Anda di halaman 1dari 69

PENCEGAHAN PENULARAN HIV PADA

PEREMPUAN, BAYI DAN ANAK


( PPIA )

Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Pengertian ,Tujuan dan sasaran Program PPIA
 Pengertian PPIA
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) adalah upaya yang
ditujukan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak yang dilakukan
secara terintegrasi dan kompre- hensif dengan program-program lainnya
yang berkaitan dengan pengendalian HIV-AIDS.

 Tujuan PPIA:
1. Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke Bayi.
2. Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan Bayi

 Sasaran Program PPIA


1. Perempuan usia reproduktif (15-49 tahun), termasuk remaja dan
populasi risti
2. Perempuan HIV dan pasangannya
3. Perempuan HIV yang hamil dan pasangannya
4. Perempuan HIV, anak dan keluarganya.
Mengapa diperlukan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu
ke Bayi?
Sebagian besar (90%) infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari ibu,
hanya sekitar 10% yang terjadi karena proses transfusi. Infeksi yang
ditularkan dari ibu ini kelak akan mengganggu kesehatan anak. Risiko
penularan HIV dari ibu ke anak secara keseluruhan antara 20-45%.

RISIKO PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI-ANAK


Selama kehamilan 5 - 10 %

Saat persalinan 10 - 20 %

Selama menyusui (rata-rata 15%) 5 - 15 %

Keseluruhan 20-45 %
Komponen Kegiatan PPIA Komprehensif

Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak dilaksanakan


melalui kegiatan komprehensif yang meliputi 4 komponen/
Prong meliputi:

1. Prong (1)Mencegah terjadinya penularan HIV pada


perempuan usia reproduksi
2. Prong (2) Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
pada ibu dengan HIV
3. Prong (3) Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil
HIV ke bayi yang dikandungnya
4. Prong (4) Memberikan dukungan psikologis, sosial dan
perawatan kepada ibu HIV beserta bayi dan keluarganya.
Prong 1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada
perempuan usia reproduksi
konsep “ABCDE”, yaitu:
A (Abstinence), artinya Absen seks ataupun tidak melakukan hubungan
seks bagi yang belum menikah
B (Be Faithful), artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks
(tidak berganti-ganti pasangan);
C (Condom), artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual
dengan menggunakan Kondom.
D (Drug No), artinya Dilarang menggunakan narkoba.
E (Equipment), artinya pakai alat-alat yang bersih, steril, sekali pakai, tidak
bergantian, diantaranya alau cukur dan sebagainya (E dapat juga
pemberian Edukasi, pemberian informasi yang benar)

Kegiatan KIE secara individu maupun kelompok kepada masyarakat tentang


HIV-ADIS dan Kesehatan reproduksi
Prong 2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
pada ibu dengan HIVHIV
Pencegahan dan penundaan kehamilan
• akses layanan yang menyediakan informasi dan sarana kontrasepsi yang aman
dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.
• Konseling yang berkualitas,penggunaan alat kontrasepsiyang aman dan
efektif
• Penggunaan kondom secara konsisten akan membantu perempuan dengan
HIV agar melakukan hubungan seksual yang aman

Perencanaan kehamilan
Pada prinsipnya setiap perempuan harus merencanakan kehamilannya. Pada
perempuan dengan HIV perencanaan kehamilan harus lebih matang sesuai
dengan risiko bahwa perempuan dengan HIV dapat menularkan HIV pada
bayinya.
Prong 3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu
hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya

kegiatan sebagai berikut:


1. Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV;
2. Diagnosis HIV;
3. Pemberian terapi antiretroviral pada ibu hamil;
4. Persalinan yang aman;
5. Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi dan anak;
6. Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak;
7. Pemeriksaan diagnostik HIV pada anak.
Prong 4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan
kepada ibu HIV positif beserta bayi dan keluarganya
Bagi ibu :
– Pemeriksaan kondisi kesehatan
– Pengobatan ARV dan pemantauan terapi ARV
– Pemantauan kondisi kesehatan, termasuk pemantauan CD4
dan viral load
– Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik
– Konseling dan dukungan kontrasepsi dan pengaturan
kehamilan
– Konseling dan dukungan asupan gizi
– Layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat
– Kunjungan ke rumah (home visit)
Bagi bayi:
– Pemberian kotrimoksazol dan ARV pencegahan
– Informasi dan edukasi pemberian makanan bayi.
– Diagnosis HIV pada bayi
INTEGRASI PPIA DI PELAYANAN ANTENATAL
TERPADU, KB DAN KONSELING REMAJA
Pelayanan Antenatal terpadu

 Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan


antenatal komprehensif dan berkualitas yang
diberikan kepada semua ibu hamil

 Tujuan Antenatal terpadu adalah memenuhi hak


setiap ibu hamil memperoleh pelayanan
antenatal yang berkualitas, sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin
dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat
Pelayanan Antenatal terpadu
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan meliputi:
• Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
• Ukur Tekanan darah
• Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LILA)
• Ukur Tinggi fundus uteri dan Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ)
• Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan
• Beri Tablet tambah darah (tablet besi)
• Periksa laboratorium (rutin dan khusus: Pemeriksaan golongan darah,
Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah, (Hb)Pemeriksaan protein urin
,Pemeriksaan kadar gula darah (bila curiga),Pemeriksaan darah Malaria (di daerah
endemis malaria), Pemeriksaan tes Sifilis, Pemeriksaan HIV , Pemeriksaan BTA
• Tatalaksana/penanganan Kasus
• Konseling
3. Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.
PENENTUAN STATUS EPIDEMI

Prevalensi kasus HV
Prevalensi kasus HV pada
pada populasi risiko Status epidemi HIV
populasi umum atau ibu hamil
tinggi

< 1% < 5% Rendah

< 1% > 5% Terkonsentrasi

> 1% (Biasanya > 5%) Meluas


Daerah Epidemi Meluas dan terkonsentrasi

Pelayanan ANC
•Anamnesa
•Pemeriksaan Semua ibu hamil
• tinggi berat badan
•Ukut tekanan darah
•Ukur Lila
•Ukur TFU
•DJJ Janin Kunjungan antenatal
•Imunisasi TT
•Tablet Fe 90 tablet
•Tes Lab
•Tata laksanan kasus Penawaran tes HIV bersamaan
pemeriksaan laboratorium rutin
•Temu wicara dan
lainnya
koseling

Alur Ibu hamil di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi


Daerah Epidemi Rendah

Pelayanan ANC Ibu Hamil


•Anamnesa
•Pemeriksaan
• tinggi berat badan Kunjungan Antenatal
•Ukut tekanan darah
•Ukur Lila
•Ukur TFU Deteksi IMS menggunakan pendekatan
•DJJ Janin sindrom dengan atau tanpa
•Imunisasi TT pemeriksaan lab sederhana
•Tablet Fe 90 tablet
•Tes Lab
•Tata laksana kasus Ibu Hamil dengan IMS
•Temu wicara dan
konseling Kembali ke bidan untuk
Pengobatan,
Konseling dan Penawaran tes HIV bersamaan
Konseling Pasangan pemeriksaan Laboratorium
Rutin lainnya

Alur deteksi ibu hamil dengan IMS


Daerah Epidemi Rendah
Ibu Hamil
Pelayanan ANC
•Anamnesa
•Pemeriksaan Kunjungan Antenatal
• tinggi berat badan
•Ukut tekanan darah
•Ukur Lila Deteksi gejala dan tanda TB
•Ukur TFU melalui anamnesa
•DJJ Janin
•Imunisasi TT Pemeriksaan mikroskopis dahak
•Tablet Fe 90 tablet
•Tes Lab
•Tata laksanan kasus
•Temu wicara dan Ibu hamil Ibu Hamil tidak
konseling Terdiagnosis TB terdiagnosis TB

Mendapat OAT, Edukasi Kembali ke Bidan untuk


Pencegahan dan penularan TB. Penawaran tes HIV bersamaan
pemeriksaan Laboratorium Rutin
Alur deteksi ibu hamil dengan TB lainnya
Deteksi IMS dengan Pendekatan
Sindrom

7/26/2019 16
8 sindrom IMS
1. Duh/cairan Vagina
2. Duh/cairan Uretra
3. Ulkus genital / Luka pada alat kelamin
4. Nyeri perut bag bawah pada wanita
5. Pembengkakan skrotum /buah pelir
6. Bubo inguinal / benjolan di lipat paha
7. Konjungtivitis neonatorum / radang mata bayi baru lahir
8. Vegetasi genital /tumbuhan pd alat kelamin

7/26/2019 17
Duh/cairan Vagina
Vaginal Candidiasis

Keputihan VAGINITIS
 Trikomoniasis
Gatal pada alat kelamin  Kandidiasis
Nyeri saat kencing  Bakterial vaginosis
Nyeri saat bersetubuh SERVISITIS
 Gonore
7/26/2019 18
 Non gonore (Klamidiosis)
Ulkus genital / Luka pada alat kelamin

• Luka kotor
dengan nyeri

7/26/2019 Herpes simpleks Herpes simpleks 19


Bubo inguinal / benjolan di lipat paha

Limphogranuloma venereum

7/26/2019 20
8. Vegetasi genital/tumbuhan pd alat kelamin

• Condiloma acuminata
• Wartz
• Herpes Papiloma virus

7/26/2019 21
Deteksi TB pada Ibu Hamil

7/26/2019 22
Deteksi ibu dengan gejala TB dengan gejala-
gejala:
1. Batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih, dapat juga
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah
2. Berkeringat pada malam hari tanpa aktifitas
3. Nafsu makan menurun
4. Berat badan menurun,
5. Malaise dan badan terasa lemas.
6. Gejala sesak napas dan nyeri dada dapat ditemukan bila
terdapat komplikasi (efusi pleura,pneumotoraks dan
pneumonia).
Integrasi PPIA di Layanan Keluarga Berencana
Skrining/Penapisan IMS pada Klien KB
• Umum nya klien mendatangi pelayanan KB untuk
memperoleh kontrasepsi, tetapi kunjungan ini dapat
merupakan kesempatan (opportunity) memberikan
pengenalan gejala dan tanda Infeksi Memular Seksual (IMS)
termasuk HIV/AIDS.
• Setiap Klien KB harus mendapatkan skrining/penapisan resiko
IMS.
• Skrining klien KB dapat dilakukan melalui anamnesis ,
pemeriksaan fisik, Pendekatan sindrom dengan atau tanpa
pemeriksaan laboratorium
Langkah-langkah dalam pelayanan KB

1. Anamnesis
2. Konseling pra pelayanan
3. Pemeriksaan fisik
4. Pelayanan kontrasepsi
5. Konseling pasca pelayanaan
Anamnesis

Tanyakan identitas pasien, metode KB yang diinginkan/pernah digunakan ,


status kesehatan/penyakit yang pernah diderita/sedang diderita, nilai status
kesehatan reproduksi : hamil/tidak hamil, penilaian 4 Terlalu dan risiko IMS

Penilaian risiko IMS dengan:


1. Tanyakan keluhan seperti ada tidaknya duh vagina/uretra, ulkus pada alat
kelamin,vegetasi pada alat kelamin pembengkakan kelenjar getah bening di
selangkangan dan nyeri perut bagian bawah.
2. Tanyakan mengenai :
Pria Perempuan
Mitra sexsual >1 dalam 1 bulan terakhir Suami/mitra seksual menderita IMS
Berhubungan seksual dengan penjaja Suami/mitra seksual/pasien sendiri mempunyai
seks dalam 1 bulan terakhir mitra sexual lebih dari satu dalam 1 bulan terakhir
Mengalami salah satu atau lebih Mengalami salah satu atau lebih episode IMS dalam
episode IMS dalam 1 bulan terakhir 1 bulan terakhir
Perilaku isteri/mitra seksual berisiko Perilaku suami /mitra seksual berisiko tinggi
tinggi
Konseling Pra pelayanan
1. Berikan informasi ringkas tentang berbagai pilihan metode
Keluarga Berencana (efektivitas/ keuntungan dan kerugian,
efek samping, komplikasi dan kontraindikasi)
2. Bantu klien menentukan pilihannya

Pemeriksaan Fisik
– Pemeriksaan secara umum dan organ reproduksi
– Secara inspeksi lihat apakah ada gejala IMS: perhatikan
warna dan bau duh tubuh, ada tidaknya vegetasi atau
ulkus pada genital
Pelayanan kontrasepsi :
1. Berikan informasi kepada klien mengenai hasil pemeriksaan
2. Bahas kelayakan metode yang dipilih klien dan kaitkan
dengan kondisi kesehatan. Adanya risiko IMS berimplikasi
pada metode kontrasepsi yang akan diberikan. Beberapa
kondisi kesehatan atau situasi tertentu menyebabkan
beberapa metode kontrasepsi tertentu harus
dikesampingkan atau suatu peringatan khusus disarankan
3. Pasien boleh merubah metode yang dipilihnya, bantu klien
untuk memilih metode yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya dengan meninjau kembali standar medis yang
ada.
4. Pemberian pelayanan kontrasepsi + penjelasan mengenai
tindakan yang akan diberikan
Konseling pasca pelayanan:

1. Berikan informasi lengkap tentang metode KB yang diberikan


termasuk kunjungan ulang.
2. Pada pasien yang berisiko/gejala IMS, rujuk ke Poli IMS/Poli
BP untuk mendapatkan penatalaksaan lebih lanjut.
3. Anjurkan pengunaan kondom secara konsisten untuk
mencegah penularan IMS
4. Klien KB yang di diagnosis IMS , petugas kesehatan wajib
menawarkan tes HIV. Penawaran tes HIV dapat dilakukan
oleh petugas di Poli KB, atau oleh petugas di Poli IMS atau
Petugas di poli KB dapat merujuk klien ke klinik KTS bila
pasien memerlukan konseling lebih lanjutan
Integrasi PPIA di Layanan Konseling remaja
Pemberian KIE HIV dan AIDS pada Remaja

Informasi dan edukasi HIV-AIDS termasuk PPIA

Remaja

Sekolah: UKS, PIKR Luar Sekolah/masyarakat Puskesmas PKPR

KIE : Konseling Konseling Konseling dan KIE


KIE
-Penyuluhan Pribadi :
pada Masa Guru BK,
Orientasi KS, KKR Rujuk bila tidak
Sekolah (MOS) dapat ditangani
-Penyuluhan rutin
Memulai Program PPIA

7/26/2019 33
Menyusun kegiatan komprehensif PPIA di
tingkat Kabupaten/Kota
.
1. Membentuk tim PPIA di kabupaten/Kota
2. Melaksanakan pertemuan berkala PPIA di
tingkat Kabupaten/Kota termasuk di Rumah
Sakit
3. Melaksanakan pelatihan PPIA bagi tenaga
program terkait di Dinas Kesehatan Kabupaten
dan Kota terkait.
Menyusun kegiatan komprehensif PPIA di
tingkat Kabupaten/Kota
.
1. Membentuk tim PPIA di kabupaten/Kota
2. Melaksanakan pertemuan berkala PPIA di
tingkat Kabupaten/Kota termasuk di Rumah
Sakit
3. Melaksanakan pelatihan PPIA bagi tenaga
program terkait di Dinas Kesehatan Kabupaten
dan Kota terkait.
Lanjutan..

4. Melaksanakan pelatihan PPIA bagi


tenaga kesehatan di Rumah Sakit
5. Melaksanakan pelatihan PPIA bagi
tenaga kesehatan di Puskesmas.
6. Melakukan supervisi dan monitoring
Menyusun alur pelayanan PPIA

1. Menyusun alur pelayanan termasuk sistem


rujukan PPIA antar unit dan eksternal pelayanan
terkait di Rumah Sakit , Puskesmas dan
pelayanan berbasis masyarakat
2. Menyusun sistem pencatatan dan pelaporan
pelayanan PPIA yang diintegrasikan pada sistem
pencatatan dan pelaporan KIA di Rumah Sakit
dan Puskesmas.

7/26/2019 37
Lanjutan…

4. Membentuk jejaring kerjasama dengan lintas


program dan lintas sektor terkait, Rumah sakit,
KDS/LSM
5. Mempersiapkan jejaring, kerjasama, dan alur
rujukan untuk pelayanan PPIA dan PPP
(profilkasis pasca pajanan).
6. Membentuk jejaring rujukan kasus antara RS,
Puskesmas, KDS/LSM dan Kader Kesehatan

7/26/2019 38
Tugas Rumah Sakit
1. Menyelenggarakan PPIA tingkat Rumah Sakit
2. Menetapkan SOP PPIA bagi RS di wilayah
kerja sesuai status epidemi HIV
3. Menetapkan SOP kewaspadaan standar dan
PPP
4. Mempersiapkan dan menyediakan layanan
tes HIV
5. Mempersiapkan kartu register nasional dan
ikhtisar keperawatan
6. Mempersiapkan dan menyediakan ARV dan
profilaksis
7. Membentuk sistem rujukan kasus antar RS
8. Mempersiapkan alur rujukan untuk pelayanan
PPIA dan PPP
9. Mempersiapkan dan menyediakan fasilitas
persalinan
Tugas Puskesmas
1. Menyelenggarakan PPIA tingkat puskesmas
2. Menyusun tim PPIA integrasi yang terdiri dari
kepala puskesmas, dokter umum, serta
perawat/bidan, petugas laboratorium, petugas
IMS-HIV dan petugas TB
3. Melaksanakan SOP PPIA dan Kewaspadaan
standar serta profilaksis pasca pajanan bagi
puskesmas dan jejaringnya hingga ke bidan di
desa yang telah ditetapkan oleh kepala dinas
setempat
Lanjutan…

4. Mempersiapkan dan menyediakan layanan tes


HIV
5. Mempersiapkan jejaring, kerjasama, dan alur
rujukan untuk pelayanan PPIA dan prosedur PPP
di puskesmas
6. Membentuk sistem rujukan kasus antara
puskesmas dengan jejaringnya (Puskesmas
Pembantu, Polindes/Poskesdes), dan KDS/LSM,
Kader Kesehatan
7. Mempersiapkan dan menyediakan fasilitas
persalinan
JEJARING INTERNAL & EKSTERNAL

7/26/2019 43
JEJARING INTERNAL

Integrasi layanan–layanan yang ada di fasilitas


kesehatan, yang terkait dengan PPIA, dan
sejalan dengan konsep Layanan Komprehensif
Berkesinambungan (LKB)

7/26/2019 44
Jejaring Internal

PPIA
Penjangkauan Rawat Jalan,
Outreach /Poli IMS
POLI TB TKIP
Poli KIA/KB/Kamar
TKIP bersalin

KTS PDP PKPR


konseling remaja

PTRM/LASS Lab/Radiologi
Rawat Inap
TKIP
TKIP
45
Jejaring Eksternal
(Layanan PPIA Komprehensif
Berkesinambungan/LKB)

7/26/2019 46
Pengertian LKB
• Layanan Komprehensif Berkesinambungan:
1. meliputi upaya promotif, preventif kuratif, dan
rehabilitatif bagi tiap anggota masy yang
membutuhkan (SKN)
2. pelibatan seluruh sektor terkait, masyarakat
termasuk swasta, kader, LSM, kelompok
dampingan sebaya, ODHA, keluarga, PKK,
tokoh adat, tokoh agama dan tokoh
masyarakat serta organisasi/kelompok yang
ada di masyarakat

7/26/2019 47
Lanjutan…

3. Berawal dari rumah  komunitas,  fasyankes


(puskesmas, klinik dan rumah sakit) selama
perjalanan infeksi HIV
4. Terpadu dan Berkesinambungan (sustainable)
 dukungan : manajerial, medis, psikologis &
sosial ODHA selama perawatan dan
pengobatan.

7/26/2019 48
Kerangka Kerja Layanan Komprehensif
Berkesinambungan
KOMISI

PENANGGULANGAN
COMMUNITY
ORGANIZER
AIDS (KPA)

Fasyankes Fasyankes
Primer
Sekunder
PUSKESMAS
RS Kab/Kota
KADER

Masyarakat
keluarga

PBM:
LSM, Ormas,
Kelompok Orsos, Relawan
Fasyankes Dukungan
PBR:
Tersier Keluarga ODHA
RS Provinsi

COMMUNITY
ORGANIZER

7/26/2019 49
Bagan Jejaring Eksternal
s Fokus layanan di
s tingkat Kabupaten/
kota, dengan alur
s
rujukan ke/dari RS
Kab/Kota, Puskesmas
atau RS satelit dan LSM
s
s

s
RS Provinsi
s RS Kab/Kota
s
Puskesmas Satelit (PDP)
Puskesmas
LSM/Ormas/KD
Rujukan kasus komplikasi

7/26/2019 50
Pencatatan dan Pelaporan
Indikator program PPIA untuk daerah epidemi meluas dan
terkonsentrasi

N Indikator No Indikator
o
7 % ibu HIV bersalin secara
1 % ibu hamil K1 ditawarkan perabdominam
pemeriksaan HIV
8 % bayi lahir hidup dari ibu HIV
2 % ibu hamil yang diperiksa HIV

9 % bayi lahir dari ibu HIV


3 % ibu hamil yang positif HIV
mendapatkan Cotrimoxazol
profilaksis
4 % ibu hamil HIV diterapi ARV
10 % bayi lahir dari ibu HIV
5 % ibu HIV bersalin di fasilitas Kesehatan mendapatkan ARV profilaksis

11 % bayi lahir dari ibu HIV diperiksa


6 % ibu HIV bersalin secara pervaginam
HIV (virologis dan atau serologis)
Indikator program PPIA untuk daerah epidemi Rendah
No. Indikator No. Indikator

1 % ibu hamil TB yang ditawarkan 8 % ibu HIV bersalin di fasilitas Kesehatan


pemeriksaan HIV
9 % ibu HIV bersalin secara pervaginam
2 % ibu hamil IMS yang ditawarkan
pemeriksaan HIV
10 % ibu HIV bersalin perabdominam
3 % ibu hamil TB yang diperiksa HIV
11 % bayi lahir hidup dari ibu HIV
4 % ibu hamil IMS yang diperiksa HIV
12 % bayi lahir dari ibu HIV mendapatkan
5 % ibu hamil TB yang positif HIV Cotrimoxazol profilaksis

6 % ibu hamil IMS yang positif HIV 13 % bayi lahir dari ibu HIV
mendapatkan ARV profilaksis
7 % ibu hamil HIV diterapi ARV
14 % bayi lahir dari ibu HIV diperiksa HIV
(virologis dan atau serologis)
Target Ibu Hamil ditawarkan Tes HIV pada
Pemeriksaan Antenatal

Daerah 2013 2014 2015 2016 2017

Epidemi
meluas 60% 70% 80% 90% 100%

epidemi
terkonsentrasi 15% 35% 60% 90% 100%

epidemi
rendah 10% 15% 20% 25% 30%
Target Indikator
1. 100% ibu hamil HIV diobati
2. 100% ibu HIV bersalin di tenaga kesehatan
3. 100% bayi lahir hidup dari ibu HIV
4. 100% bayi lahir dari ibu HIV mendapatkan
ARV profilaksis
5. 100% bayi lahir dari ibu HIV mendapatkan
Cotrimoxazol profilaksis
6. 100% bayi lahir dari ibu HIV diperiksa HIV
(virologis dan atau serologis)
Pencatatan dan pelaporan
• Dalam melakukan pencatatan dan pelaporan,
diupayakan untuk menggunakan formulir yang telah
yang telah tersedia. Pencatatan dan pelaporan PPIA
dan sifilis dilaksanakan secara berjenjang ke layanan
strata di atasnya

• Hasil layanan PPIA dan sifilis pada ibu hamil di unit


pelayanan kesehatan dicatat pada Kartu Ibu dan Kohort
Ibu, formulir Registrasi layanan IMS, formulir registrasi
layanan TIPK dan formulir registrasi layanan PPIA
Pencatatan
Pencatatan di tingkat Puskesmas :

• Hasil pelayanan antenatal terpadu termasuk HIV dan sifilis


di catat di kartu ibu.
• Formulir registrasi layanan TIPK di isi oleh pemberi layanan
• Formulir resitrasi layanan IMS diisi oleh pemberi layanan
• Formulir registrasi layanan PPIA hanya diisi bila ibu hamil
positif HIV. Pengelola IMS/petugas yang di tunjuk akan
mengisi formulir registrasi layanan PPIA dengan
memindahkan data hasil pelayanan dari kartu ibu. Data
layanan bayi yang lahir dari ibu HIV di formulir registrasi
layanan PPIA diisi oleh petugas pemberi layanan (RS
/Puskesmas)
Pencatatan di tingkat Rumah sakit

• Hasil pelayanan antenatal di catat rekam medis.


• formulir registrasi layanan TIPK diisi oleh pemberi layanan
• Formulir registrasi IMS diisi oleh pemberi layanan
• Formulir registrasi PPIA hanya diisi bila ibu hamil positif HIV.
Pengelola PPIA / petugas yang ditunjuk akan mengisi
formulir registrasi layanan PPIA dengan memindahkan data
hasil pelayanan dari rekam medis ibu. Data layanan bayi
yang lahir dari ibu HIV di formulir registrasi layanan PPIA
diisi oleh petugas pemberi layanan

Pencatatan di Faskes Mandiri


• Pencatatan di fasilitas pelayanan kesehatan mandiri di
sesuaikan dengan srata fasyankes tersebut (RS/Puskesmas)
Bagan Alur pelaporan Bagan 10. Alur pelaporan

Ditjen P2 PL cq Ditjen Bina Gizi dan


Direktur P2M dan KIA cq Dit Bina
Ditjen BUK cq Dit Kesehatan Ibu
BUK Rujukan

Rumah Pengelola Program KIA


Pengelola Program
sakit prov Provinsi
IMS/P2 Provinsi
SIHA Alur pelaporan

RS Pengelola Program Pengelola Program KIA


Kabupate IMS/P2 Kab/Kota Kab/Kota
n/Kota Koordinasi
SIHA F1, F6
SIHA
Pengelola Program Bidan Koordinator
IMS/P2 Puskesmas Berbagi data: Puskesmas
Data bumil, bumil HIV dan sifilis,
bayi HIV dan sifilis

BPS/Klinik Bidan di Bidan di pustu/ Poli KIA


Swasta desa Pilindes/Poskesdes Puskesmas
Pelaporan
Pelaporan Tingkat Puskesmas
• Bidan/petugas KIA di polindes/poskesdes,
pustu/kelurahan dan bidan praktek mandiri /klinik swasta
akan melaporkan hasil pelayanan antenatal terpadu ke
bidan koordinator Puskesmas . Bidan koordinator
Puskesmas akan merekapitulasi laporan dan berbagi data
dengan pengelola IMS/Petugas yang ditunjuk. Bidan
koordinator akan melaporkan hasil rekapitulasi pelayanan
ANC terpadu melalui format yang telah tersedia
• Pengelola program IMS/Petugas yang ditunjuk akan
merekapitulasi data layanan HIV dan sifilis pada ibu hamil
yang berasal dari formulir registrasi layanan IMS, formulir
regitrasi layanan TIPK, formulir registrasi layanan PPIA dan
melakukan input data ke dalam format pelaporan yang
sudah tersedia /aplikasi SIHA (Sistem Informasi HIV dan
AIDS).
Pelaporan tingkat kabupaten/kota:
• Pengelola program IMS/Petugas yang ditunjuk dan
pengelola program KIA akan merekapitulasi data
layanan dari fasyankes di seluruh wilayah
kabupaten/kota dan menlakukan input data ke dalam
format pelaporan yang sudah tersedia/aplikasi SIHA

Pelaporan tingkat provinsi:
• Pengelola program IMS/Petugas yang ditunjuk dan
pengelola program KIA akan merekapitulasi laporan
data layanan dari seluruh wilayah kabupaten/kota dan
melalakukan input data ke dalam format pelaporan
yang sudah tersedia/aplikasi SIHA
Pelaporan hasil pelayanan PPIA dan sifilis
dilakukan setiap bulan, dengan ketentuan:
• dari puskesmas ke kabupaten/kota paling
lambat tanggal 5.
• dari kabupaten/kota ke provinsi paling lambat
tanggal 10.
• dari provinsi ke pusat paling lambat tanggal
15.
SURAT PERSETUJUAN PITC

Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah mengerti tentang penyakit yang saya
derita, memahami prosedur pemeriksaan dan pengobatan yang akan diberikan
dan tahu segala akibat yang mungkin timbul dari penyakit dan tindakan medis
yang akan dilakukan terhadap saya, serta telah diberikan penjelasan dengan baik,
maka saya:

Bersedia / Tidak Bersedia dilakukan tindakan medis

Demikian surat persetujuan ini saya tanda tangani tanpa paksaan dari pihak
manapun

…………………,……………………….

Yang memberi pernyataan Petugas Kesehatan

(…………………………) (……………………………)
Terima kasih

Perlindungan menyeluruh dan dinamis terhadap penularan HIV dari ibu ke bayi

Anda mungkin juga menyukai