saat anak memiliki keinginan yang berbeda dengan keinginan orangtuanya, maka
dicarikan titik temu.
Jika anak telah merasa bahwa kebutuhan dirinya terpenuhi, anak akan merasa sejahtera.
Karena tingkat kesejahteraan anak dapat diukur dari seberapa besarnya kebutuhannya
terpenuhi.
Hak asasi anak dalam pasal-pasal tersebut menguraikan tentang hak-hak anak tetapi tentang
terjadinya pelanggaran hak atas anak tersebut yang dimaksud UndangUndang Hak Asasi Manusia
tidak ada dijelaskan. Undang-undang Hak Asasi Manusia diundangkan 23 September 1999 dan
Undang-Undang Perlidungan anak baru dibuat tahun 2004 yaitu UndangUndang Nomor 23 tahun
2004 yang kemudian dirubah menjadi Undangundang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan
anak. Yang didalam undang undang tersebut pasal 1 angka 12 berbunyi Hak anak adalah bagian dari
hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
negara, pemerintah dan pemerintah daerah.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif melalui penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif yang bersifat
kualitatif adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat, khususnya yang dalam hal ini berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan mengenai perlindungan
hukum hak anak guna meningkatkan kesejahteraan anak,dan bagaimana meningkatkan kesejahteraan
anak.Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu
dengan menggunakan studi dokumen atau bahan-bahan pustaka baik dari elektronik serta buku-buku
yang berkaitan dengan penelitian ini.

PEMBAHASAN

1.PERMASALAHAN MENGENAI PERLINDUNGAN HAK DAN PENINGKATAN


KESEJAHTERAAN ANAK
Berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan anak telah
diterbitkan. Bahkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
telah diatur dengan jelas tentang perlindungan anak sampai kepada aturan sanksi pidana bagi yang
melanggar hak anak. Dalam Undang-Undang tersebut juga dijelaskan bahwa penyelenggaraan
perlindungan anak adalah orang tua, keluarga, pemerintah dan negara.

Keluarga sebagai institusi utama dalam perlindungan anak ternyata belum sepenuhnya
mampu menjalankan peranannya dengan baik. Kasus perceraian, disharmoni keluarga, keluarga
miskin, perilaku ayah atau ibu yang salah, pernikahan siri, dan berbagai permasalahan lainnya
menjadi salah satu pemicu terabaikannya hak-hak anak dalam keluarga.

Dalam institusi sekolah juga kerap terjadi tindak kekerasan maupun diskriminasi pendidikan
pada anak. Demikian pula pada institusi sosial lainnya seperti yayasan/panti, nampak masih belum
sama dalam memaknai kepentingan terbaik bagi anak. Bahkan pada penanganan anak yang
berhadapan hukum, hak-hak anak masih perlu terus mendapatkan perhatian.

Pada kenyataannya, berbagai persoalan pelanggaran hak anak kerap masih terjadi dan
dianggap biasa oleh masyarakat kita, bahkan kalau diperkirakan cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya masalah kritis seperti kemiskinan, ketidakadilan, kerawanan bencana baik
bencana alam maupun bencana sosial, akses pornografi dan pornoaksi, disintegrasi bangsa, sindikat
perdagangan narkoba dan sebagainya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), seperti yang diamanatkan UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, juga bertugas menerima pengaduan masyarakat yang berkaitan
dengan perlindungan anak. Melalui Bidang Data dan Pengaduan yang dibentuk oleh KPAI,
berbagai macam kasus–kasus perlindungan anak terus mengalir datang dan diadukan kepada KPAI.

Pada sisi lain, perlindungan terhadap anak yang terlibat tindak pidana pelanggaran hukum
sering diperlakukan seperti orang dewasa.

Berbagai permasalahan perlindungan anak yang terjadi di Indonesia dapat dilihat dari
berbagai bidang perlindungan anak, diantaranya :

A.BIDANG HAK SIPIL DAN KEBEBASAN


a. Akta kelahiran merupakan hak dasar setiap anak yaitu hak atas pengakuan sah suatu negara
terhadap keberadaannya. Basis hak ini tidak hanya berdasarkan pertimbangan status
kewarganegaraan, tetapi terkait erat dengan aspek proteksi berlangsungnya tumbuh kembang anak
dalam setiap fase perkembangan. Menurut UUD 1945, Pasal 28B ayat (2) : “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”. Dalam beberapa kasus, anak yang tidak memiliki akte kelahiran sering memunculkan
perlakukan salah seperti; pemalsuan identitas, dan semacamnya. Kondisi ini semakin meneguhkan
pihak negara dan pemerintah perlunya political will terhadap pemenuhan akte kelahiran.

b. Di pihak lain, UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Pasal 27 ayat
(1) menegaskan “Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada instansi pelaksana
ditempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran. Pasal 32
ayat (2) : “Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri”. Sementara, menurut UU
No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 27 ayat (1) : “Identitas diri setiap anak harus
diberikan sejak kelahirannya”. Sementara Pasal 28 ayat (1) menegaskan “Pembuatan akta kelahiran
menjadi tanggung jawab Pemerintah yang dalam pelaksanaannya di selenggarakan serendah–
rendahnya pada tingkat kelurahan/desa. Kemudian, pada Pasal 28 ayat (3) : “Pembuatan akta
Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenai biaya. Dengan demikian jika
mengintegrasikan dua pasal tersebut, makna yang terkandung di dalamnya adalah posisi pemerintah
menjadi “pemenuh”, dan bukan “sekedar membuat atau mencetak akte kelahiran”.

B.BIDANG KELUARGA DAN PENGASUHAN ALTERNATIF


Masalah pokok perlindungan anak bidang keluarga dan pengasuhan alternatif di dominasi oleh
kasus-kasus yang berakar dari kerentanan keluarga baik rentan secara ekonomi, sosial,
kemasyarakatan dan religiusitas keagamaan, diantaranya :

a. Penelantaran Anak menjadi masalah serius dan seperti fonomena gunung es, yang terus
menunjukan tren peningkatan. Kasus-kasus penelantaran anak memiliki motif yang sangat beragam,
kasus yang dominan adalah kasus anak jalanan, pembuangan dan penelantaran bayi serta anak
telantar karena orang tua bekerja.
b. Perebutan Hak Kuasa Asuh Anak, perceraian orang tua adalah sumber dari masalah
perebutan hak kuasa asuh anak. Kasus perceraian tidak lepas dari rendahnya kualitas perkawinan,
maraknya perkawinan siri, kawin kontrak, perkawinan campuran dan perkawinan di usia dini
menjadi sumber masalah perceraian, pada hal semestinya perkawinan adalah sebuah perjanjian
luhur antara dua insan yang salah satu fungsinya merupakan lembaga reproduksi untuk
mempertahankan dan melanjutkan keberlangsungan kehidupan yakni lahirnya keturunan (anak).

c. Angka perkawinan dini, di Indonesia secara nasional sangat tinggi, yakni mencapai 34,5 %.
Dengan jumlah angka perkawinan mencapai 2,5 juta pasangan pertahun, berarti ada sekitar 600
pasangan perkawinan dini. Tinginya angka perkawinan di usia dini sangat memprihatinkan dan
mengkawatirkan karena perkawinan dini diduga menjadi salah satu penyebab tinginya angka
kematian bayi di Indonesia yakni 34/1000 perkawinan. Banyak perkawinan dini dilakukan pada usia
11-13 tahun, yang secara fisik belum siap untuk reproduksi. Perkawinan dini sebagian besar
dilakukan tanpa pencatatan oleh negara (nikah siri) karena petugas pencatat perkawinan (penghulu)
tidak bersedia mencatat karena tidak sesuai dengan UU Perkawinan.

d. Perwalian dan Pengangkatan Anak, Praktek perwalian dan pengangkatan anak mayoritas
dilakukan secara adat, sehingga proses pengangkatan anak tidak diputuskan melalui putusan
pengadilan dan mayoritas tidak tercatat di dinas sosial, sehingga berakibat pada kaburnya silsilah
keluarga anak dan juga berpengaruh terhadap hak kewarisan anak.

e. Rendahnya Kualitas Lembaga Pengasuhan Alternatif, Berdasarkan penelitian Save The


Children, Unicef dan Kementerian Sosial Republik Indonesia pada tahun 2007 terdapat 5.000-8.000
lembaga pengasuhan alternatif di Indonesia dalam bentuk Panti Asuhan Anak. Penyelenggara panti
asuhan anak ini mayoritas dimiliki oleh masyarakat yakni sebesar 99% dan hanya 40 panti asuhan
anak yang dimiliki oleh pemerintah. Anak-anak ditempatkan di Panti asuhan didasarkan atas alasan
kemiskinan yakni sebesar 90% dan karena alasan yatim piatu sebesar 6%. Kualitas panti asuhan
masih sangat rendah, rasio perbandingan pengasuh dengan anak yang di asuh tidak se imbang,
kualitas pengasuh panti tidak sesuai standar, bahkan kasus kekerasan anak dengan dalil penegakan
disiplin dan agama juga ditemui dalam sistem pengasuhan berbasis panti. Sarana prasarana yang
terbatas menyebabkan anak tidak dalam situasi yang lebih baik berada di panti asuhan.

C.BIDANG KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN DASAR


a. Gizi Buruk, Gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian dan penanganan cepat
dan menjadi pekerjaan utama bagi Pemerintah dan Negara. Saat ini belum adanya suatu penanganan
gizi buruk yang holistik menyebabkan kasus gizi buruk dikalangan balita semakin meningkat.
Berdasarkan data Prevalensi Balita kurang gizi dan buruk menurut indicator berat badan di
Indonesia tahun 2010 menunjukkan 4,9 balita Indonesia kurang gizi dari jumlah populasi anak usia
0-4 tahun sebesar 21.571.500.

b. Pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang masih rendah perlu mendapatkan perhatian
lebih, karena masih ada pelayanan kesehatan yang mengabaikan hak anak. Setiap anak berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan karena mnerupakan hak asasi anak. Sering kali rumah sakit
maupun kilinik pegobatan yang masih mengabaikan pelayanan kepada keluarga yang tidak mampu
seperti keluarga yang memiliki Jamkesmas muapun Jampersal.

c. Anak korban Narkoba dan HIV/AIDS, masalah narkoba merupakan masalah yang tidak
saja terjadi dikalangan orang dewasa saja, tetapi juga dialami oleh anak-anak. Berbagai hasil
penelitian menunjukkan angka penggunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat, serta
penyalahgunaan banyak terjadi pada anak dan remaja. Data BNN 2010 menyebutkan, pengguna
narkoba mencapai 3,6 juta orang. Rinciannya generasi muda dan usia produktif adalah pengguna
narkoba terbanyak. Mereka terdiri dari mahasiswa dan pelajar berjumlah 921.695. Sementara
sebanyak 17.734 pengguna narkoba mendapat terapi dan rehabilitasi pada 2010.

d. Pemberian ASI dan Susu Formula, Target MDG4 adalah menurunkan angka kematian bayi
dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990 – 2015. Penyebab utama kematian bayi dan balita
adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang gizi.
Pemberian ASI secara eklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu
intervensi efektif dapat menurunkan AKB. Dalam pelaksanaannya tidak semua aktor melaksanakan
kebijakan tersebut dengan bukti cakupan pemberian ASI eklusif masih rendah dibawah target
nasional (80%).

D.BIDANG PENDIDIKAN, REKREASI DAN AKTIVITAS BUDAYA


a. Masalah Ujian Nasional (UN). Posisi KPAI dalam menyikapi UN tetap memberikan suara kritus,
karena banyaknya pengaduan masyarakatkan yang mengeluhkan UN yang telah menjelma menjadi
bentuk kekerasan psikis terhadap anak. Tidak sedikit anak yang stress, jatuh sakit, bahkan bunuh
diri saat menghadapi UN. Oleh karena itu KPAI akan terus berada pada posisi kritis agar evaluasi
pendidikan lebih kredibel dan akuntabel. Dalam pandangan KPAI, UN akan memiliki nilai
akuntabilitas tinggi apabila dilaksanakan oleh sekolah sesuai dengan semangat otonomi sekolah,
sementara Pemerintah bertindak sebagai pengawas dan membuat rambu-rambu standar kualitas. UN
yang dipaksakan bertentangan dengan perspektif “Sekolah Ramah” anak, di mana sejak dari masuk
pertama, proses belajar mengajar, hingga evaluasi anak harus mengikuti dengan rasa gembira.

b. Minimnya sarana dan prasarana pendidikan, penyediaan anggaran 20% dari APBN dan
APBD untuk pendidikan juga belum sepenuhnya terealisasi. Terlebih khusus alookasi anggaran
untuk sarana dan prasarana yang sangat minim. Sehingga masih banyak ditemukan sekolah dengan
kondisi bangunan tidak layak pakai dan minim sarana serta prasarana pendukung lainnya. Terlebih
untuk sekolah non formal yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Akhir-akhir ini sering
kita jumpai gedung sekolah yang roboh atau mengalami kerusakan yang parah. Berdasarkan
investigasi yang dilakukan terhadap banyanknya sekolah rusak, 80% diantarnya karena kondisi fisik
bangunan yang sudah tua. Sementara sisanya diakubatkan kondisi konntruksi dan faktor alam.

c. Diskriminasi Pendidikan, Hak anak untuk mengakses pendidikan sering tidak didapat
diantaranya akibat adanya sistem penerimaan siswa berbasis nilai dan mekanisme seleksi yang
penyebarannya tidak berdasar Rayon. Hal ini menyebabkan calon siswa yang tidak memenuhi
kualifikasi tidak bisa diterima di sekolah yang diharapkan. Pemberlakuan mekanisme seleksi siswa
baru yang ketat ini juga terjadi pada sekolah negeri. sehingga calon siswa dari kalangan miskin
yang tidak memenuhi kualifikasi terpaksa harus sekolah di sekolah swasta yang biaya
pendidikannya lebih mahal dibanding sekolah negeri. Akibat lain mekanisme seleksi ini
menyebabkan ada beberapa sekolah yang terkesan menerima siswa kelas buangan.

d. Kekerasan dilingkungan pendidikan, lingkungan pendidikan yang seharusnya bisa


memberikan kenyamanan bagi seorang anak ternyata belum sepenuhnya benar. Kasus kekerasan
fisik juga banyak terjadi di lingkungan sekolah. Baik kekerasan tersebut melibatkan antara
penyelenggara pendidikan dengan anak didik, ataupun kekerasan antar anak didik itu sendiri. Masih
banyak ditemukan kekerasan psikis dan fisik dalam penyelengggaraan MOS. Kekerasan ini seakan-
akan telah menjadi tradisi turun menurun sebagai warisan budaya negative. Salah satu pemicu
terjadinya kekerasan disekolah karena lemahnya unsur moralitas, keagamaan dan karakter dalam
kurikulum pendidikan ataupun lemahnya pengawasan di lingkungan Keluarga.

e. Akses pendidikan dan kualitas SDM yang tidak merata, akses pendidikan yang tidak merata
pada setiap daerah masih menjadi kendala dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Faktor
geografis menjadi sebab sulitnya penyebaran layanan pendidikan. Daerah terpencil dan pedalaman
memiliki akses yang rendah terhadap pendidikan, sehingga menyebabkan terbatasnya guru, buku
penunjang dan sarana dan prasarana lainnya. Di samping itu SDM Pendidik dan Tenaga
Kependidikan yang tidak memenuhi kualifikasi juga menjadi pemicu siswa tidak mendapatkan
pendidikan yang layak sebagaimana di sekolah lain.

g. Tawuran antar pelajar, dimana tawuran antar pelajar masih sering terjadi di beberapa titik,
khususnya di Jakarta. Tawuran antar pelajar ini biasanya melibatkan tawuran antar sekolah satu
dengan sekolah lainnya. Hampir setiap hari kita disuguhi tontonan tawuran antar pelajar.

E.BIDANG PERLINDUNGAN KHUSUS


a. Program Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH), KPAI menyerukan wacana penghapusan
pemenjaraan anak. Program ini selain dilakukan dengan mengajukan permohonan uji materi
(judicial review) atas UU Nomor 3 tahun 1997 tentang pengadilan Anak di Mahkamah Konstitusi,
juga mengawal proses penyusunan RUU Revisi/Pengganti UU Pengadilan Anak. Menurut KPAI,
yang harus dibangun ke depan adalah UU Peradilan Anak yang mandiri, yang bukan berada di
bawah sistem peradilan umum, melainkan sistem peradilan tersendiri. Filosofis peradilan anak
bukanlah pembalasan sebagaimana filosofis peradilan orang dewasa, melainkan dalam kerangka
mencapai kesejahteraan anak.

b. Pornografi. KPAI begitu gencarnya melawan pornografi karena dalam perspektif


perlindungan anak, pornografi adalah sebuah kejahatan yang sangat berbahaya bagi anak, di
antaranya;
1) Pornografi memiliki tingkat ketergantungan yang sangat tinggi dan sulit dihapus dari memori
anak;
2) Mengganggu tumbuh kembang anak, khususnya perusakan terhadap sistem hormonal dalam
tubuh anak;
3) Penonton pornografi berminat melakukan acting out atau menirukan adegan yang ada dalam
gambar/video tersebut.
4) Pornografi berkaitan erat dengan tindak kriminalitas dalam masyarakat, termasuk delikuensi
remaja.

c. Trafficking (Perdagangan Manusia)


-Kerja Paksa Seks & Eksploitasi seks – -----
-Pembantu Rumah Tangga (PRT)
-Bentuk Lain dari Kerja Migran –
-Penari, Penghibur & Pertukaran Budaya
-Trafficking/penjualan Bayi
-Eksploitasi Organ Tubuh
d. Kekerasan Seksual terhadap Anak
Kekerasan seksual terhadap anak menjadi salah satu program subtantif selama tahun 2011 karena
kecenderungan kasus kekerasan seks terhadap anak makin meningkat. Tahun 2011 misalnya, dari
2266 pengaduan, 28 % berupa kasus kekerasan seksual seperti pelecehan seks, perkosaan, maupun
eksploitasi seks bermotifkan ekonomi. Pelaku kekerasan seks tidak sebatas masyarakat awam tetapi
juga kaum terpelajar, bahkan beberapa di antaranya adalah pejabat publik.

2.UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN ANAK


Kebutuhan akan informasi tentang tingkat pencapaian kesejahteraan anak merupakan bagian
dari upaya peningkatan kesejahteraan anak sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor
4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Peningkatan kesejahteraan anak merupakan program
pemerintah yang selama ini dilakukan oleh banyak kementerian/ lembaga (K/L) yang dalam tugas
dan fungsinya berkaitan dengan upaya di bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan, dan
penyantunan. Informasi yang disebutkan sebelumnya memberikan gambaran tentang pencapaian
dan masalah yang dihadapi anak Indonesia, ditinjau dari beberapa aspek kesejahteraan anak.

Upaya memenuhi hak anak merupakan komitmen negara, sebagaimana tercantum dalam
Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990, tentang Pengesahan Convention on the Rights of the
Child (Konvensi tentang Hak-hak Anak), yang disepakati para pemimpin dunia pada tahun 1989.
Dasar hukum upaya pemenuhan hak anak telah diperbaharui (disempurnakan) dalam UndangUndang
(UU) No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Hak-hak anak menurut UU No. 35 Tahun 2014 meliputi hak untuk memperoleh: (1) kelangsungan
hidup (survival), (2) perlindungan (protection), (3) tumbuh kembang (develop-ment), (4) partisipasi
(participation), dan (5) identitas (identity). Hak memperoleh Kutipan Akta Lahir (identitas) sangat
penting bagi setiap anak Indonesia karena akta kelahiran menjadi salah satu prasyarat untuk
memperoleh pendidikan dan layanan kesehatan.

Kesejahteraan dapat dilihat dari dua sisi, pertama secara keseluruhan kesejahteraan merupakan
suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan hidup sebagian besar masyarakat pada tingkat tertentu. Pada
arti kedua makna kesejahteraan adalah terpenuhinya kebutuhan pada pelbagai aspek kehidupan dasar
seperti sandang, pangan, papan (perumahan), kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan keamanan pada
tingkat tertentu. Dalam arti sempit, kesejahteraan sering dikaitkan dengan kecukupan pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup, atau semakin rendah tingkat kemiskinan maka tingkat
kesejahteraan masyarakat dapat dikatakan semakin terpenuhi.

Kesejahteraan anak, disisi lain, mempunyai perspektif yang sedikit berbeda, oleh karena anak
merupakan bagian dari keluarga dan kesejahteraan anak dapat dipandang sebagai bagian dari
tanggung jawab keluarga. Karena kewajiban untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan yang semakin
tinggi pada masa yang akan datang, maka pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup anak
sebagai generasi penerus menjadi tugas dan tanggung jawab negara.

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dari berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi
terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mengurangi permasalahan
perlindungan dan pemenuhan hak anak, seperti upaya untuk mengurangi pekerjaan anak di Indonesia.
Sejak jaman dahulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan inovasi-inovasi program-program
yang bisa menjadi tolak ukur dalam pengentasan pekerja anak dengan cara peningkatan kualitas
Pendidikan.
Adapun upaya-upaya lainnya yang telah dilakukan terkait perlindungan dan pemenuhan hak
anak yaitu:
1.Pemerintah membuat program, misalnya:
*. Penerbitan akta kelahiran gratis bagi anak;
*. pendidikan tentang cara pengasuhan tanpa kekerasan kepada orang tua dan guru;
* layanan kesehatan untuk anak;
*. meningkatkan anggaran pendidikan dasar dan menggratiskan biaya pendidikan
dasar.
2. DPR/DPRD membuat UU/Perda untuk melindungi anak dari tindak kekerasan dan
eksploitasi, mengancam pelaku dengan ancaman hukuman sehingga diharapkan bisa
menimbulkan efek jera.
3. jajaran penegak hukum (polisi, jaksa) dan penegak keadilan (hakim) memproses
setiap pelanggaran hak anak dengan tegas, tanpa pandang bulu, dan memberi sanksi
yang setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan.

Salah satu program yang diketahui bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan kalangan
anak adalah program Desa Peduli Anak dari Kemendes (Kementerian Desa). Di mana dalam
pelaksanaannya, prinsip dan acuan dalam menentukan lingkungan desa yang dimaksud ramah
anak berdasarkan pada tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan, atau Sustainable Development
Goals (SDGs).

Dalam prosesnya, salah satu program yang dijalankan mengharuskan setiap desa untuk
memiliki daftar anak sekolah, anak putus sekolah, dan anak tidak sekolah. Rincian itu kemudian
yang dijadikan acuan untuk menyalurkan bantuan biaya sekolah bagi anak tidak sekolah, atau
putus sekolah karena ketidakmampuan ekonomi.

Lain itu, desa juga dianjurkan memiliki program berupa penyaluran peralatan persiap an
masuk sekolah bagi keluarga miskin. Praktiknya juga diikuti dengan penyediaan bantuan biaya
pendidikan yang meliputi biaya transportasi, uang buku, dan seragam hingga jenjang pendidikan
menengah pertama dan atas.

Tak hanya itu, perhatian yang sama juga perlu disipakn untuk mencegah diskriminasi juga
layak diberikan terhadap anak berkebutuhan khusus. Jika memungkinkan, bahkan setiap desa
disarankan dapat membiayai operasionalisasi pelatihan anak-anak di luar jam sekolah.
3.HAK ANAK DITINJAU DARI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Dalam Undang-undang Hak Asasi manusia terdapat 15 Pasal tentang Hak Anak yaitu Pasal 52
sampai dengan Pasal 66 salah satu pasalnya yaitu Pasal 52 berbunyi yaitu ayat (1) setiap anak
berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara, ayat (2) hak anak adalah
hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungai oleh hukum
bahkan sejak dalam kandungan. Pasal 53 ayat (1) setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk
hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, ayat (2) setiap anak sejak
kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan. Pasal 54 yaitu setiap anak yang
cacat fisik dan mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus
atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan,
meningkatkan diri, dan kemampuan berfartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Pasal 55 yaitu setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi
sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya dibawah bimbingan orang tua dan atau wali. Pasal
56 yaitu ayat (1) setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orangtuanya, dibesarkan, dan diasuh
oleh orang tuanya sendiri, ayat (2) dalam hal orang tua tidak mampu membesarkan dan memelihara
anaknya dengan baik dan sesuai dengan undang-undang ini, maka anak tersebut boleh diasuh atau
diangkat sebagai anak oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak asasi anak dalam pasal-pasal tersebut menguraikan tentang hak-hak anak tetapi tentang
terjadinya pelanggaran hak atas anak tersebut yang dimaksud UndangUndang Hak Asasi Manusia
tidak ada dijelaskan. Undang-undang Hak Asasi Manusia diundangkan 23 September 1999 dan
Undang-Undang Perlidungan anak baru dibuat tahun 2004 yaitu UndangUndang Nomor 23 tahun
2004 yang kemudian dirubah menjadi Undangundang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan
anak. Yang didalam undang undang tersebut pasal 1 angka 12 berbunyi Hak anak adalah bagian dari
hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
negara, pemerintah dan pemerintah daerah.

KESIMPULAN
Jadi dari hasil pembahasan di atas permasalahan mengenai Perlindungan hukum terhadap hak
asasi anak dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anak,untuk perlindungan hak dan peningkatan
kesejahteraan anak,di dalam peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan anak
telah diterbitkan. Bahkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak telah diatur dengan jelas tentang perlindungan anak sampai kepada aturan sanksi pidana bagi
yang melanggar hak anak. Dalam Undang-Undang tersebut juga dijelaskan bahwa penyelenggaraan
perlindungan anak adalah orang tua, keluarga, pemerintah dan negara.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), seperti yang diamanatkan UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, juga bertugas menerima pengaduan masyarakat yang berkaitan
dengan perlindungan anak. Melalui Bidang Data dan Pengaduan yang dibentuk oleh KPAI,
berbagai macam kasus–kasus perlindungan anak terus mengalir datang dan diadukan kepada KPAI.
Upaya memenuhi hak anak merupakan komitmen negara, sebagaimana tercantum dalam
Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990, tentang Pengesahan Convention on the Rights of the
Child (Konvensi tentang Hak-hak Anak), yang disepakati para pemimpin dunia pada tahun 1989.
Dasar hukum upaya pemenuhan hak anak telah diperbaharui (disempurnakan) dalam UndangUndang
(UU) No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Hak-hak anak menurut UU No. 35 Tahun 2014 meliputi hak untuk memperoleh: (1) kelangsungan
hidup (survival), (2) perlindungan (protection), (3) tumbuh kembang (develop-ment), (4) partisipasi
(participation), dan (5) identitas (identity). Hak memperoleh Kutipan Akta Lahir (identitas) sangat
penting bagi setiap anak Indonesia karena akta kelahiran menjadi salah satu prasyarat untuk
memperoleh pendidikan dan layanan kesehatan.
Dalam upaya mensejahterakan kehidupan anak,salah satu program yang diketahui bertujuan
untuk mensejahterakan kehidupan kalangan anak adalah program Desa Peduli Anak dari
Kemendes (Kementerian Desa). Di mana dalam pelaksanaannya, prinsip dan acuan dalam
menentukan lingkungan desa yang dimaksud ramah anak berdasarkan pada tujuan-tujuan
pembangunan berkelanjutan, atau Sustainable Development Goals (SDGs).

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, A. N., Riana, A. W., & Fedryansyah, M. (2015). Perlindungan hak-hak anak dalam upaya peningkatan
kesejahteraan anak. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1).

Said, M. F. (2018). Perlindungan hukum terhadap anak dalam perspektif hak asasi manusia. JCH (Jurnal
Cendekia Hukum), 4(1), 141-152.

Diba, F., Tambunan, Y. Y., Edelyne, C. A., Tarina, D. D. Y., & SH, M. PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK DALAM
UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ANAK.

Astuti, M. (2014). Implementasi Kebijakan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak. Sosio Konsepsia: Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 4(1), 215-235.

Armita, P. (2016). Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan dengan Teori Self Esteem Improving
Street Children Welfare with Self Esteem Theory. Jurnal PKS Vol, 15(4), 377-386.

Sudrajat, T. (2011). Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Sebagai Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif
Sistem Hukum Keluarga Di Indonesia. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 13(2), 111-132.

Sagala, E. (2018). Hak Anak Ditinjau Dari Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Jurnal ilmiah advokasi, 6(1), 16-
23.

Arliman, L. (2016). Peranan Filsafat Hukum Dalam Perlindungan Hak Anak Yang Berkelanjutan Sebagai
Bagian Dari Hak Asasi Manusia. Doctrinal, 1(2), 208-228.

Junaidi, J. (2021). Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak di Indonesia. Journal of Law, Society, and Islamic
Civilization, 8(1), 1-13.
Nurusshobah, S. F. (2019). Konvensi hak anak dan implementasinya di Indonesia. Jurnal Ilmiah Kebijakan
Dan Pelayanan Pekerjaan Sosial (Biyan), 1(2).

Anda mungkin juga menyukai