DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
.
1 YENTI NINGSI LATING ( P07124020190399 )
2. ENDANG DURITI ( P07124020190383 )
3. INDAH ROSITA ( P07124020190389 )
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas makalah ini. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
kami, Ibu Betty Sahertian dan Bpk Suyono yang telah memberikan ilmu dalam mata
kuliah ini.
Dalam makalah Etikolegal ini kami membahas tugas mengenai PERAN dan
KEBIDANAN serta KASUS KODE ETIK BIDAN dan karena Tidak ada kasus yang
terjadi pada wilayah kerja kami pada saat ini ,akhirnya Kami mengambil kasus Kode
Etik Bidan dengan kejadian / kasus yang terjadi pada wilayah Puskesmas Savanajaya
Tahun 2015 ( Kasus Malpraktek Bidan Desa ). Kami selaku penyusun makalah ini
berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan baik
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan yang diharapkan,
karena masih terbatasnya pengetahuan kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya makalah ini bisa menjadi
lebih baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. ....................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ ....................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... ....................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................. ....................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep dasar...................................................................... …………………………. 3
a. Pengertian Kode Etik……………………………………………………………………………... 3
b. Faktor- Faktor yang melandasi etika........................................................................ 3
c. Sistematika Etika………………….......................................................................... 4
d. Tipe-Tipe Etika…………………………………………………………………….. 4
e. Teori Etika…………………………………………………………………………. 5
f. Peran dan Tugas Bidan berdasarkan Etika dan Kode Etik Profesi………………… 5-8
B.Tujuan Kode Etik dalam Pelayanan Kebidanan......................................................... 9
C. Dimensi Kode Etik................................................................................................... 9
D. Prinsip Kode Etik..................................................................................................... 10
E. Kode Etik Kebidanan dan Penerapannya dalam Praktik Kebidanan………………….. 10-14
F. Peran dan Tugas bidan berdasarkan etik dan kode Etik Profesi ……………………… 15-17
G. Hak Bidan dan Kewajiban Bidan........................................................................................ 17
H. Hak dan Kewajiban Pasien...................................................................................... 17-18
I. Penyimpangan Kode Etik Profesi Kebidanan.............................................................. 18-19
J. Penegakan Hukum terhadap Pelanggaran Kode Etik Bidan........................................... 19-21
K. Sanksi Penyimpangan KodeEtik Bidan ………………………………………………. 21
L. Peran Organisasi Profesi……………………………………………………………….. 21
BAB III: Hasil Dan Pembahasan ………………………………………………………… 22
A. Kode Etik Bidan dalam etika pelayanan kebidanan pada seorang ibu hamil …………. 22-23
B. Gambaran Umum Lokasi………………………………………………………………. 23
C. Tinjauan Kasus dengan Menggunakan Lembaran Observasi asuhan Antenatal………… 23- 31
D, Contoh Kasus Kode Etik Bidan dengan Malpraktek Bidan desa………………………. 34
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan yang semakin maju telah membawa manfaat yang
besar untuk terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Perkembangan ini juga
diikuti dengan perkembangan hukum di bidang kesehatan, sehingga secara bersamaan, petugas
kesehatan menghadapi masalah hukum terkait dengan aktifitas, perilaku, sikap, dan
kemampuannya dalam menjalankan profesi kesehatan. Kode etik profesi penting untuk
diterapkan, karena semakin meningkatnya tuntutan terhadap pelayanan kesehatan dan
pengetahuan serta kesadaran hukum masyarakat tentang prinsip dan nilai moral yang terkandung
dalam pelayanan profesional. Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan eksterenal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif dari profesi
bidan yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam pengabdian profesi yang meliputi
kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat. Profesi mengandung karakteristik khusus suatu
profesi. Hal ini berarti bahwa standar profesi harus dipertahankan dan mencerminkan
kepercayaan serta tanggung jawab yang diterima oleh profesi dalam kontrak hubungan
profesional antara tenaga kesehatan dan masyarakat.Untuk mengidentifikasikan prilaku bidan
dalam mengaplikasikan kewajibannya sesuai kewenangan dan peraturan kebijakan yang berlaku
bagi bidan disemua tatanan pelayanan kebidanan.
Masyarakat memberi kepercayaan kepada tenaga kesehatan untuk melaksanakan
kewajibannya dalam memutuskan dan melakukan tindakan berdasarkan pada pertimbangan
terbaik bagi kepentingan masyarakat yang mengacu pada standar praktik dan kode etik profesi.
Kode etik adalah seperangkat prinsip etik yang disusun atau dirumuskan oleh anggota-anggota
kelompok profesi, yang merupakan cermin keputusan moral dan dijadikan standar dalam
meutuskan dan melakukan tindakan profesi. Salah satunya adalah kode etik bidan. Bidan
diharapkan dapat memberi pelayanan kesehatan yang kompehensif terhadap remaja puteri,
wanita pranikah, wanita prahamil, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui, bayi dan balita pada
khususnya, sehingga mereka tumbuh berkembang menajdi insan bangsa yang sehat jasmani dan
rohani dengan tetap memperhatikan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan
masyarakat pada umumnya. Untuk lebih jelasnya disini kita akan menjelaskan kode etik bidan
khususnya Bab IV.
Etika diperlukan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan
tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang
tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-
hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.
1
Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ”ethos” yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.
Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu ketentuan tentang apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat,
yang dalam hal ini kode etik profesi kebidanan.
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan memiliki tugas moral.
Tugas moral selalu diiringi dengan tanggung jawab moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung
jawab moral disebut etika dan selama menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan
dengan masalah etika.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kode Etik Profesi ?
2. Apa tujuan Kode Etik dalam pelayanan kebidanan?
3. Apa saja dimensi kode etik ?
4. Bagaimana prinsip kode etik ?
5. Apa saja kode etik kebidanan dan bagaimana penerapannya dalam praktik kebidanan ?
6. Apa saja hak dan kewajiban bidan ?
7. Apa saja hak dan kewajiban pasien ?
8. Bagaimana penyimpangan kode etik profesi kebidanan ?
9. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelanggaran kode etik bidan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisiEtika.
2. Untuk mengetahui Kode Etik Profesi ?
3. Untuk mengetahui tujuan kode etik dalam pelayanan kebidanan ?
4. Untuk mengetahui dimensi kode etik?
5. Untuk mengetahui prinsip kode etik.
6. Untuk mengetahui kode etik kebidanan dan penerapannya dalam praktik kebidanan.
7. Untuk mengetahui hak dan kewajiban bidan.
8. Untuk mengetahui hak dan kewajiban pasien.
9. Untuk mengetahui penyimpangan kode etik kebidanan.
10. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelanggaran kode etik bidan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Etika
a.Pengertian Kode Etik
Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai
suatu tindakan apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Dan
menurut Bertens Etika adalah nilai- nilai atau norma- norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai,
Didalam kamus besar bahasa Indonesia Etika dirumuskan dalam tiga arti yaitu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak , dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat. Dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa “ Etika “ adalah
aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya,hal ini berhubungan
dengan prinsip- prinsip dasar dan konsep yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak
serta menekankan nila-nilai mereka ( Shirley R Jones- Ethics in Midwifery). Penyimpangan mempunyai
konotasi yang negatif yang berhubungan dengan hukum. Seorang bidan dikatakan profesional bila ia
mempunyai etika. Semua profesi kesehatan memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam
kebidanan mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab
menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang
berhubungan dengan tanggung jawabnya. Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus
mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang
etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.
Derasnya arus globalisasai yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia juga
mempengaruhi munculnya masalah atau penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi atau ilmu
pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejagatan ini dapat dibendung, pasti akan
mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi
juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS,
RB, institusi kesehatan lainnya, bidan praktek mandiri
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena harus mempertanggung jawabkan sendiri apa yang
dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya
sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
a. Faktor- Faktor yang melandasi Etika
1) Nilai
Menurut Filsuf Jerman Hang Lonas “ Nilai “ adalah the addsress o yes , sesuai yang ditujukan dengan
“ya” . Nilai mempunyai konotasi yang positif , Nilai mempunyai tiga cirri :
a. Berkaitan dengan subjek
b. Tampil dalam suatu nilai yang praktis , dimana subjek ingin membuat sesuatu.
c. Nilai menyangkut pada sifat tambah oleh subjek pada sifat –sifat yang dimiliki oleh objek.
2) Norma
3
Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai sesuatu
3) Sosial Budaya
Dibangun oleh konstruksi social dan dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi .
4) Religius
Agama mempunyai hubungan erat dengan moral.
Agama merupakan motivasi terkuat perilaku moral atau etik
Agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma etis yang paling penting.
Setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadipegangan bagi perilaku para anggotanya.
5) Kebijakan atau policy maker
Siapa stake holdernya dan bagaimana kebijakan yang dibuat sangat berpengaruh atau mewarnai etika
maupun kode etik .
c. Sistematika Etika
Etika Deskriptif
Etika Deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas , misalnya adat kebiasaan,
anggapan- anggapan tentang baik buruk, tindakan- tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Etika deskriptif tidak memberikan penilaian tetapi menggambarkan moralitas
pada individu-individu tertentu, kebudayaan atau sub kultur tertentu ( waktu tertentu)
Etika Normatif
Pada etika normative terjadi penilaian tentang perilaku manusia. Contoh : penolakan prostitusi
yang terjadi disuatu masyarakat karena dianggap sebagai suatu lembaga yang
bertentangan dengan martabat wanita, biarpun dalam praktek belum tentu dapat diberantas
sampai tuntas. Penilaian itu dibentuk atas dasar norma-norma “Martabat Manusia harus
dihormati”
MetaEtika
Metaetika berasal dari bahasa yunani “ Meta” mempunyai arti melebihi atau melampauwi.
Metaetika mempelajari logika khususdari ucapan-ucapan etik. Pada Metaetika mempersoalkan
bahasa normatif apakah dapat diturunkan menjadi ucapan kenyataan. Metaetika mengarahkan
pada arti khusus dan bahasa etika.
d.Tipe- Tipe Etika
a. Bioetik merupakan study filosofi yang mempelajari tentang kontrofersi dalam etik, menyagkut
masalah biologi dan pengobatan. Bioetik juga difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul
tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi pengbatan, politik, hokum dan
theology. Bioetik lebih berfokus pada dilemma yang menyangkut pada perawatan kesehatan,
kesehtan modern, aplikasi teori etik, dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan
kesehatan
b. Clinical ethics/ Etik klinik
Etik Klinik merupakan bagian dari bioetikyang lebig memperhatikan pada masalah etik
selama memberikan pelayanan kepada kilen. Contohnya : adanya persetujuan atau penolakan
4
dan bagaimana seseorang baiknya merespon permintaan tindakan yang urang bermanfaat (sia- sia )
c. Midwifery ethics/ Etik Kebidanan
Bagian dari bioetik, yang merupakan study formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam
tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
e.Teori Etika
a. Hedonisme
Hedonisme berasal dari bahasa yunani “ Hedone” mempunyai baik apa yang memuaskan
keinginan kita,apa yang yang meningkatkan Kuatitas kesenangan atau kenikmatan dalam diri
kita.
b. Eudemonisme
Menurut Aristoteles sesorang mencapai tujuan terakhir dengan menjalankan fungsinya dengan
baik . Semua orang akan menyetujui bahwa tujuan tertinggi dalam terminology modern kita
bisa mengatakan : makna terakhir hidup manusia adalah kebahagiaan ( Eudaimonia).
c. Utilitarian
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan.
Contohnya: Mempertahgankan kehamilan yang berisiko tinggi dapat menyebabkan hal yang
tidak menyenangkan, tetapi pada dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan bayinya.
f. Peran dan Tugas Bidan berdasarkan Etik dan Kode etik profesi
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuiakan dengan dan berlandaskan
pada kode etik dan standar profesi . Bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadaptasi suatu teori etika
secara kaku, karena hal ini akan merugikan bidan itu sendiri. Bidan harus menilai kemampuan dirinya
dalam melakukan sesuatu namun tidak menyimpang dari prinsip pelayanan , yaitu berusaha
mengutamakan keselamatan ibu,bayi dan keluarga.
contohnya: ketika seorang ketika seorang bidan desa harus menolong persalinan disaat jadwal
pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang memerlukan pelayanan KB dan asuhan bayi
bayi baru lahir, maka kemungkinan besar ia hanya dapat mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua
orang sesuai kemampuannya sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas. Akan
tetapi bidan harus menghindari kecendrungan untuk menciptakan bidan yang tidak mengikuti informasi
terkini dari literature yang jelas tentang perkembangan pelayanan kebidanan sehingga akan menimbulkan
sikap “ sok tau “ contohnya: Pada saat menolong persalinan mahasiswa bidan diajarkan untuk tidak
melakukan episiotomy. Jika pola pengajaran tidaktepat mahasiswa akan sepenuhnya menyerap materi
tersebut, akibatnya ia tidak akan melakukan episiotomy tanpa melihat ada tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan kepada klien dengan
jelas contohnya: seorang ibu datang ke bidan yang ingin menjadi akseptor KB IUD namun timbul
ketakutan akibat rumor negative yang beredar di masyarakat Savanajaya tentang IUD , masalah etika
yang timbul yaitu ketika bidan tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga pandangan klien tentang
IUD tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman ,sehingga klien merasa nyaman ketika menerima pelayanan
5
yang diberikan kepada klien dan keluarganya,memandang bidan sebagai orang yang berwibawa dan
mampu mengendalikan diri sehingga mampu melindungi kliennya. Peran bidan desa sebagai teman juga
diperlukan, sehingga mahasiswa tidak merasa sungkan dalam proses belajar mengajar. Namun lagi-lagi
peran sebagai teman tetap ada batasnya, jangan sampai penilaian terhadap mahasiswa menjadi subjektif
ketika mahasiswa bidan melakukan suatu kesalahan dan bidan menutupi kesalahan mahasiswanya karena
kedekatan yang berlebihan.
Etika berperan dalam penelitian kebidanan, contohnya: dahulu praktik kebidanan masih banyak berdasar
kebiasaan, dengan kemajuan zaman praktik yang seperti itu tidak dapat dilaksanakan lagi tetapi dituntut
praktik yang professional berdasar hasil penelitian baik sebagai subjek maupun objek penelitian, sehingga
bidan perlu mengetahui tentang etika penelitian, demi kepentingan melindungi klien, institusi,tempat
praktik dan diri sendiri.Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan
kebidanan. Bidan harus siap untuk memberikan pelayanan terhadap hasil penelitian.
Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat, khususnya bidang kebidanan telah
mempengaruhi peran bidan dalam praktik kebidanan. Setiap peran mengemban tanggung jawab dan
cukup sulit bagi bidan memikul semua tanggung jawab itu. Pada dasarnya tanggung jawab bidan adalah :
1. Menjaga dan meningkatkan keselamatan ibu dan bayi
Menyediakan pelayanan berkualitas dan informasi atau sarana yang tidak bisa berdasarkan
hasil penelitian ilmiah ( evidence based )
3. Mendidik dan melatih mahasiswa kebidanan agar kelak menjadi bidan yang mampu memberi
pelayanan berkualitas .
Mendidik dan melatih mahasiswa kebidanan agar kelak menjadi bidan yang mampu memberi
pelayanan berkualitas .
d. Deontologi
Pendekatan deontology bearati juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
Autonomy, Informeed consent, alokasi sumber-sumber, euthanasia.
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan memiliki tugas moral. Tugas
moral selalu diiringi dengan tanggung jawab moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab moral
disebut etika dan selama menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan masalah etika.
Menurut jones ( 2000 ), bidan secara menyeluruh memiliki peran sebagai praktisi, pendidik, konselor,
penasihat, teman, advokat, peneliti dan pengelola.
1. Sebagai Praktisi
Dewasa ini, bidan sudah menyadari istilah “duty of care “ (kewajiban dalam memberi perawatan),
sehingga semakin banyak bidan yang mempelajari masalah hukum selain masalah pelayanan kebidanan.
Selama ini, bidan mengidentikkan pelanggaran kebidanan hanya terjadi pada kasus-kasus “ besar”
seperti aborsi illegal, padahal sebenarnya sikap membiarkan klien menunggu lama untuk mendapatkan
perawatan pun sudah bisa dianggap sebagai pelanggaran etika. Bidan harus menyadari bahwa cakupan
pelayanan yang diberikannya sangat rentan terkena pelanggaran etika. Sikap yang dibutuhkan untuk
menghadapi hal tersebut adalah sikap selalu waspada terhadap setiap tingkah laku, ucapan dan perbuatan
yang dilakukannya. Sebenarnya, kebenaran kode etik atau standar profesi yang melandasi praktik
kebidanan sudah jelas menunjukkan keberadaan kerangka etika. Jika bidan berpegang teguh pada
kerangka etika ini, bidan akan melakukan praktik atau asuhan yang sesuai dengan peraturan profesional,
sekaligus sejalan dengan hukum. Akan tetapi, jika bidan melanggar kode etik, berarti bidan telah
melakukan tindakan yang menyimpang dari peraturan dan gagal menjadi professional karena tidak sesuai
dengan etika. 6
Dalam menjalankan perannya sebagai praktisi selain berpegang teguh pada kode etik dan standar
profesi, ada beberapa hal yang menjadi pegangan bidan, antara lain :
a. Hati nurani. Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman. Hati nurani mengetahui
perbuatan individu yang melanggar etika atau sesuai etika. Pelanggaran etika oleh bidan dapat
bersifat fisik ataupun secara verbal.
b.Teori etika. Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit, bidan dapat berpegang
pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua, namun masih relevan karena selalu disesuaikan
dengan perkembangan saat ini, seperti teori Immanuel Kant yang menyatakan bahwa sikap
menjunjung tinggi prinsip autonomi adalah penting dan teori ini sangat relevan bila diterapkan
dalam praktik kebidanan
2. Sebagai Pendidik
Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, bidan bertanggung jawab untuk memberi pendidikan
kepada :
a. Orang tua. Bidan harus berperan aktif dalam mendidik atau mengajarkan keterampilan
perawatan bayi dan promosi kesehatan kepada ibu, suami ( pasangannya ) dan anggota keluarga
yang lain
b. Mahasiswa bidan. Bidan bertanggung jawab dalam memberi pendidikan kepada mahasiswa
bidan agar terampil dan memiliki pengetahuan baru
Pada dasarnya, tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan adalah memberdayakan orang tua
dan mahasiswa agar mereka memiliki keterampilan dan dalat menerapkan keterampilan tersebut
secara mandiri sehingga terciptanya autonomi pribadi.
3. Sebagai Konselor
Peran bidan sebagai konselor mencakup pemberian informasi dan penjelasan, termasuk
mendengarkan dan membantu klien serta keluarganya memahami berbagai masalah yang ingin
mereka ketahui. Bidan bertanggung jawab memberi informasi terkini dan menyampaikannya dalam
bahasa yang dipahami oleh klien dan keluarganya.
Masalah etika yang biasanya muncul saat bidan menjalankan perannya sebagai konselor adalah
sebagai berikut :
a. Memaksa klien membuka rahasia yang enggan ia ceritakan pada saat konseling.
b. Memberi informasi yang secara tidak langsung ” menggiring ” klien mengambil keputusan
yang menurut bidan adalah keputusan terbaik.
4. Sebagai Penasihat
Dalam menjalankan peran sebagai penasihat, bidan harus dapat membatasi diri jika ingin tetap
menghargai autonomi klien.. Klien membutuhkan informasi yang memadai agar dapat membuat
keputusan dan terus mengendalikan dirinya sendiri. Akan tetapi, sangat sulit bagi bidan untuk menahan
diri tidak memberi nasihat ( sekalipun tidak diminta ) berdasarkan pengalamannya menghadapi berbagai
klien dan teman sejawat. Hal ini akan menghambat klien dalam menentukan pilihannya sendiri.
5. Sebagai teman
Sikap bidan yang mampu menjaga jarak dengan klien merupakan salah satu pendekatan profesional
yang baik. Sayangnya, sikap menjaga jarak tersebut sering diartikan sebagai tidak acuh, tidak peduli pada
7
kondisi klien. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, muncul istilah teman profesional. Teman
profesional dapat diartikan sebagai sikap yang mampu mendukung prinsip autonomi bagi klien sekaligus
mudah “didekati”, khususnya dalam proses pemberian asuhan berkelanjutan. Hubungan pertemanan
lainnya yang berpotensi menimbulkan masalah adalah hubungan antara bidan dan mahasiswa bidan yang
biasanya terjadi selama masa praktik klinik dalam waktu yang cukup lama.
6. Sebagai Advokat
Peran bidan dalam memberi advokasi sangat penting, khususnya ketika klien menolak persetujuan
atas tindakan medis yang sebenarnya dapat mencegah terjadinya kematian atau kesakiitan klien itu
sendiri. Dalam hal ini bidan harus berperan sebagai advokat dengan memberi penjelasan dan doronngan (
bukan paksaan ) kepada klien mengenai sisi positif dan negatif dari keputusan yang diambil.
7. Sebagai Peneliti
Peran bidan sebagai peneliti sejalan dengan salah satu pasal dalam kode etik bidan yang menyatakan
” Bidan harus berkembang dan memperluas pengetahuan kebidanannya melalui berbagai proses
seperti diskusi dengan rekan sejawat dan penelitian ”Sudah jelas bahwa penelitian bukan lagi merupakan
pilihan, namun tanggung jawab etik bidan. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai
subyek maupun obyek penelitian.
Menurut Helsinski, 1964 prinsip dasar penelitian yang mengambil objek manusia harus memenuhi
ketentuan :
a. Bermanfaat bagi manusia
b. Harus sesuai dengan prinsip ilmiah dan harus didasarkan pengetahuan yang cukup dari
dukungan kepustakaan ilmiah
c. Tidak membahayakan obyek (manusia) penelitian itu (diatas kepentingan yang lain)
d. Tidak merugikan atau menjadi beban baik waktu, materi maupun secara emosi dan psikologis
e. Harus selalu dibandingkan rasio untung-rugi-risiko. Maka dari itu penelitian tidak boleh ada
faktor eksploitasi, atau merugikan nama baik objek penelitian.
8. Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola, bidan bertanggung jawab mengambil keputusan sosial dan etik, memberi rumusan
kebijakan dan praktik, membantu pengawasan dan alokasi sumber pendapatan, memperhatikan aspek
kejujuran, perhatian terhadap orang lain dan mendukung serta berperan penting dalam pilihan etik.
Bidan pengelola juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga biaya pelayanan tetap minimal
secara efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan kualitas pelayanan. Dengan penjabaran diatas,
maka dalam kesempetan kali ini akan dipaparkan mengenai kajian kode etik dan kode etik profesi bidan.
g. Peran etika dan Moral dalam pelayanan kesehatan
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai tempat, dimana sering terjadi
karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etuka.
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang professional dan akuntabilitas
serta aspek legal dalam pelayanan kebiadanan. Sehingga disini berbagai dimensi etik dan bagaimana
pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami. Moralitas
merupakan suatu gambaran manusia yang menyeluruh, moralitas hanya terdapat pada manusia serta
tidak terdapat pada makhluk lain selain manusia.
8
B. Tujuan Kode Etik dalam Pelayanan Kebidanan
Kode etik profesi merupakan “suatu penyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntunan
bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya baik yang berhubungan dengan
klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan diri sendirinya”.
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi yang bersangkutan didalam melakasanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi tentang petunjuk-petunjuk bagi anggota tentang bagaimana mereka
harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya,
melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam
masyarakat.
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau memutuskan kode etik suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan Organisasi.
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat untuk mencegah orang luar
memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu progfesi akan
melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama
baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota yang dimaksud kesejahteraan ialah
kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Dalam kesejahteraan material anggota profesi kode etik
umumnya menerapkan larangan-larangan bagi anggota untuk melakukan perbuatan yang merugikan
kesejahteraan. Kode etik juga menciptakanperaturan-peraturan yang di tujukan kepada pembahasan
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinyadengan sesama
anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi
dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode
etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan
tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur
bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi
Situasi
Mengapa kita perlu situasi ?
1. Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi
2. Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan.
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra dan profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
a. Menjadi panutan dalam hidupnya.
b. Berpenampilan yang baik.
c. Tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan dan golongan.
d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
e. Dalam menjalankan tugasnya, bidan tidak diperkenankan mencari keuntungan pribadi
dengan menjadi agen promosi suatu produk.
f. Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam waktu dinas.
g. Bidan bertindak ramah terhadap pasiennya dengan menerapkan 5 S, senyum, salam, sapa,
sopan, santun.
h. Setiap bidan mampu melayani 24 jam.
i. Bidan harus tanggap melayani pasien dalam keadaan darurat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang bidan adalah mampu
mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini, menyadari
keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kebidanan serta menjunjung tinggi komitmen terhadap profesi
bidan, dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kebidanan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini. Pengembangan diri bidan ini dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
CME (Continue Midwifery Education), yaitu melanjutkan pendidikan kebidanan ke jenjang yang
17
lebih tinggi baik formal maupun non formal.
Jenis Pendidikan Berkelanjutan :
a. Pendidikan Formal
Pendidikan Formal dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan dukungan
IBI adalah Program D III dan D IV Kebidanan. Pemerintah juga menyediakan dana bagi bidan (disektor
pemerintah) untuk tugas belajar ke luar negeri. IBI juga mengupayakan adanya badan-badan swasta
dalam dan luar negeri untuk program jangka pendek dan kerjasama dengan Universitas di dalam negeri.
b. Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal telah dilaksanakan melalui program pelatihan, magang, seminar atau
lokakarya dan program non formal lainnya yang merupakan kerjasama antara IBI dan lembaga
Internasional yang dilaksanakan di berbagai propinsi. IBI juga telah mengembangkan suatu program
mentorship dimana bidan senior membimbing bidan junior dalam konteks profesionalisme kebidanan.
Pola pengembangan pendidikan berkelanjutan telah dikembangkan atau dirumuskan sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan pendidikan berkelanjutan bidan mengacu pada peningkatan kualitas bidan
sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Materi pendidikan berkelanjutan meliputi aspek klinik dan non
klinik.
Information search ataupun mengikuti pendidikan dan pelatihan lainnya.
Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian integral dari system pembinaan PNS sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Pegawai Negeri Sipil. Selanjutnya menurut PP 25 tahun 2000, Pemerintah memiliki kewenangan yang
meliputi pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah antara lain mencakup
pelatihan. Kemudian bahwa prinsip desentralisasi memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
institusi pelayanan,diklat pemerintah dan swasta untuk menyelenggarakan pelatihan dalam rangka
peningkatan profesionalisme SDM. Kegiatan ini sangat memberikan dampak pada pengembangan karir
bidan, baik sebagai peserta maupun sebagai pelatih/pendidik.
Dengan pendidikan dan pelatihan maka bidan akan dapat meningkatkan kompetensinya yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas, dan mendukung pengembangan karir bidan baik dalam jalur
structural, fungsional, maupun profesi.
Pengembangan karir bidan selain ditunjang oleh kegiatan pendidikan dan latihan yang sifatnya
structural atau fungsional, juga didukung oleh kegiatan profesi, baik sebagai pengurus organisasi profesi
juga melaksanakan kegiatan kegiatan ilmiah yang dikembangkan oleh organisasi profesi dalam rangka
mempertahankan, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anggotanya. Karena kemampuan
berorganisasi, kemampuan berkoordinasi dan kemampuan untuk advokasi juga sangat menunjang
pengembangan karir bidan. Banyak kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan karir melalui
pengembangan profesi seperti; Musyawarah Nasional, Musawarah Daerah, Musawarah cabang, Kongres
IBI, Bidan Delima, Kakak asuh, Peer review, seminar, lokakarya, dsb. Kegiatan-kegiatan tersebut
berdampak pula pada pengembangan karir seorang bidan, karena semua aktifitas yang sifatnya
pengabdian dan pengembangan profesi mempunyai nilai tambah dalam jabatan fungsional bidan dan
18
kemampuan bidan. Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai
wirausahawan. Sebagai pelaku usaha mandiri dalam bentuk layanan jasa kesehatan dituntut untuk
mengetahui dengan baik manajemen usaha. Bidan sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik
dituntut untuk mampu sebagai manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun
perencanaan berdasarkan visi yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai ke mampuan
personal selling yang baik guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya mampu memberikan
pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola manajemen pelayanan secara profesional, serta
mempunyai jiwa entrepreneur.
Kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah sebuah mindset dan method yang harus dikuasai
seorang Bidan sebagai wirausahawan dalam memulai dan/atau mengelola sebuah usaha praktek
profesional (Bidan Praktek Swasta maupun Klinik Bersalin) dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan
berbasis kreativitas dan inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk
kemajuan/keberhasilan praktek profesional kebidanannya.
Berikut dikemukakan 2 pengertian tentang networking atau jejaring yaitu :
1. Networking adalah seni dan praktek untuk menghadiri peristiwa sosial dan berhubungan atau
melakukan kontak dengan orang-orang yang memiliki kemungkinan membantu usaha atau bisnis
(Atomic Dog Publishing, 2006). Definisi ini diambil dari pengalaman dunia usaha atau sektor komersial.
Sedangkan definisi yang berikut lebih dilihat dari pengalaman dalam bidang sosial dimana jejaring dapat
juga diartikan sebagai suatu proses dimana dua atau lebih individu atau organisasi bekerja bersama untuk
mencapai tujuan bersama (Pratomo, 2010).
Penerapan Networking dalam bidan pribadi (praktek profesional) dapat berupa : Promosi dan
pemasaran pelayanan bidan secara getok tular untuk menjaring klien baru. Hal ini diperoleh ketika ada
seorang klien atau pasien yang merasa puas dengan pelayanan profesional bidan tersebut, dia dapat
menjadi sumber informasi untuk menyebarkan informasi tersebut kepada klien lain maupun calon klien
lain terutama yang mengalami ketidakpuasan untuk pindah ke pelayanan profesional oleh bidan tersebut.
2. Promosi dan pemasaran pelayanan bidan melalui jejaring media sosial. Bidan yang up to
date (mahir dan tidak ketinggalan jaman) dengan teknologi kini dan tidak gatek dapat sharing informasi
dan pengalaman dan berkomunikasi dengan klien atau calon klien menggunakan media sosial misalnya
FB, Twitter dsb.
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat
meningkatkan mutu dan citra profesinya.
Penelitian yang dilakukan oleh bidan terdiri dari 2 macam, antara lain :
1. Penelitian mandiri dan;
2. Penelitian kelompok.
Penelitian Mandiri itu sendiri mancakup asuhan kebidanan pada ibu hamil. Dan Penelitian Kelompok itu
cakupannya lebih luas. Misalnya tentang kesehatan lingkungan disekitar atau yang lebih utama tentang
AKI yang terjadi, beberapa metode yang dilakukan misalnya sebagai berikut :
a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok.
19
b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok.
c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok.
d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok.
e. Membantu perencanaan penelitian mandiri.
f. Melaksanakan penelitian mandiri.
g. Mengolah hasil penelitian.
h. Membuat laporan penelitian.
I. Hak Bidan
a. Hak
1. Pengertian
Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang
lain atau terhadap masyarakat. Menurut pendapat lain hak adalah tuntutan seseorang
terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan,
moralitas dan legalitas.
2. Jenis-Jenis Hak
o Hak terdiri dari tiga jenis yaitu : Hak kebebasan, hak kesejahteraan, hak
legislative
3. Teori tentang Hak
Hak itu mengandung suatu individualisme yang merugikan solidaritas dalam masyarakat.
Hak ditegaskan berarti menempatkan individu diatas masyarakat. Kritik atas hak antara
lain dikemukakan oleh Mark. Menurut Mark hak-hak itu tidaklain daripada hak-hak
manusia yang egoistis. Dengan hak ini egoism manusia mendapat legitimasinya.
4. Peran Hak
a) Hak dapat digunakan sebagai pengekspresian kekuasaan dalam konflik antara
seseorang dengan kelompok .
b) Hak dapat digunakan untuk memberikan pembenaran pada suatu tindakan.
c) Hak dapat digunakan untuk menyelesaikan perselisihan .
A.KODE ETIK BIDAN DALAM ETIKA PELAYANAN KEBIDANAN PADA SEORANG IBU
HAMIL ( ASUHAN ANTENATAL )
Melakukan pemeriksaan dengan benar sesuai standart 14 T /10 T pada puskesmas Savanajaya yaitu:
1) Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinterakasi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur
2) Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal yaitu:
o 1 kali pada Triwulan pertama
o 1 kali pada Triwulan kedua
o 2 kali pada Tiwulan ketiga
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan berlangsung nomal. Bidan juga harus mengenal kehamilan
resiko tinggi atau kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV,
memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada
setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, meraka harus mampu mengambil tindakkan
yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
3) Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan,serta bila kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian
terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan sera
melakukan rujukan tepat waktu.
4) Pengelolaan aemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan,penemuan,penanganan dan atau rujukan semua kasus
anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Pengelolaan dini Hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan TD pada kehamilan dan mengenali tanda serta
gejala pree eklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat serta merujuknya.
6) Persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepatkepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester
ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transfortasi dan baiya untuk
merujuk, bila tiba- tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan
rumah untuk hal ini .( Standar Pelayanan Kebidanan. Depkes RI. 2000)
7) Frewensi antenatal care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi
pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan . MenurutDep Kes RI
( 2003 ) dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar minimal yaitu
dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan - minimal 1 x triwulan pertama ( 0-13
25
minggu ), 1 x pada triwulan kedua ( 14-27 minggu ). 2 x pada triwulan ketiga ( 28- 36 minggu )
8) Cakupan Antenatal care
Cakupan pelayanan Antenatal care dapat dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil kunjungan
pertama ( K1 ) atau disenut juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit
empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua, dan dua
kali pada triwulan ketigadan keempat untuk melihat kwalitas. Cakupan kunjungan ibu hamil ke
empat ( K4 ) adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal care 4 kali
sesuai standar disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemerintah menetapkan cakupan
ANC > 95 % ( Peranginangin 2006 ).
9) Pelayanan Antenatal Care
Menurut Ari ,( 2009) bahwa dalam penerapan praktek sering dipakai standar minimal pelayanan
antenatal care yang disebut 7T yaitu: ( timbang( BB,dan ukur TB, aaaaaukur TD, Ukur tinggi
Fundus Uteri, pemberian imunisasi TT lengkap, Pemberian Tablet zat besi minimum 90 tablet
selama hamil, Tes terhadap penyakit seksual menular , Temu wicara dan konseling dalam rangka
rujukan.
Wilayah lokasi klien tinggal di Desa Savanajaya, klien melakukan Observasi etika pelayanan
kebidanan pada ibu hamil di Puskesmas Savanajaya Kabupaten Buru.
NO KEGIATAN DILAKUKAN
YA TIDAK
1. Menyambut klien dengan ramah √
2. Memperkenalkan diri √
3. Memberikan layanan sesuai kebutuhan √
4. Melakukan pemeriksaan dengan benar sesuai standart √
1. Pengkajian
26
Alamat :Sanleko
a) GIII PII A0
b) HPHT : 02 - 04 - 2019
c) HTP : 09 - 01 - 2020
a) Menarche : 14 tahun
b) Siklus : 28 hari
c) Banyaknya : 3 kali ganti duk sehari
e) Konsistensi : Cair
f) Warna : Merah
g) Dismenorhoe : Tidak
Persalinan Nifas
Hamil Tanggal Umur Jenis Peno- Kompli Jenis BB Laktasi Kelainan
ke Lahir/ Kehamilan Persali- long kasi kehamilan Lahir
umur nan Ibu bayi (kg)
1 5 Th 39 mg Normal Bidan - - Normal 3000 baik -
2 3 Th 40 mg Normal Bidan - - Normal 3300 Baik
3 H A M I L I N I
1) Riwayat penyakit yang sedang di derita : ibu mengatakan tidak menderita penyakit
apapun
jamu lainya
(a) Makan
Sebelum hamil : frekwensi 3 x / hari, jenis nasi ikan sayur, porsi 1 piring
Selama hamil : frekwensi 3 x / hari, jenis nasi ikan sayur,porsi 1 piring dan buah
(b) Minum
(c) Eliminasi
(d) Istirahat
Sebelum hamil : tidur siang lamanya 1 jam dan tidur malam 8 jam
Selama hamil : tidur siang lamanya 15 menit disebabkan karena ibu sedang
mengurus konsumsi dan hal – hal yang di butuhkan untuk membangun rumah
(f) Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas : tidak
ada
(9) Riwayat kesehatan keluarga : ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita
c. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Kompesmentis
Lila : 27 cm
a) Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,50C
b) Kepala
Gigi :
c) Leher
d) Payudara
Kebersihan : Bersih
Bentuk : Simetris
Clostrum : Ada
e) Abdomen
30
lunak, tidak melenting yaitu bokong
Leopold II : TFU 26 cm
DJJ : 145X/menit
Varises
31
g) Genitalia
Kebersihan : bersih
h) Anus
2) Pemeriksaan Laporatorium
Sahli
a) Diagnosa : Ny. R GIII PII A0 UK 32 minggu, janin hidup intrauterin presentasi kepala
Data Dasar
1) Data subjektif
2) Data objektif
Keadaan umum : baik, Tanda vital : Tekanan darah : 110 / 70 mmHg, nadi 80x/menit,
respirasi : 20x/menit, suhu 36,50C Tinggi badan : 152 cm, berat badan : 62 kg, LILA :
27 cm.
3) Masalah :
Tidak ada
4) Kebutuhan
32
Pemeriksaan kehamilan
Tidak ada
Tidak ada
5. Intervensi
Rasional : dengan memberitahukan hasil pemeriksaan ibu dapat mengetahui keadaanya dan
janinya
2. Berikan KIE tentang tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan. Rasional : dengan ibu
mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan ibu dapat mencegah sebelum terjadi
Rasional : dengan menganjurkan ibu istirahat dapat memulihkan keadaan tubuh seperti
semula
6. Implementasi
1) Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu :k/u baik TTV : T/ D : 110/70
a) Tanda bahaya dalam kehamilan yaitu : Adanya perdarahan, Bengkak di kaki, tangan dan
wajah atau sakit kepala, Demam tinggi, dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu, dan
menyebabkab keguguran atau kelahiran kurang bulan,Keluar air ketuban sebelum
b) waktunya,Bayi dalam kandungan geraknya kurang atau tidak bergerak,Muntah terus
menerus atau tidak mau makan.
c) Tanda-tanda persalinan : Mules-mules yang sering timbul, Keluar lendir bercampur
darah dari jalan lahir, Keluar cairan ketuban dari jalan lahir akibat pecahnya selaput
ketuban.
33
3) Menganjurkan ibu untuk beristirahat siang minimal 2 jam dan malam minimal 8 jam untuk
memulihkan keadaan ibu
4) Memberikan KIE tentang gizi dan pentingnya nutrisi yang baik dan sesuai untuk ibu hamil.
Mengkonsumsi makanan bergizi yang baik untuk ibu hamil seperti nasi, lauk pauk, sayur-
sayuran, susu ibu hamil.
7. Evaluasi
1) Ibu mengerti / mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Ibu mengerti/mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan dan persalinan
3) Ibu sudah mengetahui tentang penyebab anemia.
4) Ibu mengerti akan perlunya istirahat yang cukup dan menjaga kesehatan
5) Ibu mengatakan akan makan makanan bergizi.
Dan kemudian ibu diberikan konseling kujungan ulang pada tanggal 02 -01 – 2020
D. Contoh kasus Kode Etik Bidan ( Bidan Desa di duga lakukan Malpraktek Tahun 2015 )
Bidan Desa Jamilu Kecamatan Namlea Wilayah Kerja Puskesmas Savanajaya, MH, diduga melakukan
malpraktek sehingga mengakibatkan seorang bayi pasiennya meninggal dunia setelah diobati.
Informasi dari desa itu, kamis, menyebutkan dugaan telah terjadi malpraktek dilakukan bidan MH ,
karena setelah member obat pasiennya, arjun ( 3 bulan ) , justru mengalami kejang- kejang dan tubuhnya
membiru. Kondisi tersebut terjadi sekitar setengah jam, usai arjun diberi tiga macam obat oleh bidan
tersebut. Kendati bayi itu sempat dibawah ke RSUD Namlea untuk mendapatkan pertolongan , namun
tidak lama kemudian ia meninggal dunia. Orang tua bayi, La Jadi ( 48 th ), membenarkan kejadian yang
dialami anaknya tersebut. Namun menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buru , Bapak
syafaruddin , obat yang diberikan kepada arjun oleh bidan MH sudah sesuai Standar. Menurut
Syafaruddin , dengan penyakit panas yang diderita pasien itu, bidan bersangkutan memberikan obat yang
sesuai, yaitu PIl ctm, Paracetamol, dan obat batuk warna pink ( GG ). Sampai saat ini Belum diketahui
kemungkinan kasus ini keluarga pasien atau tidak, sehingga dapat diproses lebih lanjut atau kedua orang
tuanya telah menerima keadaan tersebut.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan kurang
relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian filsafat dianggap jauh dari kenyataan, tetapi
setidaknya etika mudah dipahami secara relevan bagi banyak persoalan yang dihadapi. Etika sebagai
filsafat moral mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori yang
berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk, yang secara umum dapat dipakai sebagai
suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan membutuhkan suatu
system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan fungsinya. Dalam menjalankan perannya
bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode etik dan
34
standar profesi.
DAFTAR PUSTAKA
Hariningsih,W, Nurmayawati D. 2010. Bidan Etika profesi dan Hukum Kesehatan. Bandung: Irsyad Baitus
Salam
Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan . Jogiakarta: Mitra cendikia.
PP IBI. 2004. Etika dan Kode Etik Kebidanan .Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
Setiawan. 2010. Etika kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.
Cetakan pertama Desember 2016 penulis : 1). Sti Patimah,S.ST,M.Keb 2.) Kh Endah Widhiastuti, M.Mid
3). Atit Tajmiati, S,Kep.M,Pd
35