Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

SISTEMATIKA REVIEW HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH

DAN SEHAT (PHBS) IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

BALITA

OLEH :

NAMA : MIA AUDINA MARASABESSY

NPM : 12114201160108

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON 2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah

cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200

gram atau 200 ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015). Diare merupakan keadaan tidak

normalnya pengeluaran feses yang ditandai dengan penin gkatan volume dan keenceran

feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4

kali sehari) dengan atau tanpa lendir darah (Nurul Utami & Nabila Luthfiana 2016). Data

UNICEF 2017 menunjukan bahwa diare berada pada peringkat kesepuluh kematian anak

di dunia dengan prevalensi 5,4 juta anak-anak yang meninggal pada tahun 2017.

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 penderita

diare balita yang dilayani sebanyak 1.637.708 atau 40,90 % dari perkiraan diare di sarana

kesehatan, insiden diare semua umur secara nasional yaitu 270/1000 penduduk,

sedangkan di tahun 2019 angka prevalensi diare pada balita mengalami penurunan

menjadi 4,5 %.

Menurut Riskesdas, berdasarkan diagnosis Tenaga Kesehatan (Nakes) dan gejala

diare prevalensi diare di Indonesia pada tahun 2013 pada semua kelompok umur sebesar

7% kasus dan pada balita sebesar 18,5% kasus. Namun prevalensi diare pada tahun 2018

pada seluruh kelompok umur menjadi sebesar 8% kasus dan pada balita sebesar 12,3%

kasus. Dengan demikian seperti tercatat diatas pada tahun 2013-2018 masih ada
2
peningkatan jumlah penderita diare pada seluruh kelompok umur dan ada penurunan

yang cukup signifikan prevalensi diare pada balita. Sedangkan prevalensi diare pada

balita untuk Provinsi Maluku menurut Riskides pada tahun 2013 sebesar 1,8% dan

Riskesdas Maluku pada tahun 2018 tercatat sebesar 9,77% prevalensi diare berdasarkan

diagnosis Nakes dan gejala. Dengan demikian terjadi peningkatan jumlah penderita diare

pada balita.

Menurut Brandt et al (2015), penyebab diare yaitu faktor Infeksi (Bakteri, virus,

parasit), gangguan penyerapan makanan dan minuman di usus seperti penyerapan

karbohidrat, lemak dan protein, faktor makanan seperti makanan basi, beracun, alergi

terhadap makanan, faktor psikologis seperti cemas, takut dan terkejut. Penyebab lain dari

diare adalah rotavirus, kualitas air minum, kebersihan dan sanitasi (Gul R, Hussain, Ali

W,et al, 2017). Selain itu diare juga dapat disebabkan oleh obat-obatan, kelainan saluran

cerna, defisiensi vitamin, ataupun tertelan logam berat. Diare akut pada anak biasanya

dise-babkan oleh rotavirus (40-60%), 10% disebabkan oleh infeksi bakteri. Diare yang

tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan

keseimbangan asam basa akibat dari kehilangan air dan elektrolit. Apabila hal ini

berlangsung lama, dapat terjadi malabsorpsi berat sehingga terjadi gangguan gizi

dan/atau hipoglikemia. Komplikasi terburuk dari diare pada balita adaah kematian.

Sebagai salah satu penyakit berbasis lingkungan, ketersediaan air bersih, sanitasi

dan higenitas adalah salah satu pemegang peranan penting pada kejadian diare. Data

WHO menunjukkan 88% dari kasus diare disebabkan oleh konsumsi air yang tidak bersih

dan sehat, sanitasi dan higenitas yang tidak memadai. WHO mengestimasikan 94%

kejadian diare dapat dicegah dengan modifikasi lingkungan termasuk peningkatan

3
ketersediaan air bersih, dan peningkatan sanitasi dan higenitas. Sebagai salah satu upaya

peningkatan sanitasi dan higenitas, perlu dilakukan gerakan perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) di tingkat keluarga. PHBS tersebut terdiri dari persalinan ditolong tenaga

kesehatan, pemberian ASI eksklu-sif, menimbang bayi dan balita setiap bulan, meng-

gunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban,

member-antas jentik nyamuk di rumah, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan

aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok.

Diantara 10 poin PHBS tersebut, penyebab diare pada balita dapat bersumber dari

balita yang tidak mendapat ASI eksklusif, penggunaan air yang tidak bersih, kebiasaan

tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta tidak memiliki jamban yang

sehat.

Pemberian ASI eksklusif sangat penting pada 6 bulan awal kehidupan anak. Salah

satu fungsi ASI adalah memberikan kekebalan dari ibu ke anak sehingga anak tidak

mudah tertular oleh penyakit. ASI mulai diberikan segera 30 menit setelah ibu

melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan perdarahan.

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun air yang tidak bersih banyak

mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke

tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa

menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman,

karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan (Kemenkes RI, 2015)

Air bersih adalah air yang digunakan utuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas fisik air

minum di Indonesia termasuk dalam katagori baik (tidak berwarna, tidak berasa, dan

4
tidak berbau). Proponi rumah tangga pengguna sumber air bersih tertinggi di Provinsi

Maluku pada tahun 2012 sebanyak 97,05%, dan mengalami penurunan hingga tahun

2015 sebanyak 47,7 %.Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, kualitas fisik air minum di

Maluku termasuk dalam kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa tidak

berbusa dan tidak berbau) sebesar 92,5%. (Prokes provinsi Maluku, 2015).

Jamban yang sehat adalah jamban yang memenuhi kriteria jamban sehat, antara

lain tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh

serangga dan tikus, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan, dilengkapi

dengan dinding dan atap pelindung, lantai kedap air dan luas ruangan memadai, serta

tersedia air, sabun, dan alat pembersih. Capaian presentase penduduk Provinsi Maluku

terhadap penggunaan jamban sehat capaiannya meningkat dari tahun 2014 sebesar 28,76

% menjadi 31,9% di tahun 2015. Sedangkan dari hasil persentase penduduk yang akses

terhadap Sanitasi yang layak di Provinsi Maluku, ada empat kab/kota yang tidak

memasuksan laporan. Capaian tertinggi di Kota Ambon dengan persentase 81,90%. Hal

ini disebabkan karena adanya kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya BAB

(Buang Air Besar) di jamban, sedangkan persentase penduduk yang akses terhadap

sanitasi layak yang paling terendah Kabupaten Aru sebesar6,7% (Prokes provinsi

Maluku, 2015).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan suatu upaya untuk

memberikan informasi dengan cara melakukan edukasi, untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku, masyarakat terutama ibu. Dengan demikian masyarakat

dapat mengatasi masalah kesehatannya dengan menerapkan cara-cara hidup sehat dengan

menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program Perilaku Hidup Bersih

5
dan Sehat ditatanan rumah tangga adalah usaha untuk mempraktikkan perilaku yang

dapat menciptakan rumah tangga ber-PHBS.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang ‘Bagaimana Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan

kejadian diare pada balita ?’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang dapat

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah‘Bagaimana Hubungan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare pada balita ?’

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu

dengan kejadian diare pada balita ?’

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

ibu dengan kejadian diare pada balita ?’

b. Untuk menganalisa Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

ibu dengan kejadian diare pada balita ?’

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

6
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan dalam

ilmu keperawatan khususnya pada departemen keperawatan anak dan

komunitas.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat

Menjadi bahan informasi bagi masyarakat (orang tua) untuk

memperhatikan kondisi dan kesehatan dengan perilaku hidup bersih

dan sehat dalam mencegah penyakit diare

b. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan masukkan bagi petugas kesehatan untuk menentukan

kebijakan dalam program pemberantasan penyakit diare tentang angka

kesakitan diare di wilayah kerja Puskesmas

c. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan bahan perbandingan dalam penelitian berikutnya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diare

1. Pengertian

Diare buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah

cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya

lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015). Diare

adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai dengan

peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar lebih

dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa

lendir darah (Nurul Utami & Nabila Luthfiana 2016). Apabila diare

berlangsug selama 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare kronik, feses

atau dengan tanpa lender (Amin,2015).

Arvin (2000) menyatakan bahwa diare adalah keluarnya tinja air dan

elektrolit yang hebat pada bayi dengan volume tinja lebih dari 15g/kg/24 jam,

sedangkan pada balita umur 3 tahun volume tinjanya sudah sama dengan

volume orang dewasa yaitu lebih dari 200g / 24 jam.

8
2. Penyebab Diare

Penyebab dari diare bermacam-macam. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak

FK UI (2007) menyatakan bahwa penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa

faktor, yaitu:

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Infeksi interal ini meliputi: infeksi

bakteri (Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigela, Campylobacter, Yersina,

Aeromonas), virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus),

dan parasit yang aterdiri dari cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,

Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).

2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,

Bronchopenemonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa). Pada

bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak.

3) Malabsorbsi protein.

9
c. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis

Faktor psikologis meliputi rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat

menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. Penyebab diare

menurut Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan disebabkan oleh beberapa

faktor, yaitu:

1) Penyebaran kuman yang menyebabkan diare Kuman penyebab diare

biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui

makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung

dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan

penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare.

2) Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa

penyakit dan lamanya diare.

e. Faktor lingkungan dan perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan

perilaku manusia. Faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman

diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula

maka akan menyebabkan diare.

10
Penyebab diare menurut Sunoto et al (1999) terdapat beberapa faktor

yang terdiri dari faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar merupakan

faktor di luar tubuh yang menyebabkan resiko terjadinya diare, sedangkan

faktor dalam adalah faktor yang mendukung terjadinya diare dari dalam

tubuh seseorang.

3. Gejala Diare

Gejala yang timbul akibat diare awalnya bayi atau anak menjadi

cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang

atau tidak ada yang kemudian menimbulkan diare. Tinja makin cair dan

mungkin mengandung darah dan/atau lendir, warna tinja berubah menjadi

kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Defekasi yang terlalu sering maka

anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja makin lama menjadi asam

akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak

dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah

diare. Penderita yang telah mengalami kehilangan banyak air dan elektrolit

terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan menurun, pada bayi ubun-ubun besar

dan cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir

terlihat kering (Suharyono et al.,1988)

4. Dampak Diare

Widjaja (2002) menjelaskan bahwa diare yang tidak segera ditangani

pada bayi akan mengakibatkan dehidrasi dan gangguan pertumbuhan.

11
a. Dehidrasi

Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme

tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi karena

bayi lebih sulit untuk diberi cairan melalui mulut dibandingkan dengan

kelompok usia lainnya, selain itu luas permukaan tubuh pada anak usia

kurang dari satu tahun relatif besar dibandingkan dengan berat badan

sehingga menyebabkan kehilangan cairan melalui evaporasi yang relatif

besar. Kematian ini lebih disebabkan bayi kehabisan cairan tubuh karena

asupan cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah

dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Kehilangan cairan

tubuh sebanyak 10% pada bayi dapat mengakibatkan kematian setelah

sakit selama 2-3 hari.

b. Gangguan pertumbuhan

Gangguan pertumbuhan yang diakibatkan oleh diare terjadi karena

asupan makanan terhenti, sementara pengeluaran zat gizi terus berjalan.

Asupan makanan yang terhenti berlangsung lama akan menyebabkan

berat badan anak menurun, akibatnya anak akan kekurangan gizi yang

menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otak. Pertumbuhan otak

anak sebanyak 60% terjadi sejak anak masih berada di dalam kandungan

sampai berusia 2 tahun. Diare yang terjadi pada anak usia di bawah 2

tahun akan mengganggu perkembangan otaknya. Volume otak menjadi

12
mengecil dan jaringan otaknya menjadi lebih sedikit dibandingkan anak

yang pertumbuhannya normal.

5. Manifestasi klinis

Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan manifestasi klinis dari

diare, yaitu:

a) Nyeri perut (abdominal discomfort).

b) Mual, kadang-kadang sampai muntah.

c) Rasa perih di ulu hati.

d) Rasa lekas kenyang.

e) Nafsu makan berkurang.

f) Perut kembung, rasa panas di dada dan perut.

g) Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

h) Demam dan lemah.

i) Membrane mukosa mulut dan bibir kering.

j) Pontanel cekung.

B. Tujuan Umum Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

1. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan

lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan

sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuata

penahan. Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan

antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang (Notoatmodjo dalam

Maulana,2009).

13
Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Bloom dalam

Notoatmodjo (2007) membagi perilaku ke dalam 3 domain (ranah/kawasan)

yang terdiri dari ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah

psikomotor (tindakan). Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta

lingkungan.

2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan menurut

Beckerdalam Maulana (2009) terdiri dari:

a) Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b) Perilaku sakit

Perilaku ini merupakan respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,

persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala

penyakit,pengobatan penyakit, dan usaha-usaha untuk mencegah penyakit.

c) Perilaku peran sakit

Perilaku peran sakit adalah segala aktivitas individu yang menderita sakit

untuk memperoleh kesembuhan, mengenal atau mengetahui fasilitas atau

sarana pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak, dan mengetahui

hak serta kewajiban orang sakit.

14
3. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

a. Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan

yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga

dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif

dalam kegiatankegiatan kesehatan di masyarakat (Departemen Kesehatan

RI, 2007)

Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 adalah perilaku proaktif untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya

penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif

dalam gerakan kesehatan masyarakat (Syafirudin dan Hamidah, 2007)

b. Pengertian PHBS Tatanan Rumah Tangga

PHBS di rumah tagga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perlaku hidup bersih dan

sehat serta berperan aktif dalam kesehatan masyarakat. Rumah tangga

merupakan suatu bagian masyarakat terkecil dimana perubahan perilaku

dapat membawa dampak besar dalam kehidupan dan tingkat kesehatan

anggota keluarga di dlamnya (Dewan Redaksi Bulliten Warta RSUD,

2009)

c. Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga

Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 (sepuluh)

PHBS di Rumah Tangga yaitu (Departemen Kesehatan RI, 2007):

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

15
Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu

persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin, kelainan

akan cepat diketahui dan segera dapat ditolong atau dirujuk ke

Puskesmas/rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih dan steril

sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

2) Memberi ASI ekslusif

Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa diberi makanan

atau minuman tambahan apapun sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan.

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan

kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga

bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI merupakan makanan

yang terbaik untuk bayi. ASI mulai diberikan segera 30 menit setelah

ibu melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan

menghentikan perdarahan. Makanan dan minuman jangan diberikan

pada bayi sebelum diberikan ASI, karena sangat membahayakan

kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui. Waktu dan

lama menyusui tidak perlu dibatasi dan tidak perlu dijadwal. Bayi

yang berusia kurang dari 6 bulan lebih baik diberikan ASI saja,

sedangkan setelah bayi berusia 6 bulan ke atas diberikan ASI dan

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk makanan lunak

dan jumlah yang sesuai dengan pertambahan umur bayi. Pemberian

ASI tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun.

16
3) Menimbang bayi dan balita tiap bulan

Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai usia 1 bulan

sampai 5 tahun di Posyandu. Manfaat penimbangan bayi dan balita

setiap bulan di Posyandu, antara lain:

a. Untuk mengetahui apakah bayi dan balita tumbuh sehat.

b. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan bayi dan

balita.

c. Merujuk bayi dan balita ke Puskesmas bila sakit, berat badan dua

bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM

(Bawah Garis Merah) dan dicurigai gizi buruk.

d. Ibu balita mendapat penyuluhan gizi untuk memantau

pertumbuhan bayi dan balita.

4) Menggunakan air bersih

Air memiliki peranan dalam penularan penyakit diare karena air

merupakan unsur yang ada dalam makanan maupun minuman dan juga

digunakan untuk mencuci tangan, bahan makanan, serta peralatan

untuk memasak atau makan. Air yang digunakan harus bersih agar

tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Jika air terkontaminasi

dan kebersihan yang baik tidak dipraktikkan, makanan yang dihasilkan

kemungkinan besar juga terkontaminasi (Widyastuti, 2005).

Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita, antara lain

(dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba):

a) Air tidak berwarna, harus bening/jernih.

17
b) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah,

busa dan kotoran lainnya.

c) Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak

payau, dan tidak pahit, harus bebas dari bahan kimia beracun.

d) Air tidak berbau, seperti bau amis, anyir, busuk atau bau

belerang.

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri

penyebab penyakit. Kuman tersebut akan pindah ke tangan apabila kita

mencuci tangandengan air yang tidak bersih. Pada saat makan, kuman

dengan cepat masuk kedalam tubuh dan dapat menimbulkan penyakit.

Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman. Mencuci

tangan tanpa sabun menyebabkan kotoran dan kuman masih tertinggal

di tangan. Mencuci tangan dengan sabun dilakukan setelah buang air

besar, sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum menyusui bayi,

setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang

binatang, berkebun, dan lain-lain), setelah menceboki bayi atau anak,

dan sebelum memegang makanan. Mencuci tangan dengan sabun

dapat membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, mencegah

penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus, cacingan,

penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), flu burung

18
atau Severe Acute respiratory Syndrome (SARS), serta tangan menjadi

bersih dan penampilan lebih menarik.

6) Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk

dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi

dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.

Jenis jamban yang dianjurkan adalah jamban cemplung dan jamban

tangki septik/leher angsa. Jamban cemplung adalah jamban yang

penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan.

7) Memberantas jentik di rumah

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan

pemeriksaan jentik berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan

Jentik Berkala adalah pemeriksaan jentik pada tempat

perkembangbiakan nyamuk (tempat penampungan air) yang ada di

dalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga atau tatakan kulkas

dan di luar rumah seperti talang air, alas pot bunga, ketiak daun,

tempat minum burung, lubang pohon atau pagar bambu yang

dilakukan.

C. Tinjauan Umum Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita

Diare pada bayi bisa merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.

Lingkungan yang buruk di sekitar bayi erat kaitannya dengan perilaku hidup

19
bersih dan sehat ibu yang buruk pula, sebaliknya perilaku hidup bersih dan

sehat ibu yang baik dapat mencegah terjadinya diare pada bayi. Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga terdapat 10 indikator. Dari 10

indikator tersebut terdapat 4 indikator yang berkaitan dengan pencegahan

diare,yaitu memberikan ASI eksklusif, menggunakan air bersih, mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun, dan menggunakan jamban sehat.

D. Kerangka Konsep

Penelitian tetang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ibu dengan kejadian diare pada

anak usia 1-12 bulan, untuk mengetahi apakah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) ibu dengan anak berada pada kosentrasinya sesuai dengan kondisi lingungan

masyarakat yang sehat bagi ibu dan anak atu tidak. Selanjutnya dapat dilihat oada

gambar ini.

Kebersihan tangan

kejadian diare pada

Perilaku hidup bersih dan balita

sehat (PHBS) ibu.

Gambar 2

Kerangka Konsep

20
Keterangan

: Variabel Terkait/dependen

: Variabel Bebas/Independen

E. Hipotesis Penelitian

Dari hasil Kerangka Konsep diatas, maka Hipotesis penelitian yaitu:

Ha : ada hubungan antara PHBS ibu dengan kejadian diare pada anak usia 1-12b

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan menggunakan

metode Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi literature yang

bersifat sistematik, jelas, menyeluruh, dengan mengidentifikasi, menganalisis,

mengevaluasi melalui pengumpulan data-data yang sudah ada dengan metode

pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah jurnal – jurnal nasional

maupun internasional dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah untuk

membantu peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi

subyek topik yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian tersebut

sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian baru.

B. Tahapan Sistematic Review

1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dapat menentukan PICO (Population in

Question, Intervention of Interest, Comparator dan Outcome) tersebut

a. (P) Populasi : balita

b. (I) Intervensi : kebersihan tangan, perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) ibu

c. (C) Comparator : Tidak ada pembanding atau intervensi lainnya

d. (O) Outcome : Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu balita.

22
e. Pertanyaan penelitian berdasarkan “PICO” adalah apakah ada hubungan

yang bermakna antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu

dengan kejadian diare pada balita.

2. Menyusun Protokol

Merupakan detail perencanaan yang dipersiapakan secara matang, yang

mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur, kriteria untuk

menilai kualitas (kriteria inklusi dan eksklusi), skala penelitian yang akan

dilakukan. Untuk menyusun protokol review kita menggunakan metode

PRISMA (Preferred Reporting Items For Systematic Reviews and Meta

Analyses) .

a. Pencarian Data

Pencarian data mengacu pada sumber data base seperti PubMed,

Proquest, Google Scholar, Science Direct, dan lain – lain yang sifatnya

resmi, yang disesuikan dengan judul penelitian, abstrak dan kata kunci

yang digunakan untuk mencari artikel, kata kunci ini dapat disesuaikan

dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat sebelumnya.

b. Skrining Data

Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel penelitian)

yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang sesuai dengan

topik atau judul, abstrak dan kata kunci yang diteliti.

23
c. Penilaian Kualitas

(Kelayakan) Data Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan pada

data (artikel penelitian) dengan teks lengkap (full text) dengan

memenuhi kriteria yang ditentukan (kriteria inklusi dan eksklusi).

d. Hasil Pencarian data

Data Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian

kuantitatif atau kualitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria

untuk dilakukan analisis lebih lajut.

24
Gambar I diagram PRISMA tahapan systematic review

Pencarian pada situs google

scholar

Hasil jurnal secara keseluruhan

(n=50) Screening:

a. Rentang waktu 5
tahun (2015-2020)
Screening b. Tipe research articles,
review articles.
(n=10) c. Jurnal Bahasa
Indonesia.

Google scholar: 10

Jurnal yang dapat di akses full Full text


text Google scholar: 100
(n=100)

a. Jurnal yang membahas


tentang hubungan PHBS
ibu terhadap diare.
Jurnal akhir yang sesuai dengan
b. Jurnal yang membahas
tentang sikap ibu
kriteria inklusi
terhadap kesehatan pada
(n=10) balita

25
3. Ekastraksi Data

Ekastraksi data dapat dilakukan setelah proses protocol telaah dilakukan

dengan menggunakan metode PRISMA, ekstrasi data dapat dilakukan

secara manual dengan membuat formulir yang berisi tentang; tipe artikel,

nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian dan

lain-lain.

A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas abjek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugioyono,2018). Populasi dari penelitian ini adalah jurnal nasional

maupun jurnal internasional yang berkaitan dengan “Hubungan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita”.

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling (uraikan pertimbangan ditetapkan

jumlah sampel). Sebagai contoh sampel dalam penelitian ini berjumlah 10

artikel penelitian nasional maupun internasional yang berkaitan dengan

judul penelitian.

3. Teknik sampling

26
Teknik sampling merupakan cara-cara yang digunakan dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari

keseluruhan subjek penelitian. Pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik porpuse sampling, yaitu suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti (tujuan dan masalah dalam penelitian), sehingga

sampel dapat mewakili karakteristik populasi yang telah diketahui

sebelumnya. Berdasarkan karakteristik populasi yang telah diketahui,

maka dibuat kriteria inklusif dan eksklusif. Kriteria inklusif adalah semua

aspek yang baru ada dalam sebuah penelitian yang akan kita review dan

kriteria eksklusif adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan sebuah

penelitian menjadi tidak layak untuk di Review sebagai berikut.

a. Kriteria inklusi

1) Artikel penelitian nasional dan internasional yang berkaitan dengan

hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu dengan

kejadian diare pada balita. Artikel penelitian diterbitkan dalam

rentang waktu 5 tahun.

2) Tipe artikel penelitian review articles, research articles

3) Artikel penelitian yang dapat diakses dengan secara penuh

a. Kriteria eksklusi

Artikel penelitian nasional maupun internasional yang tidak berkaitan

dangan judul penelitian. Artikel penelitian diterbitkan lebih dari 5

tahun.

27
B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu:

a. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah kebersihan

tangan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu.

b. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah kejadian diare

pada balita.

C. Analisa Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstrasi data, maka analisis data

dilakukan dengan menggunakan semua data yang telah memenuhi kriteria

inklusi menggunakan teknik secara deskriptif untuk memberikan gambaran

sesuai permasalahan penelitian yang diteliti.

28
29

Anda mungkin juga menyukai