Anda di halaman 1dari 5

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

(The Indonesian Journal of Public Health)


https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi, jkmi@unimus.ac.id
Volume 16, Nomor 4, Februari 2022
Open Access
Original Article

Hubungan Antara Perilaku Higiene dan Keamanan Pangan Dengan Kejadian Diare Pada
Balita

Muhammad Faris Sasman1✉, Suparmi Suparmi2, Ratnawati Ratnawati3


1
Program Studi Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung
2
Bagian Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung
3
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung

Info Artikel Abstrak


Diterima 27 Januari 2022 Latar Belakang: Kualitas dan keamanan makanan perlu dijaga untuk menghindari
Disetujui 08 Februari 2022 munculnya penyakit akibat makanan (food borne disease), salah satunya diare.
Diterbitkan 13 Februari 2022 Rendahnya perilaku higiene dan keamanan pangan pada orang tua diduga dapat
meningkatkan kejadian diare pada balita. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara perilaku higiene dan keamanan pangan kejadian diare
Kata Kunci: pada balita. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan
Higiene, Keamanan pangan, pengambilan sampel melalui consecutive sampling. Sampel penelitian adalah 36
Kejadian diare, Kontaminasi orang ibu yang mempunyai balita di Desa Purwawinangun pada bulan September
2021. Perilaku higiene dan keamanan pangan dan kejadian diare diukur menggunakan
kuesioner yang diisi oleh responden. Data dianalisis menggunakan Fisher Exact Test.
e-ISSN: Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58,3% Ibu yang memiliki
2613-9219 perilaku higiene buruk memiliki balita yang mengalami diare, sedangkan sebanyak
83.3% Ibu yang memiliki perilaku higiene baik memiliki anak yang tidak mengalami
Akreditasi Nasional: diare. Hasil uji Fisher's Exact Test diperoleh p-value 0,020 < 0,05 sehingga terdapat
Sinta 4 hubungan yang signifikan antara higiene dengan kejadian diare. Kesimpulan:
Perilaku higiene dan keamanan pangan pada ibu berhubungan dengan kejadian diare
pada balita.

Keywords:
Hygiene, Food safety, Diarrhea
Abstract
Incidence, Contamination
Background: Food quality and safety need to be maintained to avoid the emergence
✉ of food-borne diseases, one of which was diarrhea. Low hygiene and food safety
Coresponding author:
behavior in parents was thought to increase the diarrhea incidence in toddlers.
farissasman22@std.unissula.ac. Purpose: This study aims to determine the correlation between hygiene behavior and
id food safety towards the event of diarrhea in toddlers. Methods: This study used a
cross-sectional design with consecutive sampling. The research sample was 36
mothers with toddlers in Purwawinangun Village in September 2021. Hygiene and
food safety behavior and the diarrhea incidence were measured using a questionnaire
filled out by respondents. Data were analyzed using Fisher Exact Test. Result: The
results showed that were 58.3% of mothers who had poor hygiene behavior had
toddlers who had diarrhea, while were 83.3% of mothers who had good hygiene
behavior had toddlers who did not experience diarrhea. Fisher's Exact Test results
obtained a p-value of 0.020 <0.05 so that there was a significant relationship between
hygiene and the diarrhea incidence. Conclusion: Hygiene behavior and food safety in
mothers were related to the diarrhea incidence in toddlers.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx | 1
© xxxx Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

Pendahuluan higiene personal dengan kejadian diare.


Kualitas dan keamanan makanan perlu Hidayanti (2012) melaporkan bahwa terdapat
dijaga untuk mengindari munculnya penyakit hubungan diantara higiene serta sanitasi pada
akibat makanan (food borne disease), salah makanan dengan kejadian diare (Hidayanti,
satunya diare. Konsumsi makanan yang 2012). Selain itu, diare juga berhubungan
kurang bersih dan terkontaminasi bakteri dengan kepemilikan jamban, sumber air dan
dapat menyebakan diare yang ditandai dengan pengelolaan sampah (Zarinayati & Sumadi,
jumlah frekuensi buang air besar (BAB) yang 2020).
lebih dari 3 kali/hari, dan tinja bersifat encer Penanganan diare yang tidak baik dapat
(Wati et al., 2018). Tingginya prevalensi diare meyebabkan anak mengalami dehidrasi yang ditandai
di Desa Purwawinangun Kecamatan dengan kekurangan elektrolit, penurunan berat badan,
Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat berkurangnya turgor kulit, dan mata cekung. Oleh
diduga disebabkan oleh rendahnya perilaku karena itu, perlu ditingkatkan pengetahuan tnentang
higiene dan perilaku keamanan pangan yang perilaku higiene dan keamanan pangan mulai dari
tidak memadai. Data Profil Kesehatan proses persiapan bahan baku, pengolahan penyajian,
Kabupaten Cirebon Menunjukkan data transportasi dan konsumsi berpengaruh terhadap
Diare di Kecamatan Suranenggala makanan dalam menghasilkan makanan yang sehat.
sebanyak 1.299 kasus (Dinkes Kabupaten Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
Cirebon, 2019). Data WHO menyebutkan mengetahui hubungan antara perilaku higiene dan
sebanyak 500.000.000 orang sakit dan keamanan pangan pada Ibu dan kejadian diare di Desa
125.000 kematian setiap tahun yang Purwawinangun.
disebabkan oleh diare (World Health
Organization, 2017). Angka prevalensi diare Metode
di Indonesia menunjukkan sebanyak 18.225 Penelitian ini menggunakan rancangan cross
(9%) anak usia 1-4 tahun menderita diare, sectional dengan sampel sebanyak 36 responden.
182.238 (6,2%) orang usia 15-24 tahun Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
menderita diare terdapat sejumlah 165.644 consecutive sampling. Instrumen penelitian
(6,7%) (Hijriani, Hera.,et al 2020). Dinas menggunakan kuesioner dengan pengisian langsung
Kesehatan Provinsi Jawa Barat melaporkan oleh responden yaitu ibu yang mempunyai balita di
jangkauan layanan penderita diare berbagai Desa Purwawinangun Kecamatan Suranenggala
usia dimulai pada tahun 2015 hingga tahun Kabupaten Cirebon pada bulan September 2021.
2016, dimana pada tahun 2017 menunjukkan Penelitian ini sudah melewati kode etik dari Komisi
jangkauan layanan yang paling tinggi yaitu Bioetik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan
sebesar 97,2% (Dinkes Jawa Barat, 2019). Agung dengan nomor. 330/X/2021/Komisi Bioetik.
Data layanan rawat jalan di Puskesmas se- Perilaku higiene adalah perilaku ibu tentang
kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa diare langkah kebersihan serta kesehatan untuk pengendalian
menempati urutan ke 4 pada 10 besar penyakit aspek tempat, perlengkapan, serta makanan yang dapat
dengan jumlah kunjungan paling tinggi pada menyebabkan permasalahan pada kesehatan seperti
kelompok usia 0 sampai 1 tahun, dimana 860 keracunan. Data diperoleh dari kuesioner yang terdiri
kasus terjadi di Kecamatan Suraneggala dari 20 pertanyaan. Jawaban diklasifikasi menjadi
(Dinkes Kabupaten Cirebon, 2018) Tidak pernah = 1; Pernah = 2; Jarang = 3; Selalu = 4.
Penelitian tentang hubungan Data dikelompokkan menjadi dua yaitu baik jika total
antaravhigiene dan keamanan pangan pada ibu skornya 41-80 dan buruk jika total skornya 1-40.
dan peristiwa diare di Desa Purwawinangun Keamanan pangan ialah kondisi dan upaya yang
belum pernah dilakukan. Tangka (2014) diperlukan oleh ibu untuk mencegah pangan dari
melaporkan bahwa terdapat hubungan antara kemungkinan 3 cemaran, yaitu cemaran biologis,
pengetahuan, persediaan air bersih serta kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,

Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx | 2
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan melihat distribusi frekuensi perilaku higiene, keamanan
budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. pangan, dan kejadian diare. Analisis bivariat dengan
Data diperoleh dari kuesioner yang terdiri dari 10 Fisher Exact test digunakan untuk menganalisis
Karakteristik Frekuensi Persentase
pertanyaan. Jawaban diklasifikasi menjadi Tidak hubungan Kejadian
antara perilaku Fisher
Diare higiene dan keamanan
Demografi (%)
pernah = 1; Pernah = 2; Jarang = 3; Selalu = 4. Total Keamana
pangan dengan
Ya kejadian
Tidak Jumla
diare untuk 's
masing-masing CI
Usia PR
Skor dikelompokkan menjadi dua, yaitu baik jika total n Pangan
data variabel dengan % h Exact
cross tab (tabulasi silang). Pada
- >20 Tahun 16 44,4 N % n
skor 21-40 dan buruk jika total skor 1-20. penelitian ini tidak dilakukan uji parametrikTestkarena
- >30 Tahun 17 47,2
Diare adalah penyakit yang dialami oleh anak Buruk 6 yang
skala data 75, dipakai
2 25, adalah8 kategorik.0,005 2.127
- >40 Tahun 3 8,3 4.20
balita ditandai dengan konsistensi tinja yang encer Baik 5 0 2 0 28 -
Pendidikan 0
dengan atau tidak disertai lendir, serta frekuensi BAB Hasil 17, 3 82, 89.52
- Tidak Tamat SD 3 8,3 9 1 4
sekitar 3 sampai 4 kali/hari. Data diperoleh dari
- Tamat SD 2 5,6 Penelitian observasional dengan desain cross
pertanyaan langsung kuesioner dalam kurun waktu 6
- Tamat SMP 7 19,4 sectional pada 36 orang responden ini bertujuan
bulan dan dibedakan menjadi diare dan tidak diare.
- Tamat SMA 21 58,3 untuk mengetahui hubungan antara perilaku higiene
Jawaban diklasifikasikan menjadi Ya = 1 dan Tidak =
- Sarjana 3 8,3 dan keamanan pangan dengan kejadian diare di Desa
2.
Pekerjaan Purwawinangun, Kecamatan Suranenggala
- Ibu Rumah 31 86,1 Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
TanggaTabel 1. Karakteristik Data Responden8,3
3 di Desa Tabel 2 Hasil Analisis Hubungan Keamanan Pangan
- Pedagang
Purwawinangun, Cirebon,2Jawa Barat 5,6 Dengan Kejadian Diare Di Desa Purwawinangun,
- Usaha/Wiraswasta Cirebon, Jawa Barat
Jenis Kelamin
- Laki-laki 16 44,4
- Perempuan 20 55,6 Tabel
Pembahasan
Usia Balita 1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Desa
- 1 Tahun 8 22,2 Hasil
Purwawinangun, Kecamatan Suranenggala Kabupaten
- 2 Tahun 11 30,6 Cirebon, Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena Ibu
- 3 Tahun 11 30,6 yang memiliki perilaku higiene baik memiliki
- 4 Tahun 6 16,7 kebiasaan rajin mencuci tangan dengan sabun dan
Perilaku Higiene membersihkan alat makan sebelum mengasuh putra-
- Baik 24 66,7 putrinya. Tingkat perilaku higiene Ibu yang baik dapat
- Buruk 12 33,3 mencegah kontaminasi mikroorganisme yang
Keamanan berbahaya pada makanan yang dikonsumsi balitanya.
Pangan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tangka
- Baik 28 77,8 (2014), Zarinayati (2020), dan Wulandari (2019). Akan
- Buruk 8 22,2 tetapi penelitian lain oleh Annisa (2020), Wati (2018),
Kejadian Diare dan Handayani (2021) menunjukkan bahwa tidak ada
- Ya 11 30,6 hubungan antara perilaku higiene dengan kejadian
- Tidak 25 69,4 diare. Hal tersebut disebabkan, personal higiene
Analisis Hubungan Perilaku Higiene pada Ibu Dengan dititikberatkan pada perilaku cuci tangan pakai sabun
Kejadian Diare Di Desa Purwawinangun, Cirebon, (CTPS) responden dalam kehidupan sehari-hari.
Jawa Barat Dewasa ini, CTPS masih menjadi hal yang
disepelekan. Padahal, tangan merupakan media yang
Kejadian Diare bisa membawa mikroorganisme patogen ke makanan.
Perilak Pada Anak Fisher' Kebiasaan tidak melakukan CTPS setelah buang air
u Ya Tidak Jumlah PR s Exact CI besar maupun kecil sangat berbahaya bagi ibu yang
Higiene % Test memiliki anak khususnya balita yang mana sistem
N % n
Ibu pencernaan pada balita masih rentan, salah satu
Buruk 7 58, 5 41,7 12 0,020 1.454- akibatnya yakni diare.
3.50
Baik 4 3 20 83,3 24 33.696 Kejadian pada balita di Desa Purwawinangun,
0
16, Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon, Jawa
7 Barat berhubungan dengan praktek keamanan pangan

Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx | 3
pada Ibu (p < 0,05). Sebagian besar Ibu (77,8%) memegang makanan, sehingga didapatkan hasil
menunjukkan perilaku keamanan pangan yang baik keamanan makanan yang tidak baik dengan kejadian
sehingga kejadian diare pada balitanya sangat kecil diare (Arifputera et al., 2014).
(17.9%). Ibu yang mempraktekkan keamanan pangan Hasil penelitian ini terbatas pada lokasi
dapat mencegah pangan yang dikonsumsi balitanya penelitian di Desa Purwawinangun, Kecamatan
terhindar dari kerusakan, kotor, tidak tercemar serta Suranenggala Kabupaten Cirebon, Jawa Barat yang
terurai dan tidak busuk serta tidak menjijikkan dan diteliti dengan jumlah sampel yang kurang mewakili
bebas dari cemaran kimia, biologi serta benda lainnya seluruh populasi Ibu di Kebupaten Cirebon, Jawa
yang dapat menyebabkan diare (Nurlaela, 2011). Barat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang
Hubungan antara praktek perilaku keamanan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dengan
makanan dengan kejadian diare ini telah diteliti cakupan lokasi yang lebih luas, sehingga dapat
sebelumnya oleh Hidayanti (2012) yang menunjukkan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dari penelitian
bahwa ada hubungan perilaku keamanan makanan ini. Selain itu, data perilaku higiene dan perilaku
dengan peristiwa diare. Akan tetapi Annisa (2020), keamanan pangan pada Ibu serta kejadian diare pada
Wati (2018), dan Kurniajati (2015) menunjukkan anak perlu diamati secara langsung tidak hanya dengan
bahwa tidak ada hubungan antara perilaku kemanan kuesioner. Selanjutnya, perilaku anak balita belum
pangan dengan kejadian diare. Hal tersebut disebabkan diukur yang kemungkinan menjadi faktor penyebab
karena ibu balita mencuci peralatan makanan (botol diare anak balita. Faktor-faktor kejadian diare lainnya
bayi) dengan cara merebus dan tidak menggunakan air seperti faktor gizi, faktor ekonomi dan pendidikan,
mengalir. Hal ini meningkatkan resiko kontaminasi alat faktor lingkungan, dan sarana air bersih tidak diteliti
makan oleh mikroorganisme. dalam penelitian ini.
Secara keseluruhan penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat higiene dan kemananan pangan pada Ibu Kesimpulan
berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Perilaku higiene dan keamanan pangan pada Ibu
Purwawinangun, Kecamatan Suranenggala Kabupaten berhubungan dengan kejadian diare pada balitanya di
Cirebon, Jawa Barat. Ibu dengan tingkat higiene yang Desa Purwawinangun, Kecamatan Suranenggala
baik akan mempraktekkan keamanan pangan yang baik Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
sehingga makanan yang dikonsumsi balitanya
berkualitas dan aman. Hal ini berpengaruh pada Daftar Pustaka
rendahnya kejadian diare pada balita. Diare pada balita
Alamsyah, D. (2013) Ilmu Keperawatan Komunitas.
umumnya terjadi akibat kontaminasi makanan dengan Jakarta: EGC.
cemaran bakteri Shigella sp, E. coli pathogen, Annisa, N., Sabilu, Y. and Nurmaladewi (2020)
Salmonella sp, Vibriocholera, Yersinia enterocolytica, ‘Hubungan Sanitasi Lingkungan, Higiene
Campilobacterjejuni, V. parahaemolyticus, Klebsiella, Perorangan dengan Kejadian Diare Pada
Staphylococcus aureus, Proteus, Aeromonas, Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Lainea
Streptococcus, Pseudomonas yang terjadi saat Kabupaten Konawe Selatan’, Jurnal
pengolahan makanan (Betz and Sowden, 2009). Balita Kesehatan Lingkungan Universitas Halu
yang mengkonsumsi makanan tersebut akan Oleo, 1(2), pp. 1–15.
mengalami infeksi mikroba bisa menyebabkan diare. Ariani, A.P. (2016) Diare Pencegahan dan
Sanitasi makanan yang tidak baik dapat Pengobatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
menyebabkan diare karena sanitasi makanan adalah Arifputera, A., Tanto, C. and Anindhita, T. (2014)
upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya Aesculapius.
keracunan dan penyakit pada manusia (Iqbal, 2009). Betz, C.L. and Sowden, L.A. (2009) Buku Saku
Sumber kontaminasi pada makanan disebabkan oleh Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
makanan yang tercemar dan perilaku tidak sehat Dinas Kesehatan Jawa Barat (2020) Profil Kesehatan
(Alamsah, 2013). Meskipun makanan dijaga Jawa Barat Tahun 2019. Bandung: Dinas
sanitasinya dalam keamanan dan kebersihan makanan Kesehatan Jawa Barat.
tetapi jika kontak antara sumber dan host dapat terjadi Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon (2018) Profil
melalui air. Kontak umum pada kotoran dapat langsung Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2017.
ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan Cirebon: Dinas Kesehatan Kabupaten
kemudian dimasukkan ke mulut, misalnya untuk Cirebon.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx | 4
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon (2019) Profil Suharyono (2012) Diare Akut Klinik dan Laboratorik.
Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2018. Jakarta: Rineka Cipta.
Cirebon: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangka, J.W., Alamri, R. and Laoh, J.M. (2014)
Cirebon. ‘Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Handayani, A. (2021) Hubungan Personal Hygiene Kejadian Diare Pada Anak Balita Di
dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Puskesmas Bintauna Kabupaten Bolaang
Diare pada Balita di Kabupaten Serdang Mongondow Utara’, Jurnal Ilmiah Perawat
Bedagai 2021. Tesis. Program Studi S2 Ilmu Manado, 3(2), pp. 10–18.
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Wati, F., Handayani, L. and Arzani (2018) ‘Hubungan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Personal Hygiene dan Sanitasi Makanan
Available at: Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/ Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta’, Jurnal
32442 (Accessed: 21 January 2022). Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati, 3(2),
Hidayanti, R. (2012) Faktor Risiko Diare di pp. 71–79. doi:10.35842/formil.v3i2.174.
Kecamatan Cisarua, Cigudeg dan World Health Organization (WHO) (2017) Diarrhoeal
Megamendung. Kabupaten Bogor Tahun disease, Diarrhoeal disease. Available at:
2012. Skripsi. Departemen Kesehatan https://www.who.int/news-room/fact-sheets/d
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat etail/diarrhoeal-disease (Accessed: 27 October
Universitas Indonesia. 2021).
Hijriani, H., Agustini, A. and Karnila, A. (2020) Wulandari, W.W., Rahayu, F. and Darmawansyah
‘Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Sehat (2019) ‘Hubungan Sanitasi Lingkungan dan
(Phbs) Pada Anak Dengan Diare Di Rumah Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian
Sakit Umum Kelas B Kabupaten Subang’, Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap
Jurnal Health Sains, 1(5), pp. 288–293. Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2019’,
doi:10.46799/jhs.v1i5.51. Avicenna: Jurnal Ilmiah, 14(02), pp. 6–13.
Juhaina, E. (2020) ‘Keamanan Makanan Ditinjau Dari doi:10.36085/avicenna.v14i02.374.
Aspek Higiene Dan Sanitasi Pada Penjamah Zairinayati, Z. and Sumadi, A. (2020) ‘Analisis
Makanan Di Sekolah, Warung Makan dan Kejadian Diare Berdasarkan Sanitasi
Rumah Sakit’, Electronic Journal Scientific of Lingkungan’, Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi
Environmental Health And Disease, 1(1), pp. Science Kesehatan, 12(1), pp. 1–10.
32–44. doi:10.22437/esehad.v1i1.10763. doi:10.36729/bi.v12i1.361.
Kurniajati, S. and Apriliani, V.I. (2015) ‘Status Gizi
dan Sanitasi Makanan Berpengaruh Terhadap
Kejadian Diare Akut Pada Balita’, Jurnal
Penelitian Keperawatan, 1(1), pp. 75–86.
doi:https://doi.org/10.32660/jurnal.v1i1.183.
Mafazah, L. (2013) ‘Ketersediaan Sarana Sanitasi
Dasar, Personal Hygiene Ibu, dan Kejadian
Diare’, KEMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 8(2), pp. 176–182.
doi:10.31219/osf.io/ekfd4.
Mubarak, W.I. and Chayatin, N. (2009) Ilmu
Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
Mulyani, H.N.S. and Kuscithawati, S. (2012) ‘Faktor
Risiko Diare Akut pada Balita’, Berita
Kedokteran Masyarakat, 27(1), p. 10.
doi:10.22146/bkm.3413.
Nurlaela, E. (2011) ‘Keamanan Pangan dan Perilaku
Penjamah Makanan di Instalasi Gizi Rumah
Sakit’, Media Gizi Masyarakat Indonesia,
1(1), pp. 1–7.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx | 5

Anda mungkin juga menyukai