Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
KELAS F
Program Penanganan dan Pencegahan Diare Pada Bayi
Balita dan Anak di wilayah kerja Puskesmas
Kasus Diare merupakan masalah nasional yang dihadapi indonesia, hal ini
otomatis akan menjadi masalah juga bagi masyarakat indonesia. Diare merupakan
salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas anak di dunia yang menyebakan
1,6 -2,5 juta kematian pada anak tiap tahunnya, serta merupakan 1/5 dari seluruh
penyebab kematian.
Rancangan bentuk intervensi agar kasus Diare tidak dapat berkemvang menjadi
masalah kesehatan masyarakat
a. Melakukan Surveilans
Surveilans adalah suatu proses pengamatan penyakit diare dalam rangka
kewaspadaan terhadap timbulnya KLB dan penyebaran penyakit diare serta
faktor-faktor yang mempengaruhi pada masyarakat yang kegiatannya
dilakukan secara terus menerus, cepat dan tepat, melalui pemetaan data
epidemiologi. Penerapan dari hal ini adalah dilakukannya pengumpulan data
epidemiologi diare secara terus menerus dan analisis secara langsung untuk
menemukan cara penyelesaian secara tepat dan cepat. Puskesmas harus
membuat laboran rutin mingguan (W2) yang berisi pencatatan harian penderita
diare yang datang ke saran kesehatan, posyandu, atau kader. Selain itu, terdapat
pula laporan KLB / wabah (W1) yang harus dibuat dalam periode 24 jam.
b. Melakukan perbaikan sanitasi dan Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih yang dimaksud adalah proses penyediaan air yang
memenuhi syarat kesehatan baik fisik, nimia, bakteriologis, maupun radioaktif
di masyarakat. Penerapan dari hal ini adalah inspeksi sarana penyediaan air
bersih, pemeriksaan contoh air dan analisis laboratorium (bakteri dan kimia),
rehabilitasi sarana yang telah rusak, dan pemberian bahan kimia (kaporisasi).
c. Distribusi logistik
Distribusi logistik adalah suatu rangkaian kegiatan pendistribusian
oralit dan ringer laktat (RL) dalam rangka penyediaan cairan rehidrasi di unit
pelayanan kesehatan. Penerapan dari hal ini adalah tersedianya oralit di kader-
kader kesehatan, Posyandu, dan Puskesmas, serta tersedianya antibiotik dan
ringer laktat (RL) di Puskesmas. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mencegah kematian pada balita dan dehidrasi berat pada semua golongan umur
penderita diare. Ketentuan yang ditetapkan adalah terpenuhinya kebutuhan
oralit pada setiap penderita sebanyak 6 bungkus oralit 200 ml serta pengadaan
oralit / RL oleh Puskesmas dan didistribusikan ke Puskesmas kelurahan dan
Posyandu di wilayah kerjanya masing-masing.
d. Melakukan Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
KIE meliputi serangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar
untuk mencapai suatu keadaan di mana individu, keluarga, dan masyarakat
mendapat informasi dengan cepat dan benar tentang penanggulangan penyakit
diare. Penerapan dari hal ini adalah penyuluhan baik perorangan maupun
kelompok yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dan
pelatihan petugas serta kader. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kesadaran, kemauan, dan praktik
mengenai penanggulangan penyakit diare.
Sasaran utama KIE adalah masyarakat.
a. Tatalaksana pasien diare di rumah
i. Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti kuah sayur, air
tajin, larutan gula garam, atau oralit terutama untuk dehidrasi
ii. Meneruskan pemberian makanan yang lunak dan tidak merangsang
serta makanan ekstra sesudah diare
iii. Membawa pasien diare ke sarana kesehatan, bila dalam 3 hari tidak
membaik atau ada salah-satu tanda berikut: berak cair berkali-kali,
muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum
sedikit, demam, tinja berdarah
b. Pencegahan penyakit
i. Meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ii. Memperbaiki pemberian makanan pendamping ASI
iii. Menggunakan air bersih yang cukup
iv. Mencuci tangan dengan sabun
v. Menggunakan jamban dan membuang tinja bayi dengan benar
vi. Imunisasi campak
Mekanisme kerja lintas program dan lintas sector untuk mencegah kasus Diare
agar tidak menjadi masalah yan serius di masyarakat
Kesimpulan