PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
JUDUL
Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
UPBJJ-UT SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu negara hukum, asas taat dan hormat pada hukum dapat terwujud apabila
pelaksanaan penegakan hukum dilakukan tidak diskriminatif. Setiap orang mempunyai
kedudukan dan hak yang sama dihadapan hukum termasuk juga pihak penguasa dan aparat
penegak hukum. Hukum harus dilaksanakan dan dijunjung tinggi oleh semua warga negara tanpa
terkecuali. Namun demikian, penyalahgunaan kekuasaan oleh pemegang kekuasaan dengan
mengatasnamakan kepentingan dan kesejahteraan umum atau mengatasnamakan peraturan
hukum itu sendiri masih sering terjadi dalam suatu pemerintahan di negara yang berdasarkan
hukum termasuk Indonesia.
HAM merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir yang berlaku seumur
hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Penegakan HAM merupakan mata rantai
yang tidak terputus dari prinsip demokrasi, kedaulatan rakyat dan negara hukum. Tanpa ada
penghargaan HAM mustahil penegakan terhadap pemerintah yang demokratis dan berkedaulatan
rakyat dapat terwujud. Dengan demikian, HAM menjadi penting artinya dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara karena merupakan sarana etis dan hukum untuk melindungi individu
, kelompok, dan golongan yang lemah terhadap kekuatan-kekuatan raksasa dalam masyarakat
modern.
Suatu negara dapat berjalan dengan baik jika hukumnya telah berjalan dengan baik.
Negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum disebut sebagai Negara hukum. Hukum dan
HAM tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hukum sebagai batasan-batasan dan sebagai
pengawal HAM yang dapat merealisasikan perwujudan keadilan dari HAM. Lantas bagaimana
dengan pelaksanaan hukum dan HAM di Indonesia? Apakah selama ini Indonesia sebagai negara
hukum telah menerapkan hukumnya dengan baik? Apakah selama ini juga HAM telah
diterapkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat? Hukum melindungi
HAM. Hukum tanpa HAM tidak ada gunanya dan HAM tanpa hukum adalah sia-sia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kata hukum berasal dari bahasa arab dan merupakan bentuk tunggal, kata jamaknya
adalah “Alkas” yang selanjutnya diambil alih dalam bahasa Indonesia menjadi “Hukum”.
Didalam pengertian hukum terkandung pengertian bertalian erat dengan pengertian yang dapat
melakukan pemaksaan.
Secara umum kita dapat melihat bahwa hukum merupakan seluruh aturan tingkah laku
berupa norma/kaidah baik tertulis maupun tidak tertulis yang dapat mengatur dan menciptakan
tata tertib dalam masyarakat yang harus ditaati oleh setiap anggota masyarakat berdasarkan
keyakinan dan kekuasaan hukum itu.
Pengertian tersebut didasarkan pada penglihatan hukum dalam arti kata material,
sedangkan dalam arti kata formal hukum adalah kehendak ciptaan manusia berupa norma-norma
yang berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku, tentang apa yang boleh dilakukan dan tentang
apa yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang dan dianjurkan untuk dilakukan. Oleh karena itu,
hukum mengandung nilai-nilai keadilan, kegunaan atau kemanfaatan, dan kepastian hukum
dalam masyarakat tempat hukum diciptakan. Hukum itu meliputi unsur-unsur, yaitu :
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) penegakan hukum berarti proses, cara,
perbuatan menegakkan. Sementara menegakkan berarti mendirikan, menjadikan tegak,
mengusahakan agar tetap berdiri memelihara dan mempertahankan kemerdekaan, tata tertib,
hukum dan sebagainya. Jadi Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide dan
konsep-konsep tadi menjadi kenyataan. Penegakan hukum adalah suatu proses untuk
mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut keinginan hukum
disini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat Undang-Undang yang dirumuskan dalam
peraturan hukum. Hakikatnya penegakan hukum mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah
yang memuat keadilan dan kebenaran, penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas dari para
penegak hukum yang sudah dikenal secara konvensional, tetapi menjadi tugas setiap orang.
Meskipun demikian, dalam kaitannya dengan hukum public pemerintah lah yang bertanggung
jawab. Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu :
Untuk memahami hakikat HAM terlebih dahulu memahami pengertian dasar tentang hak.
Secara definitif hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga
harkat dan martabatnya. Dengan demikian, hak merupakan unsur normatif yang melekat pada
setiap diri manusia yang dalam penerapannya berada dalam ruang lingkup hak persamaan dan
hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia. HAM adalah hak yang dimiliki manusia yang telah
diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran didalam masyarakat. hak asasi bersifat
umum karena diyakini bahwa beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan bangsa, ras, agama atau
jenis kelamin. HAM bersifat supralegal, artinya tidak tergantung dengan adanya suatu
negara atau undang-undang dasar maupun kekuasaan pemerintah bahkan memiliki
kewenangan lebih tinggi karena HAM dimiliki manusia bukan karena kemurahan atau
pemberian negara melainkan karena berasal dari sumber yang lebih tinggi. 3
Dalam UU HAM pasal 1 menyatakan bahwa “HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia”.
2
Johan Jasin, Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia di Era Otonomi Daerah, (Yogyakarta :
Deepbulish, 2019), hlm 55.
3
Zainul Ittihad Amin, Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan, (Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka, 2019) hlm 7.2-7.3
Dasar Negara Republik Indonesia Pancasila juga menegaskan betapa pentingnya HAM
tercermin dalam sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Pembukaan UUD 1945 sebagai
pokok kaidah fundamental Negara Kesatuan Republik Indonesia, menegaskan pemahaman
bangsa Indonesia terhadap HAM dan karena termuat didalam dasar negara dan pokok kaidah
fundamental negara maka pelaksanaan HAM bersifat imperative bagi pemerintah Indonesia.
Apalagi prinsip-prinsip HAM juga dimuat di dalam pasal-pasal UUD 1945, menunjukkan betapa
besar perhatian, pemahaman, dan kemauan untuk mengimplementasikan. UUD 1945 memuat
prinsip-prinsip HAM, meliputi hak-hak individu, sosial ekonomi dan politik (misalnya hak untuk
memperoleh pengajaran, hak kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat,
persamaan warga negara di depan hukum).
Prinsip dasar yang dianut Indonesia sebagai amanat konstitusi, pelaksanaan harus
didasarkan kepada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak
pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan baik dalam
penerapan, pelaksanaan dan pemantauan. Sejalan dengan apa yang tertuang didalam Pasal 1(3),
Pasal 55 dan Pasal 56 piagam PBB, upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan
melalui suatu kerja sama internasional yang berdasarkan prinsip saling menghormati,
kesederajatan, dan hubungan antar negara serta hukum internasional yang berlaku.
BAB III
PEMBAHASAN
Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai hukum dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia hukum telah tersusun dengan rapih dan
terstruktur. Indonesia hanya tinggal melaksanakannya dan menjalankan dengan baik. Namun
dalam praktiknya banyak sekali tantangan dan hambatan yang masih dihadapi. Perubahan sosial
dan modernisasi yang begitu cepat berpotensi menimbulkan berbagai keresahan dan ketegangan
sosial. Keresahan dan ketegangan sosial dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan
terhadap aturan-aturan hukum yang telah ditetapkan. Penyimpangan-penyimpangan dapat berupa
pencurian, perampokan, pembunuhan, perbudakan atau diskriminasi rasial dan penyimpangan
lainnya. Disamping penyimpangan secara konvensional terdapat juga penyimpangan kejahatan
luar biasa seperti korupsi, money laundry, dan kejahatan lingkungan yang dilakukan oleh
korporasi.
Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab penegakan hukum di Indonesia belum
dapat berjalan dengan baik adalah disebabkan4 :
4
Sidjabat dkk, Modul Pendidikan Agama Kristen, (Tangerang Selatan : Universitas Terbuka, 2019), hlm 211.
Kualitas penegakan hukum yang masih buruk tersebut telah mencoreng nama baik
penegak hukum dan sekaligus mencederai keadilan. Penegakan hukum yang buruk telah
menimbulkan ketidakpercayaan terhadap hukum oleh masyarakat. dengan keadaan seperti itu,
masyarakat akan mencari keadilan dengan caranya sendiri, seperti main hakim sendiri yang
merupakkan perwujudan rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum.
Masalah penegakan hukum di Indonesia bukanlah pada sistem hukum itu sendiri,
melainkan pada kualitas manusia yang menjalankan hukum itu sendiri. Dengan demikian
peranan manusia yang menjalankan hukum itu menempatkan posisi strategis. Penegak hukum
sebagai panutan masyarakat haruslah memiliki kemampuan menegakkan hukum di tengah-
tengah masyarakat. penyebab lain lemahnya penegakan hukum adalah disebabkan masih
rendahnya moralitas aparat penegak hukum seperti hakim, polisi, jaksa dan advokat. Penegak
hukum yang seharusnya menegakkan hukum terlibat dalam praktik korupsi, sehingga sulit
diharapkan bisa ikut menciptakan penegakan hukum yang baik.
Implementasi demokrasi dan HAM tidak akan bermakna dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat apabila tidak ditunjang dengan penegakan hukum dalam
bidangnya. Oleh karena itu harus diciptakan “budaya hukum”. Tanpa budaya hukum mudah
terjadi pelanggaran hukum di masyarakat. Dalam kaitan ini perlu diupayakan agar Indonesia
mematuhi hukum tanpa menggunakan paksaan atau kekerasan. Upaya yang dilakukan antara lain
pembinaan kesadaran hukum, artinya individu dan masyarakat mematuhi hukum karena suara
batinnya yang menghendaki demikian. Kesadaran hukum tidak lahir dengan sendirinya, tetapi
dapat tumbuh dari perasaan hukum yang dimiliki setiap orang dan masyarakat.
Adanya perasaan hukum yang tumbuh ditandai dengan adanya keinginan dari masyarakat
itu sendiri untuk senantiasa berbuat yang benar, menegakkan hak dan melakukan kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat. setiap anggota masyarakat hendaknya memiliki
pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang sama tentang apa yang patut atau tidak patut
dilakukan atau dikerjakan atau meninggalkan hal-hal tercela. Perasaan ini harus tumbuh dan
berkembang serta terpelihara sampai menungkat menjadi kesadaran hukum. Faktor moral sangat
berperan karena dengan moral orang, akan terdorong untuk melakukan hal-hal yang positif dan
pantas. Apabila kondisis ini ditumbuhkan dalam masyarakat, akan tercipta kedaulatan hukum
yang dapat melahirkan negara hukum.
PENUTUP
KESIMPULAN :
Penegakan hukum dan HAM seharusnya dilaksanakan oleh setiap orang dan
penyelenggara negara wajib melindungi, memajukan dan menghormatinya. Ketika penegakan
hukum dan HAM tersebut terlaksana maka setiap orang akan menerimanya dengan sikap positif.
Di lingkungan masyarakat akan terbangun suasana keakraban, kedamaian, serta ketentraman
yang pada gilirannya berdampak positif terhadap kebanggaan berbangsa dan bernegara.
Sebaliknya jika setiap orang dan penyelenggara negara kurang peduli pada penegakan hukum
dan HAM maka lambat laun suasana kebangsaan terganggu. Oleh sebab itu perlu dicermati apa
yang menjadi faktor penyebab sehingga upaya pemecah belah menjadi lebih terarah,
meminimalisir dampak negative yang merugikan kepentingan nasional.
SARAN :
Daftar pustaka
1. Is, sadi muhamad.2015.Pengantar Ilmu Hukum Edisi Pertama. Jakarta: PT
Kharisma Putra Utama
2. Jasin, Johan.2019 Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia di Era Otonomi
Daerah. Yogyakarta : Deepbulish
3. Amin, Zainal Ittihad.2019.Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan Cetakan
32. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
4. dkk,Sidjabat. 2019 Modul Pendidikan Agama Kristen. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka