Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan

tugas makalah ini. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu

kami, Ibu Betty Sahertian dan Bpk Suyono yang telah memberikan ilmu dalam mata

kuliah ini.

Dalam makalah Etikolegal ini kami membahas tugas mengenai PERAN ETIKA

DALAM PELAYANAN KEBIDANAN . Kami selaku penyusun makalah ini berharap

supaya makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan baik dalam

perkuliahan maupun keseharian kami yang berprofesi sebagai Bidan.

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna oleh karena itu kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya

makalah ini bisa menjadi lebih baik.

Namrolle ,2 januari 2020

Penyusun
MAKALAH ETIKOLEGAL
` PERAN ETIKA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Yang diampu oleh Ibu Betty Sahertian

Disusun Oleh :

Kelompok 1

SATUM BOY ( P07124020190397 )


HAWA ( P07124020190386 )
DOMINGGAS SOUISA ( P071240201903882 )

POLTEKES KEMENKES MALUKU


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
DAPTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... …………………. 2
C. Tujuan Makalah ...................................................................... …………………. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN .................................................................................................. 3-10
B. TUJUAN KODE ETIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN…............... 10-11
C. DIMENSI KODE ETIK..................................................................................... 11
D. PRINSIP KODE ETIK .................................................................................... 11
E. KODE ETIK KEBIDANAN DAN PENERAPANNYA ............................... 12 – 24
F. HAK BIDAN……………………………………………………………………. 24- 25
F. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN…………………………………………… 25 -26
G. PENYIMPANGAN KODE ETIK PROFESI BIDAN ……………………… 26- 27
H. PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KODE ETIK
BIDAN………………………………………………………………………….. 27- 29
I. ISTILAH DALAM ETIK……………………………………………………… 29-32
J. KEWAJIBAN DALAM PEKERJAAN……………………………………… 32-33
K. BEBERAPA PERMASALAHAN PEMBAHASAN ETIK…………………. 33
L. BEBERAPA PEDOMAN KEBIDANAN……………………………………. 33-34
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM : GAMBARAN PROSES PRAKTIKUM
A. STANDAR ASUHAN ................................................................…………… 35
B. BIDAN SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL ................................................. 35
C. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS .............................................. 36
D. BIDAN DAN RAHASIA JABATAN ...............................................…………. 36-37
E. CONTOH PELANGGARAN KASUS ETIKA DAN KODE ETIK BIDAN
PADA KASUS USAI PERSALINAN ORGAN WANITA ROBEK………… 37-38
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau
salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi yang negatif yang berhubungan dengan
hukum. Seorang bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai etika. Semua profesi kesehatan
memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam kebidanan mempunyai kekhususan sesuai
dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab menolong persalinan. Dalam hal
ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang berhubungan dengan
tanggung jawabnya. Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus mempunyai
pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang
etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.
Derasnya arus globalisasai yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia
juga mempengaruhi munculnya masalah atau penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
teknologi atau ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejagatan ini
dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian
penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam
praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS, RB, institusi kesehatan lainnya, bidan
praktek mandiri mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena harus mempertanggung
jawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja
yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
Kita telah memasuki era globalisasi. Didalam era ini dunia terasa tanpa batas sehingga mengakibatkan
terjadinya banjir informasi. Begitu juga dengan pelayanan kesehatan yang semakin maju dengan
datangnya modal-modal asing, rumah sakit asing maupun tenaga asing.
Bidan merupakan suatu profesi dinamis yang harus mengikuti perkembangan diera ini. Oleh karna itu
bidan harus berpartisipasi mengembangkan diri mengikuti permainan global. Partisipasi ini dalam
bentuk peran aktif bidan dalam meningkatkan kualitas pelayanan, pendidikan, dan organisasi propesi.

Peningkatan kulitas ini tidak luput dan teteap mengacu pada peran, fungsi dan tanggung jawab
bidan. Oleh karna itu pendidikan DIII Kebidanan yang nantinya akan mencetak calon bidan,
diperlukan materi kuliah yang berkaitan dengan peran dan tugas bidan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa peran dan tugas bidan ?
2. Apa saja ciri bidan profesional ?
3. Apa saja pedoman etik kebidanan ?
4. Apa kewajiban pekerjaan bidan ?
5. Apa ciri pengambilan keputusan yang etis ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, agar kita dapat mengetahui bagaimana peran dan tugas Bidan
berdasarkan Etik dan Kode Etik Profesi
- Tujuan Praktikum adalah :
 Untuk menerapkan etika dan kode etik dalam melakukan pelayan kebidanan baik dalam
bidan praktek mandiri dan praktek didalam puskesmas Namrole
 Sebagai acuan didalam melaksanakan praktikum pelayan kebidanan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR ETIKA

a.Pengertian Kode Etik

Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai
suatu tindakan apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Dan
menurut Bertens Etika adalah nilai- nilai atau norma- norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai,
Didalam kamus besar bahasa Indonesia Etika dirumuskan dalam tiga arti yaitu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak , dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat. Dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa “ Etika “ adalah
aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya,hal ini berhubungan
dengan prinsip- prinsip dasar dan konsep yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak
serta menekankan nila-nilai mereka ( Shirley R Jones- Ethics in Midwifery). Penyimpangan mempunyai
konotasi yang negatif yang berhubungan dengan hukum. Seorang bidan dikatakan profesional bila ia
mempunyai etika. Semua profesi kesehatan memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam
kebidanan mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab
menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang
berhubungan dengan tanggung jawabnya. Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus
mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang
etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.

Derasnya arus globalisasai yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia juga
mempengaruhi munculnya masalah atau penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi atau ilmu
pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejagatan ini dapat dibendung, pasti akan
mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi
juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS,
RB, institusi kesehatan lainnya, bidan praktek mandiri

mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena harus mempertanggung jawabkan sendiri apa yang
dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya
sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

a. Faktor- Faktor yang melandasi Etika


1) Nilai
Menurut Filsuf Jerman Hang Lonas “ Nilai “ adalah the addsress o yes , sesuai yang ditujukan dengan
“ya” . Nilai mempunyai konotasi yang positif , Nilai mempunyai tiga cirri :
a. Berkaitan dengan subjek
b. Tampil dalam suatu nilai yang praktis , dimana subjek ingin membuat sesuatu.
c. Nilai menyangkut pada sifat tambah oleh subjek pada sifat –sifat yang dimiliki oleh objek.
2) Norma
Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai sesuatu
3) Sosial Budaya
Dibangun oleh konstruksi social dan dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi .
4) Religius
 Agama mempunyai hubungan erat dengan moral.
 Agama merupakan motivasi terkuat perilaku moral atau etik
 Agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma etis yang paling penting.
 Setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadipegangan bagi perilaku para anggotanya.
5) Kebijakan atau policy maker
Siapa stake holdernya dan bagaimana kebijakan yang dibuat sangat berpengaruh atau mewarnai etika
maupun kode etik .
c. Sistematika Etika
Etika Deskriptif
Etika Deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas , misalnya adat kebiasaan,
anggapan- anggapan tentang baik buruk, tindakan- tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Etika deskriptif tidak memberikan penilaian tetapi menggambarkan moralitas
pada individu-individu tertentu, kebudayaan atau sub kultur tertentu ( waktu tertentu)
Etika Normatif
Pada etika normative terjadi penilaian tentang perilaku manusia. Contoh : penolakan prostitusi
yang terjadi disuatu masyarakat karena dianggap sebagai suatu lembaga yang

4
bertentangan dengan martabat wanita, biarpun dalam praktek belum tentu dapat diberantas
sampai tuntas. Penilaian itu dibentuk atas dasar norma-norma “Martabat Manusia harus
dihormati”
MetaEtika
Metaetika berasal dari bahasa yunani “ Meta” mempunyai arti melebihi atau melampauwi
Metaetika mempelajari logika khususdari ucapan-ucapan etik. Pada Metaetika mempersoalkan
bahasa normatif apakah dapat diturunkan menjadi ucapan kenyataan. Metaetika mengarahkan
pada arti khusus dan bahasa etika.
d.Tipe- Tipe Etika
a. Bioetik merupakan study filosofi yang mempelajari tentang kontrofersi dalam etik, menyagkut
masalah biologi dan pengobatan. Bioetik juga difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul
tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi pengbatan, politik, hokum dan
theology. Bioetik lebih berfokus pada dilemma yang menyangkut pada perawatan kesehatan,
kesehtan modern, aplikasi teori etik, dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan
kesehatan
b. Clinical ethics/ Etik klinik
Etik Klinik merupakan bagian dari bioetikyang lebig memperhatikan pada masalah etik
selama memberikan pelayanan kepada kilen. Contohnya : adanya persetujuan atau penolakan
dan bagaimana seseorang baiknya merespon permintaan tindakan yang urang bermanfaat
( sia- sia )
c. Midwifery ethics/ Etik Kebidanan
Bagian dari bioetik, yang merupakan study formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam
tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
e.Teori Etika
a. Hedonisme
Hedonisme berasal dari bahasa yunani “ Hedone” mempunyai baik apa yang memuaskan
keinginan kita,apa yang yang meningkatkan Kuatitas kesenangan atau kenikmatan dalam diri
kita.
b. Eudemonisme
Menurut Aristoteles sesorang mencapai tujuan terakhir dengan menjalankan fungsinya dengan
baik . Semua orang akan menyetujui bahwa tujuan tertinggi dalam terminology modern kita
bisa mengatakan : makna terakhir hidup manusia adalah kebahagiaan ( Eudaimonia).
c. Utilitarian
5
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan.
Contohnya: Mempertahgankan kehamilan yang berisiko tinggi dapat menyebabkan hal yang
tidak menyenangkan, tetapi pada dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan bayinya.

f. Peran dan Tugas Bidan berdasarkan Etik dan Kode etik profesi
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuiakan dengan dan
berlandaskan pada kode etik dan standar profesi . Bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadaptasi
suatu teori etika secara kaku, karena hal ini akan merugikan bidan itu sendiri. Bidan harus menilai
kemampuan dirinya dalam melakukan sesuatu namun tidak menyimpang dari prinsip pelayanan , yaitu
berusaha mengutamakan keselamatan ibu,bayi dan keluarga.
contohnya: ketika seorang ketika seorang bidan desa harus menolong persalinan disaat jadwal
pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang memerlukan pelayanan KB dan asuhan bayi
bayi baru lahir, maka kemungkinan besar ia hanya dapat mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua
orang sesuai kemampuannya sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas. Akan
tetapi bidan harus menghindari kecendrungan untuk menciptakan bidan yang tidak mengikuti informasi
terkini dari literature yang jelas tentang perkembangan pelayanan kebidanan sehingga akan menimbulkan
sikap “ sok tau “ contohnya: Pada saat menolong persalinan mahasiswa bidan diajarkan untuk tidak
melakukan episiotomy. Jika pola pengajaran tidaktepat mahasiswa akan sepenuhnya menyerap materi
tersebut, akibatnya ia tidak akan melakukan episiotomy tanpa melihat ada tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan kepada klien dengan
jelas contohnya: seorang ibu datang ke bidan yang ingin menjadi akseptor KB IUD namun timbul
ketakutan akibat rumor negative yang beredar di masyarakat Savanajaya tentang IUD , masalah etika
yang timbul yaitu ketika bidan tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga pandangan klien tentang
IUD tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman ,sehingga klien merasa nyaman ketika menerima pelayanan
yang diberikan kepada klien dan keluarganya,memandang bidan sebagai orang yang berwibawa dan
mampu mengendalikan diri sehingga mampu melindungi kliennya. Peran bidan desa sebagai teman juga
diperlukan, sehingga mahasiswa tidak merasa sungkan dalam proses belajar mengajar. Namun lagi-lagi
peran sebagai teman tetap ada batasnya, jangan sampai penilaian terhadap mahasiswa menjadi subjektif
ketika mahasiswa bidan melakukan suatu kesalahan dan bidan menutupi kesalahan mahasiswanya karena
kedekatan yang berlebihan.
Etika berperan dalam penelitian kebidanan, contohnya: dahulu praktik kebidanan masih banyak berdasar
6
kebiasaan, dengan kemajuan zaman praktik yang seperti itu tidak dapat dilaksanakan lagi tetapi dituntut
praktik yang professional berdasar hasil penelitian baik sebagai subjek maupun objek penelitian, sehingga
bidan perlu mengetahui tentang etika penelitian, demi kepentingan melindungi klien, institusi,tempat
praktik dan diri sendiri.Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan
kebidanan. Bidan harus siap untuk memberikan pelayanan terhadap hasil penelitian.
Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat, khususnya bidang kebidanan telah
mempengaruhi peran bidan dalam praktik kebidanan. Setiap peran mengemban tanggung jawab dan
cukup sulit bagi bidan memikul semua tanggung jawab itu. Pada dasarnya tanggung jawab bidan adalah :
1. Menjaga dan meningkatkan keselamatan ibu dan bayi
Menyediakan pelayanan berkualitas dan informasi atau sarana yang tidak bisa berdasarkan
hasil penelitian ilmiah ( evidence based )
3. Mendidik dan melatih mahasiswa kebidanan agar kelak menjadi bidan yang mampu memberi
pelayanan berkualitas .
Mendidik dan melatih mahasiswa kebidanan agar kelak menjadi bidan yang mampu memberi
pelayanan berkualitas .
d. Deontologi
Pendekatan deontology bearati juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
Autonomy, Informeed consent, alokasi sumber-sumber, euthanasia.
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan memiliki tugas moral. Tugas
moral selalu diiringi dengan tanggung jawab moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab moral
disebut etika dan selama menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan masalah etika.
Menurut jones ( 2000 ), bidan secara menyeluruh memiliki peran sebagai praktisi, pendidik, konselor,
penasihat, teman, advokat, peneliti dan pengelola.
1. Sebagai Praktisi
Dewasa ini, bidan sudah menyadari istilah “duty of care “ (kewajiban dalam memberi perawatan),
sehingga semakin banyak bidan yang mempelajari masalah hukum selain masalah pelayanan kebidanan.
Selama ini, bidan mengidentikkan pelanggaran kebidanan hanya terjadi pada kasus-kasus “ besar”
seperti aborsi illegal, padahal sebenarnya sikap membiarkan klien menunggu lama untuk mendapatkan
perawatan pun sudah bisa dianggap sebagai pelanggaran etika. Bidan harus menyadari bahwa cakupan
pelayanan yang diberikannya sangat rentan terkena pelanggaran etika. Sikap yang dibutuhkan untuk
menghadapi hal tersebut adalah sikap selalu waspada terhadap setiap tingkah laku, ucapan dan perbuatan
yang dilakukannya. Sebenarnya, kebenaran kode etik atau standar profesi yang melandasi praktik
kebidanan sudah jelas menunjukkan keberadaan kerangka etika. Jika bidan berpegang teguh pada
7
kerangka etika ini, bidan akan melakukan praktik atau asuhan yang sesuai dengan peraturan profesional,
sekaligus sejalan dengan hukum. Akan tetapi, jika bidan melanggar kode etik, berarti bidan telah
melakukan tindakan yang menyimpang dari peraturan dan gagal menjadi professional karena tidak sesuai
dengan etika.
Dalam menjalankan perannya sebagai praktisi selain berpegang teguh pada kode etik dan standar
profesi, ada beberapa hal yang menjadi pegangan bidan, antara lain :
a. Hati nurani. Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman. Hati nurani mengetahui
perbuatan individu yang melanggar etika atau sesuai etika. Pelanggaran etika oleh bidan dapat
bersifat fisik ataupun secara verbal.
b.Teori etika. Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit, bidan dapat berpegang
pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua, namun masih relevan karena selalu disesuaikan
dengan perkembangan saat ini, seperti teori Immanuel Kant yang menyatakan bahwa sikap
menjunjung tinggi prinsip autonomi adalah penting dan teori ini sangat relevan bila diterapkan
dalam praktik kebidanan

2. Sebagai Pendidik
Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, bidan bertanggung jawab untuk memberi pendidikan
kepada :
a. Orang tua. Bidan harus berperan aktif dalam mendidik atau mengajarkan keterampilan
perawatan bayi dan promosi kesehatan kepada ibu, suami ( pasangannya ) dan anggota keluarga
yang lain
b. Mahasiswa bidan. Bidan bertanggung jawab dalam memberi pendidikan kepada mahasiswa
bidan agar terampil dan memiliki pengetahuan baru
Pada dasarnya, tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan adalah memberdayakan orang tua
dan mahasiswa agar mereka memiliki keterampilan dan dalat menerapkan keterampilan tersebut
secara mandiri sehingga terciptanya autonomi pribadi.

3. Sebagai Konselor
Peran bidan sebagai konselor mencakup pemberian informasi dan penjelasan, termasuk
mendengarkan dan membantu klien serta keluarganya memahami berbagai masalah yang ingin
mereka ketahui. Bidan bertanggung jawab memberi informasi terkini dan menyampaikannya dalam
bahasa yang dipahami oleh klien dan keluarganya.
Masalah etika yang biasanya muncul saat bidan menjalankan perannya sebagai konselor adalah
8
sebagai berikut :
a. Memaksa klien membuka rahasia yang enggan ia ceritakan pada saat konseling.
b. Memberi informasi yang secara tidak langsung ” menggiring ” klien mengambil keputusan
yang menurut bidan adalah keputusan terbaik.

4. Sebagai Penasihat
Dalam menjalankan peran sebagai penasihat, bidan harus dapat membatasi diri jika ingin tetap
menghargai autonomi klien.. Klien membutuhkan informasi yang memadai agar dapat membuat
keputusan dan terus mengendalikan dirinya sendiri. Akan tetapi, sangat sulit bagi bidan untuk menahan
diri tidak memberi nasihat ( sekalipun tidak diminta ) berdasarkan pengalamannya menghadapi berbagai
klien dan teman sejawat. Hal ini akan menghambat klien dalam menentukan pilihannya sendiri.
5. Sebagai teman
Sikap bidan yang mampu menjaga jarak dengan klien merupakan salah satu pendekatan profesional
yang baik. Sayangnya, sikap menjaga jarak tersebut sering diartikan sebagai tidak acuh, tidak peduli pada
kondisi klien. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, muncul istilah teman profesional. Teman
profesional dapat diartikan sebagai sikap yang mampu mendukung prinsip autonomi bagi klien sekaligus
mudah “didekati”, khususnya dalam proses pemberian asuhan berkelanjutan. Hubungan pertemanan
lainnya yang berpotensi menimbulkan masalah adalah hubungan antara bidan dan mahasiswa bidan yang
biasanya terjadi selama masa praktik klinik dalam waktu yang cukup lama.
6. Sebagai Advokat
Peran bidan dalam memberi advokasi sangat penting, khususnya ketika klien menolak persetujuan
atas tindakan medis yang sebenarnya dapat mencegah terjadinya kematian atau kesakiitan klien itu
sendiri. Dalam hal ini bidan harus berperan sebagai advokat dengan memberi penjelasan dan doronngan (
bukan paksaan ) kepada klien mengenai sisi positif dan negatif dari keputusan yang diambil.

7. Sebagai Peneliti
Peran bidan sebagai peneliti sejalan dengan salah satu pasal dalam kode etik bidan yang menyatakan
” Bidan harus berkembang dan memperluas pengetahuan kebidanannya melalui berbagai proses
seperti diskusi dengan rekan sejawat dan penelitian ”Sudah jelas bahwa penelitian bukan lagi merupakan
pilihan, namun tanggung jawab etik bidan. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai
subyek maupun obyek penelitian.
Menurut Helsinski, 1964 prinsip dasar penelitian yang mengambil objek manusia harus memenuhi
9
ketentuan :
c. Tidak membahayakan obyek (manusia) penelitian itu (diatas kepentingan yang lain)
d. Tidak merugikan atau menjadi beban baik waktu, materi maupun secara emosi dan psikologis
e. Harus selalu dibandingkan rasio untung-rugi-risiko. Maka dari itu penelitian tidak boleh ada
faktor eksploitasi, atau merugikan nama baik objek penelitian.

8. Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola, bidan bertanggung jawab mengambil keputusan sosial dan etik, memberi rumusan
kebijakan dan praktik, membantu pengawasan dan alokasi sumber pendapatan, memperhatikan aspek
kejujuran, perhatian terhadap orang lain dan mendukung serta berperan penting dalam pilihan etik.
Bidan pengelola juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga biaya pelayanan tetap minimal
secara efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan kualitas pelayanan. Dengan penjabaran diatas,
maka dalam kesempetan kali ini akan dipaparkan mengenai kajian kode etik dan kode etik profesi bidan.
g. Peran etika dan Moral dalam pelayanan kesehatan
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai tempat, dimana sering terjadi
karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etuka.
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang professional dan akuntabilitas
serta aspek legal dalam pelayanan kebiadanan. Sehingga disini berbagai dimensi etik dan bagaimana
pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami. Moralitas
merupakan suatu gambaran manusia yang menyeluruh, moralitas hanya terdapat pada manusia serta
tidak terdapat pada makhluk lain selain manusia.
B. Tujuan Kode Etik dalam Pelayanan Kebidanan
Kode etik profesi merupakan “suatu penyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntunan
bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya baik yang berhubungan dengan
klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan diri sendirinya”.
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi yang bersangkutan didalam melakasanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi tentang petunjuk-petunjuk bagi anggota tentang bagaimana mereka
harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya,
melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam
masyarakat.
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau memutuskan kode etik suatu profesi adalah untuk
10
kepentingan anggota dan kepentingan Organisasi.
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat untuk mencegah orang luar
memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu progfesi akan
melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama
baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota yang dimaksud kesejahteraan ialah
kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Dalam kesejahteraan material anggota profesi kode etik
umumnya menerapkan larangan-larangan bagi anggota untuk melakukan perbuatan yang merugikan
kesejahteraan. Kode etik juga menciptakanperaturan-peraturan yang di tujukan kepada pembahasan
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinyadengan sesama
anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi
dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode
etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan
tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur
bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi

C. Dimensi Kode Etik


1. Anggota profesi dan klien atau pasien.
2. Anggota profesi dan sistem kesehatan.
3. Anggota profesi dan profesi kesehatan.
4. Anggota profesi dan sesama anggota profesi.
D. Prinsip Kode Etik
1. Menghargai otonomi.
2. Melakukan tindakan yang benar.
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4. Berlakukan manusia dengan adil.
11
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga perasaan.
E. Kode Etik Kebidanan dan Penerapannya dalam Praktik Kebidanan
Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam kongres
nasional IBI X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam rapat kerja nasional
(RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disahkan pada kongres nasional IBI XII
tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan indonesia mengandung beberapa
kekuatan yang semuanya bertuang dalam mukadimah, tujuan dan bab.
Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab kewajiban bidan yaitu:
 Kewajiban Bidan
Kewajiban pada hakekatnya adalah tugas yang harus dijalankan oleh setiap manusia untuk
mempertahankan dan membuka haknya. Tidak adil jika manusia menuntut haknya, tetapi
tidak melaksanakan kewaibannya.
I. Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat (6 Butir)
1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
Penerapannya :
a. Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi bidan yang telah ditetapkan
sesuai dengan prosedur ilmu dan kebijakan yang berlaku dengan penuh kesungguhan dan
tanggung jawab.
b. Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang optimal kepada siapa saja
dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan, golongan, bangsa dan negara.
c. Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak akan menceritakan kepada orang lain dan
merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugasnya
d. Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk keperluan kesaksian
pengadilan
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
Penerapannya :
a. Pada hakikatnya manusia termasuk klien membutuhkan penghargaan dan pengakuan yanng
hakiki baik dari golongan masyarakat intelektual, menengah atau masyarakat kurang mampu.
b. Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan harus memberi pelayanan
12
profesional yang memadai kepada setiap klien.
c. Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara penuh
tanpa mementingakan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan klien serta
menghargai klien sebagaimana bidan menghargai dirinya sendiri.
d. Dalam memberikan pelayanan, harus menjaga citra bidan sebagai profesi yang memiliki
nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial. Pengabdian dan pelayanan bidan adalah
dorongan hati nurani yang tidak mendahulukan balas jasa.
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
Penerapannya :
a. Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah
digariskan dalam permenkes No 900/Permenkes/IX/2002.
b. Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam pertumbuhan
perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia, melaksanakan
perawatan bayi dan memberi petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi, termasuk cara
menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan sesuai dengan usia anak.
c. Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
klien.
d. Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam kasus-kasus yang tidak
dapat diatasi sendiri.
e. Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan masyarakat
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak
klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Penerapannya :
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang masih percaya pada kebudayaannya,
tidak murni menghilangkan, tetapi memadukan dengan ilmu kebidanan yang dimilikinya.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga
dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan
yang dimilikinya.
Penerapannya :
Ketika ada klien datang, sedangkan bidan mau ada kepentingan keluarga, bidan harus
mendahulukan untuk melayani klien yang datang tersebut daripada kepentingan pribadinya.

13
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya,
dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara
optimal.
Penerapannya :
a. Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk memberi penyuluhan
serta motivasi agar masyarakat mau membentuk posyandu atau PKMD atau kepada ibu yang
mempunyai balita/ibu hamil untuk memeriksakan diri di posyandu.
b. Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas atau rumah, ditempat praktik BPM,
maupun ditengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu memberi motivasi
untuk selalu hidup sehat.
II Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya (3 Butir)
1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat
sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada kebutuhan klien, keluarga
dan masyarakat.
Penerapannya :
a. Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan antenatal, memberi imunisasi,
KIE, sesuai dengan kebutuhan.
b. Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang bidan.
c. Memberi pelayanan bersifat promotif/peningkatan kesehatan.
d. Memberi pelayanan bersifat rehabilitatif.
2. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil
keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
Penerapannya :
a. Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, dan di Rumah Sakit.
b. Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai dengan wewenangnya.
c. Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan
klien.
Penerapannya :
Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya kepada
siapapun termasuk keluarganya.

14
III. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya (2 Butir)
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja
yang serasi.
Penerapannya :
a. Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah, jika ada sejawat yang
berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan, sehingga tugas pelayanan tetap berjalan.
b. Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan, piknik bersama,
mengunjungi teman yang sakit, memenuhi undangan perkawinan keluarga, khitanan.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya
maupun tenaga kesehatan lainnya.
Penerapannya :
a. Dalam menetapkan lokasi BPM, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi yang sudah ada.
b. Jika mengalami kesulitan, bidan dapat saling membantu dengan mengkonsultasikan kesulitan
kepada sejawat.
c. Dalam kerja sama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongnan mendadak hendaknya
melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakatan bersama.
IV. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya (3 Butir)
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
Penerapannya :
a. Menjadi panutan dalam hidupnya.
b. Berpenampilan yang baik.
c. Tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan dan golongan.
d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
e. Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam waktu dinas.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapannya :
a. Mengembangkan kemampuan di lahan praktik.
b. Mengikuti pendidikan formal.
c. Mengikuti pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar, lokakarya, simposium,
membaca majalah, buku dan lain-lain secara pribadi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang
15
dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
Penerapannya:
a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok.
b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok.
c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok.
d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok.
e. Membantu perencanaan penelitian mandiri.
f. Melaksanakan penelitian mandiri.
g. Mengolah hasil penelitian.
h. Membuat laporan penelitian.
V. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 Butir)
1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan
baik.
Penerapannya :
a. Memperhatikan kesehatan perorangan.
b. Memperhatikan kesehatan lingkungan.
c. Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali.
d. Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera memeriksakan diri ke
dokter.
2. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapannya :
a. Membaca buku-buku tentang kesehatan, kebidanan, keperawatan pada umumnya bahkan
pengetahuan umum
b. Menyempatkan membaca Koran.
c. Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan.
d. Mengikuti penataran, seminar, simposium, lokakarya tentang kesehatan umumnya,
kebidanan khususnya.
e. Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk tindakan yang jarang
terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan, cabang, daerah atau pusat.
f. Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan pertemuan rutin,
misalnya bulanan.
g. Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit-rumah sakit yang lebih
16
maju ke daerah-daerah terpencil.
h. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam kesempatan
pertemuan rutin.
VI. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah,Nusa, Bangsa dan Tanah Air (2 Butir)
1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga serta masyarakat.
Penerapannya :
a. Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di Indonesia dengan cara :
1. Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang dipelajari kepada
anggota
2. Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan.
b. Mempelajari program pemerintah, khususnya mengenai pelayanan kesehatan di
Indonesia.
c. Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan umumnya,
keperawatan dan kebidanan khususnya.
2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan, terutama pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga.
Penerapannya :
a. Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah, termasuk faktor penunjang
maupun penghambat pelaksanaan tugas itu.
b. Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat yang
berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian mengenai :
1. Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah
2. Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas KIA/KB yang telah
disediakan oleh masyarakat.
VII. PENUTUP
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode
Etik Bidan Indonesia.
Tugas Bidan
Dalam menjalankan praktiknya ada 3 pengelompokan tugas bidan yang dilakukan berdasar
17
pada etik dank ode etik profesi, yaitu:
1. Tugas mendiri
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan .
b. Memberikan pelayanan dasar pada anaka remaja dan wanita pranikah dengan melibatkan
c. klien.
d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
e. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan
klien dan keluarga
f. Memberikan asyhan pada bayi baru lahir.
g. Memberikan asuhan pada klien dalam masa nifas dan melibatkan kilen dan keluarga.
h. Memberikan asuhan kebidanan pada wus yang membutuhkan pelayanan KB.
i. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan wanita
dalam masa klimakterium dan menopause.
j. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga.
2. Tugas kolaborasi
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dewngan resiko tinggi dan pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan resiko tinggi dan
keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
e. Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir dengan resiko tinggi yang
mengalami komplikasi serta kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan mel;ibatkan keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan kepada balita yang berisiko tinggi yang mengalami
komplikasi serta kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
keluarga.
3. Tugas Rujukan
 Menerpkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
18
 keterlibatan klien dan keluarga
 Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi dan kegawat daruratan.
 Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
 dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
 Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan .
 Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu kegawatan
yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga
 Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatan
dengan memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga.
Bidan sebagai professional
1) Peran bidan professional
o Pelaksana
o Pengelola
o Pendidik
o Peneliti
2) Pelayanan professional
o Berdasarkan sikap dan kemampuan professional
o Ditujukan untuk kepentingan yang menerima
o Serasi dengan pandangan dan keyakinan profesi
o Memberikan perlindungan bagi anggota profesi
3) Perilaku professional
o Bertindak sesuai dengan keahliannya ndan didukung oleh pengetahuan dan
pengalaman serta ketrampilan yang tinggi.
o Bermoral tinggi.
o Berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri
o Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu pengetahuan
profesinya.
o Tidak memberikan janji yang berlebihan
o Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan
komersial
o Memegang teguh etika profesi
19
o Mengenal batas-batas kemampuan
o Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya.
Pengambilan keputusan yang etis
 Cirri keputusan yang etis :
1. Mempunyai perkembangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
2. Sering menyangkut pilihan yang sukar.
3. Tidak mungkin direlakan.
4. Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman, tabiat, dan lingkungan social.
Situasi
 Mengapa kita perlu situasi ?
1. Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi
2. Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan.
 Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi ?
1. Melakukan penyelidikan yang memadai.
2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli.
3. Kepekaan terhadap pekerjaan.
4. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain.
Bidan dalam rahasia jabatan
Kerahasiaan merupakan satu prinsip penting dalam tugas tenaga kesehatan termasuk bidan.
Kedudukan bidan didalam sistem pelayanan kesehatan tidak saja sebagai pemberi asuhan
kebidanan, akan tetapi sering pula bidan menjadi semacam “ biceht vader “ ( tumpahan
permasalah ) dari klien maupun keluarganya. Permasalahan ini dapat pula yangb telah
diamati sendirioleh bidan pada waktu menolong persalinan dirumah dan atau pada waktu
melakukan kunjungan rumah. Data imformasi yang didapat bidan melalui anamnesa klien
diklinik menjadi paktor rahasia pula dalam tugas bida. Seorang wanita dalam keadaan
hamil,melahirkan atau nifas, seringkali mendapat gangguan pada emosinya atau pada
kesehatan mentalnya. Dalam keadaan seperti ini seringkali ia ingin mencurahkan segala isi
hatinya atau permasalahan dirinya secara pribadi maupun dalam keluarga pada seorang yang
mau mendengarkannya. Biasanya orang tersebut adalah Bidan yang pada waktu-waktu
tersebut adalah dekat dengan klien. BIdan harus tetap menghormati kepercayaan yang
diberikan klien kepadanya dan memegang teguh kerahasiaan imformasi yang didapat.
Adakalanya imformasi perlu dibuka kerahasiaan , yaitusebagai contoh pada persidangan
20
( Hukum ) bila bidan bertindak sebagai saksi dan imformasi tertentu dibutuhkan hakim
sebagai bukti, memegang kerahasiaan ditegaskan dalam Permenkes no: 572/1996, ps 30, ad 2
d untuk
bidan dan UU kesehatan no: 23/1992 bagi semua tenaga kesehatan.
Kerahasiaan privacy Ada dua hal yang hamper sama yang harus dibedakan yaitu :
Kerahasiaan dan Privacy , sebagaia berikut:
Contoh dibawah ini menunjukan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kerahasiaan dan privacy
sering dilanggar, walaupoun contoh kasus ini sangat jarang terjadi.
 Seorang bidan Bidan A ( acha ) melakukan pemeriksaan antenatal pada kunjungan
pertama klien menceritakan bahwa ia pernah menggugurkan kandungannya pada
waktu yang lalu, tetapitidak diketahui suaminya, dan ia meminta kepada bidan ( acha
) agar tidak membertahukan hal ini kepada suaminya.
 Bidan acha memberitahukan hal tersebut kepada suami wanita tersebut tanpa
disengaja. Bidan dianggap melanggar kerahasiaan.
 Bidan B yang membaca catatan perihal wanita tersebut dari catatan yang ada di file
wanita tersebut pada pergantian dinas, bidan B kemudian meninggalkan File tersebut
dimeja sehingga suami wanita tersebut membuka dan membaca catatan istrinya ,
Bidan B juga dianggap melanggar Privacy
Bila kejadian diatas terjadi , bidan A dan B sebenarnya tidak dapat dipersalahkan

 . KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA

1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra dan profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
a. Menjadi panutan dalam hidupnya.
b. Berpenampilan yang baik.
c. Tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan dan golongan.
d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bidan tidak diperkenankan mencari keuntungan pribadi
dengan menjadi agen promosi suatu produk.
f. Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam waktu dinas.
g. Bidan bertindak ramah terhadap pasiennya dengan menerapkan 5 S, senyum, salam, sapa,
21
sopan, santun.
h. Setiap bidan mampu melayani 24 jam.
i. Bidan harus tanggap melayani pasien dalam keadaan darurat.

2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
dengan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang bidan adalah mampu
mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini, menyadari
keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kebidanan serta menjunjung tinggi komitmen terhadap profesi
bidan, dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kebidanan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini. Pengembangan diri bidan ini dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
 CME (Continue Midwifery Education), yaitu melanjutkan pendidikan kebidanan ke jenjang yang
lebih tinggi baik formal maupun non formal.
Jenis Pendidikan Berkelanjutan :
a. Pendidikan Formal
Pendidikan Formal dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan dukungan
IBI adalah Program D III dan D IV Kebidanan. Pemerintah juga menyediakan dana bagi bidan (disektor
pemerintah) untuk tugas belajar ke luar negeri. IBI juga mengupayakan adanya badan-badan swasta
dalam dan luar negeri untuk program jangka pendek dan kerjasama dengan Universitas di dalam negeri.
b. Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal telah dilaksanakan melalui program pelatihan, magang, seminar atau
lokakarya dan program non formal lainnya yang merupakan kerjasama antara IBI dan lembaga
Internasional yang dilaksanakan di berbagai propinsi. IBI juga telah mengembangkan suatu program
mentorship dimana bidan senior membimbing bidan junior dalam konteks profesionalisme kebidanan.
Pola pengembangan pendidikan berkelanjutan telah dikembangkan atau dirumuskan sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan pendidikan berkelanjutan bidan mengacu pada peningkatan kualitas bidan
sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Materi pendidikan berkelanjutan meliputi aspek klinik dan non
klinik.
 Information search ataupun mengikuti pendidikan dan pelatihan lainnya.
Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian integral dari system pembinaan PNS sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Pegawai Negeri Sipil. Selanjutnya menurut PP 25 tahun 2000, Pemerintah memiliki kewenangan yang
22
meliputi pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah antara lain mencakup
pelatihan. Kemudian bahwa prinsip desentralisasi memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
institusi pelayanan,diklat pemerintah dan swasta untuk menyelenggarakan pelatihan dalam rangka
peningkatan profesionalisme SDM. Kegiatan ini sangat memberikan dampak pada pengembangan karir
bidan, baik sebagai peserta maupun sebagai pelatih/pendidik.
Dengan pendidikan dan pelatihan maka bidan akan dapat meningkatkan kompetensinya yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas, dan mendukung pengembangan karir bidan baik dalam jalur
structural, fungsional, maupun profesi.
Pengembangan karir bidan selain ditunjang oleh kegiatan pendidikan dan latihan yang sifatnya
structural atau fungsional, juga didukung oleh kegiatan profesi, baik sebagai pengurus organisasi profesi
juga melaksanakan kegiatan kegiatan ilmiah yang dikembangkan oleh organisasi profesi dalam rangka
mempertahankan, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anggotanya. Karena kemampuan
berorganisasi, kemampuan berkoordinasi dan kemampuan untuk advokasi juga sangat menunjang
pengembangan karir bidan. Banyak kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan karir melalui
pengembangan profesi seperti; Musyawarah Nasional, Musawarah Daerah, Musawarah cabang, Kongres
IBI, Bidan Delima, Kakak asuh, Peer review, seminar, lokakarya, dsb. Kegiatan-kegiatan tersebut
berdampak pula pada pengembangan karir seorang bidan, karena semua aktifitas yang sifatnya
pengabdian dan pengembangan profesi mempunyai nilai tambah dalam jabatan fungsional bidan dan
kemampuan bidan.
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai wirausahawan. Sebagai
pelaku usaha mandiri dalam bentuk layanan jasa kesehatan dituntut untuk mengetahui dengan baik
manajemen usaha. Bidan sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu sebagai
manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun perencanaan berdasarkan visi
yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai ke mampuan personal selling yang baik guna
meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan
mampu mengelola manajemen pelayanan secara profesional, serta mempunyai jiwa entrepreneur.
Kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah sebuahmindset dan method yang harus dikuasai
seorang Bidan sebagai wirausahawan dalam memulai dan/atau mengelola sebuah usaha praktek
profesional (Bidan Praktek Swasta maupun Klinik Bersalin) dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan
berbasis kreativitas dan inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk
kemajuan/keberhasilan praktek profesional kebidanannya.
Berikut dikemukakan 2 pengertian tentang networking atau jejaring yaitu :
1. Networking adalah seni dan praktek untuk menghadiri peristiwa sosial dan berhubungan atau
23
melakukan kontak dengan orang-orang yang memiliki kemungkinan membantu usaha atau bisnis
(Atomic Dog Publishing, 2006). Definisi ini diambil dari pengalaman dunia usaha atau sektor komersial.
Sedangkan definisi yang berikut lebih dilihat dari pengalaman dalam bidang sosial dimana jejaring dapat
juga diartikan sebagai suatu proses dimana dua atau lebih individu atau organisasi bekerja bersama untuk
mencapai tujuan bersama (Pratomo, 2010).
Penerapan Networking dalam bidan pribadi (praktek profesional) dapat berupa : Promosi dan
pemasaran pelayanan bidan secara getok tular untuk menjaring klien baru. Hal ini diperoleh ketika ada
seorang klien atau pasien yang merasa puas dengan pelayanan profesional bidan tersebut, dia dapat
menjadi sumber informasi untuk menyebarkan informasi tersebut kepada klien lain maupun calon klien
lain terutama yang mengalami ketidakpuasan untuk pindah ke pelayanan profesional oleh bidan tersebut.
2. Promosi dan pemasaran pelayanan bidan melalui jejaring media sosial. Bidan yang up to
date (mahir dan tidak ketinggalan jaman) dengan teknologi kini dan tidak gatek dapat sharing informasi
dan pengalaman dan berkomunikasi dengan klien atau calon klien menggunakan media sosial misalnya
FB, Twitter dsb.
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat
meningkatkan mutu dan citra profesinya.
Penelitian yang dilakukan oleh bidan terdiri dari 2 macam, antara lain :
1. Penelitian mandiri dan;
2. Penelitian kelompok.
Penelitian Mandiri itu sendiri mancakup asuhan kebidanan pada ibu hamil. Dan Penelitian Kelompok itu
cakupannya lebih luas. Misalnya tentang kesehatan lingkungan disekitar atau yang lebih utama tentang
AKI yang terjadi, beberapa metode yang dilakukan misalnya sebagai berikut :
a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok.
b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok.
c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok.
d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok.
e. Membantu perencanaan penelitian mandiri.
f. Melaksanakan penelitian mandiri.
g. Mengolah hasil penelitian.
h. Membuat laporan penelitian.

E. Hak Bidan
24
a. Hak
1. Pengertian
Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang
lain atau terhadap masyarakat. Menurut pendapat lain hak adalah tuntutan seseorang
terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan,
moralitas dan legalitas.
2. Jenis-Jenis Hak
o Hak terdiri dari tiga jenis yaitu : Hak kebebasan, hak kesejahteraan, hak
legislative
3. Teori tentang Hak
Hak itu mengandung suatu individualisme yang merugikan solidaritas dalam masyarakat.
Hak ditegaskan berarti menempatkan individu diatas masyarakat. Kritik atas hak antara
lain dikemukakan oleh Mark. Menurut Mark hak-hak itu tidaklain daripada hak-hak
manusia yang egoistis. Dengan hak ini egoism manusia mendapat legitimasinya.
4. Peran Hak
a) Hak dapat digunakan sebagai pengekspresian kekuasaan dalam konflik antara
seseorang dengan kelompok .
b) Hak dapat digunakan untuk memberikan pembenaran pada suatu tindakan.
c) Hak dapat digunakan untuk menyelesaikan perselisihan .

F. Hak dan Kewajiban Pasien


1. Hak Pasien
1. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang manusiawi.
2. Hak memperoleh asuhan perawatan yang bermutu baik.
3. Hak untuk memilih bidan atau tenaga kesehatan yang merawat.
4. Hak untuk meminta dokter atau tenaga kesehatan yang merawat agar mengadakan konsultasi
dengan dokter atau tenaga kesehatan lain.
5. Hak atas “privacy” dan kerahasiaan berkenaan penyakit yang diderita.
6. Hak untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang:
a. Penyakit yang diderita.
b. Tindakan medis apa yang akan dilakukan dan kemungkinan
timbulnya penyulit sebagai akibat tindakan tersebut.
c. Alternatif pengobatan lain.
25
d. Prognosis atau perjalanan penyakit.
e. Perkiraan biaya pengobatan.
7. Hak meminta untuk tidak diinformasikan tentang penyakitnya kepada orang atau pihak lain.
8. Hak untuk menolak tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
9. Hak untuk mengajukan keluhan – keluhan dan memperoleh tanggapan segera.
10. Hak untuk didampingi keluarga pada saat kondisi kritis.
11. Hak mengakhiri pengobatan dan rawat inap atas tanggung jawab.
12. Hak untuk menjalankan ritual agama dan kepercayaannya di Rumah Sakit, selama tidak
mengganggu pengobatan dan pasien yang lain.
2. Kewajiban Pasien
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala dan tata tertib di Puskesmas t
atau tempat pelayanan kesehatan lainnya.
2. Pasien wajib untuk menceritakan secara jujur tentang segala sesuatu mengenai penyakit yang
diderintanya.
3. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dalam rangka pengobatannya.
4. pasien atau penannggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala perjanjian yang di tanda
tanganinya.
G. Penyimpangan Kode Etik Profesi Kebidanan
Kode etik adalah norma-norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan
di dalam melaksanakantugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.norma-norma tersebut berisi
petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan
larangan-larangan yang di atur di dalamnya, yaitu berupa ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan
apa yang tidak boleh di perbuat atau di laksanakan oleh anggota profesi, melainkan juga dalam
menjalankan tugas profesinya, serta menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari
di dalam masyarakat.
Kode etik profesi penting di terapkan,karena semakin meningkatnya tuntutan terhadap pelayanan
kesehatan dan pengetahuan serta kesadaran hukum masyarakat tentang prinsip dan nilai moral yang
terkandung dalam pelayanan profesional. Kode etik profesi mengandung karakteristik khusus suatu
profesi. Hal ini berarti bahwa standart profesi harus dipertahankan dan mencerminkan tanggung jawab
yang diterima oleh profesi dalam hubungan profesional antara tenaga kesehatan dan masyarakat.
Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Seorang
bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya terhadap tindakan yang dilakukannya salah satu
tanggung jawab bidan yaitu “tanggung jawab terhadap masyarakat”. Bidan turut bertanggung jawab
26
dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Baik secara mandiri maupun bersama tenaga
kesehatan lainnya, bidan berkewajiban memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat.
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia, maka
juga akan mempengaruhi munculnya masalah / penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi /
ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai titik arus kesejagatan ini tidak dapat
dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik
mungkin saja terjadi juga dalam praktik kebidanan misalnya dalam praktik mandiri. Bidan praktik
mandiri mempunyai tanggung jawab yang besar karena harus mempertanggung jawabkan sendiri apa
yang dilakukan. Dalam hal ini bidan praktik mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya
sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

H. Penegakan Hukum terhadap Pelanggaran Kode Etik Bidan


Negara hukum (rechtstaat),mengandung sekurang-kurangnya 2 (dua) makna:
1. Yang pertama adalah pengaturan mengenai batasan-batasan peranan negara atau
pemerintahan dalam menmcampuri kehidupan dan pergaulan masyarakat, sedangkan
2. Yang kedua adalah jaminan-jaminan hukum akan hak-hak, baik sipil atau hak-hak pribadi (individual
rights) , hak-hak politik (politikal rights), maupun hak-hak sebagai sebuah kelompok atau hak-hak sosial
sebagai hak asasi yang melekat secara alamiah pada setiap insan, baik secara pribadi atau kelompok.
Secara konvensional, pembangunan sumber daya manusia diartikan sebagai investasi human capital
yang harus dilakukan sejalan dengan investasi human capital yang harus dilakukan sejalan dengan
physical capital. Cakupan pembangunan sumber daya manusia ini meliputi pendidikan dan pelatihan,
kesehatan, gizi, penurunan fertilitas dan pengembangan enterpreneurial, yang kesemuanya bermuara pada
peningkatan produktivitas manusia. Karenanya, indikator kinerja pembangunan sumber daya manusia
mencakup indikator-indikator pendidikan, kesehatan, gizi dan sebagainya.
Pemerintah dalam mengatur jalannya pemerintahan tidak terlepas dengan instansi-instansi yang
dapat membantu untuk melancarkan pembangunan,salah satunya dengan membentuk depatermen
kesehatan (Depkes) dalam bidang kesehatan. Selain membentuk Depkes, pemerintah juga membuat
kelompok-kelompok profesional hal ini di lakukan mengontrol terhadap pembangunan di bidang
kesehatan, sehingga bisa mempetegas peranan pemerintah dalam mengusahakan perkembangan kesehatan
yang lebih baik pemerintah juga mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan kesehatan, yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tindakan,kewenangan,sanksi maupun
tanggung jawaban terhadap kesalahan atau pelanggaran yang di lakukan oleh tenaga kesehatan sebagai
27
subyek peraturan tersebut.
Menurut pasal 1 ayat (3) UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang di maksud dengan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan berdasarkan pasal 50 UU kesehatan adalah bertugas menyelenggarakan atau
melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan
yang bersangkutan. Sedangkan mengenai ketentuan mengenai kategori,jenis dan kualifikasi tenaga
kesehatan di tetapkan dengan peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang
Tenaga Kesehatan.
Berdasarkan pasal 2 ayat (1), Tenaga kesehatan terdiri dari :
1.Tenaga kesehatan medis.
2.Tenaga keperawatan dan bidan.
3.Tenaga kefarmasian.
4.Tenaga kesehatan masyarakat.
5.Tenaga gizi.
6.Tenaga keterapian fisik dan
7.Tenaga keteknisan medis.
Dalam rangka penempatan terhadap jenis tenaga kesehatan tertentu ditetapkan kebijaksanaan melalui
pelaksanaan masa bakti terutama bagi tenaga kesehatan yang sangat potensial di dalam kebutuhan
penyelenggaraan upaya kesehatan. Disamping itu tenaga kesehatan tertentu ynag bertugas sebagai
pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai dengan kompetensi pendidikan
yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan kewajibannya. Kompetensi dan kewenangan
tersebut menunjukan kemampuan profesional yang baku dan merupakan standar profesi untuk tenaga
kesehatan tersebut.
Dari sejumlah tenaga medis tersebut, bidan merupakan salah satu unsur tenaga medis yang berperan
dalam mengurangi angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan, baik dalam proses persalinan maupun
dalam memberikan penyuluhan atau panduan bagi ibu hamil. Melihat besarnya peranan bidan tersebut
maka haruslah ada pembatasan yang jelas melalui hak dan kewajiban dalam pelaksanaan tugas dan
kewenangan bidan tersebut. Maka, dibuatlah kode etik bidan, di mana kode etik tersebut merupakan suatu
pernyataan komperhensif dan profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota untuk melaksanakan
praktik profesinya, baik yang berhubungan dengan klien sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun
terhadap teman sejawat, profesi, dan diri sendiri sebagai kontrol kualitas dalam praktik kebidanan. Untuk
28
melengkapi peraturan yang ada, maka dibuatlah sebuah kode etik yang dibuat oleh kelompok-kelompok
profesi yang ada di bidang kesehatan, dengan ketentuan pokok bahwa peraturan yang dibuat tersebut
tidak bertentangan dengan peraturan yang ada di atasnya.
Proses implementasi kebijakan dapat dirumuskan sebagai tindakan-tindakan baik dari institusi
pemerintah maupun swasta atau kelompok masyarakat yang diarahkan oleh keinginan untuk mencapai
tujuan sebagaimana dirumuskan di dalam kebijakan. Sedangkan implementasinya adalah memahami apa
yang senyatanya terjadinya sesudah program dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Fokus perhatian
implementasi kebijakan mencakup kejadian-kejadian dan kegiatan – kegiatan yang timbul sesudah
diberlakukannya kebijakan negara, baik usaha untuk mengadministrasikannya maupun akibat atau
dampak nyata pada masyarakat. Kebijakan ditransformasikan secara terus menerus melalui tindakan –
tindakan implementasi sehingga secara simultan mengubah sumber – sumber dan tujuan – tujuan yang
pada akhirnya fase implementasi akan berpengaruh pada hasil akhir kebijakan.
Besarnya dampak kesehatan dalam perkembangan nasional menuntut adanya perhatian untuk
kesehatan di nusantara. Gangguan kesehatan akan menimbulkan kerugian ekonomi negara. Upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan Negara. Upaya
peningkatan kesehatan tersebut harus berdasarkan pengetahuan yang luas tentang kesehatan demi
peningkatan kesejahteraan (kesehatan) masyarakat. Mengingat Undang – Undang Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan (UU No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan) yang sudah tidak mampu menghadapi
perkembangan sistematik dan dinamika kesehatan saat ini. Mendorong lahirnya UU No. 36 tahun 2009
Tentang Kesehatan. Pembentukan UU kesehatan terbaru tersebut juga demi pembentukan sebuah
peraturan perundang – undangan dan perwujudnyataan implementasi pasal 20, pasal 28H ayat (1), dan
pasal 34 ayat (3) UUD NKRI 1945.

I. ISTILAH DALAM ETIK


Sebelum melihat masalah etik yang mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan, maka ada
baiknya dipahami beberapa istilah berikut ini:
1. Legislasi (Lieberman, 1970 )
Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorng yang berhubungan erat
dengan tindakan
2. Lisensi
Pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan
tujuannya untuk membatasi pemberian kewenangan dan untuk meyakinkan klien.
29
3. Deontologi/tugas
Keputusan yang diambil berdasarkan keterkaitan atau hubungan dengan tugas dalam
pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas.
4. Autonomy
Yaitu prisip moral yang menghormati hak-hak pasien terutama hak autonomi pasien.
5. Beneficience
Yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan kepada kebaikan
pasien. Disini ditekankan tindakan atau perbuatan yang mempunyai sisi baik atau bermanfaat
lebih besar dibandingkan dengan sisi buruk atau mudharat.
7. Non Mal-eficience
Yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien (pasien
dalam keadaan gawat darurat harus diperlukan tindakan medik untuk menyelamatkan jiwanya
pasien , dsb).
8. Malpraktek/lalai
a. Gagal melakukan tugas atau kewajiban kepada klien.
b. Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar.
c. Melakukan tindakan yang mencederai klien.
d. Klien cedera karena kegagalan melakukan tugas.
Malpraktek terjadi karena :
a. Ceroboh
b. Lupa
c. Gagal mengkomunikasikan
Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang berhubungan
dengan hukum. Seiring masalah dapat diselesaikan dengan hukum, tetapi belum tentu dapat
diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai etik. Banyak hal yang bisa membawa seorang
bidan berhadapan dengan masalah etik.
Contoh kasus:
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum setelah melahirkan
bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikan uterotonika. Bila
30
ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak
memberikan suntikan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah
yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk
pasien, dan yang lebih fatal lagi bila pasien akhirnya meninggal karena pendarahan. Dalam hal
ini bidan bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walaupun bidan harus
memaksa pasiennya untuk disuntik mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan
(deontology).
Contoh lain:
Seorang bidan praktek mandiri memberikan vitamin secara rutin hanya karena ingin mencapai
bonus yang dijanjikan oleh perusahaan obat (Mal-eficience). Dalam kasus ini bidan telah
memaanfaatkan pasiennya sebagai obyek untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri.
C. Alat dan Bahan yang disediakan :
o Alat tulis
o Lembar ceklist etika dalam pelayanan kebidanan
o Leptop/computer
o Prosedur dalam standar praktik pelayan kebidanan

Berikut ini adalah Standar Praktik Kebidanan yang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Bidan
Indonesia (IBI).

A. Standar I : Metode Asuhan.

Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah :


Pengumpulan data dan analisis data, penutup diagnosa perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
dokumentasi.

B. Standar II : Pengkajian.
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.

C. Standar III : Diagnosa Kebidanan.

31

Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan.

D. Standar IV : Rencana Asuhan.

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.

E. Standar V : Tindakan.

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien :


tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.

F. Standar VI : Partisipasi Klien.

Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/ partisipasi klien dan keluarga dalam rangka
peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
G. Standar VII : Pengawasan.

Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindakan kebidanan yang
dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.

I. Standar IX : Dokumentasi.

Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi

J. KEWAJIBAN DALAM PEKERJAAN


Sangat jelas bahwa kewajiban harus mendapat pengakuan hukum. Bidan dalam
melaksanakan peran dan fungsinya wajib memberikan asuhan kepada semua pasiennya (ibu dan
bayi), termasuk orang lain yang secara langsung juga memberikan asuhan kepada pasien tersebut
misalnya orang tua/keluarga pasien.
Kewajiban bidan yang antara lain:
a. Memberikan informasi kepada klien dan keluarganya.
b. Memberikan penjelasan tentang resiko tertentu yang mungkin terjadi dalam memberikan
asuhan atau prosedur kebidanan.
32
Kewajiban ini telah diatur dalam PP 32 tentang tenaga kesehatan yang merupakan pedoman yang
harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya
secara baik, juga dalam kode etik maupun standar profesi yang disusun oleh profesi.
K. BEBERAPA PERMASALAHAN PEMBAHASAN ETIK
Persetujuan dalam proses melahirkan
· Memilih/mengambil keputusan dalam persalinan
· Kegagalan dalam proses persalinan misalnya memberikan epidural anestasi
· Pelaksanaan USG dalam kehamilan
· Konsep normal pelayanan kebidanan
· Bidan dan pendidikan seks
Etika issue Dan Dilema
1. Agama/kepercayaan
2. Hubungan dengan pasien
3. Hubungan dokter dengan bidan
4. Kebudayaan
5. Pengambilan keputusan
6. Pengambilan data
7. Kematian yang tenang
8. Aborsi
9. In-vitro fertilization

L. BEBERAPA PEDOMAN ETIK KEBIDANAN


1. Kode Etik Profesi
Sejak zaman sebelum Masehi dunia kedokteran sudah mengenail kode etik yang digunakan
untuk melaksanakan praktek kedokteran pada zaman itu. Kode etik merupakan suatu
kesepakatan yang diterima dan dianut bersama (kelompok tradisional) sebagai tuntunan dalam
melakukan praktek. Kode etik ini disusun oleh profesi berdasarkan keyakinan dan kesadaran
profesional serta tanggung jawab yang berakar pada kekuatan moral dan kemampuan manusia.
Kode etik profesi merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktek dalam bidang profesinya baik yang
33
berhubungan dengan klien/pasian, keluarga, masyarakat teman sejawat, profesi dan dirinya
sendiri. Namun dikatakan bahwa kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai pegangan satu-
satunya dalam menyelesaikan masalah etik. Untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang
berhubungan dengan hukum. Benar/salah pada penerapan kode etik, ketentuan/nilai moral yang
berlaku terpulang kepada profesi.
2. Dimensi Kode Etik
a. Anggota profesi dan klien/pasien
Melayani dengan baik menerapkan etika ,hak klien diberikan,kewajiban bidan dilaksanakan.
b. Anggota profesi dan sistem kesehatan
Bidan memberi pelayanan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan . SPO,ilmu yang
update,sistem rujukan,menerapkan inform consent.
c. Anggota profesi dan profesi kesehatan
Menjalin dan menjaga hubungan yang baik . Dokter, Dokter SpOG,perawat,petugas
gizi,sanitasikesehatan lingkuhan dan kesehatan masyarakat, petugas imunisasi.
d. Anggotaprofesi dan Sesama profesi
Saling menghargai,membantu,minta bantuan,saling melengkapi,jangan saling menjelekkan.
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang memberikan
tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang berhubungan dengan
klien/pasien, keluarga masyarakat , teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri.
3. Prinsip Kode Etik
a. Menghargai otonomi
b. Melakukan tindakan yang benar
c. Mencegah tindakan yang dapat merugikan
d. Memperlakukan manusia secara adil
e. Menjelaskan dengan benar
f. Menepati janji yang telah disepakati
g. Menjaga kerahasiaan

34
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
( GAMBARAN PROSES PRAKTIKUM )

A. STANDAR ASUHAN
Standar asuhan juga sangat penting untuk menentukan apakah seseorang telah melanggar
kewajibannya dalam menjalankan tugasnya.
Misalnya : Seorang bidan melakukan pertolongan persalinan dengan ekstrasi vacum pada bayi
dengan presentasi kepala yang masih tinggi di BPM yang masih termasuk wilayah Buru selatan.
Dalam kasus ini Bidan tersebut bisa dikatakan melanggar tugasnya karena hal ini sudah diatur
dalam Permenkes No. 572, dimana dalam salah satu butir peraturannya mengatakan bahwa bidan
hanya diperbolehkan melakukan ekstraksi vacum pada posisi kepala sudah didasar panggul dan
tidak memungkinkan melakukan rujukan.
Banyak sekali dimensi etika yang berhubungan dengan keputusan dalam pelayanan kebidanan.
Misal : Prinsip pengkajian berdasarkan aturan dan moral artinya setiap keputusan yang diambil
harus berdasarkan peraturan tidak menjadi terlalu spesifik.

B. BIDAN SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL


1. Peran bidan Professional
a. Pelaksana
b. Pengelola
c. Pendidik
d. Peneliti
2. Pelayan Professional
a. Berlandaskan sikap dan kemampuan profesional
b. Ditujukan untuk kepentingan yang menerima
c. Serasi dengan pandangan dan keyakinan profesi
d. Memberikan perlindungan bagi anggota profesi
3. Perilaku Profesional
a. Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh pengetahuan dan pengalaman
35
serta keterampilan yang tinggi
b. Bermoral tinggi
c. Berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri
d. Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu pengetahuan profesinya
e. Tidak memberikan janji yang berlebihan
f. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan komersial
g. Memegang teguh etika profesi
h. Mengenal batas-batas kemampuan
i. Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya

C PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS


Ciri keputusan yang etis:
Ø Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
Ø Sering menyangkut pilihan yang sukar.
Ø Tidak mungkin dielakan.
Ø -Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman tabiat dan lingkungan sosial
Ø Situasi:
Ø Mengapa kita perlu mengerti situasi?
Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi
Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna
Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan
Ø Kesulitan-kesulitan dalam mengerti situasi:
Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita
Pengertian kita terhadap situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan, prasangka dan
faktor-faktor subyektif lain.
D. BIDAN DAN RAHASIA JABATAN
Kerahasiaan merupakan satu prinsip penting dalam tugas tiap tenaga kesehatan termasuk bidan.
Kedudukan bidan di dalam sistem pelayanan kesehatan tidak saja sebagai pemberi asuhan
kebidanan, akan tetapi sering pula bidan menjadi semacam “biceht vader” (tumpuhan
permasalahan) dari klien maupun keluarganya. Permasalahan ini dapat pula yang telah diamati
36
sendiri oleh bidan pada waktu menolong persalinan di rumah dan/atau pada waktu melakukan
kunjungan rumah. Data/informasi yang didapat bidan melalui anamnese klien di klinik menjadi
faktor rahasia pula dalam tugas bidan. Seorang wanita dalam keadaan hamil, melahirkan atau
nifas, seringkali mendapat gangguan pada emosinya atau pada keadaan kesehatan mentalnya.
Dalam keadaan seperti ini seringkali ia ingin mencurahkan segala isi hatinya atau permasalahan
dirinya secara pribadi maupun dalam keluarga pada seseorang yang mau mendengarkannya.
Biasanya orang tersebut adalah bidan, yang pada waktu-waktu tersebut adalah dekat dengan
klien. Bidan harus tetap menghormati kepercayaan yang diberikan klien kepadanya dan
memegang teguh kerahasiaan informasi yang didapat.
Ada kalanya informasi perlu dibuka kerahasiaan, yaitu sebagai contoh pada persidangan (hukum)
bila bidan bertindak sebagai saksi dan informasi tertentu dibutuhkan hakim sebagai bukti.
Memegang kerahasiaan ditegaskan dalam Per Menkes No. 572/1996, ps.30, ad 2 b untuk bidan
dan dalam UU Kes No.23/1992 bagi semua tenaga kesehatan.
E. Contoh Pelanggaran Kasus Etika dan Kode Etik Bidan pada Kaus Usai Persalinan Organ
Wanita Robek ( Terjadi Pada Tahun 2015)
Namrolle, Kasus dugaan malprktek terjadi pada seorang ibu muda mengalami luka robek di
bagian anusnya, hingga tidak bisa buang air. Diduga korban yang kini harus BAB kotoran keluar
melalui organ kewanitaannya, disebabkan kelalaian bidan yang masih magang di puskesmas
setempat menangani persalinannya. Kini kasus dugaan malpraktek ini ditangani Dinas Kesehatan
Namrolle. Kasus dugaan Malpraktek ini dialami ernawati , warga dusun oki lama . Ibu muda
berusia 22 tahun , ini menjadi korban dugaan malpraktek, usai menjalani proses persalinan anak
pertamanya, yang kini berusia 4 tahun . Diduga karena kecerobohan bidan yang masih magang
saat menolong persalinannya di puskesmas namrolle. Erna mengalami luka robek dibagian
organ vital hingga ke bagian anus. Akibatnya, selain terus menerus mengalami kesakitan, sejak
sebulan korban terpaksa buang kotoran melalui alat kelaminnya. Saat menjalalni proses
persalinan 8 pebruari 2015 , korban dibantu oleh beberapa bidan magang. Atas pengawasan
bidan puskesmas. Namun ,salah satu seorang bidan magang diduga melakukan kesalahan saat
menggung dinding kemaluan korban. Terkait kasus ini pihak puskesmas namrolle sampai saat
ini belum memberikan keterangan resmi. Namun ,

37
Kepala dinas kabupaten Buru Selatan sudah menangani kasus ini . Ibu tersebut sudah sembuh
dengan menjalankan operasi kembali di Makassar Sulawesi selatan. Dan Sampai saat ini ibu
sudah sembuh total dan BAB sudah melalui anus

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam melaksanakan profesinya bidan memilki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik,
dan peneliti.
Sebagai tenaga profesinal, bidan memikul tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap
tindakan yang dilakukannya.
Seorang bidan harus memiliki kompetensi bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku dalam melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertanggung jawab dalam
berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI :
Bertens,2007.Etika.Jakarta : Gramedia Pustaka.
Bryan R.1995.Theori For Midwivery Practice edisi 1 Macmillan:Houndmillo
Black, Tina Murphy,1995. Issues in Midwivery : Churchill Livingstooe: Ediburg Hongkong
London Madrid Melbourne New York and Tokyo.
Hariningsih W Nurmayawati D, ( 2010 )Bidan Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Bandung
irsyad Baitus salam.
Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan . Jogiakarta: Mitra cendikia.

PP IBI. 2004. Etika dan Kode Etik Kebidanan .Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

Setiawan. 2010. Etika kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.

38
Kansil,CST, 1991. Pengantar HUkum Kesehatan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Purwoastuti E .Th, Walyani,Es.2014. Konsep Kebidanan.Jogjakarta: Pustaka Baru Press.
Brownlee, M (1996) Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di dalamnya. PT BPK
Gunung, Mulia, Jakarta.
Frith, L (1996) Ethtes Midwifery. Issue in Contemporary Practice, Butterworth
39

Anda mungkin juga menyukai