Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN TUGAS.

2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Nama : AFIF FAUAN


Program Studi : Manajemen S-1
NIM : 041111849

1. A.Pengertian Moral, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika


a. Pengertian Moral
Secara etimologis moral berasal dari bahasa latin, mores, bentuk jamak dari more, artinya adat atau
kebiasaan. Secara terminologi moral adalah ajaran tentang tindakan seseorang yang dalam hal sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar atau salah, baik atau
buruk.

Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum diterima tentang
tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi Moral adalah tindakan yang umum sesuai
dengan dan diterima oleh lingkungan tertentu atau kesatuan sosial tertentu.

b. Pengertian Budi Pekerti


Budi Pekerti merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti. Kata budi berasal dari bahasa
sanskerta yang berarti sadar, yang menyadarkan, alat kesadaran. Budi secara istilah adalah yang ada pada
manusia yang berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh akal. Sementara, pekerti apa yang terlihat
pada manusia karena didorong oleh perasaan. Jadi, Budi Pekerti adalah perpaduan dari hasil akal dan rasa
yang berwujud pada karsa dan tingkah laku manusia.

c. Pengertian Akhlak
Secara bahasa akhlak mempunyai arti tabiat,perangai, kebiasaan, atau karakter. Berdasarkan arti akhlak
secara bahasa, arti istilah akhlak yang dikemukakan oleh para ulama juga mengacu pada masalah tabiat atau
kondisi batin yang mempengaruhi perilaku manusia.

Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang biasa
dilakukan. Artinya segala sesuatu kehendak yang terbiasa dilakukan disebut akhlak.

Ibn Maskawih dalam kitabnya, Tahzib al-Akhlak wa Tathirul A’raq, mendefinisikan akhlak sebagai
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pikiran
dan pertimbangan (sebelumnya)”. Dan Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisikan
akhlak sebagai “Segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan
dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan”.

Dari definisi-definisi tersebut di atas jelas bahwa akhlah adalah suatu keadaan yang tertanam dalam
jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan secara laangsung dan berturut-turut tanpa
memikirkan pemikiran lebih lanjut.

d.Pengertian Etika
Etika secara etimologis berasal dari bahasa yunani, Ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.
Secara Istilah Etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia.

Kita dapat memahami Etika dari empat sudut. Pertama, dilihat dari objek pembahasannya, etika
berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika
bersumber pada akal pikran atau filsafat. Ketiga, dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai,
penentu, dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Keempat, dilihat dari segi
sifatnya, etika bersifat relatif. Karena berasal dari akal, sedangkan akal manusia tidak sama.

Dengan demikian etika merupakan sebuah ilmu pengetahuan sebagaimana ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya seperti sosiologi, antropologi, dan psikologi.

B. Hubungan Moral,Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika

Jika kita perhatikan semua uraian tentang Moral, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika maka kita bisa
menyimpulkan bahwa dari segi fungsinya, semuanya berfungsi sebagai pengarah atau petunjuk agar
seseorang mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Dengan itu manusia diharapkan
senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang baik agar tercipta sebuah masyarakat dengan warganya yang
baik dan sopan.
Kemudian dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangkan akhlak bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadits, sementara rasio hanya pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh Al-Qur’an dan Hadits.
Sementara Moral dan Susila atau Budi Pekerti umumnya berdasarkan pada ketentuan atau kebiasaan
umumyang berlaku di masyarakat.

Meskipun Aklak bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah sementara Etika, Moral, dan Budi Pekerti
bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai keterkaitan yang sangat
erat. Dalam hal ini Akhlak Islam sangat membutuhkan terhadap Etika, Moral dan Budi Pekerti, karena :

 Islam mempunyai penghormatan yang besar terhadap penggunaan akal dalam menjabarkan ajaran-ajaran
Islam. Allah menyuruh manusia untuk menggunakan akalnya dalam menelaah, membaca, menganalisis
termasuk merumuskan masalah-masalah yang tercantum dalam Al-Qur’an secara terperinci. Karena itu
Akhlak Islam bisa menggunakan apa yang telah dihasilkan oleh etika, moral, dan budi pekerti, selama
tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
 Islam sangat menghargai budaya suatu masyarakat. Menurut sejarah keberhasilan agama Islam dalam
menyabarkan ajarannya di nusantara karena islam sangat menghargai budaya setempat.

2. Pengertian Tasamuh, Taawun, dan Musawah


a. Tasamuh
Keyakinan yang harus dihormati.Oleh karena itu, pemaksaan dan penindasan manusia agar menerima Islam
bukanlah perbuatan yang baik. Kebebasan beragama sangat dijamin oleh Islam.

َ ِ‫ت َوي ُْؤ ِم ْن بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْستَ ْمسَكَ بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْثقَ ٰى اَل ا ْنف‬
ُ ‫صا َم لَهَا ۗ َوهَّللا‬ ِ ‫َي ۚ فَ َم ْن َي ْكفُرْ بِالطَّا ُغو‬
ِّ ‫ِّين ۖ قَ ْد تَبَيَّنَ الرُّ ْش ُد ِمنَ ْالغ‬
ِ ‫اَل إِ ْك َراهَ فِي الد‬
‫۝‬٢٥٦‫َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬

Artinya : “Tidak ada paksaan dalam agama, telah jelas mana yang baik dan mana yang buruk”.
(QS. Al-Baqarah/2:256)
b. Ta’awun
Ta’awun ialah saling tolong menolong dalam hal kebaikan.

‫۝‬٢‫ب‬ ِ ‫اونُوا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
َ ‫َوتَ َع‬
Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong
menolong dalam (mengerjakan) dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat besar siksa-Nya.
(QS. Al-Maai’dah/5:2)
c. Musawah
Sikap Musawah dalam arti persamaan dalam hidup bermasyarakatmaupun persamaan dalam hukum.
Berkenaan dengan persamaan dalam arti luas, Allah berfirman :

َ ‫َر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع‬


‫۝‬١٣‫ارفُوا إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬ ٍ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَ لَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذك‬

Artinya : “Wahai manusia sesungguhnya aku telah menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan
kemudian kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling kenal,
sesungguhnya semulia-mulianya kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kalian.”

(QS. Al-Hujuraat/49:13)

3. Perwujudan Akhlak Kepada Alam


Alam adalah ciptaan Allah dan diperuntukkan bagi manusia untuk kebaikan dan pengabdian kepada-Nya. Karena
itu, akhlak yang harus diwujudkan terhadap alam, anatara lain :
a. Memperhatikan dan Merenungkan pencipta alam
‫۝‬١٩٠‫ب‬ ِ ‫ت أِل ُولِي اأْل َ ْلبَا‬ ِ َ‫ف اللَّي ِْل َوالنَّه‬
ٍ ‫ار آَل يَا‬ ِ ‫اختِاَل‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫إِ َّن فِي خَ ْل‬
َ ‫ق ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang yang berakal.”
(QS.Ali-Imran/3:190)
b. Memanfaatkan Alam
‫۝‬١٠١ َ‫ات َوالنُّ ُذ ُر ع َْن قَوْ ٍم اَل ي ُْؤ ِمنُون‬
ُ َ‫ض ۚ َو َما تُ ْغنِي اآْل ي‬ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
ِ ‫قُ ِل ا ْنظُرُوا َما َذا فِي ال َّس َما َوا‬
Artinya : “Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda
kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”.

(QS. Yunus/10:101)
4. Para sarjana telah membuat pelbagai klasifikasi tentang agama. Ahmad Abdullah al-Masdoosi
mengklasifikasikan agama ke dalam tiga kategori, yaitu :

a. Wahyu dan Non-wahyu

Yang dimaksud dengan agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada tuhan, kepada para
rasul-rasul-Nya dan kepada kitab-kitab-Nya serta pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.
Sebaliknya agama non-wahyu tidak memandang esensial penyerahan manusia kepada tata aturan ilahi di atas.
Berikut perbedaan agama wahyu dan non-wahyu :

 Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama non-wahyu tidak demikian.
 Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama non-wahyu tidak.
 Sumber utama ketentuan baik dan buruk dalam agama wahyu adalah kitab suci, sedangkan agama non-
wahyu bukan sumber utama.
 Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama non-wahyu di luar area tersebut.
 Agama wahyu timbul di daerah-daerah yang secara historis di bawah pengaruh ras semitik, walaupun
kemudian menyebar luas ke luar area pengaruh ras semitik, sedangkan agama non-wahyu lahir di luar
wilayah pengaruh ras semitik.
 Sesuai dengan ajarannya agama wahyu bersifat misionaris, sedangkan agama non-wahyu tidak bersifat
misionaris
 Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama non-wahyu kabur dan sangat elastis.
 Agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap bagi pemeluknya, sedangkan agama non-wahyu
hanaya pada aspek tertentu saja.

Yang tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Di luar itu adalah gama non-wahyu, seperti
Hindu, Budha, Confusionisme.

b. Misionaris dan Non-misionaris

Agama misionaris adalah agama yang ajarannya mengharuskan penganutnya menyebarkan kepada seluruh
manusia. Sedangkan Agama Non-misionaris tidak menuntut tuntutan tersebut. Menurut Al-Masdoosi agama
yang tergolong misionaris hanya Islam. Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, Kristen dan Budha
menjadi agama misionaris.

c. Rasial dan Universal

Ditinjau dari segi rasial dan geografis agama di dunia terbagi dalam tiga golongan : 1) semitik, 2) arya, dan
3) mongolia. Yang termasuk agama semitik adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Sedangkan yang tergolong arya
adalah Hindu, Jainisme, Sikhisme, Zoaterianisme. Sedangkan yang tergolong mongolia adalah Confusionosme,
Taoisme, dan Shintoisme.

5. Fungsi Profetik Agama (Kerasulan Nabi Muhammad SAW)

A. Urgensi Sunnah Nabi Muhammad SAW Sebagai Sumber Hukum di Samping Al-Qur’an

Para Ulama banyak menjelaskan tentang urgensi sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai sumber hukum
di samping Al-Qur’an, kalau diringkas ada lima poin, sebagai berikut :

 Iman
Salah satu konsekuensi beriman kepada Allah SWT adalah menerima segala sesuatu yang bersumber
dari para utusan-Nya (khususnua Nabi Muhammad SAW). Allah SWT telah memilih para Rasul di
antara hamba-Nya untuk mrnyampaikan hukum-hukum syari’at-Nya.
 Al-Qur’an
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan kewajiban taat kepada Rasulullah SAW.
 Hadits Nabi SAW
Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam dijelaskan sendiri oleh
Nabi Muhammad SAW dalam beberapa haditsnya.
 Konsensus (Ijama’) Ulama
Di antara argumen tentang posisi sunnah sebagai sumber hukum Islam adalah berdasarkan konsensus
umat Islam.
 Dalil Aqli/Logika

B. Posisi Sunnah Nabi SAW Terhadap Al-Qur’an

Adapun posisi sunnah Rasul SAW terhadap Al-Qur’an ditinjau dari segi materi hukum yang terkandung
didalamnya secara umum para ulama membaginya menjadi tiga macam.
 Menguatkan (Muakkid) Hukum suatu peristiwa yang telah ditetapkan hukumnya di dalam Al-Qur’an.
 Memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur-an.
 Menciptakan hukum baru yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an.

C. Perkataan dan Perbuatan Nabi SAW Yang Bukan Sumber Hukum

Perkataan,perbuatan dan ketetapan Nabi SAW yang bukan merupakan sumber hukum Islam menurut
para ulama dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian berikut :

 Segala sesuatu yang berasal dari beliau dalam kedudukannya sebagai manusia biasa; seperti cara beliau
berjalan, duduk atau aktivitas lainnya yang tidak dikaitkan dengan hukum syari’at maka tidak menjadi
sumber hukum atau bukan menjadi kewajiban bagi umat untuk mengikutinya.
 Segala sesuatu yang berasal dari beliau yang semata-mata hanya sebagai kebijaksanaan dalam masalah
keduniaan. Sebagai contoh : dalam sebuah peperangan Nabi SAW membuat strategi dengan
menempatkan satu divisi pasukan di tempat tertentu. Kemudian ada seorang sahabat yang bertanya
apakah hal tersebut wahyu atau inisiatif beliau sendiri sebagai komandan perang. Nabi SAW menjawab
bahwa itu adalah idenya maka sahabat tersebut memberi masukan untuk memindahkan divisi pasukan
tersebut ketempat yang lebih strategis. Usul tersebut diterima oleh Nabi SAW dengan pertimbangan
sahabat tersebut lebih mengenal wilayah tersebut daripada Nabi SAW.
 Segala sesutu yang dilakukan oleh Nabi SAW dan dijelaskan oleh hukum syari’at, baik Al-Qur’an
maupun Hadits bahwa apa yang beliau lakukan hanya khusus berlaku bagi beliau sendiiri,tidak untuk
diikuti oleh umatnya.

Anda mungkin juga menyukai