PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Sehat merupakan kehendak semua pihak, tidak hanya oleh orang perorang, tetapi juga oleh keluarga,
kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat ada beberapa hal
yang perlu dilakukan di antaranya menyelenggarakan pelayanan kesehatan, dan pembangunan di
bidang kesehatan.
Menurut WHO (1947) Definisi Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Definisi WHO
tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang po sitif
antara lain; Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh, Memandang sehat
dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal, Penghargaan terhadap pentingnya peran
individu dalam hidup.
Menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 mendefinisikan tentang Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang
utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan.
Menurut Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa setiap
kegiatan dalam upaya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif,dan berkelanjutan. Upaya
pelayanan kesehatan dilakukan dengan mengikut sertakan masyarakat secara luas yang mencakup
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, berjenjang, terpadu dan
berkesinambungan. Upaya kesehatan juga perlu mempertimbangkan perkembangan teknologi dan
informasi bidang kesehatan seiring dengan fenomena globalisasi berdasarkan paradigma sehat.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya ,
Untuk mewujudkan tujuan tersebut diciptakanlah Visi Indonesia Sehat, yang merupakan cerminan
masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan
perilaku, dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, diseluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan daerah
dihadapkan kepada beberapa keadaan dan isu penting, yaitu kesehatan sebagai hak asasi dan
sekaligus investasi, adanya transisi demografis dan epidemiologis, tantangan global sebagai akibat
kebijakan perdagangan bebas, demokratisasi yang terus berkembang disegala bidang dan aspek
kehidupan masyarakat sangat bervariasi. Isu-isu penting ini apabila dihadapi dengan arif dan
bijaksana, maka merupakan sebuah peluang dan sekaligus pula tantangan untuk pembangunan sektor
A. Keadaan Geografis
Puskesmas Uepai Kecamatan Uepai ± 9,2 km dari ibu Kota Kab.Konawe, secara astronomis
kecamatan Uepai terletak antara 3045000’ dan 3056000015’ lintang Selatan, dan antara
121051’15..- 1220 6’51’15 Bujur Timur.
Berdasarkan geografisnya Kecamatan Uepai memiliki batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Unaaha
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Konawe
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lambuya
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kolaka Timur
Luas wilayah Kecamatan Uepai 11,876 Ha atau 1,02% dari luas daratan Kabupaten Konawe.
Desa dengan wilayah terluas di Kecamatan Uepai adalah Desa Rawua dengan luas 24,58 km 2 dan
Desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Anggawo dengan luas 2,07 km 2.
Puskesmas Uepai merupakan Puskesmas non perawatan yang berdiri sejak Tahun 2004. Lokasi
Puskesmas Uepai terletak di Desa Matahoalu yang berjarak ± 8 km dari bu Kota Kabupaten Konawe,
dengan jumlah wilayah kerja 17 Desa dan 1 Kelurahan.
1. Pertumbuhan
Jumlah penduduk di Kecamatan Uepai Tahun 2021 Sebesar 13.026 Jiwa. Pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Uepai, dapat dilihat pada Tabel 1, sebagai berikut.
Tabel. 1
Jumlah Desa/Kelurahan, Luas wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Jumlah
Rumah Tangga (KK), dan Rata-rata Jiwa Per Rumah Tangga Menurut Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Uepai Tahun 2021
Luas Wilayah
No Kelurahan/Desa Jumlah Penduduk Persentase
(Ha)
Pada Tabel 1. Diatas, menunjukkan bahwa Desa Anggopiu merupakan jumlah penduduk
yang paling tertiggi yaitu 1.383 jiwa sedangkan Desa Anggawo jumlah penduduk yang paling
terendah yaitu 190 jiwa. Konsentrasi penduduk yang tidak merata masih merupakan ciri yang
paling menonjol dari penduduk Kecamatan Uepai. Hal ini ditandai dengan besarnya perbedaan
kepadatan antara Desa/Kelurahan satu dengan yang lainnya.
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan ratio jenis
kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Adapun jumlah
penduduk laki-laki sebesar 6.651 jiwa dan perempuan sebesar 6.375 jiwa, jumlah penduduk
dan sex ratio menurut kecamatan,dapat dilihat pada tabel. 3 sebagai berikut.
Tabel. 3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Uepai
Tahun 2021
JUMLAH PENDUDUK
KELOMPO
RASIO
NO K UMUR LAKI- PEREMPUA LAKI-LAKI+
JENIS
(TAHUN) LAKI N PEREMPUAN
KELAMIN
1 0–4 639 644 1.283 108
Tabel. 4
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Uepai
Tahun 2021
Pada tabel 4 tersebut dapat dilihat berdasarkan Pekerjaan tertinggi adalah bekerja sebagai Petani
sebanyak 80% dan pekerjaan yang paling terendah adalah sebagai TNI/POLRI sebanyak 3%.
Tabel. 5
Distribusi Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Uepai Tahun 2021
NO Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
4 SD 2.645 29,47
A. Sarana Kesehatan
1. Puskesmas dan Jaringannya
Puskesmas Uepai merupakan Puskesmas Non Perawatan yang berada di Kecamatan Uepai.
Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Uepai juga mempunyai beberapa fasilitas jaringan
kesehatan dalam hal pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat, hal
ini dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikuit.
Tabel. 6
Jenis Jejaring di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Uepai Dalam Pelayanan Kesehatan
Tahun 2021
1 Puskesmas Pembantu 2
2 Posyandu 19
3 Posyandu Lansia 10
4 Posbindu 16
5 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 15
6 Polindes 2
7 Poskesdes 5
Sumber : Data UPTD Puskesmas Uepai Tahun 2021
2. Sarana Pelayanan lain
Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Uepai memiliki beberapa sarana pelayanan kesehatan
yang di kelolah secara pribadi atau praktek untuk melayani pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Adapun sarana pelayanan lainnya yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Uepai dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut.
Tabel. 7
Jenis Sarana Pelayanan Lain diwilayah kerja UPTD Puskesmas Uepai Tahun 2021
3 Praktek Perawat 1
CAPAIAN
NO JENIS PELAYANAN
TARGET %
1 2 3
Tabel. 11
Daftar Pelayanan Posyandu di Desa dan Tanggal Pelaksanaannya di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Uepai Tahun 2021
NO DESA/KELURAHAN NAMA POSYANDU TANGGAL
PELAKSANAAN
1 Rawua Monapa 3
2 Waraka 25
3 Amaroa Morini 4
4 Tamesandi Membiri 5
5 Ameroro Waraka 6
6 Anggopiu Meohai 7
7 Panggulawu Kartika Pratama 8
8 Olo-Oloho Diana Pertiwi 9
9 Kelurahan Uepai Anamolepo 10
10 Tanggondipo Samaturu 12
11 Tawarotebota Wonua Mandara 13
12 Baruga Anggrek 14
13 Tawamelewe Mawar 16
14 Kasaeda Bunga Kamboja 17
15 Matahoalu Melati 19
16 Humboto Mawar 20
17 Langgomea Tunas harapan 21
18 Puuroda Jaya Siwatu 23
19 Anggawo Anggawo 27
Sumber: Data UPTD Puskesma Uepai Tahun2021
Tabel .13
Jumlah Sumber Daya Tenaga Keperawatan dan Kebidanan di UPTD Puskesmas Uepai
Tahun 2021
Status
No Jenis Ketenagaan Jumlah
PNS PHL
S1 Keperawatan
1 3 2 5
D3 Keperawatan
2 3 11 14
D4 Kebidanan
3 2 1 3
D3 Kebidanan
4 10 6 16
Sumber : Data UPTD Puskesmas Uepai Tahun 2021
Tabel .14
Jumlah Sumber Daya Tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan dan Gizi
di UPTD Puskesmas Uepai Tahun 2021
Status
No Jenis Ketenagaan Jumlah
PNS PHL
1 S2 Kesehatan Masyarakat 1 0 1
2 S1 Kesehatan Masyarakat 5 1 6
3 S1 Sanitarian 0 2 2
4 D3 Kesehatan Lingkungan 1 0 1
5 D3 Gizi Masyarakat 1 2 3
Sumber : Data UPTD Puskesmas Uepai Tahun 2021
D. Jumlah Tenaga Tehnik Biomedik, Keterapian fisik dan Keteknisan Medik di Fasilitas
Kesehatan
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Tabel. 15
Alokasi Pembiayaan Dana Bantuan Operasional Kesehatan UPTD Puskesmas Uepai
Tahun 2021
Tabel. 16
Alokasi Pembiayaan Dana Jaminan Persalinan UPTD Puskesmas Uepai
Tahun 2021
Berdasarkan Tabel.16 diatas menunjukan bahwa alokasi pengunaan dana non kapitasi.
Tabel. 17
Alokasi Pembiayaan Dana Jaminan Kesehatan Nasioanal UPTD Puskesmas Uepai
Tahun 2021
KESEHATAN KELUARGA
A. Kesehatan Ibu
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil meliputi pelayanan kesehatan antenatal care, pemeriksaan
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas persiapan
pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Pelayanan antenatal
merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis
kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama
kehamilannya, yang mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat
pada kegiatan promotif dan preventif. hasil pelayanan antenatal dari cakupan K1 dan K4 di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Uepai dapat kita lihat pada Gambar 1 sebagai berikut.
Gambar. 1
Pelayanan Kesehatan Pemeriksaan Ibu Hamil (ANC) di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Tahun 2021
100
93.19
100
80
90
80 67.03
70
60
Target
50
Pencapaian
40
30
20
10
0
Pelayanan K1 Pelayanan K4
B. Kesehatan Anak
1. Pelayanan Kesehatan Neonatal
Neonatus adalah Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang mempunyai risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan pada neonates (0-28 hari) minimal 2 kali, satu kali pada umur 0-7 hari
dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari. Persentase pelayanan neonatus risti yang dirujuk dan
mendapat pelayanan/penanganan sebesar 0 kasus dengan persentase 0%. Upaya pelayanan
yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan
bayi dan melakukan konseling perawatan bayi dan ibu.
Hasil pencatatan dan pelaporan Programer Kesehatan Keluarga UPTD Puskesmas Uepai
Tahun 2021 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan neonatus (KN1 0-2 hari) sebanyak 180
(71%) dan kunjungan neonatus (KN3 8-28 hari) sebanyak 177 (70%).
2. Berat Badan Lahir Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) kurang dari 2.500 gram merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan atas 2
kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena Intrauterine Growth Retardation
(IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Hasil pengumpulan dan pelaporan data programer Kesehatan Keluarga UPTD Puskesmas
Uepai Tahun 2021 dari jumlah bayi lahir hidup sebanyak 255 bayi, ditemukan adanya kasus
bayi baru lahir dengan berat badan rendah sebanyak 3 bayi.
3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini dan sebanyak mungkin sejak bayi
dilahirkan hingga bayi berusia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makana lain, bahkan air
putih sekalipun. WHO merekomendaikan pemberian ASI Eksklusif pada bayi cukup
dilakukas 7n hingga bayi berumur enam bulan karena hasil kajian memperlihatkan bahwa air
susu ibu mengandung semua nutrisi terbaik untuk tumbuh kembang bayi dan mengandung
antibodi yang berfungsi melawan sakit penyakit dan membantu penyempurnaan sistem
kekebalan tubuh yang dibutuhkan bayi bahkan untuk bayi berusia enam bulan.
Hasil pengumpulan dan pelaporan data programer Gizi UPTD Puskesmas Uepai Tahun
2021 bahwa bayi umur 0- 6 bulan sebanyak 102 bayi, yang mendapatkan ASI Eksklusif
sebanyak 42 bayi (41%)
4. Pelayanan Kesehatan Bayi
Gambar. 2
Persentase Cakupan Pemberian Imunisasi Dasar Tahun 2021
86.89
90.00
80.00 72.54
67.62
70.00
54.92
60.00 51.23
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
HB0 BCG DPTHB3 Polio 4 Campak
BAB VII
A. Pengendalian Penyakit
1. Pengendalian Penyakit Menular langsung
a. Penyakit Tuberkulosis Paru ( P2 TB Paru)
Penyakit Tuberkulosis Paru ( TB) masih menjadi masalah kesehatan karena:
Penemuan Penderita TB BTA (+) masih rendah
Presentase penularan tertinggi pada kelompok produktif
Menyerang pada semua kelompok umur
Dari gambaran pencapaian program penanggulangan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas
Uepai tahun 2021 menunjukkan pencapaian yang belum memuaskan dan memerlukan
peningkatan. Distribusi penemuan kasus TB Paru (BTA+) tahun 2017-2021, disajikan pada
Tabel. 19 sebagai berikut:
Tabel. 19
Distribusi Penemuan Kasus TB Paru (BTA+) di Puskesmas Uepai
Tahun 2021
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa pada tahun 2021, tidak ditemukan adanya kasus
penyakit kusta di wilayah kerja UPTD Pusksmas Uepai.
Pada Tabel. 20 menunjukkan bahwa pada tahun 2020 jumlah penderita diare sebanyak 152
kasus (Insiden Rate 12/ 1000 Penduduk), sedangkan pada tahun 2021 terjadi penurunan kasus
penyakit diare sebanyak 68 (IR 5/1000 penduduk). Gambaran Penyakit Diare Selengkapnya
disajikan pada Gambar. 3 sebagai berikut.
Gambar. 3
Penyakit Diare di Wialayah Kerja UPTD Puskesmas Uepai Tahun 2021
298
300 272
254
250
200
152
150
100 68
50
0
2017 2018 2019 2020 2021
Pada Gambar. 3 menunjukkan jumlah kasus diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Uepai
di Tahun 2021 terjadi penurunan dengan jumlah keseluruhan 68 kasus, dan semua kasus diare
dapat ditangani oleh petugas programer Puskesmas untuk mencegah terjadi KLB yang
disebabkan oleh penyakit diare.
Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, maka pemerintah telah
melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio
secara rutin, pemberian imunisasi massal pada anak balita melalui PIN (Pekan Imunisasi
Nasional) dan surveilans AFP.
Surveilans AFP pada hakekatnya adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan
yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada
poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan pelacakan terhadap anak < 15 tahun yang mengalami kelumpuhan layuh
mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal.
b. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, dua kali
selang waktu pengambilan I dan II > 24 jam.
c. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium Bio Farma Bandung dengan
pengemasan khusus.
d. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologis adanya virus polio liar
didalamnya.
Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan
oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan
atau tidak.
f. Persentase Penyakit Kusta Ditangani
Dalam kurun waktu sepuluh tahun (1991-2001), angka prevalensi penyakit kusta secara
Nasional telah mengalami penurunan dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991. Lalu
turun menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi
sedikit meningkat menjadi 0,95, pada tahun 2003 turun menjadi 0,8 dan tahun 2004
meningkat lagi menjadi 0,93 per 10.000 penduduk (Profil Kesehatan Indonesia 2004,
Depkes).
Meskipun Indonesia telah mencapai eleminasi kusta pada pertengahan 2000, sampai saat
ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti
dari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia dan merupakan negara dengan
urutan ketiga penderita terbanyak di dunia. Penyakit kusta dapat mengakibatkan kecacatan
pada penderita dan masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di kalangan
Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Uepai pada tahun 2021 tidak ditemukan adanya
kasus difteri.
c. Batuk Rejan (Pertusis)
Penyakit Polio disebabkan oleh virus yang dibedakan menjadi 3 jenis, yakni virus 1,
2 dan 3. Diperkirakan 275.000 anak-anak di negaja-negara sedang berkembang
menderita polio paralitik setiap tahun sebelum mencapai usia 3 tahun. Polio
merupakan penyebab utama kelumpuhan di dunia. Pada tahun 1983 dilaporkan
36.400 kasus dari 170 negara.
Polio dapat menular melalui kontak langsung atau makanan dan minuman yang
terkontaminasifaeces. Penderita dapat menjadi carrier dan dapat menularkan ke
orang lain 3 minggu sejak dia terinfeksi. Masa inkubasi polio paralitik berkisar antara
7 -14 hari.
Gejala Polio meliputi antara lain: demam, talc enak badan, sakit tenggorokan, mual-
mual, diare, sakit kepala, leher kaku, sakit otot di anggota badan dan punggung dan
paralisis. Satu dari 200 penderita akan mengalami paralisis.
0 1 2 3 4 5 6
Pada Gambar.5 menunjukkan kasus GHPR yang terbanyak terdapat di Desa Langgomea
yakni 8 kasus, dan semua kasus gigitan dapat tertangani dan diberikan suntikan Vaksin Anti
Rabies (VAR) oleh petugas kesehatan UPTD Puskesmas Uepai.
4. Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia yang tergolong
tinggi. Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia,
diantaranya penyakit jantung, hipertensi, diabetes ,penyakit ginjal, Asam Urat, Kolestrol dan
penyakit stroke
Pengendalian penyakit tidak menular di wilayah kerja UPTD Puskesmas Uepai pada tahun
2021 programer Promkes dan Programer Posbindu PTM telah melakukan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan, melakukan kegiatan aktivitas
fisik ( Senam) dan pemeriksaan kesehatan secara dini kepada masyarakat
Gambar. 6
Distribusi 10 Besar Penyakit Di UPTD Puskesmas Uepai Kecamatan Uepai
Tahun 2021
Pada Gambar.6 menunjukkan bahwa distribusi 10 besar penyakit di UPTD Puskesmas Uepai
pada tahun 2021, Kasus Tertinggi yaitu tekanan darah tinggi berjumlah 1.805 kasus dan kasus
yang terendah adalah Penyakit karies gigi berjumlah 60 kasus.
Sistem Manajamen Informasi yangdilaksanakan di Puskesmas dengan Pengkodean diagnosa
penyakit berdasarkan ICD 10. Dengan demikian pengkodean ICD 10, penyakit terdiagnosa lebih
terinci dan jumlah kasus penyakit terdistribusi sesuai indikasi medisnya.
C. Kesehatan Lingkungan
1. Air Minum
Air minum adalah air yang sudah bisa di konsumsi oleh masyarakat dan sudah melalui
proses di masak dan pengolahan depot air minum, namun di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Uepai masyarakat mengkonsumsi air minum ada dua jenis air minum yakni air minum
melalui proses dimasak dan pengolahan depot air minum, adapun jumlah depot air minum di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Uepai berjumlah 5 dan memiliki sertifikat memenuhi syarat
kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe dan Kantor Perizinan.
2. Sanitasi Layak
Dikatakan sanitasi layak apabila setiap kepala keluarga sudah memiliki rumah sehat.
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang
memiliki jamban sehat (JAGA), sarana air bersih (SAB), tempat pembuangan sampah (TPS),
sarana pembuangan air limbah (SPAL), ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah
yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Kontruksi rumah yang dan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko penularan
berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti DBD, Malaria, TBC,
ISPA dan lain-lain.
Persentase rumah sehat yang ada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Uepai Tahun 2021
sebesar 2.381 (77%) dari jumlah rumah 3.072 rumah.
3. Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi jamban, tempat
sampah dan pengelolaan air limbah. Jumlah KK yang telah memiliki jamban sehat sebanyak
A. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun 2021 ini berbagai peningkatan derajat
kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan
perbaikan kondisi umum, perbaikan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Kabupaten Konawe.
Situasi dan kondisi sektor kesehatan hingga tahun 2021 telah memperlihatkan seberapa jauh
perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan yang telah dicapai menunjukkan kekurangan dan
kelebihan dari upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan yang tentunya juga tidak terlepas dari
kontribusi lintas sektor terkait pada sisi output nampak bahwa perilaku masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat masih rendah. Sementara pada sisi input masih terdapat beberapa kriteria dari
pelayanan kesehatan, manajemen kesehatan dan sumber daya kesehatan yang masih jauh dari
target baik Indonesia Sehat maupun program Konawe Sehat, SPM bidang kesehatan maupun
MGDs, dengan demikian kontribusi lintas sektor terkait seperti pendidikan, dimana jumlah
pendidikan rendah dan pendidikan tinggi masih dibawah angka standar Nasional, masih
rendahnya pelayanan KB dan juga penggunaan air bersih.
Gambaran tersebut merupakan fakta yang harus dikomunikasikan, baik kepada para pimpinan
dan pengelola program kesehatan maupun lintas sektor dan masyarakat di daerah yang
didiskripsikan melalui data dan informasi, apalagi dalam era desentralisasi pengumpulan data dan
informasi dari Puskesmas menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan
informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Konawe. Disamping itu, dalam
B. Saran