BALITA
OLEH :
NPM : 12114201160108
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON 2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015). Diare merupakan keadaan tidak
normalnya pengeluaran feses yang ditandai dengan penin gkatan volume dan keenceran
feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4
kali sehari) dengan atau tanpa lendir darah (Nurul Utami & Nabila Luthfiana 2016). Data
UNICEF 2017 menunjukan bahwa diare berada pada peringkat kesepuluh kematian anak
di dunia dengan prevalensi 5,4 juta anak-anak yang meninggal pada tahun 2017.
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 penderita
diare balita yang dilayani sebanyak 1.637.708 atau 40,90 % dari perkiraan diare di sarana
kesehatan, insiden diare semua umur secara nasional yaitu 270/1000 penduduk,
sedangkan di tahun 2019 angka prevalensi diare pada balita mengalami penurunan
menjadi 4,5 %.
diare prevalensi diare di Indonesia pada tahun 2013 pada semua kelompok umur sebesar
7% kasus dan pada balita sebesar 18,5% kasus. Namun prevalensi diare pada tahun 2018
pada seluruh kelompok umur menjadi sebesar 8% kasus dan pada balita sebesar 12,3%
kasus. Dengan demikian seperti tercatat diatas pada tahun 2013-2018 masih ada
2
peningkatan jumlah penderita diare pada seluruh kelompok umur dan ada penurunan
yang cukup signifikan prevalensi diare pada balita. Sedangkan prevalensi diare pada
balita untuk Provinsi Maluku menurut Riskides pada tahun 2013 sebesar 1,8% dan
Riskesdas Maluku pada tahun 2018 tercatat sebesar 9,77% prevalensi diare berdasarkan
diagnosis Nakes dan gejala. Dengan demikian terjadi peningkatan jumlah penderita diare
pada balita.
Menurut Brandt et al (2015), penyebab diare yaitu faktor Infeksi (Bakteri, virus,
karbohidrat, lemak dan protein, faktor makanan seperti makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan, faktor psikologis seperti cemas, takut dan terkejut. Penyebab lain dari
diare adalah rotavirus, kualitas air minum, kebersihan dan sanitasi (Gul R, Hussain, Ali
W,et al, 2017). Selain itu diare juga dapat disebabkan oleh obat-obatan, kelainan saluran
cerna, defisiensi vitamin, ataupun tertelan logam berat. Diare akut pada anak biasanya
dise-babkan oleh rotavirus (40-60%), 10% disebabkan oleh infeksi bakteri. Diare yang
tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan
keseimbangan asam basa akibat dari kehilangan air dan elektrolit. Apabila hal ini
berlangsung lama, dapat terjadi malabsorpsi berat sehingga terjadi gangguan gizi
dan/atau hipoglikemia. Komplikasi terburuk dari diare pada balita adaah kematian.
Sebagai salah satu penyakit berbasis lingkungan, ketersediaan air bersih, sanitasi
dan higenitas adalah salah satu pemegang peranan penting pada kejadian diare. Data
WHO menunjukkan 88% dari kasus diare disebabkan oleh konsumsi air yang tidak bersih
dan sehat, sanitasi dan higenitas yang tidak memadai. WHO mengestimasikan 94%
3
ketersediaan air bersih, dan peningkatan sanitasi dan higenitas. Sebagai salah satu upaya
peningkatan sanitasi dan higenitas, perlu dilakukan gerakan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) di tingkat keluarga. PHBS tersebut terdiri dari persalinan ditolong tenaga
kesehatan, pemberian ASI eksklu-sif, menimbang bayi dan balita setiap bulan, meng-
gunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban,
member-antas jentik nyamuk di rumah, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan
Diantara 10 poin PHBS tersebut, penyebab diare pada balita dapat bersumber dari
balita yang tidak mendapat ASI eksklusif, penggunaan air yang tidak bersih, kebiasaan
tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta tidak memiliki jamban yang
sehat.
Pemberian ASI eksklusif sangat penting pada 6 bulan awal kehidupan anak. Salah
satu fungsi ASI adalah memberikan kekebalan dari ibu ke anak sehingga anak tidak
mudah tertular oleh penyakit. ASI mulai diberikan segera 30 menit setelah ibu
melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan perdarahan.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun air yang tidak bersih banyak
mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke
tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa
karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan (Kemenkes RI, 2015)
Air bersih adalah air yang digunakan utuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas fisik air
minum di Indonesia termasuk dalam katagori baik (tidak berwarna, tidak berasa, dan
4
tidak berbau). Proponi rumah tangga pengguna sumber air bersih tertinggi di Provinsi
Maluku pada tahun 2012 sebanyak 97,05%, dan mengalami penurunan hingga tahun
2015 sebanyak 47,7 %.Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, kualitas fisik air minum di
Maluku termasuk dalam kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa tidak
berbusa dan tidak berbau) sebesar 92,5%. (Prokes provinsi Maluku, 2015).
Jamban yang sehat adalah jamban yang memenuhi kriteria jamban sehat, antara
lain tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh
serangga dan tikus, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan, dilengkapi
dengan dinding dan atap pelindung, lantai kedap air dan luas ruangan memadai, serta
tersedia air, sabun, dan alat pembersih. Capaian presentase penduduk Provinsi Maluku
terhadap penggunaan jamban sehat capaiannya meningkat dari tahun 2014 sebesar 28,76
% menjadi 31,9% di tahun 2015. Sedangkan dari hasil persentase penduduk yang akses
terhadap Sanitasi yang layak di Provinsi Maluku, ada empat kab/kota yang tidak
memasuksan laporan. Capaian tertinggi di Kota Ambon dengan persentase 81,90%. Hal
ini disebabkan karena adanya kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya BAB
(Buang Air Besar) di jamban, sedangkan persentase penduduk yang akses terhadap
sanitasi layak yang paling terendah Kabupaten Aru sebesar6,7% (Prokes provinsi
Maluku, 2015).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan suatu upaya untuk
pengetahuan, sikap dan perilaku, masyarakat terutama ibu. Dengan demikian masyarakat
dapat mengatasi masalah kesehatannya dengan menerapkan cara-cara hidup sehat dengan
5
dan Sehat ditatanan rumah tangga adalah usaha untuk mempraktikkan perilaku yang
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang ‘Bagaimana Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang dapat
Bersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare pada balita ?’
C. Tujuan Penilitian
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
6
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan dalam
komunitas.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Masyarakat
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Diare buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015). Diare
peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar lebih
dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa
lendir darah (Nurul Utami & Nabila Luthfiana 2016). Apabila diare
berlangsug selama 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare kronik, feses
Arvin (2000) menyatakan bahwa diare adalah keluarnya tinja air dan
elektrolit yang hebat pada bayi dengan volume tinja lebih dari 15g/kg/24 jam,
sedangkan pada balita umur 3 tahun volume tinjanya sudah sama dengan
8
2. Penyebab Diare
faktor, yaitu:
a. Faktor infeksi
penyebab utama diare pada anak. Infeksi interal ini meliputi: infeksi
b. Faktor malabsorbsi
bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
9
c. Faktor makanan
d. Faktor psikologis
Faktor psikologis meliputi rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. Penyebab diare
faktor, yaitu:
lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan
diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula
10
Penyebab diare menurut Sunoto et al (1999) terdapat beberapa faktor
yang terdiri dari faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar merupakan
faktor dalam adalah faktor yang mendukung terjadinya diare dari dalam
tubuh seseorang.
3. Gejala Diare
Gejala yang timbul akibat diare awalnya bayi atau anak menjadi
atau tidak ada yang kemudian menimbulkan diare. Tinja makin cair dan
anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja makin lama menjadi asam
akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak
dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
diare. Penderita yang telah mengalami kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan menurun, pada bayi ubun-ubun besar
dan cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
4. Dampak Diare
11
a. Dehidrasi
bayi lebih sulit untuk diberi cairan melalui mulut dibandingkan dengan
kelompok usia lainnya, selain itu luas permukaan tubuh pada anak usia
kurang dari satu tahun relatif besar dibandingkan dengan berat badan
besar. Kematian ini lebih disebabkan bayi kehabisan cairan tubuh karena
b. Gangguan pertumbuhan
berat badan anak menurun, akibatnya anak akan kekurangan gizi yang
anak sebanyak 60% terjadi sejak anak masih berada di dalam kandungan
sampai berusia 2 tahun. Diare yang terjadi pada anak usia di bawah 2
12
mengecil dan jaringan otaknya menjadi lebih sedikit dibandingkan anak
5. Manifestasi klinis
diare, yaitu:
j) Pontanel cekung.
1. Pengertian Perilaku
Maulana,2009).
13
Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang
yang terdiri dari ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan
lingkungan.
b) Perilaku sakit
Perilaku peran sakit adalah segala aktivitas individu yang menderita sakit
14
3. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
a. Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
RI, 2007)
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perlaku hidup bersih dan
2009)
15
Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu
atau minuman tambahan apapun sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan.
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga
yang terbaik untuk bayi. ASI mulai diberikan segera 30 menit setelah
lama menyusui tidak perlu dibatasi dan tidak perlu dijadwal. Bayi
yang berusia kurang dari 6 bulan lebih baik diberikan ASI saja,
16
3) Menimbang bayi dan balita tiap bulan
Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai usia 1 bulan
balita.
c. Merujuk bayi dan balita ke Puskesmas bila sakit, berat badan dua
merupakan unsur yang ada dalam makanan maupun minuman dan juga
untuk memasak atau makan. Air yang digunakan harus bersih agar
tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Jika air terkontaminasi
Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita, antara lain
17
b) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah,
c) Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak
payau, dan tidak pahit, harus bebas dari bahan kimia beracun.
d) Air tidak berbau, seperti bau amis, anyir, busuk atau bau
belerang.
mencuci tangandengan air yang tidak bersih. Pada saat makan, kuman
18
atau Severe Acute respiratory Syndrome (SARS), serta tangan menjadi
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga atau tatakan kulkas
dan di luar rumah seperti talang air, alas pot bunga, ketiak daun,
dilakukan.
C. Tinjauan Umum Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Lingkungan yang buruk di sekitar bayi erat kaitannya dengan perilaku hidup
19
bersih dan sehat ibu yang buruk pula, sebaliknya perilaku hidup bersih dan
sehat ibu yang baik dapat mencegah terjadinya diare pada bayi. Perilaku Hidup
tangan dengan air bersih dan sabun, dan menggunakan jamban sehat.
D. Kerangka Konsep
Penelitian tetang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ibu dengan kejadian diare pada
anak usia 1-12 bulan, untuk mengetahi apakah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) ibu dengan anak berada pada kosentrasinya sesuai dengan kondisi lingungan
masyarakat yang sehat bagi ibu dan anak atu tidak. Selanjutnya dapat dilihat oada
gambar ini.
Kebersihan tangan
Gambar 2
Kerangka Konsep
20
Keterangan
: Variabel Terkait/dependen
: Variabel Bebas/Independen
E. Hipotesis Penelitian
Ha : ada hubungan antara PHBS ibu dengan kejadian diare pada anak usia 1-12b
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
metode Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi literature yang
pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah jurnal – jurnal nasional
maupun internasional dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah untuk
membantu peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi
subyek topik yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian tersebut
(PHBS) ibu
22
e. Pertanyaan penelitian berdasarkan “PICO” adalah apakah ada hubungan
yang bermakna antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu
2. Menyusun Protokol
mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur, kriteria untuk
menilai kualitas (kriteria inklusi dan eksklusi), skala penelitian yang akan
Analyses) .
a. Pencarian Data
Proquest, Google Scholar, Science Direct, dan lain – lain yang sifatnya
resmi, yang disesuikan dengan judul penelitian, abstrak dan kata kunci
yang digunakan untuk mencari artikel, kata kunci ini dapat disesuaikan
b. Skrining Data
23
c. Penilaian Kualitas
24
Gambar I diagram PRISMA tahapan systematic review
scholar
(n=50) Screening:
a. Rentang waktu 5
tahun (2015-2020)
Screening b. Tipe research articles,
review articles.
(n=10) c. Jurnal Bahasa
Indonesia.
Google scholar: 10
25
3. Ekastraksi Data
secara manual dengan membuat formulir yang berisi tentang; tipe artikel,
nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian dan
lain-lain.
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas abjek atau subjek
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita”.
2. Sampel
judul penelitian.
3. Teknik sampling
26
Teknik sampling merupakan cara-cara yang digunakan dalam
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
maka dibuat kriteria inklusif dan eksklusif. Kriteria inklusif adalah semua
aspek yang baru ada dalam sebuah penelitian yang akan kita review dan
a. Kriteria inklusi
a. Kriteria eksklusi
tahun.
27
B. Variabel Penelitian
pada balita.
C. Analisa Data
Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstrasi data, maka analisis data
28
29