Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MEGA OKTAVIANA MATA KULIAH : PAI

NIM : 041716138 TUGAS : II (SESI 5)


UPBJJ : SURAKARTA
PRODI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Tugas.2

Tugas.2
  Berikut ini disajikan Tugas wajib 2 yang harus saudara kerjakan
1) Jelaskan pengertian moral, budi pekerti, akhlak, etika dan hubungan diantara semuanya!
2)  Jelaskan pengertian tasamuh, taawun, dan musawah diserta ayat al-Qur’an!
3)  Bagaimana perwujudan akhlak terhadap alam?
4)  Jelaskan klasifikasi agama dalam pelbagai kategori !
5)  Jelaskan fungsi profetik agama !
Selamat mengerjakan tugas

Jawaban :
1.) Berikut ini merupakan pengertian moral, budi pekerti, akhlak, dan etika :
a. Moral
Secara etimologis moral berasal dari bahsa Latin, mores, bentuk jamak dari more, artinya adat
atau kebiasaan. Secara terminology moral adalah ajaran tentang tindakan seseorang yang dalam
hal sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar
atau salah, baik atau buruk. Moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya manusia
sebagi manusia yang mengacu pada baik buruk perilaku bukan pada fisik seseorang.

b. Budi Pekerti
Budi secara istilah adalah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran yang
didorong oleh akal. Sementara, pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong
oleh perasaan. Budi pekerti perpaduan hasil akal dan rasa yang berwujud pada karsa da tingkah
laku manusia.

c. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab. Secara bahasa, akhlak mempunai arti tabiat, perangai,
kebiasaan, atau karakter. Menurut kamus Al-Munjid, kata akhlak mempunyai akar yang sama
dengan kata khalqun (kejadiaan), khaliqun (pencipta), dan makhluqun (yang diciptakan). Dalam
arti bahasa, akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika. Akhlak adalaah suatu keadaan
yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan yang kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan
secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan pemikiran lebih lanjut.

d. Etika
Etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Secara istilah, etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Etika
sebagai sebuah ilmu sama dengan ilmu akhlak, yakni kajian tentang laku perbuatan manusia dari
segi aspek baik buruk, harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan berdasarkan akal. Hanya saja,
ilmu akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber pada akal, melainkan pula yang terpenting
adalah Al-Qur’an dan Hadits.

Sedangkan hubungan antara moral, budi pekerti, akhlak, dan etika dapat dilihat dari beberapa
segi, sebagai berikut :
a. Segi Fungsi : Sebagai petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan yang baik dan
mana yang buruk.
b. Sisi Sumber : Etika bersumber pada rasio, sedangkan akhlak bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadits, sementara rasio hanya pendukung terhadap apa yang dikemukakan oleh Al-Qur’an
dan Hadits. Moral dan budi pekerti berdasar pada ketentuan atau kebiaaan umum yang
berlaku di masyarakat. Akhlak dalam Islam tidak bisa berubah tetapi, bisa menggunakan apa
yang telah dihasilkan oleh etika, moral, dan budi pekerti selama tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Bahkan budaya setempat yang tidak menyimpang bisa dijadikan sumber hukum
Islam.
c. Sifat : Etika bersifat teoritis, sedangkan moral, budi pekerti dan akhlak bersifat praktis. Moral
adalah hasil dari penelitian etika.

2.) Berikut ini merupakan pengertian tasamuh, ta’awun, dan musawah serta ayat Al-Qur’an yang
melengkapinya :
a. Tasamuh
Keyakinan yang berbeda harus dihormati. Oleh karena itu, pemaksaan dan penindasan manusia
agar menerima Islam bukanlah perbuatan yang baik. Kebebasan beragama sangat dijamnin oleh
Islam.

Artinya: “Tidak ada paksaan dalam agama, telah jelas mana yang baik dan mana yang
buruk….” (QS. Al-Baqarah/2: 256)

Artinya: “Dan apabila Tuhanmu mengehendaki niscaya semua manusia akan beriman kepada
Allah, apakah engkau akan memaksa manusia sehingga mereka beriman.” (QS. Yunus/10: 99)

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah Selain
Allah….” (QS. Al-An’aam/6: 108)

Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab kecuali dengan cara yang paling
baik….” (QS. Al-Ankabut/29: 46)

b. Ta’awun
Ta’awun ialah saling tolong menolong dalam hal kebajikan.

Artinya: “…Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan
janganlah tolong menolong dalam (mengerjakan) dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat besar siksa-Nya.” (QS.Al-Maa’idah/5: 2)

c. Musawah
Sikap musawah berarti persamaan dalam hidup bermasyarakat maupun persamaan dalam hokum.
Berkenaan dengan persamaan dalam arti luas, Allah berfirman:

Artinya: “Wahai manusia sesungguhnya Aku telah menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan
perempuan kemudia kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa- bangsa agar kalian
saling kenal, sesungguhnya semulia-mulianya kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa
di antara kalian.” (QS. Al-Hujaraat/49: 13)

3.) Perwujudan akhlak dalam terhadap alam dapat dilakukan dengan :


a. Memanfaatkan alam semesta (lingkungan) dengan sebesar-besarnya bagi kemakmuran hidup
manusia tetapi tidak berlaku zalim, aniaya, atau mengeksplotasi secara semena-mena serta
menjaga keseimbangan dan kelestariannya.

Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 101 “Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada di
langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS Yunus/10 : 101)

b. Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta serta bersyukur kepada Allah SWT
sebagai Pencipta-Nya.

Dalam surat Ali Imran ayat 109 Allah berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal.” (QS. Ali-Imran/3 : 190)

Dengan memerhatikan ciptaan-Nya diharapkan manusia dapat merenungkan penciptaan dirinya


dan kehadiran dirinya di muka bumi ini. Perenungan seperti ini hanya dapat terjadi pada
seseorang yang beriman kepada Allah SWT dan rasulNya. Dengan iman yang benar, kita dapat
merenungkan arti semua penciptaan yang tergelar di alam semesta, memahami tujuannya, serta
mengerti tindakan yang harus dilakukan sebagai seorang hamba Allah SWT. Dalam surat Yunus
ayat 101 diakhiri dengan pernyataan Allah SWT bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah ini tidak
memberikan peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. AlIah SWT menyuruh kita untuk
senantiasa belajar dan mempelajari alam ini beserta seluruh isinya. Pengetahuan yang kita
peroleh dari pengamatan itu selanjutnya kita kembangkan dalam tiga tujuan utama, yaitu :

a. Untuk menunjang kehidupan kita di dunia ini. Dengan tujuan ini, mengembangkan ilmu
pengetahuan dalm bentuk praktik teknologi yang tepat guna dan berhasil guna merupakan
kewajiban setiap muslim.
b. Sebagai sarana menemukan Allah SWT. Dan meningkatkan keimanan kita kepada-Nya.
c. Agar kita senantiasa bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepada kita umat manusia.

4.) Berikut ini klasifikasi agama menurut Al-Maqdoosi :


a. Wahyu dan Non-wahyu
Agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada rasul-rasulNya dan
kepada kitab-kitabNya serta pesannya untuk disebarkan kepada seluruh umat manusia
(misionaris). Agama non-wahyu tidak memandang esensial penyerahan manusia kepada tata
aturan ilahi di atas. Yang tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen, dan Islam.

b. Misionaris dan Non-misionaris


Agama misionaris adalah agama yang ajarannya mengharuskan penganutnya menyebarkan
kepada seluruh manusia. Sedangkan agama non-misionaris tidak memuat tuntutan tersebut.
Menurut Al-Maqdoosi, agama yang tergolong misionaris hanya Islam tetapi, pada perkembangan
berikutnya, Kristen, dan Budha menjadi agama misionaris.

c. Rasial dan Universal


Ditinjau dari segi rasial dan geografis, agama di dunia terbagi ke dalam tiga golongan :
1. Semitik : Yahudi, Kristen, dan Islam.
2. Arya : Hindu, Jainisme, Sikhiisme, Zoaterianisme.
3. Mongolia : Confusionisme, Taoisme, dan Shintoisme.

5.) Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju kebahagiaan juga memuat
peraturan-peraturan yang mengondisikan terbentuknya batin manusia yang baik, yang berkualitas,
yaitu manusia yang bermoral (agama sebagai sumber moral). Kearifan yg menjiawi langkah hukum
dengan memberikan sanksi hukum secara bertahap sehingga membuat orang bisa memperbaiki
kesalahan (bertaubat kepada Tuhan).
Fungsi Profetik Agama
1. Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan Kemanusiaan
a. Menjelaskan dan mengubah fenomena-fenomena sosial masyarakat yang salah atau kurang
baik seperti :
 Dalam deideologisasi yang tidak sehat dan merugikan tatanan masyarakat (politik atau
paham yang tidak sehat).
 Dalam keamanan dan kebebasan yang nyaris menabrak rambu-rambu hukum dan norma
serta nilai yang ada.
 Dalam reduksionisme (penurunan kwalitas ilmu pengetahuan) Ijazah ilegal dan aspal
 Dalam materialisme (kebendaan), pamer, glamour, poya-poya dsb
 Dalam ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan kehidupan dalam masyarakat
(Imbalance), baik materi dan non materi, baik lahir maupun batin.
 Dalam kultural (kebudayaan, peradaban) seperti Globalisasi (Ends of Pluralisme)
Intinya :
1.) Dalam berpolitik, seperti : Enthnocenterisme = Pemerintahan ditangan satu orang.
2.) Dalam Materialisme, seperti : Ekonomi kapitalisme.
3.) Dalam Ekologi, seperti : Materialisme, Sekularisme (pemisahan antara pendidikan umum dan
pendidikan moral, memisahkan pemerintahan negara dengan Agama). Agama terasing dari
persoalan kehidupan manusia.
4.) Dalam Reduksionisme, seperti : Penurunan nilai, akhlak, kebenaran, kwalitas ilmu pengetahuan
5.) Dalam Kultural atau Budaya, seperti : Hedonisme (hanya memburu dan mengejar kesenangan
dunia).

2. Dalam mengatasi atau merevitalisasi keberagaman dalam menjalankan agama dengan ‘back to
qur’an and sunnah` :
a. Menjadikan Al-Quran dan Sunnah
 Sebagai sumber dan payung hukum dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam.
 Sebagai sumber rujukan dalam menyelesaikan dan memutuskan suatu hukum.
b. Permasalahan yang ada bila tidak didapatkan dalam Al-Qur’an boleh melakukan Istimbat hukum
dengan tetap merujuk kepada QS. Isra’ : 15 dan Taqrir yang dikeluarkan Rasulullah SAW.
c. Tidak menjadikan paham, mazhab, aliran sebagai keputusan final yang undervartable. Paham,
aliran, mazhab tidak termasuk tasyri’ hanya bayan liat-tasyri’
d. Memperbolehkan ikhtilaf, namun hanya pada masalah Ijtihadiyah
e. Tidak memandang hal-hal yang bersifat keduniaan yang tidak ditentukan oleh Al-Qur’an, namun
tetap mengacu pada sifat Basyariah Rasulullah sebagai syari’at : “antum a’lamubi umuri
dunyakum”.
f. Suatu hukum dari ijtihad bersifat debatable (yang dapat dibantah, debat) bukan merupakan
keputusan final.

Sumber :
1. Buku Materi Pokok (MKDU 4221) Pendidikan Agama Islam Edisi 1 : Ali Nurdin, Syaiful, Wawan
Suharmawan.
2. https://tutonmahasiswaut.wordpress.com
3. https://dokumen.tips/download/link/fungsi-profetik-agama-dalam-hukum

a. Dalam Deideologisasi
yang tidak sehat dan
merugikan tatanan

Anda mungkin juga menyukai