Anda di halaman 1dari 41

Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etik

Pelayanan Medis (MP2EPM),

Kode etik merupakan norma-norma yang harus


dilaksanakan oleh setiap profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan di dalam
kehidupan di masyarakat.
Maka secara sederhana juga dapat dikatakan
bahwa etika adalah disiplin yang mempelajari
tentang baik buruknya sikap tindakan atau
perilaku.
Tujuan kode profesi adalah :
1. Untuk Menjunjung Tinggi Martabat Dan
Citra Profesi
2. Untuk Menjunjung Tinggi Dan Memelihara
Kesejahteraan Para Anggotanya
3. Untuk Meningkatkan Pengabdian Para
Anggota Profesi
4. Untuk Meningkatkan Mutu Profesi
Dasar penyusunan majelis pertimbangan etika
profesi adalah majelis pembinaan dan
pengawasan etik pelayanan medis (MP2EPM),
yang melliputi :
1. Kepmenkes RI no.554/Menkes/Per/XII/
1982
Memberikan pertimbangan,pembinaan dan
melaksakan pengawasan terhadap semua
profesi tenaga kesehatan dan sarana
pelayana medis
2. Peraturan pemerintah No1 tahun 1988 BAB V
pasal 11
Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter,
dokter gigi dan tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya di lakukan oleh
Menteri Kesehatan atau pejabat yang di
tunjuk
3. Surat keputusan Menteri Kesehatan
no.640/Menkes/Per/X/1991,tentang
pembentukan MP2EPM
 Tugas dan Wewenang MP2EPM Wilayah Pusat
1.  Memberi pertimbangan tentang etik dan
standart profesi tenaga kesahatan kepada
mentri
2.  Membina,menagembangkan dan mengawasi
secara aktif pelaksanaan kode etik
kedokteran gigi,perawat,bidan,sarjana
farmasi dan rumah sakit.
3. 
3. Menyelesaikan persoalan,menerima rujukan dan
mengadakan konsultasi dengan instansi   
terkait.
4.  MP2EPM pusat atas mentri yang berwenang
mereka yang ditunjuk mengurus persoalan 
etik tenaga kesehatan
Tugas dan Wewenang MP2EPM Wilayah Provinsi:

1.  Menerima dan memberi pertimbangan,


mengawasi persoalan kode etik,dan
mengadakan konsultasi dengan instansi
terkait dengan persoalan kode etik.
2.  Memberi nasihat,membina dan mengem-
bangkan serta menawasi secara aktif etik
tenaga profesi tenaga kesehatan dalam
wilayahnya bekerjasama dengan organisasi
profesi seperti IDI,PDGI,PPNI, IBI,ISFI,
3.  Memberi pertimbangan dan saran kepada
instansi terkait
4.  MP2EPM propinsi atas nama kepala kantor
wilayah departemen kesehatan propinsi 
berwenang memanggil mereka yang
bertsangkutan dalam suatu etik profesi.
Majelis Etika Profesi Bidan

Merupakan  badan perlindungan hukum


terhadap para bidan sehubungan dengan
adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan
yang diberikan dan tidak melakukan indikasi
penyimpangan hukum. Realisasi Majelis Etika
Profesi Bidan (MPEB) Majelis Pembelaan
Anggota (MPA)
Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh
norma,etika, dan agama.tetapi apabila ada
kegagalan asuhan dan menimbulkan
konflik etik,maka di perlukan wadah untuk
menentukan standar profesi, prosedur yang
baku dan kode etik yang di sepakati, maka
perlu di bentuk Majelis Etika Bidan,yaitu
MPEB dan MPAnggota.
Tujuan dibentuknya Majelis Etika Bidan
adalah untuk memberikan perlindungan yang
seimbang dan objektif kepada Bidan dan
penerima pelayanan.
Tujuan Keberadaan MPEB

1.  Meningkatkan Citra IBI dalam meningkat-


kan Mutu Pelayanan yang diberikan.
2.  Terbentuknya lembaga yang akan menilai
ada atau tidaknya pelanggaran terhadap
kode etik bidan Indonesia.
3.  Meningkatkan Kepercayaan diri anggota IBI
4.  Meningkatkan kepercayaan msyarakat
terhadap Bidan dalam memberikan
Pelayanan.
Lingkup Majelis Etika Kebidanan meliputi :

 Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan


sesuai standart profesi pelayanan bidan.
 Melakukan supervisi lapangan, termasuk
teknis dan pelaksanaan praktik, termasuk
penyimpangan yang terjadi, apakah
pelaksanaan praktik bidan sesuai dengan
Standar Praktik Bidan, Standar Profesi dan
Standar Pelayanan Kebidanan, juga batas-
batas kewenangan bidan.
 Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-
kasus dalam praktik kebidanan
 Melakukan pembinaan dan pelatihan
tentang um kesehatan, khususnya yang
berkaitan atau melandasi praktik biadan.
Tugas Majelis Pertimbangan Etik Bidan

MPEB dan Majelis Pertimbangan Anggota


merupakan majelis independen yang
berkonsultasi dan berkoordinasi dengan
pengurus inti dalam IBI tingkat nasional.
MPEB secara internal memberikan saran,
pendapat, dan buah pikiran tentang masalah
pelik yang sedang dihadapi khususnya yang
menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan
pembelaan anggota.
MPEB dan MPA memiliki tugas antara lain :
1. Mengkaji
2. Menangani
3. Mendampingi anggota yang mengalami
permasalahan dalam praktek kebidanan
yang berkaitan dengan permasalahan
hukum.
Tugasnya secara umum ialah :
1. Merencanakan Dan Melaksanakan Kegiatan
Bidang Sesuai Dengan Ketetapan Pengurus
Pusat.
2.  Melaporkan Hasil Kegiatan Di Bidang
Tugasnya Secara Berkala.
3. Memberikan Saran Dan Pertimbangan Yang
Perlu Dalam Rangka Tugas Pengurus Pusat.
4. Membentuk Tim Teknis Sesuai
Kebutuhan,Tugas Dan Tanggung Jawabnya
Ditentukan Pengurus.
Tugas majelis etik kebidanan adalah sebagai
berikut:
1. Meneliti dan menentukan ada tidaknya
kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan
standar profesi yang dilakukan oleh bidan
2. Penilaian didasarkan atas permintaan
pejabat, pasien, dan keluarga yang
dirugikan oleh pelayanan kebidanan
3. Permohonan secara tertulis dan disertai
data-data
4. Keputusan tingkat provinsi bersifat final
(bisa konsul ke majelis etik kebidanan pada
tingkat pusat)
5. Sidang majelis etik kebidanan paling lambat
tujuh hari, setelah diterima pengaduan.
Pelaksanaan sidang menghadirkan dan
meminta keterangan dari bidan dan saksi-
saksi
6. Keputusan paling lambat 60 hari, hasil
disampaikan secara tertulis kepada pejabat
yang berwewenang
7. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan
pusat IBI atau pimpinan daerah IBI
ditingkat provinsi.
Peran
Majelis Pertimbangan Etika Bidan ( MPEB
dan Majelis Pembelaan anggota ( MPA )
secara internal berperan memberikan saran,
pendapat dan buah pikiran tentang masalah
pelik yang sedang dihadapi khususnya yang
menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan
pembelaan anggota.
Standar Pelayanan Kebidanan

Aspek perlindungan hukum bagi bidan di


komunitas, PP - IBI telah membuat standar
praktek dan standar procedure operating
(SPO) untuk pelayanan kebidanan.
Sedangkan tanggung jawab dan
kewenangannya diatur dalam Per Menkes.
1. Pengertian
Norma dan tingkat kinerja yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang dinginkan
2. Syarat Standart
a. Dapat diobservasi dan diukur
b. Realistik
c. Mudah dilakukan dan dibutuhkan
 
Standart pelayanan kebidanan digunakan untuk
menentukan kompetensi yg diperlukan bidan dlm
menjalankan praktik sehari-hari. Standart
pelayanan kebidanan juga dapat digunakan untuk :
a. Menilai mutu pelayanan
b. Menyususn rencana diklat bidan          
c. Pengembangan kurikulum pendidikan bidan
Pelayanan kebidanan merupakan pelayanan
profesional yang menjadi bagian integral dari
pelayanan kesehatan sehingga standar
pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk
menentukan kompetensi yang diperlukan bidan
dalam menjalankan praktek sehari-hari.
Dengan adanya standar pelayanan, masyarakat
akan memiliki rasa kepercayaan yang lebih baik
terhadap pelaksana pelayanan. Suatu standar
akan lebih efektif apabila dapat diobservasi
dan diukur, realistis, mudah dilakukan dan
dibutuhkan.
A.  STANDAR I : FALSAFAH DAN TUJUAN

Pengelolah pelayanan kebidanan memiliki visi,


misi, filosolfi dan tujuan pelayanan serta
organisasi pelayanan sebagai dasar untuk
melaksanakan tugas pelayanan yang efektif
dan efesien.

Definisi operasional
a.  Pengelolah pelayanan kebidanan memiliki
visi,misi,dan filosofi pelayanan kebidanan
yang mengacu pada visi,misi,dan filosofi
masing-masing.
b.  Ada bagian struktur organisasi yang
menggambarkan garis komando,fungsi,dan
tanggung jawab serta kewenangan dalam
pelayanan kebidanan dan hubungan dengan
unit lain dan disahkan oleh pemimpin.
c.  Ada uraian yang tertulis setiap tenagga
yang ad pada organisasi yang disahkan oleh
pemimpin.
d.  Ada bukti tertulis tentang persyaratan
tenagga yang menduduki jabatan pada
organisasi yang disahkan oleh pemimpin kita
B.  STANDAR II : ADMINISTRASI &
PENGELOLAAN

Pengelolahan pelayanan kebidanan memiliki


pedoman pengelolaan pelayanan, standar
pelayanan prosedur tetap,dan pelakasanaan
kegiatan pengololaan pelayanan yang kondusif
yang memungkinkian terjadinya praktik pelayanan
akurat.
Definisi operasional.
a.  Ada pedoman pengelolaan pelayanan yang
mencerminkan mekanisme kerja di unit pelayanan
tersebut yang disahkan oleh pimpinan
b.  Ada standar pelayanan yang di buat mengacu
pada pedoman standar alat, standar ruangan,
standar ketangan yang telah disahkan oleh
pimpinan.
c.  Ada prosedur tetap untuk setiap jejenis kegitan
atau tindakan  yang disahkan oleh pimpinan.
d. Ada rencana / program kerja di setiap insitusi
pengololaan yang mengacu keinsitusi induk
e.  Ada bukti tertulis terselanggaranya pertemuan
berkala secara teratur di lengkapi dengan
daftar hadir dan notulen rapat.
f. Ada naskah kerja sama, program praktik dari
institusi yang menggunakan latihan praktik ,
program, pengajaran klinik, dan penilaian
klinik. Ada bukti adminis-trasi yang meliputi
buku registrasi.
C.  STANDAR III : STAF DAN PIMPINAN

Pengelolah pelayanan kebidanan mempunyai


program pengelolaan sumber daya manusia, agar
pelayanan kebidanan berjalan efektif dan
efesien.
Definisi Operasional
a. Ada program kebutuhan SDM sesuai dengan
kebutuhan .
b. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian.
c.  Ada jadwal dinas yang menggambarkan
kemampuan tiap-tiap per unit yang menduduki
tanggung jawab dan kemampuan yang dimiliki
oleh bidan.
d.  Ada seorang bidan pengganti dengan peran
dan fungsi yang jelas dan kualisifikasi minimal
selaku kepala ruangan jika kepala ruangan
berhalangan bertugas.
e.  Ada data personil yang bertugas di ruangan
tersebut.
D.  STANDAR IV : FASILITAS DAN PERALATAN

Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung


pencapaian tujuan pelayanan kebidanan sesuai dengan
beban tugasnya dan fungsi institusi pelayanan.

Definisi Operasional
a.  Tersedia peralatan yang dengan standar yang dan
ada mekanisme keterlibatan bidan dalam perencanaan
dan pengembangan sarana dan prasarana.
b.  Ada buku inventaris peralatan yang mencerminkan
jumlah barang dan kualitas barang.
c.  Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang
penggunaan alat tertentu.
d.  Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.
E. STANDAR V : KEBIJAKSANAAN DAN PROSEDUR

Pengelola pelayanan mempunyai kebijakan dalam


penyelenggaraan pelayanan dan pembinaan personil
menuju pelayanan yang berkualitas.

Definisi Operasional
a. Ada kebijaksanaan tertulis tentang prosedur
pelayanan dan standar pelayananan yang disahkan
oleh pimpinan.
b. Ada prosedur personalia penerimaan pegawai
kontrak kerja, hal dan kewajiban personalia.
c. Ada personalia pengajuan cuti pegawai, istirahat,
sakit, dan lain-lain.
d. Ada prosedur pembinaan pegawai.
F. STANDAR VI : PENGEMBANGAN STAF DAN
PROGRAM PENDIDIKAN

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program


pengembangan staf dan perencanaan pendidikan,
sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Definisi Operasional
a. Ada program pembinaan staf dan program
pendidikan secara berkesinambungan.
b. Ada program pelatihan dan orientasi bagi tenaga
bidan/pegawai baru dan lama agar dapat
beradaptasi dengan pekerjaan.
c. Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan
dan evaluasi hasil pelatihan.
G. STANDAR VII : STANDAR ASUHAN

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar


asuhan/ manajemen kebidanan yang ditetapkan
sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
Definisi Operasional
a. Ada standar manajemen kebidanan (SMK) sebagai
pedoman dalam memberi pelayanan kebidanan.
b. Ada format manajemen kebidanan yang terdaftar
pada catatan medik.
c. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap
klien.
d. Ada diagnosis kebidanan.
e. Ada rencana asuhan kebidanan
f. Ada dokumen tertulis tentang tindakan
kebidanan.
g. Ada evaluasi dalam memberi asuhan
kebidanan.
h. Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen
kebidanan
H. STANDAR VIII : EVALUASI &
PENGENDALIAN MUTU

Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki


program dan pelaksanaan dalam evaluasi dan
pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Definisi Operasional
a. Ada program atau rencana tertulis
peningkatan mutu pelayanan kebidanan.
b. Ada program atau rencana tertulis untuk
melakukan penilaian terhadap standar asuhan
kebidanan.
c. Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai
hasil dari kegiatan/pengendalian mutu asuhan
dan pelayanan kebidanan.
d. Ada bukti tertulis tentang pelaksanaan
evaluasi pelayanan dan rencana tindak lanjut.
e. Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan
secara teratur kepada semua staf pelayanan
kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai