Anda di halaman 1dari 9

CRITICAL THINKING

PEMBERIAN OBAT DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Keterampilan Dasar Praktik
Kebidanan
Dosen Pembimbing : Susi Irianti, M.Kes., M. Tr. Keb

Disusun Oleh :

1. Ade Risa R (6019031001)


2. Alfi Almaida (6019031002)
3. Anggi Tias Tari (6019031003)
4. Annisa Agustin (6019031004)
5. Asti (6019031005)
6. Ayu Fitriani (6019031006)
7. Ayuni Cahya Utami (6019031007)
8. Ayuni Hartati (6019031008)
9. Depi Prawitasari (6019031009)
10. Dinah Lathifah (6019031010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
Tahun Akademik 2019/2020
1. Apakah arti “eight right” dari pemberian obat?
Eight right adalah prinsip pemberian obat yang merupakan salah satu dari prinsip
yang harus diketahui dan dipraktikan oleh setiap tenaga kesehatan yang terlibat dalam
perawatan dan pengobatan pasien. Terutama perawat dimana dalam setiap tugasnya
selalu melakukan pemberian obat yang didelegasikan oleh tenaga kesehatan dokter.
2. Mengapa bidan harus tahu alasan resep diberikan bahkan jika bukan meraka yang
meresepkan obat?
a. Pentingnya bidan untuk mempelajari farmakologi agar dapat memahami resep dan
tentang efek dari obat yang diresepkan sehingga mampu mengevaluasi efek
pengobatan. Karena obat itu sama dengan racun selain bermanfaat dalam
pengobatan penyakit obat juga merupakan sumber penyakit.
b. Efek samping obat meningkat sejalan dengan jumlah obat yang diminum apabila
penggunaanya tidak tepat dan benar maka dari itu seorang bidan harus mampu
memahami aturan pakai ,indikasi, kontra indikasi, efek samping serta golongan
obat yang diresepkan meskipun bukan mereka sendiri yang meresepkan.
c. Untuk mengetahui regimen dosis dapat berakibat pada hasil terapi serta keamanan
dari pengobatan tersebut. Pengetahuan akan regimen dosis ini sangat penting
sebagai upaya menghindari terjadi overdosis atau mencegah efek samping yang
tidak diinginkan oleh pasien.
d. Untuk mencegah terjadinya medication error atau kejadian yang merugikan pasien
akibat kesalahan pemakaian obat selama perawatan.
e. Untuk mencegah faktor kelalaian dan ketidaktelitian petugas juga merupakan hal
dapat menyebabkan administration error.
f. Agar tidak terjadi kekeliruan saat pasien menerima obat sesuai dengan kebutuhan
klinis dan dalam dosis yang sesuai
g. Untuk menghindari timbulnya kesalahan interpretasi sehingga berpeluang
mengakibatkan kesalahan pengobatan.
h. Untuk mencegah kesalahan peresepan dalam hal pengambilan keputusan meliputi
pemilihan obat yang tidak tepat untuk pasien (karena alergi, interaksi obat, adanya
gangguan ginjal dan hepar, dosis dan cara pemberian obat yang tidak sesuai).
i. Untuk mencegah kesalahan peresepan dalam hal penulisan resep meliputi resep
yang tidak dapat dibaca, penulisan singkatan yang ambigu atau memiliki dwi
makna, kurangnya penulisan informasi yang penting misalnya tanggal peresepan,
dosis, rute, frekuensi pemberian obat.
j. Karena masih sering terjadi kesalahan dalam penulisan resep masih banyak
ditemukan dalam praktek sehari-hari seperti kurangnya informasi yang diberikan,
tulisan yang buruk sehingga menyebabkan kesalahan pemberian dosis dan rute
obat, serta peresepan obat yang tidak tepat.
k. Untuk memungkinkan bidan memberikan obat kepada pasien dengan aman
menggunakan rute yang paling cocok untuk pemberian. Serta memastikan jumlah
obat yang tepat sampai ke pasien yang tepat dan pada waktu yang tepat.
3. Sebutkan 3 cara dasar pengobatan yang dapat diberikan ke jaringan tubuh atau aliran
darah dan berikan dua contoh spesifik metode pemberian untuk masing-masing dari 3
rute pengobatan tersebut?
a. Intravenous (IV) Cara pemberian: kedalam vena. Suatu larutan yang mengandung
obat dapat diberikan dalam dosis tunggal atau dengan infus kontinu. Untuk infus,
larutan digerakkan oleh gravitasi (dari kantong plastik dilipat) atau, lebih umum,
dengan pompa infus melalui pipa fleksibel tipis ke tabung (kateter) dimasukkan ke
dalam pembuluh darah, biasanya di lengan bawah. Pemberian intravena adalah
cara terbaik untuk memberikan dosis yang tepat dengan cepat dan dengan cara
yang terkendali dengan baik ke seluruh tubuh. Contoh:furosemide
b. Subcutaneous (SC/SQ) Cara pemebrian: antara kuliat dan lapisan otot. jarum
dimasukkan ke dalam jaringan lemak tepat di bawah kulit. Setelah obat
disuntikkan, kemudian bergerak ke pembuluh darah kecil (kapiler) dan terbawa
oleh aliran darah. Atau, obat mencapai aliran darah melalui pembuluh limfatik.
Obat protein yang berukuran besar seperti insulin, biasanya mencapai aliran darah
melalui pembuluh limfatik karena obat ini bergerak perlahan dari jaringan ke
kapiler. Rute subkutan digunakan untuk banyak obat protein karena obat tersebut
akan hancur dalam saluran pencernaan jika mereka diambil secara oral. Contoh:
epineprhin.
c. Intramuskular (IM) Cara pemberian: kedalam otot. Obat biasanya disuntikkan ke
dalam otot lengan atas, paha, atau pantat. Seberapa cepat obat ini diserap ke dalam
aliran darah tergantung, sebagian, pada pasokan darah ke otot: Semakin kecil
suplai darah, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk obat yang akan diserap.
Contoh: glucagon, oksitosin,
4. Cara pemberian obat mana yang dapat dan yang tidak boleh digunakan pada pasien
yang tidak sadar?
a. Pemberian obat yang boleh digunakan oleh pasien tidak sadar :
1) Nebulizer
Memberikan obat dengan menghasilkan kabut yang dihirup oleh pasien.
Metode iniefektif untuk pasien yang tidak sadar dan anak-anak.
2) Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atu
epidermis secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral
hal tersebut bisa dilakukan pada psien tidak sadar.( farmakope jilid II)
b. Pemberian obat yang tidak boleh digunakan oleh pasien yang tidak sadar :
1) Nasal Spray
Semprotan hidung bisanya digunakan untuk mempengaruhi hidung atau sinus,
seperti sumbatan krnpilek atau alergi. Pemberian obat ini tidak boleh
digunakan pada pasien yang tidak sadar.
2) Inhaler
Teknik pemberian obat ini dilakukan untuk digunakan sendiri oleh pasien,
maka penting tenaga kesehatan membantu pasien untuk belajar bagaimana
menggunakan alat ini dengan benar untuk memaksimalkan manfaat yang
didapat dari obat. Pasien yang tidak sadar tidak dianjurkan untuk
menggunakan inhaler karena tidak mampu untuk menghisap inhalernya.
3) Pemberian obat dalam bentuk tablet,kapsul,sirup,puyer dan granula (serbuk)
tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadarkan diri karna pada pasien
tidak sadarkan diri tidak mampu diajak bekerja sama dalam pengobatan (tidak
bisa menelan) karna dengan rute secara oral diberikan pada pasien yang sadar
dan dapat menelan.(book volume 7)
4) Pemberian obat melalui jaringan permeabel (BuccalAnd Sublingual
Administration), tidak dapat digunakan pada pasien yg tidak sadar atau non
kooperatif.
5. Penyebab kesalahan pengobatan terjadi pada level individu dan level sistemik. Apa
contoh faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada level individu? Faktor apa
yang dapat dianggap sebagai faktor sistemik yang menyebabkan kesalahan
pengobatan?
a. Contoh faktor kesalahan pada level individu :
1) Rendahnya pengetahuan tentang farmakologi, salah membaca label obat, dan
ketidakpatuhan dalam melaksanakan prinsip benar pemberian obat merupakan
faktor yang dapat menyebabkan medication administration error
2) Miskomunikasi, kurangnya komunikasi tenaga kesehatan dan pasien dalam
penggunaan obat.
3) Kelelahan, jumlah petugas yang tidak memadai pada shif tertentu dan beban
kerja yang berlebihan dan merasa terganggu dengan dering telepon yang bunyi
tiba-tiba. Kondisi yang demikian dapat mengganggu konsentrasi dan perhatian
sehingga kesalahan dapat terjadi dalam waktu pemberian obat.
4) Kelalaian dan ketidaktelitian petugas merupakan hal dapat menyebabkan
administration error yaitu keterlambatan pemberian obat bagi pasien.
5) Kesalahan waktu pemberian obat, kesalahan teknik pemberian obat, dan obat
tertukar pada pasien yang namanya sama.
6) Tidak ada konsentrasi obat, bentuk sediaan obat, jumlah pemberian, serta
satuan dosis akan mempengaruhi dari kebutuhan terapi atau pengobatan dari
pasien. Sehingga dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pengobatan
bahkan dapat membahayakan kondisi pasien yang diakibatkan karena
kekurangan dosis atau kelebihan dosis.
7) Terjadi kesalahan data antar pasien akan berakibat fatal karena akan tertukar
dalam pemberian obat terhadap pasien yang memiliki nama sama sehingga
akan mengakibatkan kesalahan dalam pengobatan yang tidak sesuai dengan
penyakit atau kondisi yang diderita pasien.
8) Salah menyesuaikan dosisi obat,tidak memberikan /melewatkan salah satu
obat yang diresepkan.
9) Resep yang sulit dibaca dibagian nama obat,, satuan numerik obat yang
digunakan, bentuk sediaan yang dimaksud, tidak ada dosis sediaan, tidak ada
umur pasien, tidak ada nama dokter, tidak ada SIP dokter, tidak ada tanggal
pemberian (Rahmawati dan Oetari, 2002).
Secara umum, factor yang paling sering mempengaruhi medication error
adalah factor individu, berupa persoalan pribadi, pengetahuan tentang obat
yang kurang memadai, dan kesalahan perhitungan dosis obat yang sering
terjadi pada tahap selanjutnya.
6. Bentuk pemberian obat yang mana yang memiliki tingkat kesalahan tertinggi? Pada
titik apa pada proses pemberian obat yang sering terjadi kesalahan dan mengapa?
Pemberian obat yang memiliki tingkat kesalahan tertinggi adalah injeksi
intravena. Injeksi Intavena adalah memasukan obat langsung ke dalam vena. Risiko
lain untuk pemberian obat secara intravena yaitu, adanya potensi terjadi interaksi
obat; berkurangnya konsentrasi obat karena adanya adsorpsi pada wadah intravena
dan perangkat administrasi; adanya potensi kesalahan dalam teknik peracikan;
pengeluaran darah yang menyebabkan bengkak, dan flebitis (Phillips dan Gorski,
2014).
Kegagalan yang cukup tinggi terjadi di titik vena basalic, karena terletak disi
medial fosa kubiti, ini adalah pilihan terakhir di kedua pola. Meskipun mudah
dirasakan, namun angka kegagalan cukup tinggi karena mudah menggelinding.
Menatkan risiko menusuk cabang saraf kulit medianus atau arteri brakhialis yang ada
didekatnya. Tidak direkomendasikan kecuali tidak ada vena lain yang menonjol.
Karena, jarum dimasukkan langsung ke pembuluh darah. Suatu larutan yang
mengandung obat dapat diberikan dalam dosis tunggal atau dengan infus kontinu.
Untuk infus, larutan digerakkan oleh gravitasi (dari kantong plastik dilipat) atau, lebih
umum, dengan pompa infus melalui pipa fleksibel tipis ke tabung (kateter)
dimasukkan ke dalam pembuluh darah, biasanya di lengan bawah.
Pemberian intravena adalah cara terbaik untuk memberikan dosis yang tepat
dengan cepat dan dengan cara yang terkendali dengan baik ke seluruh tubuh. Hal ini
juga digunakan untuk larutan yang membuat iritasi, yang akan menyebabkan nyeri
dan kerusakan jaringan jika diberikan melalui suntikan subkutan atau intramuskular.
Suntikan intravena dapat lebih sulit untuk dikelola daripada injeksi subkutan atau
intramuskular karena memasukkan jarum atau kateter ke dalam vena mungkin sulit,
terutama jika orang tersebut adalah obesitas.
Alasan :

1. Karena jika Bidan tidak mengetahui alasan resep diberikan bahkan jika bukan meraka
yang meresepkan obat maka akan menimbulkan medication error. Contohnya seperti
point-point yang sudah saya tuturkan tadi. Itulah sebabnya mengapa bidan juga harus
memiliki pengetahuan tentang farmakologi, agar tidak salah membaca label obat, dan
ketidakpatuhan dalam melaksanakan prinsip benar pemberian obat merupakan faktor
yang dapat menyebabkan medication administration error. Sehingga menghindari
kesalahan pemberian obat pada pasien.
2. Berdasarkan rute pengobatan kami memilih 3 cara dasar pengobatan yang dapat
diberikan ke jaringan tubuh atau aliran darah.
d. Intravenous (IV) Cara pemberian: kedalam vena. Contoh:furosemide
e. Subcutaneous (SC/SQ) Cara pemebrian: antara kuliat dan lapisan otot. Contoh:
epineprhin.
Intramuskular (IM) Cara pemberian: kedalam otot. Contoh: glucagon, oksitosin,
3. Pemberian obat yang boleh digunakan oleh pasien tidak sadar :
3) Nebulizer
Memberikan obat dengan menghasilkan kabut yang dihirup oleh pasien.
Metode iniefektif untuk pasien yang tidak sadar dan anak-anak.
4) Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atu
epidermis secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral
hal tersebut bisa dilakukan pada psien tidak sadar.( farmakope jilid II)

Pada pengobatan nebulizer dan pemberian obat melalui jaringan intrakutan bisa
digunakan pada pasien yan tidak sadar karena pada nebulizer sangat efektif untuk
pasien yang tidak sadarkan diri.sedangkan pemberian obat melalui jaringan
intrakutan dapat digunakan juga pada pasien yang tidak sadarkan diri karena
pemberian obat diakukan melalui jaringan sehingga aman untuk pasien.

Pemberian obat yang tidak boleh digunakan pada pasien yang tidak sadar :

5) Nasal Spray
Semprotan hidung bisanya digunakan untuk mempengaruhi hidung atau sinus,
seperti sumbatan karena pilek atau alergi. Pemberian obat ini tidak boleh
digunakan pada pasien yang tidak sadar.

6) Inhaler
Teknik pemberian obat ini dilakukan untuk digunakan sendiri oleh pasien,
maka penting tenaga kesehatan membantu pasien untuk belajar bagaimana
menggunakan alat ini dengan benar untuk memaksimalkan manfaat yang
didapat dari obat. Pasien yang tidak sadar tidak dianjurkan untuk
menggunakan inhaler karena tidak mampu untuk menghisap inhalernya.
7) Pemberian obat dalam bentuk tablet,kapsul,sirup,puyer dan granula (serbuk)
tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadarkan diri karna pada pasien
tidak sadarkan diri tidak mampu diajak bekerja sama dalam pengobatan (tidak
bisa menelan) karna dengan rute secara oral diberikan pada pasien yang sadar
dan dapat menelan.(book volume 7)
8) Pemberian obat melalui jaringan permeabel (BuccalAnd Sublingual
Administration), tidak dapat digunakan pada pasien yg tidak sadar atau non
kooperatif.

Sesuai dengan cara pemakaian obat nasal spray pemakai harus menyemprotkan
obat ke hidung jadi bagi pasien yang tidak sadarkan diri tidak bisa menggunakan
nasal spray. Pada pengobatan inhaler pasien yang tidak sadarkan diri tidak bisa
menggunaka obat ini karena cara pemberian obat ini dilakukan sendiri oleh
pasien dengan menghisap inhalernya,. Begitu pula dengan pemberian obat dalam
bentuk tablet, kapsul, sirup, puyer dan granula karena pasein ang tidak sadarkan
diri tidak bisa menelan sehingga pemberian obat ini tidak bisa digunakan oleh
pasien yang tidak sadarkan diri.
4. Alasan dari contoh kesalahan level individu tersebut tergambar dari sejumlah kasus
yang biasa ditemukan di beberapa klinik bahkan rumah sakit yang sering lalai dalam
pemberian obat kepada pasien. Faktor sistemik yang menyebabkan kesalahan
pengobatan adalah factor individu karena jika factor individu tidak berjalan dengan
baik maka akan menimbulkan permasalahan medication error yang menyebabkan
kerugian pada pasien.
5. Pemberian obat yang memiliki tingkat kesalahan tertinggi adalah pengobatan
intravena. Karena yang kita ketahui pemberian obat intravena jika tidak seimbang
dalam memegang tabung, kehilangan vakum dalam tabung dan posisi jarum tidak
benar dalam pembuluh darah akan menyebabkan cedera saraf , posisi jarum yang
terlalu dalam akan menyebabkan hematoma atau pembengkakan, nyeri, kejang,
cedera saraf bahkan kerusakan vena.

Anda mungkin juga menyukai