Hak Anak adalah hak asasi dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum sejak
anak dalam kandungan. Anak secara fisik dan mental belum matang, sehingga anak perlu diberikan
perlindungan yang bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia dan sejahtera.
• Hak-hak perempuan yang diakui secara de jure, tidak diperlakukan secara diskriminatif oleh negara, namun secara defakto,
perlakuan tersebut masih dengan jelas terjadi. Bidang keluarga (UU No.1 Tahun 1974) misalnya, fungsi kepala keluarga dan
ibu rumah tangga dibedakan yang berdampak luas dalam kehidupan, baik di bidang politik, ketenaga kerjaan, kesehatan,
budaya dan lain sebagainya. UU No.7 Tahun 1984 yang telah berlaku selama 22 tahun.
• Hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum sejak anak dalam kandungan. Anak secara fisik dan mental belum matang,
sehingga anak perlu diberikan perlindungan yang bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan
sejahtera.
Your Logo or Name Here 4
Hak-hak Perempuan dan Anak yang
harus dilindungi
1. Hak untuk Hidup
2. Hak Untuk Mendapatkan Pendidikan dan Pengajaran
3. Hak Untuk Memperoleh Kesehatan
4. Hak untuk mendapatkan Identitas diri
5. Hak untuk mendapat perlindungan
6. Hak Untuk Berpartisipasi
7. Hak untuk Dihargai Pendapatnya
8. Hak-Hak Perempuan Yang Harus Dilindungi
9. Hak-hak perempuan di bidang politik dan pemerintahan
• Healthy
Vegetables
10. Hak-hak perempuan di bidang kewarganegaraan
11. Hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pengajaran • Lorem ipsum dolor
12. Hak-hak perempuan di bidang ketenagakerjaan sit amet,
consectetuer
13. Hak-hak perempuan di bidang kesehatan
adipiscing elit
14. Hak-hak perempuan untuk melakukan perbuatan hukum
15. Hak-hak perempuan dalam ikatan/ putusnya perkawinan
Your Logo or Name Here 5
Hak-hak Utama Perempuan
• Pasal 53
Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.
Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraannya.
• Pasal 54
Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus
atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri,
dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
• Pasal 55
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat intelektualitas
dan biaya di bawah bimbingan orang tua dan atau wali.
• Pasal 56
1. Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.
2. Dalam hal orang tua anak tidak mampu membesarkan dan memelihara anaknya dengan baik dan sesuai dengan
Undang-undang ini, maka anak tersebut boleh diasuh atau diangkat sebagai anak oleh orang lain sesuai denga peraturan
perundang-undangan.
Kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia kini kian marak dan mencemaskan.
Padahal seluruh komponen pemerintah dan masyarakat sipil telah berjuang keras mengatasinya.
“Kekerasan terhadap perempuan” dalam Undang-undang Nomor UU No 23 Tahun 2004 didefinisikan sebagai
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
“kekerasan terhadap anak” dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 adalah setiap perbuatan terhadap
anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau
penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum.
2. Para pengelola program – baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat sipil – selama ini hanya
melihat dan menangani persoalan ini sebagai dua masalah yang terpisah, yaitu “kekerasan terhadap
perempuan” dan “kekerasan terhadap anak”.
3. kerap terjadinya kekeliruan para pengelola program dalam melakukan “terapi”. Seperti diketahui, kasus-
kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sangat dominan terjadi di ranah domestik secara terselubung
atau tersembunyi sehingga menyulitkan penegak hukum serta kaum aktivis untuk mendeteksinya, terlebih
menanggulanginya.
4. kurang optimalnya –atau bahkan absennya– upaya para pengelola program dalam melibatkan keluarga dalam
manajemen penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Padahal, dalam realitanya, keluarga
merupakan kunci penentu yang paling efektif dalam menuntaskan masalah.
5. Para pengelola program selama ini terkesan hanya berusaha mengantisipasi berbagai akibat atau gejala,
bukan akar penyebab, masalah-masalah kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak. Semua pihak
cenderung berfungsi sebagai “centeng” (watchdogs), padahal eskalasi masalah ini sedemikian gawatnya
sehingga kita semua perlu lebih proaktif menanganinya.
1. Perlu ada perubahan paradigma yang melihat dan memperlakukan masalah kekerasan terhadap
perempuan dan anak sebagai extraordinary crime yang sejajar dengan masalah terorisme dan
narkoba, sehingga penanganannya lebih intensif, ekstensif, dan terintegrasi dengan melibatkan
semua aktor baik state actors maupun non-state actors.
2. Semua pemangku kepentingan (stakeholders) harus melihat kekerasan terhadap perempuan dan
anak sebagai sebuah isyu dwitunggal (two in one) yang integral dan kompleks ketimbang dua isyu
yang berdiri terpisah.
3. Perlu ada sistem institusi pelaksana yang desentralistis serta lebih kuat secara politis,
penganggaran, dan memiliki daya jangkau serta efektivitas yang lebih jauh hingga ke episentrum
permasalahan di daerah-daerah.