Anda di halaman 1dari 13

MASALAH NYATA DALAM MELAKSANAKAN TUGAS PROFESI BIDAN ( Bayi Letak Sungsang )

A. Latar Belakang Masalah Obstetri saat ini merupakan salah satu cabang dari Preventive Medicine yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan ibu dan anak selama kehamilan dan nifas. Pelayanan obstetri bertujuan meningkatkan kesehatan dan keamanan ibu maupun janin serta melindungi mereka dari penyakit maupun trauma, selain itu juga memperkecil efek kesakitan. Tugas tersebut merupakan tanggungjawab Dokter / Bidan / Tenaga kesehatan lainnya. Penolong persalinan mengupayakan agar kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis itu tidak berkembang menjadi patologis, dengan cara cara yang dapat diterima oleh penderita dan keluargannya. Proses persalinan yang dilakukan tidak hanya persalinan yang bersifat normal ( presentasi kepala ) tetapi ada berbagai jenis persalinan yang salah satunya adalah persalinan letak sungsang. Ada perbedaan nyata antara persalinan presentasi kepala dan persalinan letak Sungsang. Persalinan letak sungsang sangat berbahaya, bagi kesehatan ibu dan anaknya, sehingga hanya diberikan kewenangan pada dokter yang sangat kompeten dalam kasus ini, angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi , sebagai akibat dari penanganan persalinan yang tidak sempurna, angka kematiannya hampir 12 - 14 %. ( Hanifha Wiknjosastro, 613 : 2005 ) Persalinan letak sungsang sebaiknya dilakukan di Rumah Sakit dan harus dievaluasi dengan hati-hati dengan bantuan tenaga medis yang terlatih, karena dapat mengakibatkan kematian janin. Melihat beberapa hal diatas dalam kasus persalinan letak Sungsang dapat dikatagorikan sebagai persalinan yang tidak normal, dalam hal ini Bidan tidak mempunyai kewenangan dalam penanganannya. Dalam praktiknya Bidan dalam menolong persalinan dihadapkan pada berbagai permasalahan karena social ekonomi pasien,situasi dan kondisi saat pasien datang pada bidan,letak geograifis ataupun karena tuntutan mendapatkan uang. Dalam berbagai

kasus tertentu ada sebagian bidan yang memaksakan diri untuk menolong persalinan letak Sungsang ini, dengan mengabaikan tingkat risiko , baik risiko terhadap bayi dan ibunya maupun risiko tuntutan hukumnya,

B. Permasalahan

Melihat Latar belakang masalah diatas penulis dapat menyajikan beberapa hal, tentang bagaimanan kewenangan Bidan dalam Persalinan Sungsang bila ditinjau dari segi Etika Profesi dan Hukum Kesehatan , antara lain menyangkut : 1) Bagaimana menurut tinjauan secara hukum dan etika profesi bidan tidak diberikan kewenangan dalam menolong persalinan letak Sungsang 2) Bagaimana tinjauan secara hukum dan etik profesi jika bidan tetap melakukan pertolongan Persalinan letak Sungsang

C. Landasan-landasan Hukum dan Etika Profesi

1. Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Sebelum membahas lebih jauh tentang kewenangan Bidan dalam menolong persalinan letak Sungsang, penulis ingin menyajikan beberapa landasan teori yang menyangkut undang-undang kesehatan, etika dan profesi kebidanan serta asas-asas dan peraturan perundangan yang berlaku , sebagai payung hukum Bidan dalam menjalankan profesinya.

Di dalam Undang-Undang kesehatan Bab III Tentang Hak dan Kewajiban, Pasal 4 disebutkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan, serta dalam Pasal 5 disebutkan bahwa: (1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam kesehatan (2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman , bermutu dan terjangkau memperoleh akses atau sumber daya di bidang

(3)

Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya

Dalam Penjelasan Pasal 4, Undang-Undang Kesehatan disebutkan bahwa : Hak atas kesehatan dimaksud dalam pasal ini adalah hak untuk memperoleh pelayananan kesehataan dari fasilitas pelayanan kesehataan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang seinggi-tingginya Dalam Pasal 7 Undang Undang Kesehatan juga disebutkan bahwa: Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab, serta dalam Pasal 8 disebutkan pula bahwa: Setiap orang dapat memperoleh inpormasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah ataupun yang akan diterimannya dari tenaga kesehatan

Dari empat pasal diatas dapat disimpulkan bahwa setiap orang mempunyai hak tentang pelayanan kesehatan, tetapi mempunyai hak juga dalam menentukan tindakan setelah memperoleh informasi tentang kesehatan dirinya. Dalam Pasal 23 Ayat (1) Undang-Undang Kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan dalam Pasal 24 Ayat (1) disebutkan pula bahwa Tenaga kesehatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standart profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standart pelayanan, dan standart prosedur operasional dan dalam Ayat (2) disebutkan bahwa ketentuan mengenai kode etik dan profesi sebagai mana yang dimaksud pada ayat 1 diatur oleh organisasi profesi. Dalam Pasal 27 Undang-Undang Kesehatan disebutkan bahwa Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya Berdasarkan 2 pasal diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga kesehatan berwenang menjalankan profesinya tetapi berdasarkan kode etik , serta prosedur yang telah ditentukan, dan dalam menjalankan tugasnya dilindungi secara hukum.

Dalam paragraf kedua tentang Perlindungan Pasien Pasal 56 Ayat (1) dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruhnya tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima atau memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap Dalam Pasal 58 Ayat (1) disebutkan bahwa Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan dan / atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya. Di dua pasal diatas jelas bahwa seseorang berhak menolak tindakan tenaga kesehatan dan jika dilanggar dan mengakibatkan kerugian pasien bisa menuntut secara hukum tentang ganti ruginya

2. PERMENKES RI No .HK.02.02 / MENKES / 149 / 2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

Di dalam PERMENKES RI tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan , ada beberapa pasal yang dapat digunakan sebagai payung hukum yang dapat digunakan dalam kasus Persalinan letak Sungsang ini, yaitu : a) Pada BAB III tentang Penyelenggaraan Praktik Bidan di Pasal 8 disebutkan bahwa Bidan dalam menyelenggarakan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi a. Pelayanan kebidanan Dan dalam Pasal 9 Ayat (1) disebutkan bahwa Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a ditujukan kepada ibu dan bayi, dan dalam Ayat (2) dikatakan bahwa Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagai mana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan masa menyusui. Dan dalam Ayat (3) dikatakan Pelayanan kebidanan pada bayi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diberikan pada bayi baru lahir normal sampai usia 28 ( dua puluh delapan hari ) Pada Pasal 10 disebutkan bahwa Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 Ayat (2) meliputi: 1. Penyuluhan dan Konseling 2. Pemeriksaan fisik 3. Pelayanan antenatal dan kehamilan normal

4. Pertolongan persalinan normal 5. Pelayanan ibu nifas normal Keterangan : Dari ketiga pasal diatas dapat disimpulkan bahwa : Bidan mempunyai kewenangan penanganan persalinan pada ibu dan bayi dalam keadaan persalinan normal, dan didahului dengan penyuluhan dan konseling pada ibunya. b) Dalam Pasal 18 Point (a) disebutkan bahwa Dalam menjalankan praktek Bidan berkewajiban untuk: Menghormati hak pasien, dan dalam Point (e) Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang akan dilakukan Keterangan: Dalam pasal diatas jelas bahwa bidan dalam menjalankan tugasnya berkewajiban menghormati hak pasien dan meminta persetujuan tindakannya

Dalam Pasal 19 disebutkan bahwa dalam menjalankan praktik, bidan mempunyai hak: Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik sepanjang sesuai dengan standart profesi dan standart pelayanan Dan dalam point (c) disebutkan bahwa Bidan melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangannya, standar profesi dan standart pelayanan Dalam Pasal 21 dinyatakan bahwa dalam rangka melaksanakan pengawasaan pemerintah pusat atau pemerintah daerah dapat memberikan tindakan administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik bidan , baik teguran lisan, tertulis, pencabutan SIPB satu tahun atau selamannya

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

Berdasarkan hasil kajian Kode Etik profesi dan landasan Hukum Kesehatan pertolongan persalinan dengan letak Sungsang oleh Bidan, sangat bertentangan dengan hukum.Berikut akan kami sajikan sebuah narasi pendek tentang permasalahan persalinan dan kejadian ini mengandung aspek hukum NARASI : Tanggal 1-April-2010 jam 05.30 Ada nyonya A datang kebidan M, sudah merasakan kontraksi ingin melahirkan, dengan riwayat ANC teratur dan normal di Bidan M. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan M, masuk dalam persalinan kala I dan keadaan normal baik Ibu maupun Bayinya, Saran bidan M Persalinan di tunggu.Selama dalam pengawasan oleh bidan,tidak ditemukan kelainan(normal) Tanggal 2-April-2010 jam 02.30 ibu merasakan ingin mengejan dan diperiksa Bidan M , masuk dalam persalinan kala II , siap untuk dilahirkan, dan ditemukan bayinya letak Sungsang ( presentasi Bokong ) Dan terpaksa harus dilahirkan, karena sudah tidak mungkin untuk dirujuk sebab sudah mendesak, Bidan memanggil teman team persalinan empat tangan yaitu Bidan B. Setengah jam kemudian Bidan B datang dan bayi sudah lahir sampai dengan leher, Akhirnya Bidan M dan Bidan B menolong persalinan tersebut , bayi lahir aspeksia,selanjutnya selamat 1. Risiko Persalinan letak Sungsang Pertolongan dengan letak Sungsang yang tingkat risikonya tinggi yang dikatagorikan menurut

ilmu kebidanan sebagai persalinan yang tidak normal sehingga dapat menimbulkan kematian, seperti dalam narasi diatas sebenarnya Bidan M telah melakukan perbuatan tindakan melawan hukum ,berdasarkan kajian penulis sangat bertentangan dengan: a. Undang-Undang Kesehatan Pasal 5 Ayat (2) yang menyatakan bahwa ) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman b. PERMENKES RI tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pada Pasal 10 point ( d ) disebutkan bahwa Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi pertolongan persalinan normal

Analisis: Dari dua pasal diatas dapat disimpulkan bahwa setiap orang dalam hal ini ibu yang mengalami persalinan letak Sungsang , jika ditangani oleh bidan dikatagorikan sebagai pelayanan yang tidak aman, sehingga melanggar hak orang lain, dari segi etika profesi jelas bahwa bidan M hanya boleh melakukan pertolongan persalinan dalam katagori normal, dalam persalinan letak sungsang dikatagorikan sebagai persalinan yang tidak normal.

2. Diagnosa Letak Sungsang Jika seorang ibu diindikasikan akan mengalami Persalinan letak Sungsang, Bidan harus mengetahui sebelumnya ( melalui diagnosis ), dan keadaan ini harus diinformasikan kepada pasien secepatnya, dan dalam narasi diatas jelas sebenarnya telah terjadi kesalahan dalam mendiagnosis pasien sehingga Bidan M salah memberikan penilaian keadaan pasien dan sekaligus salah dalam memberikan informasi tentang keadaan pasien sebenarnya,sehingga salah pula dalam memberi asuhan. Kajian Ilmu Kebidanan sudah bisa mendeteksi secara lebih awal kasus ini , dan jika Bidan memaksakan untuk menolong persalinan letak Sungsang akan bertentangan dengan: a. Dalam Pasal 7 Undang Undang Kesehatan disebutkan bahwa: Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab, serta dalam Pasal 8 disebutkan bahwa: Setiap orang dapat memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah ataupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan b. Dalam paragrap kedua tentang Perlindungan Pasien Pasal 56 Ayat (1) dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruhnya tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima atau memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap c. Pada Pasal 10 disebutkan bahwa Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi: Penyuluhan dan Konseling Pemeriksaan fisik

Analisis: Berdasarkan empat pasal diatas jelas menolong persalinan dengan katagori letak Sungsang sudah bisa diketahui lebih awal berupa pemeriksaan fisik, dan harus segera diinformasikan kepada pasien melalui penyuluhan dan konseling, dan hal ini sudah menjadi hak pasien mengetahui informasi tentang kondisi kesehatan yang dialami dengan benar, sehingga juga mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan tenaga kesehatan selanjutnya. Dalam narasi diatas jelas Bidan M telah melakukan perbuatan melawan hukum, antara lain Bidan M dalam pemeriksaan fisik tidak akurat, kurang teliti sehingga diagnosisnya salah, hasil diagnosis sebagai hasil informasi kesehatan yang seharusnya diketahui dan di informasikan ke pasien juga salah, sehingga pasien tidak mengetahui tingkat resiko dan tindakan apa yang akan dilakukan, yang seharusnya pasien juga mempunyai hak metolak terhadap tindakan yang akan dilakukan.

3. Standard Persalinan Letak Sungsang Menolong dengan persalinan letak sungsang haruslah dengan standart pelayanan yang tinggi, prosedur serta kehati-hatian juga diperlukan, prosedur serta standard medis yang tinggi hanya di kuasai oleh Dokter, serta akan lebih amam dilakukan di Rumah Sakit, jika terjadi kegawat daruratan terhadap pasien akan dapat ditangani dengan cepat, dan tepat, maka jika Bidan memaksakan melakukan persalinan letak Sungsang akan bertentangan dengan : a. Pasal 24 Ayat (1) disebutkan pula bahwa Tenaga kesehatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standard profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standart pelayanan, dan standart prosedur operasional dan dalam Ayat (2) disebutkan bahwa ketentuan mengenai kode etik dan profesi sebagai mana yang dimaksud pada ayat 1 diatur oleh organisasi profesi. b. Pasal 19 disebutkan bahwa Dalam menjalankan praktik, bidan mempunyai hak: Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik sepanjang sesuai dengan standard profesi dan standard pelayanan Dan dalam point (c) disebutkan bahwa Bidan melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangannya, standard profesi dan standard pelayanan

Analisis: Jelas sekali tersurat dalam undang-undang tersebut jika bidan memaksakan melakukan persalinan letak Sungsang sangat bertentangan dengan standard profesi dan standard pelayanan , dalam hal ini dokter yang mempunyai wewenangnya dan dilakukan di Rumah Sakit, sehingga kehati-hatian dapat dipenuhi jika terjadi kegawat daruratan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

4. Hak Pasien Dalam kasus letak Sungsang pasien diharapkan memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi kesehatanya terutama tentang bahaya apa yang dapat ditimbulkan, serta apa tindakan yang akan dilakukan jika terjadi persalinan letak Sungsang, maka jika bidan M memaksa melakukan pertolongan persalinan letak Sungsang akan melanggar peraturan sebagai berikut : a. Dalam paragraph kedua Undang-Undang Kesehatan tentang Perlindungan Pasien Pasal 56 Ayat (1) dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruhnya tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima atau memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap b. Dalam Pasal 18 Point (a) tentang Kode etik dan profesi Bidan disebutkan bahwa Dalam menjalankan praktek Bidan berkewajiban untuk menghormati hak pasien, dan dalam Point (e) Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang akan dilakukan.

Analisis : Dari analisa kedua pasal tersebut dapat penulis katakan bawa pasien bisa menolak suatu tindakan yang akan dilakukan tenaga kesehatan walupun sudah memperoleh impormasi secara lengkap, dan hal ini adalah hak dari pasien secara penuh, Bidan M harus menghormati hak pasien, dan meminta persetujuan kepada pasien, impormasi tentang keadaan pasien harus diinformasikan secara akurat sehingga pasien memahami dan mau menerima segala tindakan pelayanan yang akan dilakukan tenaga kesehatan.

5. Kerugian Pasien Dalam kasus letak Sungsang jika Bidan memaksakan melakukan pertolongan persalinan, akan dapat menimbulkan kerugian pada pasien,yang berujung pada kematian bayi atau bahkan ibunya, maka hal ini akan bertentangan dengan : a. Pasal 58 Ayat (1) Undang-Undang Kesehatan bahwa Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan dan / atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimannya. b. Pasal 21 Tentang Kode etik dan profesi kebidanan Dinyatakan bahwa dalam rangka melaksanakan pengawasaan pemerintah atau pemerintah daerah dapat memberikan tindakan administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik bidan , baik teguran lisan, tertulis, pencabutan SIPB satu tahun atau selamannya Analisis : Dari analisis kedua pasal diatas dapat disimpulkan bahwa pasien mempunyai hak untuk menuntut ganti rugi jika terjadi kesalahan prosedure pelayanan, Bidan melakukan pertolongan persalinan letak sungsang jelas telah melanggar prosedur. Dalam hal ini pemerintah dapat menuntut secara administratif berdasarkan kode etik profesi bidan.

Berdasarkan pembahasan diatas jelas sekali pertolongan persalinan oleh Bidan sangat tidak boleh baik dari segi Undang-Undang , Etika Profesi maupun dari segi prosedur pelayanan kesehatan berdasarkan Anatomi dan fisiologi pada kasus letak Sungsang. Namun Dalam praktiknya banyak permasalahan-permasalahan yang dialami oleh tenaga kesehatan terutama oleh Bidan, karena berbagai faktor, antara lain : 1) Tempat pelayanan persalinan yang terlalu jauh, terpencil seperti di daerah-daerah pedalaman, jangkauan sarana tempat pelayanan seperti Rumah Sakit sangat jauh terjangkau, sehingga bidan memberanikan diri untuk melakukan persalinan letak sungsang ini. 2) Pada kasus tertentu karena pengaruh adat istiadat atau pengetahuan tradisional, Bidan sangat sulit menerangkan bahwa persalinan dengan letak Sungsang sangat bahaya dilakukan. Bahkan diabaikan atau ditentang. Sehingga Bidan terpaksa melakukannya. 3) Pasien datang ketempat bidan sudah dalam keadaan bayi mau keluar,sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan rujukan.

4) Pasien tidak mau dirujuk dengan alas an ekonomi,karena mereka tahu jika melahirkan di Rumah Sakit biaya yang dikeluarkan mahal 5) Dalam kasus tertentu justru Bidan dengan sengaja melakukanya demi uang, dan satu sisi pasien juga tidak mengetahui tentang hak-hak apa yang dapat diperoleh pasien tentang kondisi kesehatannya atau pasien sengaja tidak dikasih tahu informasi yang jelas tentang resiko, tindakan serta prosedur persalinan yang yang seharusnya. 6) Dalam narasi diatas sebenarnya pasien telah pasrah pada tindakan apa yang dilakukan Bidan M akan tetapi terjadi kelalaian dalam memeriksa keadaan pasien. Tindakan dilakukan Bidan M sangat membahayakan bagi kesehatan ibu dan bayinya walaupun bayi yang ada dalam isi narasi dia atas telah keluar dengan selamat. Dengan banyaknya permasalahan yang dialami oleh tenaga kesehatan terutama bidan tersebut,agar bidan bisa terlindungi oleh hukum,maka bidan dalam kelakukan tindakan harus memberikan inform consent untuk persetujuan tindakan maupun penolakan tindakan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Dari permasalahan dalam makalah ini dapat penulis simpulkan hal hal sebagai berikut: 1. Bidan tidak diberikan kewenangan dalam melakukan tindakan menolong persalinan letak Sungsang karena Bidan M secara Undang-Undang Kesehatan dan Etika Profesi tidak mempunyai kewenangan untuk memberikan pertolongan persalinan patologis 2. Bidan tidak mempunyai kewenangan dalam Menolong Persalinan letak Sungsang karena risiko yang ditimbulkannya sangat besar, secara hak pasien telah dirugikan, terutama tentang persyaratan pasien memperoleh pelayanan kesehatan secara aman 3. Dalam kasus tertentu pasien tidak memperoleh hak secara utuh dalam memperoleh informasi tentang kondisi kesehatan karena kelalaian/kesalahan diagnosis Bidan M, sehingga pasien tidak bisa menentukan atau menolak pelayanaan apa yang sebaiknya diperolehnya.

4. Bidan Jika melakukan pertolongan persalinan letak Sungsang akan memperoleh sangsi hukum sesuai Undang-Undang kesehatan yang dilanggar serta sangsi Administratif tentang pelanggaran Kode Etik dan profesi Kebidanan

B. Saran 1. Bidan harus mengetahui dan memahami Undang-Undang Kesehatan secara utuh sehingga dalam melakukan tindakan Pertolongan persalinan letak Sungsang mengetahui dasar hukumnya 2. Diharapkan sedapat mungkin persalinan letak Sungsang jangan dilanggar karena resiko hukum ,kode etik sangat berat dan sangat membahayakan kesehatan ibu dan bayi, yang dapat menimbulkan kematian 3. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada pasien harus teliti,karena kelalaian / kesalahan dalam pemeriksaan akan mengakibatkan risiko yang sangat besar pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan PERMENKES RI No.HK.02.02 / MENKES / 149/ 2010, Tentang Ijin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Ilmu Kebidanan, prof.dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, 2005 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002

Anda mungkin juga menyukai