*
Penulis untuk korespondensi: ozhal.poltek78@gmail.com
Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%).12 Aceh Sampel terdiri dari kelompok kasus dan
Besar khususnya kawasan Kecamatan Darul kelompok kontrol. Kelompok kasus yaitu balita
Imarah merupakan salah satu wilayah yang yang diidentifikasi dan pernah didiagnosa oleh
masih memiliki prevalensi kasus diare. Laporan dokter / perawat akibat mengalami diare dalam
Puskesmas Darul Imarah menyatakan bahwa kurun waktu 3 (tiga) bulan terakhir, sedangkan
dari tahun ke tahun kasus diare terus terjadi, kelompok kontrol yaitu balita yang tidak
telihat data yaitu dari dari tahun 2014 sebesar mengalami diare yang terdapat dalam wilayah
7,5% meningkat menjadi 7,9% pada tahun penelitian.
201513. Adapun proses pengumpulan data untuk
Perilaku seseorang dapat mempengaruhi memperoleh data seperti data kejadian diare,
indikator kesehatan masyarakat, dalam hal ini pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu
perilaku sanitasi dapat mempengaruhi tentang STBM dalam penilitian ini meliputi
peningkatan atau penurunan kejadian diare. 14 teknik wawancara, observasi dan dibantu
Menurut Bloom, 3 (tiga) ranah perilaku adalah instrumen Daftar Pertanyaan (Kuesioner).
pengetahuan, sikap, dan aksi.15 Program STBM Selanjutnya dilakukan analisis secara
yang berupaya melakukan perubahan perilaku bivariat yaitu untuk mengukur ada tidaknya
higienis agar mencapai keadaan sanitasi total hubungan antara variabel independen dengan
berjalan dengan melibatkan seluruh komponen dependen. Untuk menguatkan hasil analisis ini
masyarakat termasuk para ibu.16 Ibu memiliki maka digunakan uji Chi-Square serta
peranan dalam pemenuhan kebutuhan menghitung odds ratio (OR) dengan CI:95%.
kesehatan keluarga terutama anak. 17
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
ingin melakukan suatu kajian penelitian terkait HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan perilaku ibu tentang program STBM 1. Karakteristik Sampel dan Responden
dengan kejadian diare pada balita diwilayah Sampel dalam penelitian ini adalah terdiri
kerja Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. dari kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Kelompok kasus yaitu balita yang diidentifikasi
dan pernah didiagnosa oleh dokter / perawat
DESAIN PENELITIAN
akibat mengalami diare dalam kurun waktu 3
Metode penelitian kuantitatif ini (tiga) bulan terakhir, sedangkan kelompok
menggunakan desain Case-control Study (studi kontrol yaitu balita yang tidak mengalami diare
retrospekstif) yang dilakukan secara deskriptif yang terdapat dalam wilayah penelitian. Sampel
analitik. Penelitian tersebut bertujuan diambil sebanyak 66 balita berdasarkan sistem
mempelajari hubungan sebab akibat antara random sampling. Berikut distribusi
variable bebas (faktor resiko) dengan variable karakteristik sampel penelitian sebagaimana
terikat (efek) dengan melakukan pengukuran disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1,
sesaat terhadap situasi masa lalu. tergambarkan bahwa dalam penelitian ini
Penelitian dilakukan diwilayah kerja kelompok sampel baik pada kasus maupun
Puskesmas Darul Imarah. Pemilihan lokasi kontrol mempunyai proporsi yang sama. Hal ini
berdasarkan data tinggi angka diare di Aceh segaja dilakukan oleh peneliti sebagai bentuk
Besar yaitu mencapai 2,7% berdasarkan data kesesuaian sampel antara kedua kelompok.
Riskesdas 2013, tahun 2015 berdasarkan Terbentuknya proporsi yang sama seperti
laporan Dinas Kesehatan Propinsi Aceh jenis kelamin maupun usia dalam pengambilan
terdapat sebesar 19% balita diare yang sampel diharapkan dapat memberikan
ditangani18. Laporan Puskesmas Darul Imarah konstribusi yang positif hubungan dari variabel
dari tahun ke tahun kasus diare terus terjadi, independen dengan variabel dependen. Lebih
yaitu dari tahun 2014 sebesar 7,5% meningkat lanjut, diketahui bahwa sampel lebih banyak
menjadi 7,9% pada tahun 2015. Penelitian berjenis kelamin perempuan (57,6%) baik pada
dilaksanakan selama 3 (bulan) yaitu terhitung kelompok kasus maupun kelompok kontrol,
April sampai dengan Juni tahun 2017. sedangkan menurut usia tergambarkan bahwa
sampel secara umum sampel berusia antara 0 – (30,3%) yang terdapat di wilayah Puskesmas
12 bulan (36,4%) dan berusia 13 – 24 bulan Darul Imarah.
Kelompok sampel
Karakteristik sampel Kasus Kontrol
n % n %
Jenis kelamin
Laki-laki 14 42,4 14 42,4
Perempuan 19 57,6 19 57,6
Usia
0 – 12 bulan 12 36,4 12 36,4
13 – 24 bulan 10 30,3 10 30,3
23 – 36 bulan 8 24,2 8 24,2
37 – 60 bulan 3 9,1 3 9,1
Jumlah 33 100,0 33 100,0
Penelitian ini juga menggunakan tergambarkan bahwa menurut usia ternyata pada
responden sebagai orang yang diwawancarai kelompok kasus lebih banyak diatas 30 tahun
untuk mengumpulkan data seperti pengetahuan, (57,6%) dan pada kelompok kontrol lebih
sikap dan tindakan serta perilaku tentang STBM. banyak berusia 30 tahun kebawah (66,7%).
Responden dalam penelitian merupakan ibu dari Menurut karakteristik pekerjaan terlihat bahwa
balita atau orang yang mengasuh serta terdekat pada kelompok kasus sebesar 39,4% responden
dengan balita. Adapun karakteristik responden sebagai IRT, sedangkan pada kelompok kontrol
disajikan pada Tabel 2. Karakteristik responden sedikit bervariasi yaitu sebesar 33,3% sebagai
yang dilihat meliputi usia, pekerjaan dan pedangang dan 30,3% sebagai petani.
pendidikan. Hasil penelitian (Tabel 2)
Kelompok sampel
Karakteristik responden Kasus Kontrol
n % n %
Usia
30 ahun kebawah 14 42,4 22 66,7
Diatas 30 tahun 19 57,6 11 33,3
Pekerjaan
PNS 4 12,1 4 12,1
Pedagang 7 21,2 11 33,3
Petani 9 27,3 10 30,3
Ibu Rumah Tangga 13 39,4 8 24,2
Pendidikan
SD 3 9,1 2 6,1
SMP 11 33,3 12 36,4
SMA 15 45,5 14 42,4
Diploma 2 6,1 3 9,1
Sarjana 2 6,1 2 6,1
Jumlah 33 100,0 33 100,0
Tabel 3. Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang STBM dengan
kejadian diare pada balita
Kejadian Diare
OR
Variabel independen Ya Tidak p-value
(CI: 95%)
n % n %
Pengetahuan
Kurang baik 16 48,5 7 21,2 0,039 3,5
Baik 17 51,5 26 78,8 (1,19 – 10,28)
Sikap
Negatif 19 57,6 10 30,3 0,047 3,1
Positif 14 42,4 23 69,7 (1,13 – 8,60)
Tindakan
Kurang baik 19 57,6 9 27,3 0,025 3,6
Baik 14 42,4 24 72,7 (1,29 – 10,15)
Perilaku
Kurang baik 17 51,5 7 21,2 0,021 3,9
Baik 16 48,5 26 78,8 (1,34 – 11,60)
Jumlah 33 100,0 33 100,0
Sikap juga menunjukan kondisi yang mempunyai nilai OR= 3,1. Berarti pada tingkat
sama seperti variable pengetahuan. kemaknaan 95%, diare pada balita disebabkan
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa balita oleh sikap ibu yang negatif yaitu sebesar 3,1
yang mengalami diare sebesar 57,6% terdapat dibandingkan ibu yang mempunyai sikap
pada ibu-ibu yang mempunyai sikap negatif positif tentang STBM di wilayah kerja
tentang STBM, dan balita yang tidak diare Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh
mempunyai proporsi yang lebih baik pada ibu Besar.
dengan sikap positif yaitu sebesar 69,7%. Selanjutnya, hasil penelitian terkait
Secara statistik sikap ibu tentang STBM kejadian diare menurut tindakan ibu juga
menunjukan hubungan signifikan (p= 0,047 < menunjukan proporsi tidak jauh berbeda
0,05) dengan kejadian diare pada balita, serta dengan variable pengetahuan dan sikap. Hasil
penelitian (Tabel 3), dapat diketahui balita terdapat pada ibu dengan perilaku yang kurang
yang mengalami diare 57,6% terdapat pada ibu baik, dan balita yang tidak mengalami diare
yang mempunyai tindakan kurang baik, dan sebesar 78,8% terdapat pada ibu dengan
balita yang tidak diare sebesar 72,7% terdapat perilaku yang baik tentang STBM. Hasil
pada ibu yang mempunyai tindakan baik. Hasil statistik menunjukan bahwa nilai probalitas
uji statistik diperoleh nilai p= 0,025 dengan antara perilaku ibu dengan kejadian diare
OR= 3,6. Berarti pada tingkat kemaknaan 95%, sebesar 0,021 dengan nilai OR sebesar 3,9.
terdapat hubungan signifikan antara tindakan Dapat disimpulkan, bahwa perilaku ibu tentang
ibu tentang STBM dengan kejadian diare pada STBM mempunyai hubungan bermakna
balita (p-value < 0,05), dimana balita yang dengan kejadian diare pada balita (p-value <
mengalami diare sebesar 3,6 kali disebabkan 0,05), dimana kejadian diare sebesar 3,9 kali
oleh tindakan ibu yang kurang baik disebabkan oleh perilaku ibu yang kurang baik
dibandingkan ibu yang mempunyai tindakan dibandingkan perilaku ibu yang baik tentang
yang baik tentang STBM di wilayah kerja STBM di wilayah kerja Puskesmas Darul
Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Imarah Kabupaten Aceh Besar.
Besar.
Generasilasi dari pengetahuan, sikap 3. Faktor Dominan Penyebab Diare
serta tindakan ibu atau aktivitas ibu yang Untuk mengukur faktor dominan dari
mempunyai bentangan yang sangat spesifik variabel independen (pengetahuan, sikap dan
terkait dalam menjalankan program STBM tindakan) yang sangat signifikan berhubungan
untuk mencegah kejadian diare pada balita dengan kejadian diare pada balita maka
dirangkung kedalam perilaku ibu tentang digunakan analisis multivariat melalui
STBM. Hasil penelitian sebagaimana disajikan pengujian statistik regresi logistik berganda
dalam Tabel 5, menyebutkan bahwa balita dengan model Foward Stepwise. Sebagaimana
yang mengalami kejadian sebesar 51,5% disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil akhir analisis regresi logistik ganda pemodelan faktor kejadian diare pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah
Exp
Variabel B SE Wald df Sig. 95% CI
(B)
Tindakan 1,286 0,526 5,976 1 0,015 3,619 1,290 - 10,150
Constant -2,033 0,876 5,383 1 0,020 0,131
Overal percentage 65,2%
Secara keseluruhan model ini dapat kejadian diare pada balita disebabkan sebesar
memprediksikan tinggi atau rendahnya 3,6 kali oleh kurang baiknya tindakan
pengaruh faktor risiko dalam hubungannya responden tentang STBM di wilayah kerja
dengan kejadian diare pada balita sebesar Puskesmas Darul Imarah.
65,2% (Overal Percentage 81,3%). Dengan Melalui model ini, ternyata variabel
persamaan tersebut diatas, kejadian diare pada independent predictor terhadap kejadian diare
balita dapat diperkirakan jika kita mengetahui yaitu tindakan tentang STBM dapat
nilai tindakan responden tentang STBM. Uji memperkirakan pengaruh faktor risiko dalam
statistic untuk koefesien regresi di ketahui hubungannya dengan kejadian diare sebesar
nilai p adalah sebesar 0,015 untuk tindakan 65,2%. Hasil statistik dari persamaan tersebut
STBM, sehingga pada alpha 5% ada hubungan sudah cukup baik (diatas 60%) untuk
linier antara tindakan responden tentang mempredikan prevalensi kejadian diare pada
STBM dengan kejadian diare pada balita, balita di wilayah kerja Puskesmas Darul
dimana nilai OR = 3,6 yang berarti bahwa Imarah.
Terkait pengetahuan, maka hasil penelitian terbentuk, tetapi pengetahuan bukan satu-
didukung dengan penelitian Fajrin (2013), bawa satunya komponen yang dapat mempengaruhi
pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa sikap. Sikap ibu mengenai program STBM
faktor antara lain tingkat pendidikan, informasi, berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan
budaya, serta pengalaman. Pengetahuan ibu bahwa ibu dengan sikap yang buruk mengenai
mengenai program STBM berdasarkan pada program STBM memiliki tingkat pendidikan
tingkat pendidikan menunjukkan hasil bahwa yang lebih rendah daripada ibu dengan sikap
responden yang memiliki pengetahuan yang yang baik dan sedang. Pada penjelasan
sedang dan baik memiliki tingkat pendidikan sebelumnya telah disebutkan bahwa penentuan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sikap yang utuh salah satunya dipengaruhi oleh
responden yang memiliki pengetahuan yang cara berpikir. Tingkat pendidikan dapat
buruk. Tingkat pendidikan dapat meningkatkan meningkatkan kematangan intelektual
kematangan intelektual seseorang. Kematangan seseorang, kematangan intelektual ini dapat
intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berpengaruh pada cara berfikir.
berfikir, baik dalam cara pengambilan keputusan Data yang didapatkan berdasarkan hasil
maupun dalam pembuatan kebijakan. Tetapi, wawancara dengan responden menunjukkan
seseorang dengan tingkat pendidikan rendah bahwa sebagian besar responden bersikap positif
tidak mutlak akan memiliki pengetahuan yang mengenai program STBM. Menurut responden,
buruk. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak program STBM merupakan program yang cukup
diperoleh dari pendidikan formal saja, akan baik untuk mencegah terjadinya diare pada
tetapi dapat pula diperoleh dari pendidikan non balita. Karena akan sulit untuk mengobati balita
formal. Selain dipengaruhi oleh tingkat setelah terkena diare. Sebagian responden juga
pendidikan, pengetahuan juga dipengaruhi oleh mengatakan bahwa mereka bersedia datang jika
informasi yang didapat. diadakannya penyuluhan dan mencoba untuk
Meskipun beberapa responden menerapkan program STBM yang disampaikan
berpengetahuan baik namun balita tetap diantaranya seperti mencuci tangan
mengalami diare, kemungkinan karena makanan menggunakan sabun dan berperilaku hidup
atau botol susu yang digunakan telah bersih dan sehat.
terkontaminasi oleh bakteri sehingga Namun beberapa responden juga
menyebabkan terjadinya diare. Hal tersebut juga mengatakan bahwa tidak dapat hadir jika
dapat dicegah dengan menerapkan perilaku diadakan penyuluhan mengenai program STBM,
hidup bersih dan sehat serta mencuci peralatan hal tersebut dikarenakan responden disibukkan
balita dengan menggunakan sabun. untuk bekerja. Dilihat dari tingkat pengetahuan
Disamping itu, ada beberapa responden responden yang dominan baik, tetapi ada juga
yang berpendidikan rendah sehingga beberapa responden dengan pengetahuan yang
berkemungkinan menyebabkan kurangnya kurang baik sehingga memicu sikap yang kurang
pengetahuan jika dibandingkan dengan peduli terhadap penyuluhan mengenai program
responden yang berpendidikan tinggi. Sifat yang STBM dan menganggapnya telah biasa
kurang peduli terhadap pencegahan penyakit disampaikan.
diare pada balita juga membuat responden Pada beberapa responden yang telah
berfikir saat balita mengalami diare hanya perlu diketahui bahwa meskipun telah bersikap positif
dibawa ke Puskesmas. namun balita ada yang mengalami diare. Hal ini
Berkaitan dengan hasil tentang sikap kemungkinan terjadi karena disebabkan oleh
responden terhadap kejadian diare, hal tersebut faktor lain seperti kebiasaan bermain anak pada
erat kaitannya dengan teori yang dikemukakan tanah, kebiasaan menggigit kuku tangan dan hal
oleh Fajrin (2013), rendahnya sikap ibu dapat lainnya.
berkaitan dengan masih rendah pula Hubungan tindakan dengan kejadian diare
pengetahuan ibu mengenai program STBM. searah penelitian oleh Fajrin (2013),
Pengetahuan akan suatu objek akan memicu terbentuknya suatu perilaku dimulai dengan
stimulasi sehingga sikap terhadap objek dapat terlebih dahulu subjek mendapat stimulasi dan
mengetahui sebuah objek, selanjutnya karena kondisi ibu dapat mempengaruhi kualitas
menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si ASI.
subjek terhadap objek yang diketahui tadi. Objek Perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa
yang telah diketahui atau disadari sepenuhnya faktor lain selain sikap dan pengetahuan yaitu,
akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi pengalaman, fasilitas, sosial budaya, sosial
yaitu berupa perilaku atau tindakan sehubungan ekonomi, keyakinan, keinginan, motivasi, dan
dengan objek. Namun demikian dalam niat.
kenyataannya, stimulus yang diterima oleh
subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. KESIMPULAN
Hal ini berarti seseorang dapat berperilaku atau Diare merupakan suatu kejadian buang air
bertindak tanpa mengetahui terlebih dulu makna besar lebih dari 3 (tiga) kali sehari pada balita
dari stimulasi yang diterimanya. Tindakan dengan kondisi feses yang mengandung air
seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan berlebihan. Kejadian diare pada balita
dan sikap. Hal ini dapat menjelaskan hasil dalam diwilayah kerja Puskesmas Darul Imarah
penelitian ini yang menunjukkan bahwa perilaku disebabkan oleh beberapa faktor, faktor yang
responden telah baik walaupun pengetahuan dan berhubungan yaitu pengetahuan ibu, sikap ibu
sikapnya masih buruk. dan tindakan ibu tentang STBM. Diare pada
Hasil wawancara dengan responden balita di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah
mengenai tindakan yang dilakukan oleh sebesar 3,5 kali disebakan oleh kurang baiknya
respoden menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu tentang STBM, sebesar 3,1
responden bertindak baik dalam menerapkan
kali oleh sikap ibu yang negatif tentang STBM,
program STBM. Hal tersebut dilihat dari serta kurang baiknya tindakan ibu sehari-hari
tanggapan responden yang mengatakan bahwa tentang pelaksanaan STBM dalam lingkungan
walaupun tidak semua dapat diterapkan, namun rumah tangga mereka sebesar 3,6. Tindakan ibu
sebagian telah dilakukan seperti menguburkan yang kurang baik tentang STBM merupakan
popok balita atau membakarnya dan tidak variabel paling dominan dalam kaitannya
dibuang sembarangan, memasak air sebelum sebagai penyebab kejadian diare pada balita
dikonsumsi dan mencuci tangan pakai sabun dibandingkan variabel pengetahuan dan sikap.
sebelum memberi makan pada anak.
Bahwa kejadian diare pada balita disebabkan
Namun ada beberapa hal yang sulit sebesar 3,6 kali oleh kurang baiknya tindakan
diterapkan yaitu seperti memilah sampah basah responden tentang STBM di wilayah kerja
dan sampah kering, selain itu sampah yang Puskesmas Darul Imarah.
dihasilkan juga dibuang dipekarangan rumah Diharapkan kepada instansi terkait
atau belakang rumah kemudian dibakar. Saluran
terutama dinas kesehatan hendaknya penelitian
pembuangan air limbah juga jarang dibersihkan ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan
sehingga kadang-kadang terjadi penumpukan
dalam upaya penanggulangan dan pencegahan
sampah pada saluran air pembuangan diakui
penyakit diare pada balita di Kecamatan Darul
responden. Imarah Kabupaten Aceh Besar. Serta, juga
Hampir keseluruhan responden yang kepada masyarakat untuk dapat meluangkan
berpengetahuan baik dengan sikap yang baik waktu mengikuti sosialisasi dan penyuluhan
pula menerapkan program STBM, hal tersebut mengenai program STBM yang diadakan oleh
diakui cukup efektif agar balita tidak terkena instansi pemerintah dan menerapkannya dalam
diare.Tetapi pada beberapa orang responden kehidupan sehingga dapat mencegah terjadinya
mengaku bahwa meskipun telah melakukan
penyakit diare pada balita.
tindakan sesuai dengan yang telah disarankan
oleh petugas kesehatan, namun balita masih ada
yang mengalami diare. Hal ini kemungkinan DAFTAR PUSTAKA
terjadi karena faktor pemberian ASI pada balita.
ASI yang diberikan oleh ibu balita dapat 1. WHO. Implementing The New
berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita Recommendation On The Clinical