Anda di halaman 1dari 9

P-ISSN : 2527-3310

Syahrizal E-ISSN : 2548-5741


doi: 10.30867/action.v3i1.99 Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, Mei 2018; 3(1): 48-56

PENGARUH PERILAKU IBU TENTANG PROGRAM STBM TERHADAP


KEJADIAN DIARE PADA BALITA
(The influence of mother's behavior on community-based sanitation program on the
incidence of diarrhea in infants)
Syahrizal1*
1
Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh. Aceh Besar.
E-mail: ozhal.poltek78@gmail.com

Received: 28/1/2018 Accepted: 14/4/2018 Published online: 15/5/2018

ABSTRAK with sample of balita counted 66 people and divided


into case and control group. Data collection through
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di interviews and observations included it behavior and
seluruh dunia, terutama di negara berkembang, diarrhea events. Static analysis is chi-square with CI:
termasuk Indonesia. Kebijakan Strategi Nasional STBM 95%. The result of the study showed a significant
merupakan suatu strategi percepatan untuk mencapai correlation between mother's action on community-
target MDGs ke-7. STBM sebagai aksi terpadu untuk based sanitation and diarrhea incidence in under-five
menurunkan angka kejadian diare dan meningkatkan children (p-value = 0,021), where children under five
higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat yang years experienced diarrhea 3.6 times due to poor
optimal. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain mother's activity compared to mothers who had good
Case-control Study dilakukan secara deskriptif analitik, actions about sanitation. The conclusion, that the
dilakukan pada wilayah Puskesmas Darul Imarah incidence of diarrhea in under-five children in the work
dengan sampel yaitu balita sebanyak 66 orang dan area of Puskesmas Darul Imarah caused less good
terbagi dalam kelompok kasus dan kontrol. action about STBM. Suggestion, socialization and
Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi counseling about community-based sanitation program
meliputi perilaku STBM dan kejadian diare. Analisis held by government institution and apply it.
statisik yaitu chi-square dengan CI:95%. Hasil
penelitian menunjukan hubungan signifikan antara Keywords: Behavior, community-based sanitation,
tindakan ibu tentang STBM dengan kejadian diare pada diarrhea
balita (p-value = 0,021), dimana balita yang
mengalami diare sebesar 3,6 kali disebabkan oleh
tindakan ibu yang kurang baik dibandingkan ibu yang
PENDAHULUAN
mempunyai tindakan yang baik tentang STBM.
Kesimpulan, bahwa kejadian diare pada balita di Diare masih merupakan masalah
wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah disebakan
kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara
kurang baiknya tindakan tentang STBM. Saran,
sosialisasi dan penyuluhan mengenai program STBM berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit
yang diadakan oleh instansi pemerintah dan diare adalah penyebab utama kedua
menerapkannya. kematian pada anak di bawah umur lima
tahun, membunuh 1,5 juta anak setiap tahun
Kata kunci: Perilaku, STBM, diare
dan secara global, ada sekitar dua miliar kasus
penyakit diare setiap tahun. 1 Diare saat
ABSTRACT
merupakan masalah global dan banyak
Diarrheal disease is still a health problem worldwide, terjangkit di negara-negara berkembang
especially in developing countries, including Indonesia.
The national strategy of community-based sanitation is
dengan kondisi sanitasi lingkungan yang
an acceleration strategy to achieve the 7th MDG buruk, tidak cukup pasokan air bersih,
targets. Its an integrated action to reduce the incidence kemiskinan, dan pendidikan yang rendah.
of diarrhea and improve hygiene and quality of Insiden diare bervariasi di setiap daerah di
community life is optimal. This quantitative research setiap wilayah, musim, dan masa-masa
using Case-control Study design is done by analytical
descriptive, conducted at Darul Imarah Puskesmas area
endemik.2 Diare juga masih merupakan

*
Penulis untuk korespondensi: ozhal.poltek78@gmail.com

48 Jurnal AcTion, Volume 3, Nomor 1, Mei 2018


Pengaruh Perilaku Ibu tentang Program STBM...

masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Kebijakan Strategi Nasional STBM


Penanganan diare yang dilakukan secara baik merupakan suatu strategi percepatan untuk
selama inimembuat angka kematian akibat mencapai target MDGs goals 7 (tujuh). STBM
diare dalam 20 tahun terakhir menurun tajam. selain sebagai aksi terpadu untuk
Walaupun angka kematian sudah menurun menurunkan angka kejadian diare juga
tetapi angka kesakitan masih cukup tinggi. meningkatkan higienitas dan kualitas
Lama diare serta frekuensi diare pada kehidupan masyarakat Indonesia melalui
penderita akut belum dapat diturunkan. 3 kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Organisasi kesehatan dunia (WHO) yang mencakup 5 pilar, yaitu: 1) Stop BABs
pada tahun 2010 4 , menunjukkan bahwa (Buang Air Besar sembarangan), 2) Cuci
berbagai intervensi perilaku melalui Tangan Pakai Sabun (CTPS), 3) Pengelolaan
modifikasi lingkungan dapat mengurangi Air Minum dan Makanan yang aman di
angka kejadian diare sampai dengan 94% Rumah Tangga (PAM RT), 4) Mengelola
melalui pengolahan air yang aman dan sampah dengan benar dan 5) Mengelola
penyimpanan di tingkat rumah tangga dapat limbah cair rumah tangga dengan aman. 7
mengurangi angka kejadian diare sebesar Strategi ini merupakan implementasi kegiatan
32%, meningkatkan penyediaan air bersih prioritas Kementerian Kesehatan untuk
dapat menurunkan angka kejadian diare memobilisasi dan memberdayakan
sebesar 25% dan melakukan praktek mencuci masyarakat agar memilih hidup sehat. 8
tangan yang efektif dapat menurunkan Menurut hasil penelitian WHO 4,
kejadian diare sebesar 45%. penurunan angka kejadian diare dapat dicapai
Berbagai upaya telah dilakukan untuk melalui modifikasi lingkungan (94%),
menekan angka kesakitan dan kematian yang termasuk pemanfaatan jamban (32%), cuci
disebabkan diare, khususnya pada anak balita. tangan pakai sabun (45%), pengelolaan air
Program lingkungan sehat, perilaku sehat dan minum rumah tangga (39%). Menurut Centers
pemberdayaan masyarakat serta penyehatan for Disease Control 9 , mencuci tangan adalah
air dan sanitasi merupakan program ukuran paling sederhana, paling efektif untuk
multisektoral yang terkait langsung dengan mencegah penyebaran bakteri, patogen, dan
upaya pemberantasan penyakit menular virus. Cuci tangan pakai sabun sangat dekat
berbasis lingkungan. Kebijakan dan strategi dengan keseharian kita dan juga merupakan
Kementerian Kesehatan dalam rangka cara yang paling mudah dilakukan
pengendalian penyakit diare melalui kegiatan dibandingkan 4 (empat) pilar lainnya dalam
tatalaksana penderita diare, surveilans STBM. Selain itu hasil penelitian juga
epidemiologi, pencegahan diare, penyuluhan menyatakan tingkat pendidikan ibu ternyata
kesehatan, pengelolaan logistik dan mempengaruhi perilaku cuci tangan, dimana
pemantauan/evaluasi dirasakan belum tingkat pendidikan lebih tinggi, akan mudah
memberikan daya ungkit terjadinya melakukan praktik cuci tangan, sehingga
perubahan perilaku higienis dan peningkatan secara tidak langsung angka diare juga
akses sanitasi, sehingga kasus diare tiap tahun menurun. 10 Penelitian lain menyebutkan
masih tinggi. Hal ini disebabkan kebanyakan terdapat hubungan antara pekerjaan dengan
sifat program tersebut masih top down, perubahan perilaku, ibu yang bekerja akan
masyarakat kurang dilibatkan, proyek lebih sering terpapar dengan kegiatan atau
sepenuhnya dibiayai pemerintah, Perilaku sumber informasi kesehatan, sehingga dapat
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) hanya diasumsikan ibu yang bekerja lebih banyak
sebagai slogan saja, belum merubah memiliki pengetahuan yang lebih baik
5
perilaku . Sehingga pada tahun 2014 dibanding ibu yang tidaka bekerja. 11
Kementerian Kesehatan mencoba menerapkan Data Riskesdas tahun 2013,
strategi baru untuk menurunkan kejadian menunjukkan bahwa Lima provinsi dengan
diare melalui program Sanitasi Total Berbasis insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%),
Masyarakat STBM. 6 Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi

Jurnal AcTion, Volume 3, Nomor 1, Mei 2018 49


Syahrizal

Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%).12 Aceh Sampel terdiri dari kelompok kasus dan
Besar khususnya kawasan Kecamatan Darul kelompok kontrol. Kelompok kasus yaitu balita
Imarah merupakan salah satu wilayah yang yang diidentifikasi dan pernah didiagnosa oleh
masih memiliki prevalensi kasus diare. Laporan dokter / perawat akibat mengalami diare dalam
Puskesmas Darul Imarah menyatakan bahwa kurun waktu 3 (tiga) bulan terakhir, sedangkan
dari tahun ke tahun kasus diare terus terjadi, kelompok kontrol yaitu balita yang tidak
telihat data yaitu dari dari tahun 2014 sebesar mengalami diare yang terdapat dalam wilayah
7,5% meningkat menjadi 7,9% pada tahun penelitian.
201513. Adapun proses pengumpulan data untuk
Perilaku seseorang dapat mempengaruhi memperoleh data seperti data kejadian diare,
indikator kesehatan masyarakat, dalam hal ini pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu
perilaku sanitasi dapat mempengaruhi tentang STBM dalam penilitian ini meliputi
peningkatan atau penurunan kejadian diare. 14 teknik wawancara, observasi dan dibantu
Menurut Bloom, 3 (tiga) ranah perilaku adalah instrumen Daftar Pertanyaan (Kuesioner).
pengetahuan, sikap, dan aksi.15 Program STBM Selanjutnya dilakukan analisis secara
yang berupaya melakukan perubahan perilaku bivariat yaitu untuk mengukur ada tidaknya
higienis agar mencapai keadaan sanitasi total hubungan antara variabel independen dengan
berjalan dengan melibatkan seluruh komponen dependen. Untuk menguatkan hasil analisis ini
masyarakat termasuk para ibu.16 Ibu memiliki maka digunakan uji Chi-Square serta
peranan dalam pemenuhan kebutuhan menghitung odds ratio (OR) dengan CI:95%.
kesehatan keluarga terutama anak. 17
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
ingin melakukan suatu kajian penelitian terkait HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan perilaku ibu tentang program STBM 1. Karakteristik Sampel dan Responden
dengan kejadian diare pada balita diwilayah Sampel dalam penelitian ini adalah terdiri
kerja Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. dari kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Kelompok kasus yaitu balita yang diidentifikasi
dan pernah didiagnosa oleh dokter / perawat
DESAIN PENELITIAN
akibat mengalami diare dalam kurun waktu 3
Metode penelitian kuantitatif ini (tiga) bulan terakhir, sedangkan kelompok
menggunakan desain Case-control Study (studi kontrol yaitu balita yang tidak mengalami diare
retrospekstif) yang dilakukan secara deskriptif yang terdapat dalam wilayah penelitian. Sampel
analitik. Penelitian tersebut bertujuan diambil sebanyak 66 balita berdasarkan sistem
mempelajari hubungan sebab akibat antara random sampling. Berikut distribusi
variable bebas (faktor resiko) dengan variable karakteristik sampel penelitian sebagaimana
terikat (efek) dengan melakukan pengukuran disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1,
sesaat terhadap situasi masa lalu. tergambarkan bahwa dalam penelitian ini
Penelitian dilakukan diwilayah kerja kelompok sampel baik pada kasus maupun
Puskesmas Darul Imarah. Pemilihan lokasi kontrol mempunyai proporsi yang sama. Hal ini
berdasarkan data tinggi angka diare di Aceh segaja dilakukan oleh peneliti sebagai bentuk
Besar yaitu mencapai 2,7% berdasarkan data kesesuaian sampel antara kedua kelompok.
Riskesdas 2013, tahun 2015 berdasarkan Terbentuknya proporsi yang sama seperti
laporan Dinas Kesehatan Propinsi Aceh jenis kelamin maupun usia dalam pengambilan
terdapat sebesar 19% balita diare yang sampel diharapkan dapat memberikan
ditangani18. Laporan Puskesmas Darul Imarah konstribusi yang positif hubungan dari variabel
dari tahun ke tahun kasus diare terus terjadi, independen dengan variabel dependen. Lebih
yaitu dari tahun 2014 sebesar 7,5% meningkat lanjut, diketahui bahwa sampel lebih banyak
menjadi 7,9% pada tahun 2015. Penelitian berjenis kelamin perempuan (57,6%) baik pada
dilaksanakan selama 3 (bulan) yaitu terhitung kelompok kasus maupun kelompok kontrol,
April sampai dengan Juni tahun 2017. sedangkan menurut usia tergambarkan bahwa

50 Jurnal AcTion, Volume 3, Nomor 1, Mei 2018


Pengaruh Perilaku Ibu tentang Program STBM...

sampel secara umum sampel berusia antara 0 – (30,3%) yang terdapat di wilayah Puskesmas
12 bulan (36,4%) dan berusia 13 – 24 bulan Darul Imarah.

Tabel 1. Karakteristik sampel berdasarkan kelompok kasus kontrol

Kelompok sampel
Karakteristik sampel Kasus Kontrol
n % n %
Jenis kelamin
Laki-laki 14 42,4 14 42,4
Perempuan 19 57,6 19 57,6
Usia
0 – 12 bulan 12 36,4 12 36,4
13 – 24 bulan 10 30,3 10 30,3
23 – 36 bulan 8 24,2 8 24,2
37 – 60 bulan 3 9,1 3 9,1
Jumlah 33 100,0 33 100,0

Penelitian ini juga menggunakan tergambarkan bahwa menurut usia ternyata pada
responden sebagai orang yang diwawancarai kelompok kasus lebih banyak diatas 30 tahun
untuk mengumpulkan data seperti pengetahuan, (57,6%) dan pada kelompok kontrol lebih
sikap dan tindakan serta perilaku tentang STBM. banyak berusia 30 tahun kebawah (66,7%).
Responden dalam penelitian merupakan ibu dari Menurut karakteristik pekerjaan terlihat bahwa
balita atau orang yang mengasuh serta terdekat pada kelompok kasus sebesar 39,4% responden
dengan balita. Adapun karakteristik responden sebagai IRT, sedangkan pada kelompok kontrol
disajikan pada Tabel 2. Karakteristik responden sedikit bervariasi yaitu sebesar 33,3% sebagai
yang dilihat meliputi usia, pekerjaan dan pedangang dan 30,3% sebagai petani.
pendidikan. Hasil penelitian (Tabel 2)

Tabel 2. Karakteristik responden menurut kelompok kasus kontrol

Kelompok sampel
Karakteristik responden Kasus Kontrol
n % n %
Usia
30 ahun kebawah 14 42,4 22 66,7
Diatas 30 tahun 19 57,6 11 33,3
Pekerjaan
PNS 4 12,1 4 12,1
Pedagang 7 21,2 11 33,3
Petani 9 27,3 10 30,3
Ibu Rumah Tangga 13 39,4 8 24,2
Pendidikan
SD 3 9,1 2 6,1
SMP 11 33,3 12 36,4
SMA 15 45,5 14 42,4
Diploma 2 6,1 3 9,1
Sarjana 2 6,1 2 6,1
Jumlah 33 100,0 33 100,0

Jurnal AcTion, Volume 3, Nomor 1, Mei 2018 51


Syahrizal

Selanjutnya jika dilihat berdasarkan pada Tabel 3. Berdasarkan hasil penelitian,


karakteristik pendidikan, baik pada kelompok terlihat bahwa menurut variable pengetahuan
kasus maupun kelompok kontrol dominan ternyata kejadian diare pada balita akibat
responden berpendidikan SMA dan SMP, pada pengetahuan ibu yang kurang baik sebesar
kelompok kasus yang berpendidikan SMA yaitu 48,5%, sebaliknya balita yang tidak diare
45,5% dan SMP yaitu 33,3%, dan pada sebesar 78,8% berasal dari ibu dengan
kelompok kontrol yang berpendidikan SMA berpengetahuan baik. Hasil uji statistik
yaitu 42,1% dan SMP yaitu 36,4%. menunjukan hubungan signifikan (p= 0,039 <
0,05) antara pengetahuan ibu tentang STBM
2. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan dengan kejadian diare pada balita serta
Tindakan dengan Kejadian Diare mempunyai nilai OR sebesar 3,5. Dengan
Hasil analisis secara bivariat demikian dapat disimpulkan bahwa kurang
menggunakan uji Chi-Square serta lanjutan baiknya pengetahuan berhubungan dengan
perhitunggan odd ratio (OR) antara kejadian diare, dimana kejadian diare pada
pengetahuan, sikap dan tindakan responden balita sebesar 3,5 kali disebabkan oleh ibu
tentang STBM terhadap kejadian diare pada berpengetahuan kurang baik dibandingkan ibu
balita di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah berpengetahuan baik.
Kabupaten Aceh Besar sebagaimana disajikan

Tabel 3. Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang STBM dengan
kejadian diare pada balita

Kejadian Diare
OR
Variabel independen Ya Tidak p-value
(CI: 95%)
n % n %
Pengetahuan
Kurang baik 16 48,5 7 21,2 0,039 3,5
Baik 17 51,5 26 78,8 (1,19 – 10,28)
Sikap
Negatif 19 57,6 10 30,3 0,047 3,1
Positif 14 42,4 23 69,7 (1,13 – 8,60)
Tindakan
Kurang baik 19 57,6 9 27,3 0,025 3,6
Baik 14 42,4 24 72,7 (1,29 – 10,15)
Perilaku
Kurang baik 17 51,5 7 21,2 0,021 3,9
Baik 16 48,5 26 78,8 (1,34 – 11,60)
Jumlah 33 100,0 33 100,0

Sikap juga menunjukan kondisi yang mempunyai nilai OR= 3,1. Berarti pada tingkat
sama seperti variable pengetahuan. kemaknaan 95%, diare pada balita disebabkan
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa balita oleh sikap ibu yang negatif yaitu sebesar 3,1
yang mengalami diare sebesar 57,6% terdapat dibandingkan ibu yang mempunyai sikap
pada ibu-ibu yang mempunyai sikap negatif positif tentang STBM di wilayah kerja
tentang STBM, dan balita yang tidak diare Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh
mempunyai proporsi yang lebih baik pada ibu Besar.
dengan sikap positif yaitu sebesar 69,7%. Selanjutnya, hasil penelitian terkait
Secara statistik sikap ibu tentang STBM kejadian diare menurut tindakan ibu juga
menunjukan hubungan signifikan (p= 0,047 < menunjukan proporsi tidak jauh berbeda
0,05) dengan kejadian diare pada balita, serta dengan variable pengetahuan dan sikap. Hasil

52 Jurnal AcTion, Volume 3, Nomor 1, Mei 2018


Pengaruh Perilaku Ibu tentang Program STBM...

penelitian (Tabel 3), dapat diketahui balita terdapat pada ibu dengan perilaku yang kurang
yang mengalami diare 57,6% terdapat pada ibu baik, dan balita yang tidak mengalami diare
yang mempunyai tindakan kurang baik, dan sebesar 78,8% terdapat pada ibu dengan
balita yang tidak diare sebesar 72,7% terdapat perilaku yang baik tentang STBM. Hasil
pada ibu yang mempunyai tindakan baik. Hasil statistik menunjukan bahwa nilai probalitas
uji statistik diperoleh nilai p= 0,025 dengan antara perilaku ibu dengan kejadian diare
OR= 3,6. Berarti pada tingkat kemaknaan 95%, sebesar 0,021 dengan nilai OR sebesar 3,9.
terdapat hubungan signifikan antara tindakan Dapat disimpulkan, bahwa perilaku ibu tentang
ibu tentang STBM dengan kejadian diare pada STBM mempunyai hubungan bermakna
balita (p-value < 0,05), dimana balita yang dengan kejadian diare pada balita (p-value <
mengalami diare sebesar 3,6 kali disebabkan 0,05), dimana kejadian diare sebesar 3,9 kali
oleh tindakan ibu yang kurang baik disebabkan oleh perilaku ibu yang kurang baik
dibandingkan ibu yang mempunyai tindakan dibandingkan perilaku ibu yang baik tentang
yang baik tentang STBM di wilayah kerja STBM di wilayah kerja Puskesmas Darul
Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Imarah Kabupaten Aceh Besar.
Besar.
Generasilasi dari pengetahuan, sikap 3. Faktor Dominan Penyebab Diare
serta tindakan ibu atau aktivitas ibu yang Untuk mengukur faktor dominan dari
mempunyai bentangan yang sangat spesifik variabel independen (pengetahuan, sikap dan
terkait dalam menjalankan program STBM tindakan) yang sangat signifikan berhubungan
untuk mencegah kejadian diare pada balita dengan kejadian diare pada balita maka
dirangkung kedalam perilaku ibu tentang digunakan analisis multivariat melalui
STBM. Hasil penelitian sebagaimana disajikan pengujian statistik regresi logistik berganda
dalam Tabel 5, menyebutkan bahwa balita dengan model Foward Stepwise. Sebagaimana
yang mengalami kejadian sebesar 51,5% disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil akhir analisis regresi logistik ganda pemodelan faktor kejadian diare pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah

Exp
Variabel B SE Wald df Sig. 95% CI
(B)
Tindakan 1,286 0,526 5,976 1 0,015 3,619 1,290 - 10,150
Constant -2,033 0,876 5,383 1 0,020 0,131
Overal percentage 65,2%

Secara keseluruhan model ini dapat kejadian diare pada balita disebabkan sebesar
memprediksikan tinggi atau rendahnya 3,6 kali oleh kurang baiknya tindakan
pengaruh faktor risiko dalam hubungannya responden tentang STBM di wilayah kerja
dengan kejadian diare pada balita sebesar Puskesmas Darul Imarah.
65,2% (Overal Percentage 81,3%). Dengan Melalui model ini, ternyata variabel
persamaan tersebut diatas, kejadian diare pada independent predictor terhadap kejadian diare
balita dapat diperkirakan jika kita mengetahui yaitu tindakan tentang STBM dapat
nilai tindakan responden tentang STBM. Uji memperkirakan pengaruh faktor risiko dalam
statistic untuk koefesien regresi di ketahui hubungannya dengan kejadian diare sebesar
nilai p adalah sebesar 0,015 untuk tindakan 65,2%. Hasil statistik dari persamaan tersebut
STBM, sehingga pada alpha 5% ada hubungan sudah cukup baik (diatas 60%) untuk
linier antara tindakan responden tentang mempredikan prevalensi kejadian diare pada
STBM dengan kejadian diare pada balita, balita di wilayah kerja Puskesmas Darul
dimana nilai OR = 3,6 yang berarti bahwa Imarah.

Jurnal AcTion, Volume 3, Nomor 1, Mei 2018 53


Syahrizal

Terkait pengetahuan, maka hasil penelitian terbentuk, tetapi pengetahuan bukan satu-
didukung dengan penelitian Fajrin (2013), bawa satunya komponen yang dapat mempengaruhi
pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa sikap. Sikap ibu mengenai program STBM
faktor antara lain tingkat pendidikan, informasi, berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan
budaya, serta pengalaman. Pengetahuan ibu bahwa ibu dengan sikap yang buruk mengenai
mengenai program STBM berdasarkan pada program STBM memiliki tingkat pendidikan
tingkat pendidikan menunjukkan hasil bahwa yang lebih rendah daripada ibu dengan sikap
responden yang memiliki pengetahuan yang yang baik dan sedang. Pada penjelasan
sedang dan baik memiliki tingkat pendidikan sebelumnya telah disebutkan bahwa penentuan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sikap yang utuh salah satunya dipengaruhi oleh
responden yang memiliki pengetahuan yang cara berpikir. Tingkat pendidikan dapat
buruk. Tingkat pendidikan dapat meningkatkan meningkatkan kematangan intelektual
kematangan intelektual seseorang. Kematangan seseorang, kematangan intelektual ini dapat
intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berpengaruh pada cara berfikir.
berfikir, baik dalam cara pengambilan keputusan Data yang didapatkan berdasarkan hasil
maupun dalam pembuatan kebijakan. Tetapi, wawancara dengan responden menunjukkan
seseorang dengan tingkat pendidikan rendah bahwa sebagian besar responden bersikap positif
tidak mutlak akan memiliki pengetahuan yang mengenai program STBM. Menurut responden,
buruk. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak program STBM merupakan program yang cukup
diperoleh dari pendidikan formal saja, akan baik untuk mencegah terjadinya diare pada
tetapi dapat pula diperoleh dari pendidikan non balita. Karena akan sulit untuk mengobati balita
formal. Selain dipengaruhi oleh tingkat setelah terkena diare. Sebagian responden juga
pendidikan, pengetahuan juga dipengaruhi oleh mengatakan bahwa mereka bersedia datang jika
informasi yang didapat. diadakannya penyuluhan dan mencoba untuk
Meskipun beberapa responden menerapkan program STBM yang disampaikan
berpengetahuan baik namun balita tetap diantaranya seperti mencuci tangan
mengalami diare, kemungkinan karena makanan menggunakan sabun dan berperilaku hidup
atau botol susu yang digunakan telah bersih dan sehat.
terkontaminasi oleh bakteri sehingga Namun beberapa responden juga
menyebabkan terjadinya diare. Hal tersebut juga mengatakan bahwa tidak dapat hadir jika
dapat dicegah dengan menerapkan perilaku diadakan penyuluhan mengenai program STBM,
hidup bersih dan sehat serta mencuci peralatan hal tersebut dikarenakan responden disibukkan
balita dengan menggunakan sabun. untuk bekerja. Dilihat dari tingkat pengetahuan
Disamping itu, ada beberapa responden responden yang dominan baik, tetapi ada juga
yang berpendidikan rendah sehingga beberapa responden dengan pengetahuan yang
berkemungkinan menyebabkan kurangnya kurang baik sehingga memicu sikap yang kurang
pengetahuan jika dibandingkan dengan peduli terhadap penyuluhan mengenai program
responden yang berpendidikan tinggi. Sifat yang STBM dan menganggapnya telah biasa
kurang peduli terhadap pencegahan penyakit disampaikan.
diare pada balita juga membuat responden Pada beberapa responden yang telah
berfikir saat balita mengalami diare hanya perlu diketahui bahwa meskipun telah bersikap positif
dibawa ke Puskesmas. namun balita ada yang mengalami diare. Hal ini
Berkaitan dengan hasil tentang sikap kemungkinan terjadi karena disebabkan oleh
responden terhadap kejadian diare, hal tersebut faktor lain seperti kebiasaan bermain anak pada
erat kaitannya dengan teori yang dikemukakan tanah, kebiasaan menggigit kuku tangan dan hal
oleh Fajrin (2013), rendahnya sikap ibu dapat lainnya.
berkaitan dengan masih rendah pula Hubungan tindakan dengan kejadian diare
pengetahuan ibu mengenai program STBM. searah penelitian oleh Fajrin (2013),
Pengetahuan akan suatu objek akan memicu terbentuknya suatu perilaku dimulai dengan
stimulasi sehingga sikap terhadap objek dapat terlebih dahulu subjek mendapat stimulasi dan

54 Jurnal AcTion, Volume 3, Nomor 1, Mei 2018


Pengaruh Perilaku Ibu tentang Program STBM...

mengetahui sebuah objek, selanjutnya karena kondisi ibu dapat mempengaruhi kualitas
menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si ASI.
subjek terhadap objek yang diketahui tadi. Objek Perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa
yang telah diketahui atau disadari sepenuhnya faktor lain selain sikap dan pengetahuan yaitu,
akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi pengalaman, fasilitas, sosial budaya, sosial
yaitu berupa perilaku atau tindakan sehubungan ekonomi, keyakinan, keinginan, motivasi, dan
dengan objek. Namun demikian dalam niat.
kenyataannya, stimulus yang diterima oleh
subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. KESIMPULAN
Hal ini berarti seseorang dapat berperilaku atau Diare merupakan suatu kejadian buang air
bertindak tanpa mengetahui terlebih dulu makna besar lebih dari 3 (tiga) kali sehari pada balita
dari stimulasi yang diterimanya. Tindakan dengan kondisi feses yang mengandung air
seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan berlebihan. Kejadian diare pada balita
dan sikap. Hal ini dapat menjelaskan hasil dalam diwilayah kerja Puskesmas Darul Imarah
penelitian ini yang menunjukkan bahwa perilaku disebabkan oleh beberapa faktor, faktor yang
responden telah baik walaupun pengetahuan dan berhubungan yaitu pengetahuan ibu, sikap ibu
sikapnya masih buruk. dan tindakan ibu tentang STBM. Diare pada
Hasil wawancara dengan responden balita di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah
mengenai tindakan yang dilakukan oleh sebesar 3,5 kali disebakan oleh kurang baiknya
respoden menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu tentang STBM, sebesar 3,1
responden bertindak baik dalam menerapkan
kali oleh sikap ibu yang negatif tentang STBM,
program STBM. Hal tersebut dilihat dari serta kurang baiknya tindakan ibu sehari-hari
tanggapan responden yang mengatakan bahwa tentang pelaksanaan STBM dalam lingkungan
walaupun tidak semua dapat diterapkan, namun rumah tangga mereka sebesar 3,6. Tindakan ibu
sebagian telah dilakukan seperti menguburkan yang kurang baik tentang STBM merupakan
popok balita atau membakarnya dan tidak variabel paling dominan dalam kaitannya
dibuang sembarangan, memasak air sebelum sebagai penyebab kejadian diare pada balita
dikonsumsi dan mencuci tangan pakai sabun dibandingkan variabel pengetahuan dan sikap.
sebelum memberi makan pada anak.
Bahwa kejadian diare pada balita disebabkan
Namun ada beberapa hal yang sulit sebesar 3,6 kali oleh kurang baiknya tindakan
diterapkan yaitu seperti memilah sampah basah responden tentang STBM di wilayah kerja
dan sampah kering, selain itu sampah yang Puskesmas Darul Imarah.
dihasilkan juga dibuang dipekarangan rumah Diharapkan kepada instansi terkait
atau belakang rumah kemudian dibakar. Saluran
terutama dinas kesehatan hendaknya penelitian
pembuangan air limbah juga jarang dibersihkan ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan
sehingga kadang-kadang terjadi penumpukan
dalam upaya penanggulangan dan pencegahan
sampah pada saluran air pembuangan diakui
penyakit diare pada balita di Kecamatan Darul
responden. Imarah Kabupaten Aceh Besar. Serta, juga
Hampir keseluruhan responden yang kepada masyarakat untuk dapat meluangkan
berpengetahuan baik dengan sikap yang baik waktu mengikuti sosialisasi dan penyuluhan
pula menerapkan program STBM, hal tersebut mengenai program STBM yang diadakan oleh
diakui cukup efektif agar balita tidak terkena instansi pemerintah dan menerapkannya dalam
diare.Tetapi pada beberapa orang responden kehidupan sehingga dapat mencegah terjadinya
mengaku bahwa meskipun telah melakukan
penyakit diare pada balita.
tindakan sesuai dengan yang telah disarankan
oleh petugas kesehatan, namun balita masih ada
yang mengalami diare. Hal ini kemungkinan DAFTAR PUSTAKA
terjadi karena faktor pemberian ASI pada balita.
ASI yang diberikan oleh ibu balita dapat 1. WHO. Implementing The New
berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita Recommendation On The Clinical

Jurnal AcTion, Volume 3, Nomor 1, Mei 2018 55


Syahrizal

Management Of Diarrhea. Geneva: WHO 12. Balitbangkes. Laporan Riset Kesehatan


Press; 2009. Dasar 2013. Pertama ed. Jakarta: Badan
2. Fajri AML. Hubungan Antara Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Kementerian Kesehatan RI; 2013.
Mengenai Program Sanitasi Total Berbasis 13. Puskesmas Darul Imarah. Profil dan Data
Masyarakat Terhadap Kejadian Diare Pada Kesehatan dalam Wilayah Puskesmas Darul
Balita Di Kelurahan Siantan Tengah. Imarah. Aceh Besar: Puskesmas Darul
Pontianak: Fakultas Kedokteran Fakultas Imarah Aceh Besar;2015.
Kedokteran Universitas Tanjungpura; 2013. 14. Widiyanti DAK. Analisis faktor-faktor
3. Mursilah H. Hubungan Status Gizi Dengan resiko yang mempengaruhi kejadian diare
Frekuensi Kejadian Diare Pada Balita Di pada balita di Puskesmas Ambal 1
Kelurahan Pisangan. Jakarta: Fakultas Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan.
Syarief Hidayatullah; 2015. 2009;5(2).
4. WHO. World Health Organization. The 15. Setyowati R, Mulasari SA. Pengetahuan dan
Treatment Of Diarrhea. Geneva: World perilaku ibu rumah tangga dalam
Health Organization Press; 2010. pengelolaan sampah plastik. Kesmas:
5. Proverawati A, Rahmawati E. Perilaku National Public Health Journal.
hidup bersih dan sehat (PHBS). Yogyakarta: 2013;7(12):562-566.
Nuha Medika. 2012. 16. Ganing A, Hairuddin MC. Perilaku
6. Nugraha MF. Dampak Program Sanitasi Masyarakat Terhadap Sanitasi Total
Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Berbasis Masyarakat Di Kabupaten Majene.
Pertama di Desa Gucialit Kecamatan Jurnal Kesehatan Manarang. 2016;2(2):66-
Gucialit Kabupaten Lumajang, 71.
UNIVERSITAS AIRLANGGA; 2015. 17. Gabriel A. Perilaku Keluarga Sadar Gizi
7. Bappeda. Rencana Aksi Daerah Percepatan (Kadarzi) Serta Hidup Bersih dan Sehat Ibu
Pencapaian Tujuan Pembangunan Kaitannya dengan Status Gizi dan
Milenium (Millenium Development Goals / Kesehatan Balita di Desa Cikarawang
MDGs). Banda Aceh: Badan Perencanaan Bogor. Bogor: UT - Faculty of Human
Pembangunan Daerah Provinsi Aceh; 2011. Ecology, Bogor Agricultural University;
8. Kemenkes RI. Strategi Nasional Sanitasi 2008.
Total Berbasis Masyarakat, Departemen 18. Dinkes Prov. Aceh. Profil Kesehatan
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Provinsi Aceh tahun 2015. Banda Aceh:
Kementerian Kesehatan Republik Dinas Kesehatan Provinsi Aceh; 2015.
Indonesia; 2014.
9. Kisara A, Satoto H, Arifin J. Pengelolaan
Cairan Pediatrik. Jakarta: Jurnal
Anestesiologi Indonesia; 2014.
10. Suroto. Pengaruh Perilaku Ibu Terhadap
Kejadian Diare pada Balita di Propinsi
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan
Nusa Tenggara Timur Tahun 2001. Jakarta:
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia; 2001.
11. Ngambut K, Sila O. Faktor lingkungan dan
perilaku masyarakat tentang malaria di
Kecamatan Kupang Timur Kabupaten
Kupang. Kesmas: National Public Health
Journal. 2013;7(6):271-278.

56 Jurnal AcTion, Volume 3, Nomor 1, Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai