Anda di halaman 1dari 20

PERLINDUNGAN HAK ASASI ANAK

DIAJUKAN KEPADA DOSEN WAWASAN KEBANGSAAN UNTUK


MENDAPATKAN NILAI TUGAS INDIVIDU WAWASAN KEBANGSAAN

Oleh :
Rinaldi 2314100136

Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Surabaya
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul " Perlindungan Hak Asasi Anak ".
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,
tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah
memberikan kontribusi yang baik dalam pembuatan makalah ini, serta dosen pembimbing
yang telah membantu kami dalam mengerjakan proyek makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini.
Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi
kita bersama.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat membuat kita
mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Surabaya, 12 November 2014

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Anak adalah amanah dan sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa harus
dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang
harus dijunjung tinggi oleh semua pihak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara,
anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga negara
berkewajiban memenuhi hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang, berpartisipasi, perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Dari sisi
perkembangan fisik dan psikis manusia, anak merupakan pribadi yang lemah, belum
dewasa dan masih membutuhkan perlindungan. Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga,
dan orantua berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan
anak.
Dalam prakteknya di masyarakat kita melihat sejak dulu hingga kini terdapat banyak
pelanggaran terhadap hak-hak anak dalam berbagai bentuknya, dari yang sifatnya terbuka
seperti penganiayaan dan pemerkosaan terhadap anak, yang sifatnya tersembunyi seperti
perdagangan anak, eksploitasi pekerja anak di jermal, hingga yang tidak disadari dan sering
diabaikan, seperti tidak diberikannya akte kelahiran pada anak dan diabaikannya suara atau
pandangan anak oleh orang dewasa ketika membuat suatu keputusan yang berdampak pada
anak. Pelanggaran hak anak tersebut juga merupakan pelanggaran HAM, karena hak anak
merupakan bagian dari HAM.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hak asasi manusia
2. Untuk mengetahui hak asasi manusia menurut undang-undang.
3. Untuk mengetahui hak asasi anak.
4. Untuk mengetahui macam-macam HAM.
5. Untuk mengetahui hak-hak anak.
6. Untuk mengetahui undang undang yang mengatur hak asasi anak .
7. mengetahui kasus yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap
anak
8. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran Hak Asasi Anak dan
solusinya.
9. Untuk mengetahui lembaga yang melindungi hak asasi anaak

BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia?


Hak Asasi Manusia Menurut Undang-Undang
Apa itu hak asasi anak ?
Macam-Macam HAM
Hak-Hak Anak
Undang-Undang yang Mengatur Hak Asasi anak
Apa itu pelanggaran Hak Asasi Anak?
Apa penyebab terjadinya pelangaran hak asasi anak dan solusinya.
Apa saja lembaga yang melindungi hak asasi anak.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hak Asasi Manusia
Secara harfiah hak asasi manusia (HAM) dapat dimaknakan sebagai hak-hak yang dimiliki
seseorang karena keberadaannya sebagai manusia. Hak-hak ini bersumber dari pemikiran
moral manusia dan diperlukan untuk menjaga harkat dan martabat suatu individu sebagai
seorang manusia. Dengan kata lain, HAM secara umum dapat diartikan sebagai hak-hak
yang melekat pada diri segenap manusia sehingga mereka diakui keberadaannya tanpa
membedakan seks, ras, warna kulit, bahasa, agama, politik, kewarganegaraan, kekayaan,
dan kelahiran.
Berikut ini Pengertian HAM dari beberapa ahli :
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM
adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan

3.2 Hak Asasi Manusia dalam UU No. 39 Tahun 1999


Hak asasi manusia di Indonesia didasarkan pada falsafah dan ideology pancasila,
pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentanghak asasi
manusia, dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasimanusia.UU No. 39
Tahun 1999 mencantumkan asas-asas dasar hak asasi manusiadiantaranya:Beberapa asas
dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam UU No. 39 Tahun1999 adalah:
a. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuanhokum yang
adil serta mendapat kepastian hokum dan perlakuan yang sama didepan hukum.
b. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia, tanpa diskriminasi.
c. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran danhati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dan persamaan di hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangidalam keadaan apa
pun dan oleh siapa pun.
d. Setiap orang diakui sebagai pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan
serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabatkemanusiaannya di depan
hukum.

e. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dan pengadilan
yang objektif dan tidak berpihak.

3.3 Hak Asasi Anak


Setiap orang dilahirkan merdeka, mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Tidak
terkecuali seorang anak, dimana hak-hak yang melekat pada dirinya merupakan bagian dari
hak asasi manusia. Sesuai dengan prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam piagam PBB, hak
anak berarti hak asasi untuk anak, yaitu merupakan pengakuan atas martabat yang melekat
dan tidak dapat dicabut oleh siapapun. Anak-anak berhak untuk hidup, memperoleh
pendidikan, kesehatan, perlindungan, dan hak untuk menyatakan pandangannya secara
bebas dalam semua hal yang mempengaruhi kehidupannya.
3.4 Macam-Macam Hak Asasi Manusia
1. Hak asasi pribadi / personal Right
Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak asasi hukum / Legal Equality Right
Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum
4. Hak asasi Ekonomi / Property Rigths
Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
Hak mendapatkan pengajaran
Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

3.5 Hak-Hak Dasar Anak

Hak Pertama adalah hak atas nama dan kewarganegaraan. Makna penting dari hak atas
nama dan kewarganegaraan merupakan hak mendasar dan pertama yang dimiliki oleh
seorang anak. Nama dan kewarganegaraan menunjukkan identitas yang dimiliki setiap
orang dan statusnya sebagai warga dari suatu negara yang akan menjamin pemenuhan hakhaknya. Dari sisi negara, hak tersebut merupakan kewajiban bagi negara untuk
memenuhinya dan menjadi bukti pengakuan hukum dari negara terhadap warganya.
Hak Kedua adalah hak mempertahankan identitas.
Seorang anak berhak untuk
mempertahankan identitasnya dan negara menghormati hak warganya dalam
mempertahankan identitasnya tersebut, termasuk kaitannya dengan hubungan keluarga.
Apabila ada pihak-pihak yang hendak melakukan perampasan atau pemalsuan identitas
seorang anak, maka negara akan memberi bantuan dan perlindungan yang layak dengan
tujuan menetapkan kembali dengan cepat jati dirinya. Hal ini sebagai langkah awal bagi
anak dalam mengembangkan jati dirinya untuk tumbuh kembang secara wajar.
Hak ketiga adalah hak anak untuk menyatakan pendapat. Arti penting dari hak tersebut bagi
negara dan pemerintah adalah sebagai elemen penting bagi terwujudnya negara dan
pemerintahan yang demokratis, di mana setiap warga negara termasuk anak memiliki hak
yang sama untuk menyatakan pendapatnya. Pemerintah juga bisa memperoleh gambaran
permasalahan, kebutuhan dan aspirasi yang murni dari kelompok anak itu sendiri, yang
sebelumnya lebih sering disuarakan oleh orang dewasa.
Hak keempat adalah kebebasan berpikir, berkesadaran (berhati nurani, dan beragama. Arti
penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah memudahkan terwujudnya
sebuah negara atau pemerintahan yang maju yang menghargai pluralitas warganya dan
tidak diskriminatif. Bagi anak arti penting dari hak tersebut adalah agar anak dapat
mengembangkan kecerdasan jamak (logika matematika, linguistik verbal, body kinestetik,
visual spasial, naturalis, interpersonal, intrapersonal, kecerdasan musikal dan kecerdasan
spiritual). Bagi masyarakat, arti penting dari hak tersebut bisa menciptakan masyarakat
yang kreatif, toleran dan saling menghargai terhadap berbagai perbedaan yang dimiliki
warganya, serta tidak ada dominasi satu kelompok terhadap kelompok lainnya.
Hak kelima adalah kebebasan berorganisasi atau berserikat dan berkumpul secara damai.
Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah serta masyarakat adalah
terbukanya proses sosial yang demokratis sejak dini bagi reproduksi kepemimpinan bangsa
dan masyarakat, karena kebebasan berorganisasi tersebut bisa melahirkan calon-calon
pemimpin bangsa yang mempunyai basis pengalaman berorganisasi yang baik dan bukan
berdasarkan pada basis keturunan. Bagi anak arti penting dari hak kelima ini adalah untuk
mengenal, memahami dan melatih bagaimana cara berorganisasi sejak dini, melatih
kepemimpinan anak dan melatih anak dalam bermasyarakat.
Hak keenam adalah perlindungan terhadap kehidupan pribadi (privasi). Arti penting dari
hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah negara atau pemerintah akan dipandang
mampu melindungi warganya, khususnya kelompok anak dari campur tangan pihak-pihak
lain yang bisa merugikan kepentingan anak. Arti penting bagi anak adalah terjaganya
kehidupan pribadi atau privasinya sehingga bisa terhindar dari segala bentuk pemaksaan
dan diskriminasi yang dalam jangka panjang bisa menumbuhkan kepercayaan diri anak.
Sedangkan bagi masyarakat, arti pentingnya adalah adanya instrumen sosial dan hukum
yang membuat warganya merasa lebih tenteram dan bebas dari ancaman terhadap
kehidupan pribadinya.

Hak ketujuh adalah akses kepada informasi yang layak. Bagi negara atau pemerintah,
selain menjadi dasar bagi perlunya disusun instrumen peraturan atau kelembagaan yang
bisa menjamin akses informasi kepada warga negara juga memberikan perlindungan
khususnya kepada kelompok anak dari informasi-informasi yang berdampak negatif pada
anak. Arti penting bagi anak adalah menambah pengetahuan umum, memperluas wawasan
dan juga terhindar dari dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari keterbukaan informasi.
Sedangkan bagi masyarakat, keterbukaan akses tersebut selain di satu sisi akan
mempercepat kemajuan suatu masyarakat tapi di sisi lain juga menumbuhkan kekawatiran
akan dampak negatif, sehingga mendorong ditumbuhkan dan diperkuatnya kembali normanorma dan nilai-nilai sosial yang dapat membendung dampak negatif keterbukaan
informasi.
Hak kedelapan atau terakhir dari rumpun hak sipil dan kebebasan anak adalah perlindungan
dari penyiksaan dan penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat manusia. Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah bisa
mendorong peningkatan perhatian dan kepekaan pemerintah terhadap hak anak-anak yang
berhadapan dengan hukum sejak awal proses penangkapan anak sebagai tersangka pelaku
tindak pidana hingga selama anak menjalani proses hukuman. Hal tersebut perlu ditegaskan
karena selama ini terdapat pemahaman yang terbatas dari para aparat penegak hukum
tentang hak anak serta keterbatasan penyediaan fasilitas rumah tahanan dan lembaga
pemasyarakatan membuka peluang terjadinya pelanggaran terhadap hak anak pelaku tindak
kriminal. Bagi anak arti pentingnya adalah supaya anak tidak terhambat proses tumbuh
kembangnya serta supaya hak-hak dasar lainnya tetap terjamin meskipun anak dalam
proses hukum. Bagi masyarakat sendiri, pola-pola penghukuman terhadap anak yang
melakukan kesalahan yang terjadi di masyarakat, seperti yang terdapat dalam keluarga atau
sekolah bisa diarahkan pada hukuman-hukuman yang sifatnya mendidik dan bukan
menyiksa anak.
3.6 UU yang Mengatur Hak Asasi Anak
Hak anak pada dasarnya sudah diatur oleh negara. Berdasarkan Pasal 28B (ayat 2) UUD
1945, yang menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, maka dapat
dipastikan bahwa anak mempunyai hak konstitusional dan negara wajib menjamin serta
melindungi pemenuhan hak anak yang merupakan hak asasi manusia (HAM).
Selain UUD 1945, UU No 39 tahun 1999 pasal 52-66 juga mengatur tentang hak anak.
Adapun isinya adalah:
Bagian kesepuluh Hak anak
Pasal 52
(1)Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua keluarga masyarakat dan negara
(2)Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan
dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan
Pasal 53
(1)Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup mempertahankan hidup dalam
meningkatkan taraf kehhidupannya
(2) Setiap anak dalam kehidupannya berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan .

Pasal 54
(1) Setiap anak yang cacat fisik atau mental berhak memperoleh perawatan , pendidikan,
pelatihan dan bantuan khusus atas biaya negara untuk menjamin kehidupannya sesuai
dengan martabat kemanusiaan,meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat ,berbangsa dan bernegara.
Pasal 55
(1) Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir , dan berekspresi
sesuai dengan intelektualitas dan usianya dibawah bimbingan orang tua dan atau wali .
Pasal 56
(1) Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya,dibesarkan, dan diasuh oleh
orang tuanya sendiri .
(2) Dalam hal orang tua anak tidak mampu membesarkan dan memelihara ankanya dengan
baik dan sesuai dengan undang-undang ini,maka anak tersebut boleh diasuh atau
diangkat sebagai anak oleh orang lain sesuai ketentuan peraturan perundang undangan .
Pasal 57
(1) Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan
dibimbing kehidupannya oleh orangtua atau walinya sampai dewasa dengan ketentuan
peraturan perundang undaangan .
(2) Setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau wali berdasarkan putusan
pengadilan apabila kedua orang tua telah meninggal dunia atau karena suatu sebab yang
sah tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagi orang tua.
(3) Orang tua angkat attau wali sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menjalankan
kewajiban sebagai orang tua yang sesungguhnya.
Pasal 58
(1) Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk
kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual
selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain maupun yang
bertanggung jawab atas pengasuh anak tersebut.
(2) Dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala bentuk penganiayaan
fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual termasuk
pemerkosaan, dan atau pembunuhan terhadap anak yang seharusnya dilindungi, maka
harus dikenakan pemberatan hukuman.
Pasal 59
(1) Setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya secara bertentangan
dengan kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alas an dan atauran yang sah yang
menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak.
(2) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hak anak untuk tetap bertemu
langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan orang tuanya tetap dijamin oleh
Undang-undang.
Pasal 60
(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.

(2) Setiap anak berhak mencari, menerima, dam memberikan informasi sesuai dengan
tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepattutan.
Pasal 61
(1) Setiap anak berhak untuk istirahat, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain,
berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi
pengembangan dirinya.
Pasal 62
(1) Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan social secara layak,
sesuai dengan kebutuhan fisik dan mentak spiritualnya
Pasal 63
(1) Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan di dalam peristiwa peperangan, sengketa
bersenjata, kerusuhan sosial, dan peristwa lain yang mengandung unsur kekerasan.
Pasal 64
(1) Setiap anak berhak untukmemperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi ekonomi
dan setiap pekerjaan yang membehayakan dirinya, sehingga dapat mengganggu
pendidikan, kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial, dan mental spiritualnya.
Pasal 65
(1) Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan
pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk
penyalahgunaan narkotika, psikotopika, dan zat adiktif lainnya.
Pasal 66
(1) Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
(2) Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku tindak
pidana yang masih anak.
(3) Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
(4) Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesuai
dengan hukum yang belaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir.
(5) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan secara
manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi sesuai
dengan usianya dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali demi kepentingannya.
(6) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum atau
bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.
(7) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan memperoleh
keadilan di depan Pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang
yang tertutup untuk umum.
Sejak ditetapkannya Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada
tanggal 22 Oktober 2002, perlindungan anak Indonesia telah memiliki landasan hukum
yang lebih kokoh. Hak anak relatif lebih lengkap dan cukup banyak dicantumkan dalam
Undang-Undang Perlindungan Anak. Pasal-pasal yang berkaitan dengan hak-hak anak
tersebut antara lain adalah:
Pasal 4

(1) Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 5
(1) Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.
Pasal 6
(1) Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.
Pasal 8
(1) Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Pasal 10
(1) Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan
memberikan informasi sesuai tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan
dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Pasal 13
(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. Diskriminasi
b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual
c. Penelantaran
d. Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan
e. Ketidakadilan
f. Perlakuan salah lainnya.
Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana diatur dalam pasal 64
ayat (3) :
a.
b.
c.
d.

Upaya rehabilitasi baik dalam lembaga maupun di luar lembaga.


Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk
menghindari labelisasi.
Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli baik fisik, mental
maupun sosial.
Pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan
perkara.

3.7 Kasus Pelanggaran Hak Asasi Anak


Data dan Fakta Pelanggaran Hak Anak sepanjang tahun 2013 yang terpantau dan ditangani
Komnas Anak:
sepanjang tahun 2013 Komnas Anak menerima pengaduan langsung terkait Pengasuhan
dan Perwalian sebanyak 291 kasus. Anak-anak yang menjadi korban akibat ini adalah
paling banyak rentang usia 6-12 tahun dengan status ekonomi menengah ke atas.
Kasus anak sepanjang tahun 2013 masih didominasi oleh kasus kekerasan terhadap anak,
terlebih kasus kekerasan seksual. Komnas Anak menetapkan tahun 2013 ini sebagai kondisi
Darurat Nasional Kejahatan Seksual terhadap anak. Berdasarkan data kasus yang dipantau

Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Komnas Anak, sepanjang tahun 2013 terdapat 1.620
kasus. Dengan rincian, kasus kekerasan fisik sebanyak 490 kasus (30%), kekerasan psikis
sebanyak 313 kasus (19%) dan paling banyak yaitu kasus kekerasan seksual sebanyak 817
(51%). Hal ini bisa diasumsikan bahwa, setiap bulan hampir 70 - 80 anak menerima
kekerasan seksual.
Ironisnya, kasus-kasus kekerasan terhadap anak tersebut terjadi justru di lingkungan
terdekat anak, yakni rumah tangga, sekolah, lembaga pendidikan dan lingkungan sosial
anak. Sedangkan pelakunya adalah orang yang seharusnya melindungi anak, seperti orang
tua, paman, guru, baik guru reguler maupun guru spritual, bapak/ibu angkat, maupun
ayah/ibu tiri. Berdasarkan tempat kejadian kekerasan terhadap anak ada di lingkungan
keluarga terdapat 24%, lingkungan sosial 56%, dan lingkungan sekolah 17%.
Beberapa latar belakang kasus kekerasan seksual diantaranya karena pengaruh media
pornografi sebanyak 81 kasus (8%), terangsang dengan korban sebanyak 178 kasus (17%),
hasrat tak tersalurkan sebanyak 298 kasus (29%) dan alasan lainnya.
Selain kasus kekerasan seksual, makin meningkatnya juga kasus kekerasan fisik sebanyak
490 kasus dengan berbagai macam latar belakang diantaranya kenakalan anak 80 kasus
(8%), dendam/emosi 147 kasus (14%), faktor ekonomi 62 kasus (6%), persoalan keluarga
50 kasus (5%), lain-lain 145 kasus (14%). Modusnya dengan dipukul 162 kasus (15%),
ditampar 12 kasus (1%), disundut 4 kasus, dijewer 5 kasus, sajam (senjata tajam) 103 kasus
(10%), lain-lain 245 kasus (23%). Dampaknya, luka ringan 97 kasus, luka berat 141 kasus,
meninggal dunia 181 kasus, lain-lain 71 kasus.
Kasus Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABH) hasil pantauan Komnas Anak sepanjang
tahun 2013 terdapat 556 kasus. Sedangkan lokus terjadinya ABH yaitu di lingkungan sosial
sebanyak 548 (90%) kasus sedangkan di lingkungan sekolah 38 (7%) kasus dan lingkungan
keluarga 14 (3%) kasus. Modus yang paling banyak terjadi pada kasus ABH yaitu
pencurian dengan 192 (30%) kasus, akibat sajam (senjata tajam) 97 (15%) kasus, pengguna
narkoba 69 (11%) kasus, perkosaan 55 (9%) kasus, kekerasan 87 (14%) kasus,
pembunuhan 38 (6%) kasus, kurir narkoba 12 (2%) kasus, pelecehan seksual 11 (2%)
kasus, miras 18 (3%) kasus, perdagangan anak/orang 3 kasus, teror bom 1 kasus, judi 4
(1%) kasus, lain-lain 50 (8%) kasus.
Penculikan terhadap anak dan bayi masih terus terjadi, begitupun dengan kasus
penelantaran. Sebanyak 77 kasus terjadi di lingkungan keluarga, 76 kasus di lingkungan
sosial, lingkungan sekolah 8 kasus. Disepanjang tahun 2013, jumlah penculikan bayi dan
anak sebanyak 66 kasus, penelantaran bayi dan anak sebanyak 276 kasus dan anak hilang
sebanyak 21 kasus. Latar belakang penculikan masih berlatar ekonomi sebanyak 44 kasus,
persoalan keluarga 14 kasus, dendam/emosi 7 kasus, ingin punya anak 1 kasus. Modusnya
yaitu diambil paksa 23 kasus, bujuk rayu dan tipuan 11 kasus, lain-lain 32 kasus.
Dampaknya adalah trauma 11 kasus, belum ditemukan 46 kasus, sudah ditemukan 30
kasus.
Maraknya kasus penelantaran bayi dan anak dilatar belakangi berbagai macam hal, antara
lain karena faktor ekonomi dan hasil hubungan illegal. Modusnya antara lain aborsi 23
kasus, dibunuh 15 kasus, dibuang 48 kasus, lain-lain 16 kasus. Lokus terjadinya
penelantaran antara lain Rumah Sakit 13 kasus, Kali atau sungai 13 kasus, Angkot atau
terminal 1 kasus, Selokan 6 kasus, halaman rumah 11 kasus, halte 1 kasus, tempat sampah
5, WC Umum 1 kasus, TPU 8 kasus, semak-semak 11 kasus, sisanya lain-lain.
Jumlah kasus perdagangan anak yang berhasil dipantau Komnas Anak sepanjang tahun
2013 sebanyak 140 kasus. Modusnya antara lain ESKA (Eksploitasi Seksual Komersial
Anak) sebanyak 76 (54%) kasus, adopsi ilegal 34 (24%) kasus, PRTA (Pembantu Rumah

Tangga Anak) 24 (17%), pernikahan dini 4 (3%). Latar belakangnya yaitu karena faktor
ekonomi 111 (83%), kurang pengetahuan 4 (3%), gaya hidup 12 (9%), lain-lain 6 (5%).
Sepanjang tahun 2013, Komnas Anak juga menerima pengaduan 15 kasus bunuh diri anak.
Kebanyakan yang melakukan bunuh diri berasal dari kalangan ekonomi menengah bawah
dengan modus bunuh diri antara lain, gantung diri sebanyak 7 kasus, terjun dari ketinggian
1 kasus, memakai senjata tajam 1 kasus dan minum racun 5 kasus. Hal-hal yang
melatarbelakangi anak-anak melakukan bunuh diri antara lain masalah keluarga 3 kasus,
masalah sekolah 6 kasus, masalah cinta 5 kasus dan akibat sebagai korban bullying sesama
anak di sekolah.
3.8 Akibat dan Upaya Penanggulangan Pelanggaran Hak Anak
Banyak akibat atau dampak negatif yang dapat diterima dan terjadi pada anak korban
eksploitasi.Mulai dari kondisi psikis, kesehatan, maupun hal-hal lain.Seperti yang kita tahu,
anak-anak korban eksploitasi tidak merasakan indahnya masa kanak- kanak mereka.
Karena setiap harinya mereka hanya dituntut untuk mencari dan menghasilkan uang.
Anak-anak yang telah terampas hak nya tersebut bisa saja menjadi dewasa sebelum
waktunya, dikarenakan lingkungan sekitar mereka lebih banyak orang dewasa.Sehingga
mereka sering meniru kebiasaan kebiasaan buruk orang dewasa seperti merokok, ataupun
yang lainnya yang belum pantas mereka lakukan.
Upaya yang dapat dilakukan agar mengurangi bahkan mengatasi pelanggaran HAM
terhadap anak antara lain :
1. Pemerintah membentuk Komnas HAM, dan Komisi Perlindungan Anak untuk menjamin
dan mengatasi pelanggaran hak asasi pada anak.
2. Selain itu terdapat Undang Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dan
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang
tersebut merupakan jaminan pelaksanaan hak-hak anak di berbagai bidang dan aspek
kehidupan. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan
bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas
perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
3. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin
dalam kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak dari
konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, undang-undang
ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas
sebagai berikut : non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk
hidup,kelangsungan hidup, dan penghargaan terhadap pendapat anak.
4. Diperlukan peran masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga
keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial,
dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan dalam melakukan pembinaan,
pengembangan dan perlindungan pada anak.
3.9 Lembaga yang Mengatur Hak Asasi Anak
3.9.1 Komisi Nasional Perlindungan Anak
Komisi Nasional Perlindungan Anak (disingkat Komnas PA) adalah organisasi
di Indonesia dengan tujuan memantau, memajukan, dan melindungi hak anak, serta
mencegah berbagai kemungkinan pelanggaran hak anak yang dilakukan oleh Negara,
perorangan, atau lembaga. Komnas PA didirikan pada tanggal 26 Oktober 1998 di Jakarta.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA) ini lahir berawal dari gerakan nasional
perlindungan anak yang sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1997. Kemudian pada era
reformasi, tanggung jawab untuk memberikan perlindungan anak diserahkan kepada
masyarakat.
Tugas KNPA melakukan perlindungan anak dari perlakuan, misalnya: diskriminasi,
eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, penelantaraan, kekejaman, kekerasan,
penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah yang lain. KNPA juga yang mendorong
lahirnya UU RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Komisi Nasional Perlindungan Anak terdiri dari:

Forum Nasional Perlindungan Anak (Forum Nasional), merupakan badan pemegang


kekuasaan tertinggi dan pengambil keputusan tertinggi dalam Komisi Nasional
Perlindungan Anak, diselenggarakan berdasarkan ketentuan dan aturan yang ditetapkan
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta aturan lainnya yang
ditetapkan dalam pertemuan Forum Nasional Perlindungan Anak. Forum Nasional
Perlindungan Anak diselenggarakan setiap tiga tahun sekali.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komisi Nasional), dengan anggota sebanyak


11-21 orang yang dipilih oleh Forum Nasional.

Sebagai lembaga yang bergerak di issue anak, Komnas PA memiliki tugas sebagai berikut :
1. Melaksanakan mandate/kebijakan yang ditetapkan oleh Forum Nasional Perlindungan
Anak
2. Menjabarkan Agenda Perlindungan Anak dalam Program Tahunan.
3. Membentuk dan memperkuat jaringan kerjasama dalam upaya perlindungan anak, baik
dengan LSM, masyarakat madani, instansi pemerintah, maupun lembaga internasional,
pemerintah dan non-pemerintah;
4. Menggali sumber daya dan dana yang dapat membantu peningkatan upaya
perlindungan anak; serta
5. Melaksanakan administrasi perkantoran dan kepegawaian untuk menunjang kinerja
Lembaga Perlindungan Anak.
Peran Komisi Nasional Perlindungan Anak:
1.

Melakukan pemantauan dan pengembangan perlindungan anak.

2.

Melakukan advokasi dan pendampingan pelaksanaan hak-hak anak.

3.

Menerima pengaduan pelanggaran hak-hak anak.

4.

Melakukan kajian strategis terhadap berbagai kebijakan yang menyangkut kepentingan


terbaik bagi anak.

5.

Melakukan koordinasi antar lembaga, baik tingkat regional, nasional maupun


international.

6.

Memberikan pelayanan bantuan hukum untuk beracara di pengadilan mewakili


kepentingan anak

7.

Melakukan rujukan untuk pemulihan dan penyatuan kembali anak.

8.

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, pengenalan dan penyebarluasan


informasi tentang hak anak.

Fungsi Komisi Nasional Perlindungan Anak :


1.

Melakukan pengumpulan data, informasi dan investigasi terhadap pelanggaran hak


anak.

2.

Melakukan kajian hukum dan kebijakan regional dan nasional yang tidak memihak
pada kepentingan terbaik anak.

3.

Memberikan

penilaian

dan

pendapat

kepada

pemerintah

dalam

rangka

mengintegrasikan hak-hak anak dalam setiap kebjijakan.


4.

Memberikan pendapat dan laporan independen tentang hukum dan kebijakan berkaitan
dengan anak.

5.

Menyebasluaskan, publikasi dan sosialisasi tentang hak-hak anak dan situasi anak di
Indonesia.

6.

Menyampaikan pendapat dan usulan tentang pemantauan pemajuan dan kemajuan, dan
perlindungan hak anak kepada parlemen, pemerintah dan lembaga terkait.

7.

Mempunyai mandat untuk membuat laporan alternatif kemajuan perlindungan anak di


tingkat nasional.

8.

Melakukan perlindungan khusus.

3.9.2 Komisi Perlindungan Anak Indonesia


Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dibentuk berdasarkan amanat UU Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang tersebut disahkan oleh Sidang
Paripurna DPR pada tanggal 22 September 2002 dan ditandatangani Presiden Megawati
Soekarnoputri, pada tanggal 20 Oktober 2002. Setahun kemudian sesuai ketentuan Pasal 75
dari undang-undang tersebut, Presiden menerbitkan Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Diperlukan waktu sekitar 8 bulan untuk memilih dan
mengangkat Anggota KPAI seperti yang diatur dalam peraturan per-undang-undangan
tersebut.
Berdasarkan penjelasan pasal 75, ayat (1), (2), (3), dan (4) dari Undang-Undang
Perlindungan Anak, disebutkan bahwa Keanggotaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia
terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, dan 5
(lima) orang anggota, dimana keanggotaan KPAI terdiri dari unsur pemerintah, tokoh
agama, tokoh masyarakat, organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap
perlindungan anak. Adapun keanggotaan KPAI diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, untuk masa
jabatan 3 (tiga) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Periode
I (pertama) KPAI dimulai pada tahun 2004-2007.

Dalam Pasal 76 UU Perlindungan Anak, dijelaskan tugas pokok KPAI yang berbunyi
sebagai berikut :

Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan


dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan
masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak.
Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam
rangka perlindungan anak.

Berdasarkan pasal tersebut di atas, mandat KPAI adalah mengawal dan mengawasi
pelaksanaan perlindungan anak yang dilakukan oleh para pemangku kewajiban
perlindungan anak sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 yakni : Negara, Pemerintah,
Masyarakat, Keluarga, dan Orangtua di semua strata, baik pusat maupun daerah, dalam
ranah domestik maupun publik, yang meliputi pemenuhan hak-hak dasar dan perlindungan
khusus. KPAI bukan institusi teknis yang menyelenggarakan perlindungan anak.
Adapun tujuan dari KPAI sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam perlindungan anak.
2.

Membangun sistem dan jejaring pengawasan perlindungan anak;

3.

Meningkatkan jumlah dan kompetensi pengawas perlindungan anak;

4.

Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan utilitas laporan pengawasan perlindungan anak;

5.

Meningkatkan kapasitas, aksesibilitas, dan kualitas layanan pengaduan masyarakat;

6.

Meningkatkan kinerja organisasi KPAI.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Komnas Pelindungan Anak Indonesia
memiliki tugas pokok dan fungsi melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan
informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi
dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. KPAI juga memberikan
laporan saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka perlindungan
anak. Selain KPAI terdapat beberapa komisi nasional lainnya, antara lain Komisi Nasional
Anti Kekerasan terhadap Perempuan,Komite Nasional Perlindungan Konsumen dan Pelaku
Usaha, dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Nasional (KKRN).
3.9.3 Unicef
United Nations Children's Fund (UNICEF) atau Badan PBB untuk anak-anak didirikan oleh
Majelis Umum PBB pada 11 Desember 1946. Bermarkas besar di Kota New York,
UNICEF memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan jangka panjang kepada
anak-anak dan ibunya di negara-negara berkembang. UNICEF merupakan agensi yang
didanai secara sukarela, oleh karena itu agensi ini bergantung pada sumbangan dari
pemerintah dan pribadi. Program-programnya menekankan pengembangan pelayanan
masyarakat untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak.
Prioritas Unicef adalah

penting

untuk

Pembangunan Kerja

dikelompokkan menjadi lima bidang strategis utama.


1. Kelangsungan Hidup Anak dan Pembangunan

Unicef dapat

2.

3.

Untuk mendukung Tujuan Milenium yakni mengurangi angka kematian anak dan
pengendalian malaria, antara lain Unicef bekerja terhadap perawatan kesehatan anak
yang komprehensif pada awal tahun, termasuk periode antenatal sebelum kelahiran.
Menjelang membantu anak-anak muda bertahan dan memiliki masa depan yang sehat
produktif, Unicef dan advokasi memberikan dukungan keuangan dan teknis untuk
pendidikan nasional dan berbasis masyarakat dan program intervensi pada perawatan
kesehatan dan gizi. Bidang prioritas termasuk imunisasi, mencegah dan mengendalikan
malaria, pengendalian dan mengobati penyakit diare dan pernapasan, pemberantasan
cacing guinea dan mencegah anemia.
Program kesehatan idealnya mencakup perawatan antenatal ibu hamil, dan perawatan
neonatal dalam empat minggu pertama setelah kelahiran, termasuk mempromosikan
pemberian ASI. Unicef juga berbagi advokasi, mobilisasi sosial, dan riset dalam peran
pendukung untuk membantu lembaga-lembaga lain menyediakan kebidanan
darurat. Membangun di atas komitmen selama puluhan tahun terhadap kesehatan,
Unicef menyediakan vaksin untuk 40 persen anak di negara berkembang, dan
menyediakan dukungan teknis pada proses rumit . Jutaan terlindungi dari penyakit
seperti campak, polio, difteri dan TBC dengan vaksin yang harganya rata-rata hanya 50
sen per anak. Program vaksinasi idealnya termasuk suplemen vitamin A dan zat gizi
mikro yang meningkatkan kekebalan tubuh lebih lanjut dan membantu mencegah
kekurangan gizi yang berhubungan dengan gangguan.
Seiring dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UNICEF mendukung program
lokal yang meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi, yang pada gilirannya
penting bagi inisiatif kesehatan, pengembangan dan pendidikan.
Pendidikan Dasar dan Kesetaraan Gender
Unicef bekerja sama dengan negara-negara donor dan badan PBB lainnya untuk
mempromosikan, mendanai dan memfasilitasi kesetaraan pendidikan dasar universal
dan gender.Ini termasuk meningkatkan kesiapan perkembangan anak-anak untuk
sekolah, terutama untuk anak-anak dikeluarkan dan di antara kelompok yang kurang
beruntung, melalui komunitas yang disponsori pendidikan anak dan inisiatif kesehatan.
Dalam semua tahap proses ini, melalui program-program advokasi dan lokal,
Unicef bekerja untuk mengurangi kesenjangan gender dan kesenjangan lain dalam
akses, partisipasi dan penyelesaian sekolah dasar. Ini juga termasuk air , sanitasi dan
peningkatan kebersihan di sekolah-sekolah untuk menciptakan lingkungan ramah anak
untuk belajar. Menggunakan demonstrasi praktis dan advokasi berbasis
bukti, Unicef berupaya membantu pemerintah pusat dan daerah dan kelompok
meningkatkan kualitas pendidikan dan retensi. Unicef juga memberikan perlengkapan
sekolah dan tenda dalam keadaan darurat sebagai bagian dari Kembali ke Sekolah
programnya, membantu anak-anak kembali ke lingkungan yang lebih normal aman dan
melindungi hak mereka untuk pendidikan dasar.
HIV / AIDS dan Anak
Krisis penyakit membawa kemiskinan dan kehancuran sosial bersama dengan
kematian. Untuk mengatasi itu Unicef bekerja dengan negara-negara, organisasi
nirlaba dan kelompok agama, organisasi pemuda dan mitra lain untuk mengatur sensitif
gender pencegahan pendidikan, keterampilan dan kampanye layanan ditujukan
terutama pada remaja. Unicef juga bekerja melalui advokasi dan penjangkauan
masyarakat untuk membantu pemerintah, masyarakat dan anak-anak dukungan
keluarga yatim karena HIV / AIDS.

4.

5.

Unicef juga mendukung program-program yang membantu mencegah ibu ke anak HIV
/ AIDS dan yang meningkatkan jumlah dan proporsi perempuan dan anak yang
menerima obat antiretroviral.
Perlindungan Anak
Untuk mendukung Millenium Bagian Deklarasi KTT 6, Unicef melindungi
lingkungan rentan kemajuan pelindung untuk membantu mencegah dan menangani
kekerasan, penyalahgunaan eksploitasi, dan diskriminasi, dan untuk anak-anak yang
rentan akibat keadaan darurat. Fokus penelitian termasuk meningkatkan kesadaran
pemerintah hak perlindungan anak dan analisis situasi, serta mempromosikan undangundang yang menghukum pelaku eksploitasi anak.
Bekerja melalui advokasi dan kantor lokal di seluruh dunia, Unicef membantu
memperkuat sumber daya sekolah, masyarakat dan keluarga untuk merawat anak-anak
terpinggirkan, termasuk yang yatim piatu karena HIV / AIDS.
Advokasi dan Kemitraan untuk Hak Anak
Unicef membangun kemitraan pembangunan global dan juga pada penguatan
kebijakan nasional dan daerah yang memenuhi hak-hak anak untuk bertahan hidup dan
berkembang.Mengurangi kemiskinan anak adalah bagian penting dari pemenuhan hakhak ini. Untuk itu, dan untuk mencapai tujuan Milenium, Unicef mendorong investasi
nasional dan global berkelanjutan yang memanfaatkan sumber daya dan hasil untuk
anak-anak itu kesejahteraan, termasuk dalam situasi darurat. Bekerja dengan berbagai
kemitraan termasuk pemerintah, badan-badan regional, dan kelompok swasta dan
masyarakat sipil, Unicef memberikan masukan dan berpartisipasi dalam
mengembangkan sektor-lebar pendekatan (swap), Rencana Strategi Penanggulangan
Kemiskinan (PRSP) dan anggaran.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan dan pemaparan dalam bab pembahasan maka dapat kita simpulkan bahwa
HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999 telah mendefinisikan seperangkat hak yang sudah
melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, dan hak asasi manusia
merupakan hak dasar milik manusia, yang sudah ada dalam keadaan rahim di kandungan,
dan juga tidak dapat dipisahkan dari manusia itu sendiri.
HAM juga dapat mengatur perlindungan terhadap anak. Begitu halnya juga dengan hak
anak, salah satu dari hak asasi anak adalah jaminan untuk mendapatkan perlindungan yang
sesuai dengan nilai nilai agama dan kemanusian. Hak asasi tersebut sesuai dengan nilai
nilai pacasila dan tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Seperti yang terdapat dalam pasal 28B (ayat 2) UUD 1945 yang tegas di sebutkan Bahwa
setiap anak berhak akan kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Di Indonesia masih banyak pelangaran hak asasi anak. Hak asasi anak masih banyak
diabaikan oleh sebagian besar orang. Hak Asasi Anak dilindungi juga oleh lembaga Komisi
Nasional Perlindungan Anak dan Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia dan
unicef.
4.2 Saran
Kepada semua orang orang disekeliling untuk melindungi HAM pada anak anak dibawah
umur, dan besarkan rasa peduli terhadap sesamanya untuk kelangsungan bermasyarakat.
Kepada pemerintah, pemerintah harus tegas dalam menjalankan undang-undang yang
mengatur perlindungan hak asasi anak.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Huraerah, Abu. 2006. Kekerasan Terhada Anak. Jakarta: Penerbit Nuansa.
Budi, Arjdo Miriam, 2006. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Granmedia Pustaka
Utama.
Kusnardi, Muhammad Ibrahim. 1984. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta Pusat Studi
Hukum Tata Negara UI Dan C.V. Sinar Bakti.
Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun1945
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Website
www.peluk.komnaspa.or.id . diakses pada 12 desember 2014 pukul 15.00
http://www.kpai.go.id/profil/. diakses pada 12 desember 2014 pukul 15.20

Anda mungkin juga menyukai