PENDAHULUAN
1.3.1
Profesionalitas
yang
luhur
(Kompetensi
1)
Untuk
Informasi
(Kompetensi
4)
Mahasiswa
mampu
komprehensif,
holistik,
koordinatif,
kolaboratif
dan
balita.
Untuk melakukan prosedur tatalaksana diare akut pada balita sesuai Standar
INFEKSI
Invasi Jaringan
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
2.1 KERANGKA TEORI
Gambaran Penyebab Diare
Mekanisme Diare
Perilaku Kesehatan
- Hygiene Pribadi dan
Lingkungan Kurang
- Berobat jika hanya ada
keluhan berat
Gaya Hidup
-Kebiasaan Ibu jarang
Lingkungan Psiko-Sosio-Ekonomi
mencuci tangan
Pendapatan
keluarga
tergolong
dengan sabun
rendah
sebelum menyuapi Kehidupan sosial dengan lingk. Baik
anaknya makan - Pendidikan terakhir orangtuanya
adalah SMP
-Keluarga masih
Kekhawatiran oramgtuanya bahwa
kurang peduli
penyakit
anaknya
tak
kunjung
terhadap perilaku
sembuh
hidup bersih dan
7
Family
Pasien
Status Generalis : Gizi
Baik
BAB
Pelayanan Kesehatan
-Jarak rumah dengan
puskesmas dekat BAB
-keluarga memiliki
asuransi kesehatan
Jamkesda
encer
berupa cairan berwarna
kuning, ada ampas,
disertai
lendir
dan
tanpa disertai darah,
disertai panas badan
yang
tidak
begitu tinggi, hilang timbul.
Faktor Biologi
Seluruh Anggota Keluarga
Pernah Menderita hal yang
Pasien tidak rewel dan masih
sama, dan beresiko untuk
mau minum.
terkena lagi.
Lingkungan Kerja
-Pasien biasa bermain
tanah/pasir di halaman
sekitar rumah
Lingkungan Fisik
Sumur berdekatan dengan
jamban keluarga
Ventilasi dan sinar matahari
kurang
Rumah Jarang dibersihkan
Komunitas
- Pemukiman Padat dengan Sanitasi
yg Buruk
- Warga kurang menerapkan PHBS
2.2
holistik
adalah
memandang
manusia
sebagai
mahluk
fisik,
hasil
pemeriksaan
penunjang,
penilaian
risiko
penyaring
Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
Melakukan anamnesis
Melakukan pemeriksaan fisik
Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
dalam
pengembangan
pelayanan/pendekatan
kedokteran
10
III.
IV.
V.
DIARE
2.3.1 DEFINISI
World Health Organization (WHO) mendefinisikan diare sebagai suatu
kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali
atau lebih) dalam satu hari.4
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI
sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat
disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi
meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare , tetapi merupakan
intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran
cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis
adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair
yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair,
keadaaan ini sudah dapat disebut diare.3
2.3.2 ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :5,6
2.3.2.1 Faktor Infeksi
12
Imunodefisiensi
Gangguan psikologis (cemas dan takut)
Faktor-faktor langsung (kurang kalori protein, kesehatan pribadi dan
lingkungan, sosio-ekonomi).
2.3.3 EPIDEMIOLOGI
Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui
bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare
perlu tatalaksana yang cepat dan tepat.2
13
Agent
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
tinja penderita. Penyakit diare bisa disebabkan oleh karena infeksi bakteri, virus
atau parasit. Penyebab lainnya yaitu adanya malabsorbsi, keracunan makanan atau
alergi terhadap makanan.5,8
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare, perilaku tersebut antara lain:5,8
-
Tidak memberikan ASI (Air Susi Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan, bayi yang tidak diberi ASI beresiko untuk menderita diare lebih
14
besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita
-
berkembang biak.
Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, pencemaran dirumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
banyak terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi pada golongan
umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Terdapat perbedaan
pada saluran cerna bayi dan dewasa. Sistem pertahanan saluran cerna pada bayi
masih belum matang. Sekresi asam lambung belum sempurna saat lahir dan
membutuhkan waktu hingga beberapa bulan untuk dapat mencapai kadar
bakteriosidal dimana pH < 4. Begitu pula barrier mukosa berkembang sesuai
dengan bertambahnya usia.4,5
Prevalensi diare sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki (14,8%)
dibandingkan dengan anak perempuan (12,5%) dan lebih tinggi pada balita di
pedesaan (14,9%) dibandingkan dengan perkotaan (12,0%). Bayi yang diberi ASI
lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama diare. Hal ini dikarenakan
adanya faktor peningkatan pertumbuhan sel usus sehingga vilus dinding usus
cepat mengalami penyembuhan setelah rusak karena diare. ASI mengandung
Immunoglobulin yang dapat melumpuhkan bakteri E.Coli dan berbagai virus
15
dalam saluran cerna. ASI biasanya dapat diserap dan dicerna pada saat diare.
Anak-anak yang tetap diberi ASI selama diare, pengeluaran tinja berkurang dan
diare lebih pendek dibanding anak yang tidak diberi ASI.4,5
Kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang kemungkinan
terpapar bakteri tinja dari kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang
pada saat bayi mulai merangkak akan memperbesar risiko. Episode diare persisten
berhubungan dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif.5
Diare pada anak dengan malnutrisi cenderung lebih berat, lebih lama dan
angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan dengan diare pada anak dengan gizi
baik. Adanya defisiensi Fe memperpanjang mekanisme penyembuhan luka pada
saluran cerna menyebabkan abnormalitas morfologi mukosa. Defisiensi vitamin A
pada malnutrisi akan mengganggu respon imun terhadap saluran cerna. Hal ini
dikarenakan terganggunya respon antibodi dan cell-mediated. Di sisi lain, keadaan
malnutrisi menyebabkan atrofi vili, aktivitas enzim disakaridase terganggu,
gangguan absorbsi monosakarida, motilitas usus abnormal dan perubahan flora
usus.5
c
Environment
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Ada dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan
minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.5,8
Hygiene sanitasi buruk dapat berakibat masuknya bakteri secara berlebihan
ke dalam usus, sehingga dapat mengalahkan pertahanan tubuh normal. Adanya
keterbatasan dalam sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap kepadatan
lingkungan tempat tinggal, penyediaan sumber air bersih, keadaan hygiene
sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan transmisi infeksi enterik,
khususnya di negara berkembang.5
16
tua, muda, anak-anak, kaya dan miskin serta dimana saja. Sebagian besar
penderita diare di negara berkembang. Episode diare banyak terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insidensi tertinggi pada golongan umur 6-11 bulan.4,5
-
dibandingkan dengan anak perempuan (12,5%) dan lebih tinggi pada balita di
pedesaan (14,9%) dibandingkan dengan perkotaan (12,0%).4
-
populasi yang memiliki kebiasaan atau sifat biologis yang sama. Walaupun
klasifikasi penyakit berdasarkan suku bangsa sulit dilakukan baik secara praktis
maupun secara konseptual, tetapi karena terdapat perbedaan yang besar dalam
frekuensi dan beratnya penyakit diantara suku bangsa maka dibuat klasifikasi
walaupun kontroversi. Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku
bangsa berkaitan dengan faktor genetik atau faktor lingkungan, misalnya :
(Penyakit sickle cell anemia, Hemofilia dan Kelainan biokimia seperti glukosa 6
fosfatase).5
Distribusi Menurut Tempat
-
Lingkungan
Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang di tularkan
dibedakan
menjadi
dua
kelompok
yaitu
diare
cair
dan
diare
18
Berdasarkan waktu terjadinya diare meliputi diare akut dan kronik. Diare
akut adalah diare yang terjadi kurang dari 14 hari sedangkan diare kronik adalah
diare yang terjadi > 14 hari.5,6,8
2.3.5 PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan
osmotik. Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik
lebih sering ditemukan pada infeksi saluran cerna, begitu pula kedua mekanisme
tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak.3,10
19
Volume tinja
Puasa
Na+ tinja
Reduksi
pH tinja
Osmotik
Sekretorik
<200 ml/hari
Diare berhenti
<70 mEq/L
(+)
<5
>200 ml/hari
Diare berlanjut
>70 mEq/L
(-)
>6
20
dekonjugasi
garam
empedu
dan
malabsorbsi.
Diare
akibat
hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena
hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin
merupakan penyebab diare pada Thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan
berbagai peyakit lain.3
2.3.5.4 Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada
beberapa keadaan
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mucus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
lain seperti diare osmotik dan sekretorik.3,13
2.3.6 GAMBARAN KLINIS
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologis.
Gejala gastrointestinal berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.3
Tabel 2 : Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab3
Rotavir
us
Shigella
Salmonel
la
ETEC
EIEC
Kolera
Gejala
klinis :
Masa Tunas
Demam
Mual,
muntah
Nyeri perut
17-72
24-48 jam
6-72 jam
6-72 jam
6-72 jam
48-72 jam
jam
++
++
++
Jarang
Sering
Sering
Sering
Tenesmus,
Tenesmus
Tenesmus,
Kramp
Tenesmu
kramp
, kolik
kramp
-
21
Nyeri
kepala
>7hari
3-7 hari
2-3 hari
Variasi
3 hari
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
5-
>10x/hari
Sering
Sering
Sering
Terus
10x/hari
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
menerus
Cair
Kadang
Cair
5-7 hari
lamanya
sakit
Sifat tinja:
Volume
Frekuensi
Konsistensi
Darah
Bau
Warna
Leukosit
Lain-lain
Busuk
Langu
Merah-
Kehijauan
Tak
Merah-hijau
Amis khas
Kuning
hijau
hijau
berwarna
+
anorexia
Kejang +
Seperti air
-
cucuian
Infeksi
beras
Meteorism
sistemik +
Sepsis +
us
22
Kesadaran
Denyut jantung
Dehidrasi
dehidrasi,
sedang,
kehilangan BB<3%
BB 3%-9%
Baik
Normal,
Normal
ringan
kehilangan
lelah,
Dehidrasi
berat,
kehilangan BB>9%
gelisah, irritable
sadar
Normal meningkat
Takikardi, bradikardi,
(kasus berat)
Kualitas nadi
Normal
Normal melemah
Lemah,
kecil
tidak
teraba
Pernapasan
Normal
Normal-cepat
Dalam
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Cubitan kulit
Segera kembali
Kembali<2 detik
Kembali>2detik
Cappilary refill
Normal
Memanjang
Memanjang, minimal
Ekstremitas
Hangat
Dingin
Dingin,mottled,
Mulut
dan
lidah
sianotik
23
Kencing
Normal
Berkurang
Minimal
Baik
Lesu / haus
Tidak cekung
Biasa
<30x / menit
Baik
< 120x /
Agak cekung
Kering
30-40x / menit
Kurang
120-140x /
menit
menit
3
Gelisah, lemas,
ngantuk
Sangat cekung
Sangat kering
>40x / menit
Jelek
>140x / menit
Penilaian :
<6
: Tidak dehidrasi
7-12 : Dehidrasi ringan sampai sedang
>13
: Dehidrasi berat
24
pasien
dengan
AIDS
yang
mengalami
diare,
kolonoskopi
Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita
Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya
gas dalam tinja akibat fermentasi bakteri. 16
25
Pemeriksaan Mikroskopik
Infeksi bakteri invasive ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar
Suhu tinggi
Bau mulut karena demam lama
Bibir kering dan kadang pecah-pecah
Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated tongue), jarang ditemukan
pada anak
e. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor
f. Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati)
g. Hepatosplenomegali
26
27
2.3.10 PENATALAKSANAAN
Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan
sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang diperlukan
evaluasi lebih lanjut.18
Terapi dapat diberikan dengan : 18
a.
-
b.
Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat anti diare untuk
mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif. Pemberian terapi
antimikroba empiris diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami
infeksi
bakteri
invasif,
Travellers
Diarrhea,
dan
Imunosupresi.
28
c.
berdasarkan BB).
Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi.
Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya, pasien
ditangani dengan langkah sebagai berikut : 18
BJ plasma 1,025
0,001
Kebutuhan cairan
-
Skor
15
X Berat badan X 4 ml
29
Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari, feses harus dianalisa lebih
lanjut
Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri, demam 38.5C,
d.
e.
-
2.3.11 PENCEGAHAN
Diare pada balita di daerah tropis biasanya disebabkan oleh infeksi usus.
Tindakan pencegahan terhadap diare yang dapat dilakukan antara lain :21
2.3.11.1 Pemberian Air Susu Ibu (ASI) :21
-
Berikan air susu ibu selama 4-6 bulan pertama kemudian berikan ASI
bersama makanan lain sampai kurang lebih anak berusia satu tahun.
Untuk menyusui dengan nyaman dan aman, harusnya jangan beri cairan
tambahan seperti air, air gula atau susu bubuk, terutama dalam hari-hari
awal kehidupan anak, memulai pemberian ASI segera setelah bayi lahir,
menyusukan sesuai keperluan (peningkatan pengisapan meningkatkan
penyediaan susu), keluarkan susu secara manual untuk mencegah
pembendungan payudara selama masa pemisahan dari bayi, jika ibu bekerja
diluar rumah dan tidak mungkin membawa bayinya, maka berikan ASI
sebelum meninggalkan rumah, sewaktu kembali dimalam hari dan pada
kesempatan dimana ibu berada bersama bayi, ibu seharusnya terus
30
memberikan ASI sewaktu bayinya sakit dan setelah sakit. Hal ini sangat
penting jika bayi menderita diare.
2.3.11.2 Perbaikan Cara Menyapih21
-
Pada usia 4-6 bulan bayi harus diperkenalkan dengan makanan penyapih
yang bergizi dan bersih. Pada tahap awal sebaiknya makanan saring lunak.
Kemudian diet anak seharusnya menjadi semakin bervariasi dan mencakup
makanan pokok di masyarakat (biasanya sereal atau umbi), kacang atau
kacang polong, sejumlah makanan dari hewan, sebagai contoh produk susu,
dimakan.
Makanan yang dimasak harus dimakan sewaktu masih hangat atau panaskan
31
2.3.12 KOMPLIKASI
2.3.12.1 Hipoglikemia
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada Shigellosis dibanding penyebab
disentri lain. Hipoglikemia sangat berperan dalam menimbulkan kematian
hipoglikemia terjadi karena gagalnya proses glukoneogenesis secara klasik
menifestasi klinis hipoglikemia adalah kaki tangan berkeringat dingin, takikardi
dan letargi. Hipoglikemia berat dapat menimbulkan perubahan kesadaran dan
kejang. Tetapi gejala ini akan tersamar kalau ditemukan komplikasi lain jadi pada
tiap disentri dengan komplikasi harus diperiksa kadar glukosa darahnya.
Diagnosis ditegakkan melalui pengukuran kadar gula darah.21
2.3.12.2 Hiponatremia
Komplikasi ini juga banyak terjadi pada Shigellosis dibanding penyebab
lain. Hiponatremia muncul akibat gangguan reabsorsi natrium di usus, kematian
pasien dengan hipoglikemia sering dibanding hiponatremia. Manifestasi klinis
hiponatremia adalah hipotonia dan apatis. Kalau berat dapat menimbulkan kejang.
tetapi gejala ini juga akan tersamar kalau di temukan komplikasi lain, jadi pada
tiap disentri dengan komplikasi harus diperiksa kadar natrium darahnya.
Seyogyanya sekaligus diperiksa juga kadar kalium darah.21
2.3.12.3 Sepsis
Komplikasi ini paling sering menyebabkan kematian dibandingkan
komplikasi lainnya. Data dari ICCDR menunjukkan 28,8%dari 239 kasus
kematian akibat Shigellosis meninggal karena sepsis. Pengertian sepsis saat ini
telah berubah. Sebelumnya sepsis didefinisikan sebagai bakteriemia yang disertai
gejala klinis, sekarang bakteriemia tidak lagi merupakan persyaratan diagnosis
sepsis. Jika ditemukan manifestasi umum infeksi yang disertai gangguan fungsi
organ multipel sudah cukup untuk dikategorikan sepsis, gangguan fungsi organ
multipel dapat ditimbulkan mediator kimiawi, endotoksin, eksotoksin atau
septikemianya sendiri manifestasi umum/ganguan fungsi organ multipel ini dapat
32
33
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Barat
Sebelah Selatan
Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Minasa Upa berada dalam wilayah
kelurahan Gunung Sari dengan luas 26.372 km dan kelurahan Karunrung 10,6 km.
KELURAHAN
Gunung Sari
LUAS (km2)
26,372
RW
RT
18
62
34
Karunrung
10,6
25
Jumlah
4,76
19
87
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk
35
Laki-laki
Perempuan
Gunung Sari
8.734
8.431
17.165
Karunrung
2.680
2.623
5.303
Jumlah
11.414
11.054
22,468
Ekspansif, jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur termuda.
Konstruktif, jika penduduk berada dalam kelompok termuda hampir sama besarnya.
Stasioner, jika banyaknya penduduk sama dalam tiap kelompok umur tertentu.
Komposisi umur di wilayah kerja Puskesmas Minasa Upa dapat dilihat seperti berikut:
Kelurahan
1-4
5-15
16-45
>45
Jumlah
Gunung Sari
668
1.267
4.420
9.165
1.645
17.165
Karunrung
280
567
1.753
2.198
505
5.303
948
1.834
6.173
11.363
2.150
22,468
Jumlah
36
Jumlah Penduduk
Kelurahan
Ket
TK
SD
SMP
SMA
Sarjana
Gunung Sari
186
689
473
399
201
Karunrung
62
214
173
112
94
248
903
646
511
295
Jumlah
Distribusi (Persentase)
PNS
4.892
(36,2%)
ABRI
257
(1,9%)
Pensiunan ABRI
784
(5,8%)
Buruh bangunan
2.540
(18,8%)
Pedagang/ Dll
5.040
(37,3%)
Jumlah
13,513 (100%)
37
1. Puskesmas
: 1 buah
2. Puskesmas Pembantu
: 1 buah
: 6 buah
: 1 buah
: 2 buah
Posyandu
: 16 buah
JENIS PENDIDIKAN
DPB
DPK
PTT
JUMLAH
1.
Dokter Umum
2.
Dokter Gigi
3.
SKM
Sarjana Keperawatan
KET
38
Sarjana Farmasi
Sarjana Ekonomi
AKPER
Bidan
SPK
SPRG
10
S PAG
11
SMF
12
SPPH
Jumlah
37
37
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Puskesmas Minasa Upa berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Kepala Puskesmas
Kepala Subag Tata Usaha
Kelompok Jabatan Fungsional
- Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
- Jaringan Pelayanan Puskesmas
- Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
o Unit Kesehatan Masyarakat
o Unit Kesehatan Perorangan
- Jaringan Pelayanan Puskesmas
o Unit Puskesmas Pembantu
o Unit Puskesmas Keliling
o Unit Bidan/Komunity
39
3.2.3.5.
1. Visi
Visi Puskesmas Minasa Upa adalah untuk mewujudkan Puskesmas Minasa Upa
sebagai Pusat Pelayanan Prima dan Informasi Kesehatan Terdepan.
2. Misi
Misi Puskesmas Minasa Upa sebagai berikut :
a. Perubahan perilaku petugas dan disiplin kerja dan peningkatan sumber daya
manusia (SDM)
b. Berupaya setiap saat memberikan pelayanan prima sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat
c. Berupaya menanamkan pengalaman perilaku hidup sehat yang mandiri melalui
promosi kesehatan.
3.2.3.6. Upaya Kesehatan
40
Dari visi
Upaya Pengobatan
41
Hasil Kegiatan
Sepuluh penyakit umum terbanyak yang tercatat di Puskesmas minasa Upa di
ISPA
Trauma
Hipertensi
Penyakit Infeksi Lain
Dispepsia
Common Cold
Demam
Diabetes Melitus
Diare
Batuk
: 91
: 143
: 192
: 175
: 91
: 89
: 79
: 30
: 108
: 99
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 LAPORAN KASUS
4.1.1 Pasien
4.1.1.1
Identitas Pasien
Nama
: An. J
Umur
: 4 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Bangsa/suku
: Makassar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: -
Alamat
4.1.1.2.1
Anamnesis
4.1.1.2.2
Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut ibunya, pasien belum pernah menderita sakit seperti ini
sebelumnya.
Campak (-)
DBD (-)
Typhoid (-)
4.1.1.2.3
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga pernah menderita hal serupa, baik ibu ataupun bapak
pasien.
4.1.1.2.4
Pasien adalah seorang anak dari Tn. S dan Ny. T dengan pekerjaan bapak
sebagai penjual kacang dan ibu sebagai ibu rumah tangga dengan rata-rata
pendapatan yang tidak menentu setiap bulan. Sosial ekonomi keluarga ini
termasuk keluarga dengan sosial ekonomi menengah kebawah.
-
4.1.1.2.5
Riwayat Kebiasaan
Diakui oleh Ny.T bahwa anaknya yaitu An. J memiliki pola makan
4.1.1.2.9
Riwayat Kelahiran
By.J lahir cukup bulan (38 Minggu) di rumah ditolong oleh bidan.
4.1.1.2.11
Riwayat Perkembangan
Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh
Usia 12 bulan sudah dapat berjalan
Usia 17 bulan sudah dapat berlari
Usia 22 belajar makan sendiri
Motorik halus :
Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
Usia 10 memukulkan 2 benda (saling disentuhkan)
44
Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa
tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia.
4.1.1.2.12
Riwayat imunisasi
bulan
bulan
bulan
Vaksin
BCG
DPT
Polio
Umur
4
18
bulan
bulan
bulan
bulan
Campak
Hepatitis
B
: (-)
45
2.
3.
4.
5.
Sianosis
: (-)
Ikterus
: (-)
Perdarahan
: (-)
Oedem umum
: (-)
Turgor
: Menurun
Kepala
Bentuk
: Bulat, simetris
UUB
: Cekung (-)
Rambut
Kulit
Mata
Palpebra inferior
: Tidak cekung.
Konjugtiva palpebra
: Tidak hiperemis.
Sklera
: Tidak ikterik.
Air mata
: (+)
Telinga
Bentuk
: Normal.
Hiperemis
: (-)
Serumen
: (-)
Membran timpani
: intak.
Hidung
Bentuk
: Normal.
Septum nasi
: Deviasi (-)
46
6.
7.
8.
: (-)
Sekret
: (-)
Perdarahan
: (-)
Mulut
Mukosa bibir
: Basah.
Lidah
: Bersih.
Faring
: Tidak hiperemis.
Tonsil
Leher
Bentuk
: Simetris.
Trachea
: Di tengah.
KGB
: Tidak membesar.
Retraksi
: (-)
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Paru Kiri
: Sonor
Paru Kanan
: Sonor
Batas Paru-Hepar
: ICS V Dextra
47
: Setinggi CV Th X
dextra
Batas bawah paru belakang kiri
Setinggi
CVTh
XI
sinistra
Auskultasi
9.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:Batas
atas
sela
iga
II
garis
parasternal sinistra.
Batas jantung kanan sela iga IV garis
parasternal dextra.
Batas jantung kiri sela iga IV garis
midklavikula sinistra.
Auskultasi
10.
Perut
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Hipertimpani (+)
48
Auskultasi
11.
12.
Genitalia eksterna
Kelamin
Anus
Ekstermitas
Akral hangat
Edema (-)
Wasting (-)
Capilary Refill Time < 2 detik.
Oralit
Zinc syrup 20 mg 1x1 cth
Paracetamol syrup 3x1 cth
Cotrimokszole syrup 2x2 cth
4.1.1.6 ANJURAN
-
Istirahat cukup
Banyak minum air
Cuci tangan sebelum makan dan sehabis bermain
Botol susu dan peralatan makanan lainnya di cuci bersih
Makan makanan bergizi untuk meningkatkan imunitas
Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter
Pemeriksaan penunjang yaitu darah rutin dan pemeriksaan feses untuk
mengetahui penyebab diare akut pada anak dan untuk menentukan terapi
antibiotik yang sesuai dengan penyebab diare tersebut.
4.1.2 KELUARGA
4.1.2.1
Profil Keluarga
49
Pasien An.J merupakan anak kedua dari pasangan Tn. S dan Ny. T yang
dikarunia 2 anak, anak pertama umur 10 tahun perempuan, ayah pasien berumur
36 tahun bekerja sebagai buruh dan ibunya berumur 34 tahun merupakan ibu
rumah tangga.
4.1.2.2 Karakteristik Demografi Keluarga
- Identitas kepala keluarga
: Tn. S
- Identitas pasangan
: Ny. T
- Alamat
: Jl. Jipang Raya 5b
- Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
Tabel 12 : Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
No
Nama
Sompa
Jenis
Keluarga
Kepala
Kelamin
keluarga
Tina
Sutrisna
Jumraeni
Laki-laki
Usia
36tahu
Perempua
n
34tahu
Anak
n
Perempua
n
10tahu
pertama
Anak
n
Perempua
kedua
Istri
4.1.2.3
Status
4 tahun
Pendidika
n
SMP
SMP
Sekolah
Pekerjaan
Penjual
Kacang
Ibu Rumah
Tangga
Tidak
Belum
bekerja
Tidak
sekolah
bekerja
50
4.1.2.4
Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
- Jenis tempat berobat
: Puskesmas
- Balita
: KMS
- Asuransi / Jaminan Kesehatan : Jamkesda
51
4.1.2.5
Keterangan
Kesimpulan
Tarif
kesehatan
keluarga
pasien
dapat
sarana
pelayanan Menurut keluarga biaya menggunakan
pelayanan
kesehatan angkutan umum atau
membawa sepeda motor
cukup murah.
Kualitas
puskesmas
pelayanan Menurut
kesehatan
kualitas
keluarga
pelayanan
pribadi.
Untuk
biaya
pasien
yaitu
puskesmas
4.1.2.6
Pola Konsumsi Makanan Keluarga
- Kebiasaan makan : Keluarga Tn. S dan Ny. T memiliki kebiasaan makan
antara 2-3 kali dalam sehari, sedangkan anaknya yaitu An. J biasa diberi
-
4.1.2.7
Pola Dukungan Keluarga
4.1.2.7.1
Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah dalam
Keluarga
52
Dengan seluruh anggota keluarga, terjalin komunikasi yang baik dan cukup
lancar. Kedua orang tua pasien sangat peduli terhadap anaknya yang sakit dengan
membawanya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat (puskesmas/posyandu)
untuk berobat.
4.1.2.7.2
Keluarga
Walaupun suasana kekeluargaan dalam keluarga ini cukup rukun, namun
kedua orangtua belum paham betul tentang diare, tentang PHBS, akhirnya karena
kasih sayang mereka pada anaknya dengan terlalu memberi kebebasan, maka
mereka terkadang membiarkan anaknya setiap hari bermain pasir tanpa batas di
halaman depan rumah bersama saudarinya.
Lingkungan tempat tinggal kurang baik dimana lingkungan sekitar rumah
cukup padat dan lembab dan mendapatkan pencahayaan yang kurang. Sanitasi
lingkungan kurang bagus. Kebersihan lingkungan rumah jarang dibersihkan,
begitu juga dengan lingkungan rumah para tetangga di sekitar rumah Tn. S,
mereka kurang memperhatikan kebersihan lingkungan.
4.1.2.8 Analisa Kedokteran Keluarga (Family Assesment Tools)
4.1.2.8.1
Fungsi Fisiologis (APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang
dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok
keluarga, antara lain :
-
yang dibutuhkan.
Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi
Penilaian
Hampir Selalu
= skor 2
Kadang-kadang
= skor 1
=0
Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
Pertanyaan
Penilaian
Hampir
Selalu
KadangKadang
Hampir
Tidak
Pernah
54
(2)
1.
Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan keluarga saya
karena dapat membantu memberikan
solusi terhadap permasalahan yang
saya hadapi
3.
Growth (Pertumbuhan)
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki
4.
5.
(0)
Adaptasi
Saya puas dengan keluarga saya
karena
masing-masing
anggota
keluarga
sudah
menjalankan
kewajiban sesuai dengan seharusnya
2.
(1)
Resolve (Kebersamaan)
Saya puas dengan waktu yang
disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan
Total Skor
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 8 ini menunjukkan Fungsi keluarga
sehat.
4.1.2.8.2
55
Religious : Keluarga pasien rajin melakukan sholat 5 waktu, juga sering ikut
4.2 PEMBAHASAN
Diagnosis pada pasien ini adalah Diare tanpa dehidrasi yang didapatkan
berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek
risiko internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
4.2.1
Analisa Kasus
57
No
Masalah
Faktor biologis
- Seluruh anggota
keluarga
1.
pernah
menderita hal
serupa.
Faktor ekonomi
dan pemenuhan
kebutuhan
- Pendapatan
keluarga
tergolong
rendah
2.
Skor
Awal
2
- Tidak
punya
tabungan
- Kehidupan sosial
dengan
lingkungan
baik
- Pendidikan
terakhir
orangtua
pasien adalah
SMP
- Kekhawatiran
orangtuanya
bahwa anaknya
tak
kunjung
sembuh
3. Faktor Perilaku
Kesehatan
Upaya
Penyelesaian
Resume Hasil
Akhir Perbaikan
- Memberikan
penjelasan
kepada
orangtuanya
tentang penyakit
anaknya
- Orangtuanya mulai
tenang dan yakin
bahwa anaknya
akan sembuh
Skor
Akhi
r
4
- Higiene pribadi
dan lingkungan
kurang
- Berobat
jika
hanya
ada
keluhan berat
Faktor lingkungan
Rumah
- Sumur
berdekatan
dengan jamban
keluarga
- Ventilasi
dan
sinar matahari
4.
kurang
- Rumah
jarang
dibersihkan
Total Skor
Rata-rata Skor
PHBS di rumah
untuk
mencegah
berbagai
penyakit infeksi
- Memindahkan
Jamban
keluarga
agar
jauh dari sumur.
- Memperbaiki
ventilasi
dan
penerangan
dengan
membuka pintu
rumah
pada
siang hari dan
- Menjelaskan
kepada keluarga
tentang
pentingnya
kebersihan
rumah
mengaplikasikan
dengan
baik
PHBS
dilingkungan
dan
rumah
mereka
Pintu rumah belum
dibuka
dan
rumah
masih
kurang ventilasi
dan penerangan,
jamban keluarga
masih
seperti
sebelumnya,
rumahnya mulai
sering
dibersihkan
17
2,1
29
3,67
Skor 2
Skor 3
Skor 4
: Keluarga
mau
melakukan
namun
tak
sepenuhnya,
masih
59
4.2.2
Diagnosis
Holistik,
Tanggal
Intervensi,
Dan
Penatalaksanaan
Selanjutnya
Pertemuan ke 1 : 3 September 2016
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu :
1
Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosioekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik.
4.2.2.1
Anamnesis Holistik
BAB encer dialami sejak tiga hari sebelum datang ke puskesmas. frekuensi
BAB kemarin sebanyak > 3 kali dan hari ini BAB sebanyak 2 kali sebelum
dibawah ke puskesmas.
BAB berupa cairan berwarna kuning, ada ampas, disertai lendir dan tanpa
disertai darah.
Keluhan mencret disertai panas badan yang tidak begitu tinggi, hilang
timbul.
60
Pasien
masih
balita,
belum
mampu
untuk
mengidentifikasi
dan
10.00 WITA.
Pertemuan ke-2: Rumah pasien Jl. Jipang Raya 5b, 5 September 2016 pukul
11.00 WITA
Aspek
Aspek
personal
Aspek
klinik
Kegiatan
Sasara
n
Hasil yang
Waktu
diharapka
Biay
a
Ket.
Menginform Pasien
asikan
kepada
keluarga
pasien baik
kepada Tn.
S atau Ny.
T untuk
memberi
minum An. J
dengan
obat yang
sudah diberi
sesuai
anjuran
dokter
puskesmas.
Disamping
itu rutin
memeriksak
an An. J ke
puskesmas
walaupun
kesehatann
ya sudah
membaik.
Saat
Pasien
Tida
Tidak
pasie
dapat
menol
n ke
sembuh
ada
ak
PKM
dengan
dan
sempurna
saat
dan dapat
home
melakukan
visit
aktifitas
ke
sehari-hari
ruma
dengan
baik
Menganjurk
an agar
orang tua
pasien
memperhati
kan secara
khusus
keadaan
- Saat
Diare
Tida
Tidak
pasie
pasien
menol
n ke
dapat
ada
ak
PKM
- Saat
sembuh
Pasien
pasie
n
home
visit
62
Aspek
risiko
internal
pasien,
konsumsi
obat secara
teratur, dan
kontrol
kembali di
PKM jika
keluhan
belum
membaik.
ke
- Memberi
Pasien
informasi
kepada
orang tua
pasien agar
mencuci
tangan
pasien
setelah
bermain
tanah/pasir,
menkonsum
si obat yang
teratur,
memperhati
kan
kebersihan
mencuci
tangan
dengan
sabun saat
menyuapi
anak
makan.
Saat
Untuk
Tida
Tidak
pasie
menjaga
menol
n ke
agar
ada
ak
PKM
penyakit
dan
yang
saat
diderita
home
pasien
visit
tidak
ke
kambuh
ruma
lagi dan
menjaga
pasie
higienitas
pasien.
ruma
h
pasie
n
63
Aspek
risiko
external
Memberi
informasi
kepada
orang tua
pasien
untuk selalu
menjaga
kebersihan
lingkungan
rumah, dan
selalu
membuka
jendela dan
pintu
rumah.
Memberitah
u kan
kepada
orang tua
pasien
tentang
syarat air
bersih.
Orangt
Saat
Untuk
Tida
Tidak
ua
datan
menjaga
menol
g ke
agar
ada
ak
PKM
penyakit
dan
yang
saat
diderita
home
pasien
visit
tidak
ke
kambuh
ruma
lagi
Menjaga
h
pasie
n
hygienitas
lingkunga
n dan
pasien.
Agar siklus
udara dan
pencahay
aan rumah
cukup.
Agar
syarat air
bersih
terpenuhi.
Aspek
psikososi
al
keluarga
Menganjurk
an agar
orang tua
pasien tidak
menelantar
kan
anaknya
Seluruh
Saat
Menjaga
Tida
Tidak
Keluarg
home
kondisi
menol
visit
kesehatan
ada
ak
ke
mental
ruma
dan fisik
64
saat
bermain,
dan
berusaha
menjadi
sahabat
yang baik
untuk
keluarga
kapanpun
dan
dimanapun.
Aspek
fungsion
al
Menganjurk
an agar
setelah
sembuh
pasien
dapat
melakukan
aktifitas
bermain
seperti
sedia kala
dan tentu
memperhati
kan
kebersihan
anak dan
kebersihan
lingkungan
sekitar
tempat
anak
bermain.
keluarga
pasie
agar tetap
sehat.
Menghind
ari efek
kemungki
nan
terburuk
saat
bermain.
Pasien
Saat
Agar
Tida
Tidak
home
kondisi
menol
visit
tubuh
ada
ak
ke
anak tetap
ruma
sehat dan
membuat
pasie
anak lebih
aktif.
65
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan
keluarga pasien).
4.2.2.5 Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak terinfeksi penyakit
diare antara lain :
-
66
Oralit
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
- Diagnosa klinis
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada An. J berupa penyakit
diare akut tanpa dehidrasi pada anak, lifestyle yang kurang baik maka disarankan
untuk :
68
DAFTAR PUSTAKA
1 Kementrian Kesehatan RI. Situasi Diare Di Indonesia. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011;2.
2
Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar GastroenterologiHepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta : Badan penerbit UKK GastroenterologiHepatologi IDAI. 2010 : 87-110
70
71
72