eISSN: 2686–3472
Graphical abstract
HUBUNGAN HYGIENE DAN SANITASI
LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA DI DESA KURMA
1*Sukmawati, 1Urwatil
Wusqa Abidin, 1Hasmia
Kesehatan Masyarakat, Universitas Al Asyariah
Mandar
*Corresponding author
cummasyarif@gmail.com
Abstract Abstrak
Indonesia is the third country with the highest prevalence in the Indonesia termasuk negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di
South-East Asia Region (SEAR). Factors influencing the regional Asia Tenggara atau south-East Asia Regional (SEAR). Faktor
prevalence of stunting are three factors. Hygiene and mempengaruhi prevalensi kejadian stunting ada tiga faktor Dimana
Environmental Sanitation are one of these factors which are Hyginee dan Sanitasi Lingkungan merupakan salah satu faktor tersebut
caused by the chronic impact of sustainable food consumption, yang disebabkan oleh dampak bersifat kronis dari konsumsi makanan
supported by infectious diseases and environmental problems that yang berkelanjutan, didukung penyakit infeksi dan masalah lingkungan
occur. This study aims to determine the relationship between yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
hygiene and environmental sanitation with the incidence of hygiene dan sanitasi lingkugan dengan kejadian stunting pada balita di
Desa Kurma Kecamatan Mapilli. Jenis penelitian ini adalah survei
stunting in toddlers in Kurma Village, Mapilli District. This type
observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi
of research is an observational survey with a cross sectional
penelitian adalah seluruh jumlah balita stunting sebanyak 77 balita dan
research design. The research population was the total number of
sampel yang diambil yaitu seluruh populasi pada penelitian ini
stunting toddlers as many as 77 toddlers and the sample taken sebanyak 77 balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
was the entire population in this study as many as 77 toddlers. yang bermakna antara hygiene (kebersihan tangan p = 0,039, kebersihan
The results showed that there was a significant relationship kuku p=0,048, kebersihan botol susu p= 0,042, kebersihan peralatan
between hygiene (hand hygiene p = 0.039, nail hygiene p = 0.048, makanan p= 0,040 dan kebersihan bahan makanan p= 0,043) dan
milk bottle hygiene p = 0.042, food utensils hygiene p = 0.040 and sanitasi lingkungan (sumber air minum p=0,040, kepemilikan jamban
food hygiene p = 0.043) and environmental sanitation (water p=0,029, saluran pembuangan air limbah p= 0,023 dan sarana
source). drinking p = 0.040, latrine ownership p = 0.029, sewerage pembuangan sampah p= 0,043) dengan kejadian stunting kebersihan.
p = 0.023 and waste disposal facilities p = 0.043) with the incidence Berdasarkan dari hasil penelitian ini maka disarankan bagi puskesmas,
of hygiene stunting. Based on the results of this study, it is masyarakat dan bagi peneliti mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai
recommended for puskesmas, the community and for researchers dengan judul pada penelitian dengan para petugas tetap memberikan
to develop knowledge according to the title of the study with informasi yang berkaitan dan para masyarakat agar tetap
officers continuing to provide relevant information and the memperhatikankesehatan lingkungan melalui informasi kepada
community to keep paying attention to environmental health masyarakat melalui penyuluhan dan pelatihan kepada tenga kesehatan,
through information to the community through counseling and bagi masyarakat mampu melaksanakan hygiene untuk diri sendiri dan
training to health workers, for the community is able to carry out sanitasi lingkungan dengan penyuluhan dan pelatihan yang telah
self-hygiene and environmental sanitation with the counseling and disampaikan.
training that has been delivered.
Kata kunci: Hygiene, Sanitasi Lingkungan, Kejadian
Keywords: Hygiene, Enviroment Sanitation, Stunting Stunting
Incident
Article history
DOI: https://dx.doi.org/10.35329/jp.v3i2.2553
Received : 10 Agustus 2021 | Received in revised form : 12 September 2021 | Accepted : 11 November 2021
mengabaikan berbagai faktor lain dalam kejadian Berdasarkan tabel 4.1. dibawah dapat
stunting. dilihat bahwa mayoritas ibu balita berusia 31-40
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahun yaitu sebanyak 35 orang (45,5%), sebagian
sejauh mana hubungan hygiene dan sanitasi besar pekerjaannya yang dimiliki yaitu wiraswasta
lingkungan dengan kejadian stunting pada balita di sebanyak 62 orang (80,5%), mayoritas ibu balita
Desa Kurma. memilki pendidikan terakhir yaitu SD sebanyak 31
orang (40,3%), sedangkan penghasilan perbulan
2. METODE PENELITIAN yang dimiliki oleh setiap rumah tanngga <
Desain penelitian ini adalah survei 2.500.000 yaitu 74 orang (96,1%).
observasional dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini dimulai 17 April-1 juni Karakteristik Balita
2021 dengan jumlah populasi adalah 77 ibu yang Berdasarkan tabel 4.2. dibawah dapat
mempunyai balita stunting dengan jumlah sampel dilihat bahwa kebanyakan jumlah balita yaitu
dambil dari jumlah keseluruhan populasi sebanyak berusia 4 tahun sebanyak 30 orang (39,0%),
77 balita. Analisis yang digunakan adalah univariat sebagian besar juga telah ditemukan Kejadian
dan biavriat dengan uji statistik chi-square nilai Stunting yaitu sekitar 66 orang (85,7%), sebagian
α=0,05. besar ibu memberikan asi eksklusif sebanyak 41
orang (53,2%), sebagian besar pula imunisasi balita
3. HASIL DAN PEMBAHASAN di Desa Kurma tersebut kebanyakan balita memiliki
imunisasi tidak lengkap sebanyak 46 orang ( 59,7%)
HASIL PENELITIAN sedangkan penyakit infeksi yang pernah dialami
Analisis Univariat oleh balita sebanyak 51 orang (66,2%), dimana
Analisis data yang digunakan adalah balita di Desa Kurma Kecamatan Mapilli
Analisis Univariat, yang menjelaskan masing- kebanyakan mengalami penyakit infeksi seperti
masing Variabel Independen yang akan diteliti yaitu diare yaitu sebanyak 50 orang dan 1 orang balita
; Hygiene yang dilihat dari kebersihan tangan, tersebut mengalami kecacatan sejak lahir.
kebersihan kuku, kebersihan botol susu, kebersihan
peralatan makanan dan kebersihan bahan makanan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita di
sedangkan Sanitasi Lingkungan dilihat dari sumber Desa Kurma Kecamatan Mapilli Tahun
air minum, jamban keluarga, saluran pembuangan 2021
air limbahdan sarana pembuangan sampah. Distribusi Persentasi
Jumlah (n)
Karakteristik Responden Karakteristik Balita (%)
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur Balita
Responden di Desa Kurma Kecamatan 2 8 10,4
Mapilli Tahun 2021 3 10 13,0
4 30 39,0
Distribusi 5 29 37,7
Karakteristik Jumlah (n) Persentasi (%) Total 77 100,0
Responden Kejadian Stunting
Umur Ibu Stunting 66 85,7
20-30 26 33,8 Tidak Stunting 11 14,3
31-40 35 45,5 Total 77 100,0
41-50 12 20,8 Asi Eskklusif
Total 77 100,0 Ya 36 46,8
Pekerjaan Tidak 41 53,2
PNS 4 5,2 Total 77 100,0
Wiraswasta 62 80,5 Imunisasi Lengkap
Petani 11 14,3 Lengkap 31 40,3
Total 77 100,0 Tidak Lengkap 46 59,7
Pendidikan Total 77 100,0
Terakhir Penyakit Infeksi
Tidak Sekolah 3 3,9 Pernah 51 66,2
SD 31 40,3 Tidak Pernah 26 33,8
SMP 23 29,9 Total 77 100,0
SMA 18 23,4 Sumber : Data Primer, 2021
PT 2 2,6
Total 77 100,0
Personal Hygiene
Penghasilan
Perbulan
< 2.500.000 74 96,1 Berdasarkan tabel 4.3. bahwa sebagian
> 2.500.000 3 3,9 besar responden di desa Kurma Kecamatan Mapilli
Total 77 100,0 menunjukkan dalam hal kebersihan tangan
Sumber : Data Primer, 2021 sebelum dan sesudah memegang makanan yang
dikonsumsi oleh balita dalam kategorik buruk
tangan mempunyai hubunngan signifikan dengan taraf kepercayaan 95% disajiakan pada tabel 4.6.
kejadian stunting pada balita di Deas Kurma. berikut ini.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi Tabel 4.6. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan
kebersihan kuku yang baik yang mengalami Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa
stunting sebanyak 16 orang (72,7%), kebersihan Kurma Kecamatan Mapilli Tahun 2021
tangan yang tidak mengalami stunting sebanyak 6
orang (27,3%), sedangkan kebersihan kuku yang Kejadian Stunting
buruk yang mengalami stuntig sebanyak 48 orang Sanitasi Tidak
(81,4%) dan kebersihan kuku yang tidak mengalami Stunting p-value
Lingkungan Stunting
stunting sebanyak 11 orang (18,6%). Berdasarkan uji n % n %
Chi Square pada nilai p value = 0,048 menunjukkan Sumber Air
kebersihan kuku mempunyai hubungan signifikan Minum
dengsn kejadian stunting pada balita di Desa Baik 32 78,0 9 22,0 0,040
Kurma. Buruk 34 94,4 2 5,6
Hasil penelitian menunjukkan proporsi Jamban
kebersihan botol susu yang baik dengan mengalami Keluarga
stunting sebanyak 27 orang (94,6%), kebersihan Baik 11 68,8 5 31,2 0,029
botol susu yang baik dengan tidak mengalami Buruk 55 90,2 6 9,8
stunting sebanyak 1 orang (3,6%), sedangkan Saluran
kebersihan botol susu yang buruk dengan Pembungan Air
mengalami stunting sebanyak 39 orang (79,6%) dan Limbah
kebersihan botol susu yang buruk yang tidak Baik 4 57,1 3 42,9
mengalami stunting sebesar 10 orang (20,4%). 0,023
Buruk 62 88,6 8 11,4
Berdasarkan uji Chi Square pada nilai p value = Sarana
0,042 menunjukkan kebersihanbotol susu Pembuangan
mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian Sampah 0,042
stunting pada balita di Desa Kurma. Baik 7 96,4 1 3,6
Hasil penelitian menunjukan proporsi Buruk 39 79,6 10 20,4
kebersihan peralatan makanan yang baik dengan Sumber : Data Primer, 2021
mengalami stunting sebanyak 34 orang (94,4%), Hasil Penelitian menunjukkan proporsi
kebersihan peralatan makanan yang baik dengan sumber air minum yang baik mengalami stunting
tidak mengalami stunting sebanyak 2 orang (5,6%), sebanyak 32 orang ( 78,0%), sumber air minum yang
sedangkan kebersihan peralatan makanan yang baik tidak stunting sebanyak 9 orang (22,0%)
buruk dengan mengalami stunting sbanyak 32 orang sedangkan sumber air minum yang buruk dengan
(78,0%) dan kebersihan peralatan makanan yang stunting sebanyak 34 orang (94,4%) dan sumber air
buruk dengan tidak mengalami stunting sebesar 9 minum yang buruk dengan tidak stunting sebanyak
orang (22,0%). Berdasarkan uji Chi Square pada 2 orang (5,6%). Berdasarkan uji Chi Square
nilai p value = 0,040 menunjukkan kebersihan menunjukkan pada nilai p value = 0,040
peralatan makana mempunyai hubugan signifikan menunjukkan sumber air minum mempunyai
dengan kejadian stunting pada balita di Desa hubunngan signifikan dengan kejadian stunting
Kurma. pada balita di Deas Kurma.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi Hasil penelitian menunjukkan proporsi
kebersihan bahan makanan yang baik dengan jamban keluarga yang baik dengan kejadian balita
mengalami stunting sebanyak 34 orang (94,4%), stunting sebanyak 11 orang (68,8%), jamban
kebersihan bahan makanan yang baik dengan tidak keluarga yang tidak mengalami stunting sebanyak 5
mengalami stunting sebanyak 5 orang (29,4%), orang (31,2%), sedangkan jamban keluaarga yang
sedangkan kebersihan bahan makanan yang buruk buruk yang mengalami stunting 55 orang (90,2%)
yang mengalami stunting sebanyak 54 orang dan jamban keluarga yang tidak stunting sebanyak
(90,0%) dan kebersihan bahan makanan dengan 6 orang (9,8%). Berdasarkan uji Chi Square pada
tidak mengalami stunting sebesar 6 orang (10,0%). nilai p value = 0,029 menunjukkan jamban keluarga
Berdasarkan uji Chi Square menunjukkan pada mempunyai hubungan signifikan dengsn kejadian
nilai p value = 0,043 menunjukkan kebersihan stunting pada balita di Desa Kurma.
bahan makanan mempunyai hubungan signifikan Hasil penelitian menunjukkan proporsi
dengan kejadian stunting pada balita di Desa saluran pembuangan air limbah yang baik dengan
Kurma. mengalami stunting sebanyak 4 orang (57,1%),
saluran pembuangan air limbah yang baik dengan
Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian tidak mengalami stunting sebanyak 3 orang (42,9%),
Stunting Pada Balita sedangkan saluran pembungan air limbah yang
Berdasarkan hasil analisis bivariat sanitasi buruk dengan mengalami stunting sebanyak 62
lingkungan dengan kejadian stunting pada balita orang (88,6%) dan saluran pembungan air limbah
yang meliputi Sumber Air Minum, Kepemilikan yang buruk yang tidak mengalami stunting sebesar
Jamban, Saluran Pembuangan Air Limbah dan 8 orang (11,4%). Berdasarkan uji Chi Square pada
Sarana Pembuangan Sampah dilakukan secara nilai p value = 0,023 menunjukkan saluran
statistik dengan menggunakan uji chi square pada pembungan air limbah mempunyai hubungan
signifikan dengan kejadian stunting pada balita di sangat penting untuk mencegah diare dan infeksi
Desa Kurma. lain di antara anak-anak, yang pada akhirnya dapat
Hasil penelitian menunjukan proporsi sarana berkontribusi pada pengurangan stunting.
pembungan sampah yang baik dengan mengalami
stunting sebanyak 27 orang (96,4%), sarana Hubungan Kebersihan Kuku dengan Kejadian
pembungan sampah baik dengan tidak mengalami Stunting pada Balita
stunting sebanyak 1 orang (3,6%), sedangkan Hasil analisis data secara statistik
sarana pembungan sampah yang buruk dengan menunjukkan bahwa kebersihan kuku ada
mengalami stunting sebanyak 39 orang (79,6%) dan hubungan dengan kejadia stunting pada balita di
sarana pembungan sampah yang buruk dengan Desa Kurma Kecamatan Mapilli tahun 2021 dimna
tidak mengalami stunting sebesar 10 orang (20,4%). nialai p value = 0,048. Data Perilaku kesehatan
Berdasarkan uji Chi Square pada nilai p value = dalam kebersihan kuku melakukan sesuatu
0,042 menunjukkan sarana pembuangan sampah dikategorikan buruk yang stunting sebesar 56 orang
mempunyai hubugan signifikan dengan kejadian (76,6 %), dengan adanya kategori ini dapat
stunting pada balita di Desa Kurma. meyebabkan terjadinya stunting pada balita.
Penelitian ini pun sejalan dengan penelitian
PEMBAHASAN Sutarto, Reni Indriyani, dkk, 2021. Bahwa Uji
Hubungan Personal Hygiene dengan kejadian analisis bivariat yang dilakukan dengan
Stunting pada Balita menggunnakan uji chi square antara beberapa
Berdasarkan dari hasil analisis bivariat faktor dengan kejadian stunting. Pada analisis
personal hygiene dengan kejadian stunting pada tersebut telah menyimpulkan faktor kebersihan diri
balita yang meliputi kebersihan tangan, kebersihan dengan kejadian stunting didapatkan bahwa balita
kuku, kebersihan botol susu, kebersihan peralatan yang mengalami stunting paling banyak (65,9%)
makanan dan kebersihan bahan makanan dilakukan memiliki Ibu dengan kebersihan diri yang kurang
secara statistik dengan menggunakan uji chi square baik. Sebaliknya balita yang tidak mengalami
pada taraf kepercayaan 95% yang disajikan bahwa stunting paling banyak (68,3%) memiliki Ibu dengan
terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p kebersihan diri yang baik. Nilai p yang didapatkan
value ≤ 0,05 adalah 0,003 (nilai p <0,05) sehingga didapatkan
Hubungan Kebersihan Tangan dengan Kejadian hasil terdapat hubungan antara kebersihan diri
Stunting pada Balita dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60
Hasil analisis data secara statistik bulan di wilayah kerja Puskesmas Way Urang
menunjukkan bahwa kebersihan tangan ada Kabupaten Lampung Selatan.
hubungan dengan kejadia stunting pada balita di Oleh karena itu kebersihan kuku tersebut
Desa Kurma Kecamatan Mapilli tahun 2021 dimna merupakan salah satu cara dalam kebersihan diri
nialai p value = 0,039. Data Perilaku kesehatan seseorang sehingga pentingnya memperhatikan
dalam kebersihan tangan sebelum dan sesudah kebersihan kuku dimana kuman dapat menempel
melakukan sesuatu dikategorikan buruk yang yang dapat menyebabkanterjadinya penyakit infeksi
stunting sebesar 50 orang (90,9 %), dengan adanya yang terjadi sehingga mempengaruhi masa
kategori ini dapat meyebabkan terjadinya stunting pertumbuhan dan perkembangan balita tersebut.
pada balita.
Penelitian ini pun diperkuat dengan Hubungan Kebersihan Botol Susu dengan Kejadian
penelitian yang dilakukan oleh Dewi Khairiyah & Stunting pada Balita
Adhila Fayasari ( 2020) yang menyimpulkan bahwa Hasil analisis data secara statistik
kebersihan tangan dengan kejadian stunting menunjukkan bahwa kebersihan botol susu ada
memiliki hubungan secara signifikan yang hubungan dengan kejadian stunting pada balita di
merupakan salah satu faktor terjadinya penyakit Desa Kurma Kecamatan Mapilli tahun 2021 dimna
yang menyebabkan resiko besar balita terkena nialai p value = 0,042. Data Perilaku kesehatan
stunting dengan terlihatnya hasil analisis data dalam kebersihan botol susu pada saat sebelum dan
tersebut menunjukkan sebesar 27 orang (65,9%) sesudah melakukan sesuatu dikategorikan buruk
stunting yang tidak mencuci tangan dengan sabun yang stunting sebesar 39 orang (79,6 %), dengan
secara tepat. adanya kategori ini dapat meyebabkan terjadinya
Dalam penetuan kebersihan tangan dengan stunting pada balita.
kejadian stunting berdasarkan dari hasil penelitian Hasil penelitian ini diperkuat dengan
yang dilakukan secara langsung bahwa sebagian adanya penelitian dari Siti. A , Rr Dewi. N &
besar balita stunting yang mempunyai kebersihan Merita.E.K (2019) menunjukkan bahwa personal
tangan dikategorikan buruk, hasil penelitian dari hygiene telah terdapat hubunganyang secara
peneliti lain menunjukkan bahwa kebersihan tangan signifikan antara personal hygiene dengan kejadian
saling berhubungan. Hal ini disebabkan karena stunting (p=0,000), dengan nilai odds ratio (OR)
kurangnya perhatian ibu dalam mencuci tangan sebesar 0,116 (OR<1) dengan CI 95% 0,45-0,301
dengan tepat, terkadang hanya menggunakan lap (tidak mencakup angka 1) menunjukkan bahwa
dan air saja untuk mencuci tangan. Menurut teori personal hygiene merupakan faktor protektif
USAID, 2009 dalam Nurul Khairunnisa Wahid ,2020 terjadinya stunting.
menyatakan bahwa Meningkatkan praktik cuci Hasil dari penelitian yang dilakukan secara
tangan kepada ibu atau pengasuh dan anak-anak, langsung dengan penelitian lainnya menunjukkan
secara signifikan hasil tersebut ini dapat Hasil penelitian ini sejalan dengan
disebabkan oleh banyaknya ibu balita yang masih penelitian Yudianti Rahmat & Haji Saeni 2016)
belum menerapkan praktik higiene yang buruk, yang menunjukkan bahwa pemberian makanan
sehingga dapat berdampak kepada asuhan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita
dikonsumsi oleh balita. Balita yang mengonsumsi yang ditunjukkan dalam suatu data yang artinya
makanan dan minuman sebagai hasil dari praktik dalam praktek pemberian makanan dalam
higiene yang buruk dapat meningkatkan risiko anak membersih kan makanan yang ingin dimakan
tersebut terkena penyakit infeksi yang biasa maupun diolah yang kurang baik akan lebih
ditandai dengan gangguan nafsu makan, muntah- memberikan peluang untuk terjadinya stunting .
muntah ataupun diare sehingga asupan balita Sehingga telah dijelaskan dalam Permenkes
tersebut tidak memenuhi kebutuhannnya dan No.1096/MENKES/PER/VI/2011, bahan makanan
kondisi seperti ini yang nantinya akan berimplikasi adalah semua bahan baik terolah maupun tidak,
buruk terhadap pertumbuhan anak. temasuk bahan tambahan makanan dan bahan
penolong. Mengamankan bahan makanan secara
Hubungan Kebersihan Peralatan Makanan dengan praktis menjaga adanya kerusakan, disamping juga
Kejadian Stunting pada Balita menjaga terhindarnya dari pencemaran, baik yang
Hasil analisis data secara statistik terbawa oleh bahan makanan ataupun faktor
menunjukkan bahwa kebersihan peralatan makanan lingkungan yang akan masuk ke bahan makanan.
ada hubungan dengan kejadia stunting pada balita
di Desa Kurma Kecamatan Mapilli tahun 2021 Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan kejadian
dimna nialai p value = 0,040. Data Perilaku Stunting pada Balita
kesehatan dalam kebersihan perlatan makanan Berdasarkan hasil analisis bivariat sanitasi
digunakan untuk mengolah dan menyajikan lingkungan dengan kejadian stunting pada balita
makanan dikategorikan buruk yang stunting yang meliputi Sumber Air Minum, Kepemilikan
sebesar 56 orang (76,6 %), dengan adanya kategori Jamban, Saluran Pembuangan Air Limbah dan
ini dapat meyebabkan terjadinya stunting pada Sarana Pembuangan Sampah dilakukan secara
balita. statistik dengan menggunakan uji chi square pada
Penelitian ini pun sejalan dengan penelitian taraf kepercayaan 95% disajiakan bahwa terdapat
Sutarto, Reni Indriyani, dkk, 2021. Bahwa Uji hubungan yang signifikan dengan p value ≤ 0,05
analisis bivariat yang dilakukan dengan Hubungan Sumber Air Minum dengan Kejadian
menggunnakan uji chi square antara beberapa Stunting
faktor dengan kejadian stunting. Pada analisis Hasil Penelitian yang dilakukan terdapat
tersebut telah menyimpulkan faktor kebersihan diri sumber air minum yang baik mengalami stunting
dengan kejadian stunting didapatkan bahwa balita sebanyak 32 orang ( 78,0%), sumber air minum yang
yang mengalami stunting paling banyak (65,9%) baik tidak stunting sebanyak 9 orang (22,0%)
memiliki Ibu dengan kebersihan diri yang kurang sedangkan sumber air minum yang buruk dengan
baik. Sebaliknya balita yang tidak mengalami stunting sebanyak 34 orang (94,4%) dan sumber air
stunting paling banyak (68,3%) memiliki Ibu dengan minum yang buruk dengan tidak stunting sebanyak
kebersihan diri yang baik. Nilai p yang didapatkan 2 orang (5,6%). Berdasarkan uji Chi Square
adalah 0,003 (nilai p <0,05) sehingga didapatkan menunjukkan pada nilai p value = 0,040
hasil terdapat hubungan antara kebersihan diri menunjukkan sumber air minum mempunyai
dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60 hubunngan signifikan dengan kejadian stunting
bulan di wilayah kerja Puskesmas Way Urang pada balita di Desa Kurma.
Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini pun sejaln dengan penelitian
Kebersihan peralatan makanan dalam yang dilakukan oleh Zilda Oktarina & Trini Sudiarti
mengelolah dan menyajikan makanan harus seuai ( 2013) , menunjukkan bahwa balita dari keluarga
dengan persayaratan yang telah ditentukan oleh yang memilki sumber air minum tidak terlindung
Kepmenkes RI Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, lebih banyak mengalami stunting dibandingkan
untuk terhindari dari bakteri dan kuman yang dapat balita dari keluarga yang memiliki sumber air
menyebabkan penyakit setiap masayrakat. minum terlindung. Studi ini pun dibuktikan dengan
nilai p value = 0,01 terdapat hubungan antara
Hubungan Kebersihan Bahan Makanan dengan sumber air minum dengan kejadian stunting pada
Kejadian Stunting pada Balita balita. Balita yang berasal dari keluarga yang
Hasil analisis data secara statistik memiliki sumber air minum tidak terlindung 1,35
menunjukkan bahwa kebersihan bahan makanan kali lebih beresiko mengalami stunting
ada hubungan dengan kejadian stunting pada balita dibandingkan dengan balita dari keluarga sumber
di Desa Kurma Kecamatan Mapilli tahun 2021 air minum yang terlindungi. Sumber air minum
dimna nialai p value = 0,043. Data Perilaku yang bersih ini merupakan faktor penting untuk
kesehatan dalam kebersihan bahan makanan kesehatan tubuh dan mengurangi resiko serangan
sebelum dimakan atau digunakan dikategorikan berbagai penyakit sedangkan balita itu merupakan
buruk yang stunting sebesar 54 orang (90,0 %), subjek yang rentan terkena penyakit infeksi secara
dengan adanya kategori ini dapat meyebabkan alami kekebalan balita tergolong rendah.
terjadinya stunting pada balita Sumber air minum sangatlah penting dalam
kehidupan setiap manusia karena air merupakan
salah satu sumber kehidupan manusia karena air 8 orang (11,4%). Berdasarkan uji Chi Square pada
sangat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, nilai p value = 0,023 menunjukkan saluran
studi lain menyatakan bhawa sumber air minum pembungan air limbah mempunyai hubungan
tersebut mempunyai persayaratan khusus agar air,t signifikan dengan kejadian stunting pada balita di
tidak menimbulkan penyakit bagi manusia sehingga Desa Kurma.
sumber air minum yang disediakan harus memenuhi Penelitian Yuliani Soeracmad, Muhammad
persyaratan yang telah ditetapkan dengan Ikhtiar & Agus Bintara S (2019). Menunjukkan
disalurkan melalui perpipaan yang berjalanan baik hasil statistik dengan p value sebesar 0.000
yang dimana tersediannya air yang cukup, tidak (0.000>0.005) maka secara statistik dikatakan
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau (Rahma, A. bermakna sehingga penelitian ini menunjukkan
S. N., Sukmawati, S., & Liliandriani, A, 2019) adanya pengaruh yang bermakna antara
pengamanan saluran pembuangan air limbah rumah
Hubungan Jamban Keluarga dengan Kejadian tangga terhadap kejadian stunting. Jika responden
Stunting tidak melakukan pengamanan saluran pembuangan
Hasil penelitian yang dilakukan secara air limbah diwilayah kerja Puskesmas Wonomulyo
langsung bahwa jamban keluarga yang baik Kabupaten Polewali Mandar 2.250 kali beresiko
dengan kejadian balita stunting sebanyak 11 orang mengalami stunting dari pada responden yang
(68,8%), jamban keluarga yang tidak mengalami melakukan pengamanan saluran pembuangan air
stunting sebanyak 5 orang (31,2%), sedangkan limbah rumah tangga.
jamban keluarga yang buruk yang mengalami Maka hal yang paling penting dalam
stunting 55 orang (90,2%) dan jamban keluarga saluran pembuangan air limbah dengan memenuhi
yang tidak stunting sebanyak 6 orang (9,8%). syarat yang telah ditentukan agar tidak menjadi
Berdasarkan uji Chi Square pada nilai p value = tempat penampungan bakteri atau patogen yang
0,029 menunjukkan jamban keluarga mempunyai dapat menyebabkan tejadinya penyakit, sehingga
hubungan signifikan dengsn kejadian stunting pada saluran pembungan air limbah lebih baiknya
balita di Desa Kurma. disalurkan ke penampungan induk dalam keadaan
Penelitian Amrul Hasan & Haris tertutup sehingga akan mengurangi pencemaran
Kadarusman ( 2019) bahwa Akses ke jamban sehat baik dalam segi bau maupun bahan kimia dan
berhubungan dengan kejadian stunting di patogen yang terkandung didalamnya (Menkes RI,
Kabupaten Lampung Timur dengan OR=5,25 2014; Purnama, S, 2017 dalam Fitry, 2020).
(95%CI:2,98-9,23) artinya rumah tangga yang tidak
memiliki akses ke jamban sehat, balitanya memiliki Hubungan Sarana Pembungan Sampah dengan
risiko untuk menderita stunting sebesar 5,25 untuk Kejadian Stunting
menderita stunting dibandingkan dengan keluarga Hasil penelitian yang dilakukan secara
yang memiliki akses ke jamban sehat setelah langsung bahwa sarana pembungan sampah yang
dikontrol dengan variabel akses ke sumber air baik dengan mengalami stunting sebanyak 27 orang
bersih, riwayat penyakit infeksi, riwayat pemberian (96,4%), sarana pembungan sampah baik dengan
MPASI dan riwayat pemantauan pertumbuhan. tidak mengalami stunting sebanyak 1 orang (3,6%),
Akses. Analisis ini disesuaikan dengan model yang sedangkan sarana pembungan sampah yang buruk
memungkinkan adanya perubahan asosiasi antara dengan mengalami stunting sebanyak 39 orang
peningkatan akses jamban yang telah memenuhi (79,6%) dan sarana pembungan sampah yang buruk
persyaratan kesehatan agar dapat menurunkan dengan tidak mengalami stunting sebesar 10 orang
kejadian stunting. (20,4%). Berdasarkan uji Chi Square pada nilai p
Maka hal perlu yang penting yaitu value = 0,042 menunjukkan sarana pembuangan
memeperhatikan sanitasi lingkungan salah satunya sampah mempunyai hubugan signifikan dengan
jamban keluarga yang dimiliki sehingga dapat kejadian stunting pada balita di Desa Kurma.
mengurangi resiko penyakit yang terjadi terhadap Penelitian Linda Risyati (2020) sejalan
keluarga terutama pada balitayang rentan akan dengan pemelitian yang dilakukan di Desa Kurma
terkenannya penyakit yang dapat memperlambat Bahwa ditemukannya hubungan sanitasi higiene
pertumbuhan dan perkembangan pada balita ini pun dengan stunting pada balita p=0,009 dengan OR
telah dilkeluarkan persyaratan jamban sehat 3,640. Pesentase balita stunting dengan kondisi
menurut notoadmodjo thun 2010. sanitasi higiene yang buruk lebih besar daripada
balita tidak stunting. Maka sarana pembuangan
Hubungan Saluran Pembungan Air Limbah dengan sampah ini sangat penting dimiliki setiap rumah
Kejadian Stunting tangga untuk mencegah terjadinya penyakit dengan
Hasil penelitian secara langsung telah adanya tempat sampah ini diharapkan terdapatnya
menunjukkan saluran pembuangan air limbah yang saniatsi yang sehat untuk setiap rumah tangga.
baik dengan mengalami stunting sebanyak 4 orang Menurut studi bahwa dengan
(57,1%), saluran pembuangan air limbah yang baik memperhatikan persyaratan sarana pembuangan
dengan tidak mengalami stunting sebanyak 3 orang sampah dapat menghindari serangga atau binatang
(42,9%), sedangkan saluran pembungan air limbah lain yang masuk ke tempat sampah sehingga terjadi
yang buruk dengan mengalami stunting sebanyak 62 pencemaran lingkungan dan risiko penyebaran
orang (88,6%) dan saluran pembungan air limbah penyakit. Tempat sampah sebaiknya mudah untuk
yang buruk yang tidak mengalami stunting sebesar