PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya
dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan
vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit sangat
kompleks, elastic, dan sensitive, yang bervariasi pada keadaan iklim, umur,
jenis kelamin, ras, dan juga sangat bergantung pada lokasi tubuh. Kulit
merupakan pembungkus yang elastic yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit merupakan alat tubuh yang terberat, yaitu 15% dari berat
tubuh manusia dan ukuran luas kulit orang dewasa 1,50-1,75 m 2 dan ratarata tebal kulit 1-2 mm.1,2
Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorbsi, eksresi, persepsi,
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan
vitamin D dan keratinisasi. Kulit yang berbatasan langsung dengan
lingkungan juga berisiko terkena paparan dan gangguan bahan kimia serta
agen fisik eksogen.1,2
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu
timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Dermatitis disebabkan
oleh berbagai faktor (multifaktorial).1,3
Dermatitis kontak adalah peradangan akibat bahan atau substansi
yang menempel pada kulit dan merupakan salah satu kelainan kulit paling
umum yang berkaitan dengan pekerjaan. Dikenal dua macam dermatitis
kontak yaitu Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan Dermatitis Kontak Alergi
(DKA) dan keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis Kontak
Alergi (DKA) adalah suatu dermatitis yang timbul setelah kontak dengan
Rumusan Masalah
- Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya dermatitis kontak alergi
-
pada pasien?
Apakah kontak dengan alergen menjadi salah satu faktor risiko penyebab
program
profesi
dokter
Universitas
Muslim
Indonesia
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1 Tujuan Umum:
Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah untuk dapat
menerapkan penatalaksanaan penderita dermatitis kontak alergi dengan
pendekatan kedokteran keluarga
evidence
mengidentifikasi
based
faktor
medicine
risiko
dan
(EBM)
masalah
pada
klinis
pasien
dengan
serta
prinsip
1.4.2
Tujuan Khusus:
1. Untuk melakukan diagnosis secara klinis meliputi anamnesis,
pemeriksaan
fisis
dan
pemeriksaan
penunjang,
serta
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
2.1
Kerangka Teori
Kosmetik
logam
detergen
Bahan Alergen
karet
Reaksi hipersensitivitas
DKA
tipe IV
Mekanisme
Perilaku Kesehatan
Pasien tetap menggunakan
kalung dan pakaian berbahan
katun yang tidak menyerap
keringat sehari-hari walaupun
sudah terjadi lesi di leher.
Gaya Hidup
-
Kecemasan
pasien
penyakitnya akan memburuk
Ketakutan pasien penyakitnya
akan berulang bahkan tidak
bisa sembuh
Kurangnya
tingkat
pengetahuan tentang penyakit
DKA
KELUARGA
PENDERITA DERMATITIS KONTAK
ALERGI
-
Pelayanan
Kesehatan
-
Jarak rumah ke
puskesmas dekat
Jaminan kesehatan
yang digunakan
BPJS
Faktor Biologi
Hipersensitivitas tipe IV yang
terjadi pada kulit ketika
kontak dengan bahan iritan
KOMUNITAS
-
Lingkungan Kerja
Pasien sering menggunakan
kalung dan baju berbahan
katun yang tidak menyerap
keringat
Lingkungan Fisik
Sumber Air Minum kurang
bersih (galon) tidak dimasak
Ventilasi dan sinar matahari
kurang
Rumah dalam kondisi kurang
bersih dan rapi
Pemukiman Padat
Hubungan dengan komunitas sekitar
baik
penyaring
Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
Melakukan anamnesis
Melakukan pemeriksaan fisik
Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
dalam
pengembangan
pelayanan/pendekatan
kedokteran
4
5
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang
disediakan
dokter
keluarga
merupakan
pelayanan
bersinambung,
yang
c
d
e
f
g
h
i
Prevention first
Coordinative and collaborative care
Personal care as the integral part of his/her family
Family, community, and environment consideration
Ethics and law awareness
Cost effective care and quality assurance
Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat
dari beberapa aspek yaitu:
I
II
III
IV
V
pada keluarga.
Derajat 5: Tak dapat melakukan kegiatan
11
pada kulit seseorang yang telah tersensitasi sebelumnya. Reaksi alergik yang
terjadi adalah reaksi hipersensitivitas tipe lambat atau tipe IV menurut klasifikasi
Coombs dan Gell dengan perantaraan sel limfosit T.8,9
DKA adalah reaksi imun yang cenderung melibatkan kulit di sekitarnya
(spreading phenomenon) dan bahkan dapat menyebar di luar area yang terkena.
Pada DKA dapat terjadi penyebaran yang menyeluruh.1
2.4.2
ETIOLOGI
Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul
2.4.3
FAKTOR RISIKO
12
Sumber antigen
Penggunaan anastetik tipe kain, baik
pada penggunaan topical maupun oral.
Plak elektronik kalium dikromat,
semen, detergen, pewarna.
Lotion, pelembab, kosmetik, sabun.
Sarung tangan karet, vial, syringes.
Pengobatan topical maupun injeksi.
Semen, plat logam, pewarna cat.
Germisida, plastic, pakaian, perekat.
Pengawet dalam sediaan obat, kosmetik
Produk rumah tangga, kosmetik, asam
sinamat, geraniol.
Sirup untuk obat batuk, penyedap.
Pengobatan,
salep
antibiotic,
aminoglikosida lainnya
Aksesoris pada celana jeans, pewarna,
perabot rumah tangga, koin
Spesies Toxicodendron (racun ivy, oak,
sumac), primrose (Primula obonica),
tulip
2.4.4 EPIDEMIOLOGI
2.4.4.1 Trias Epidemiologi
a. Agent
Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat
molekul umumnya rendah (<1000 dalton), merupakan allergen yang
belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif. Dapat
menembus statum corneum sehingga mencapai sel epidermis
dibawahnya (sel hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya
13
Sebuah
penelitian
yang
dilakukan
di
negara
14
terhadap semen dan karet. Sebuah studi tentang prevalensi DKA pada
perawat dan mahaiswa keperawatan ditemukan 34,8% perawat dan
19% mahasiswa keperawatan mengalami gejala dermatitis kontak
serta sebagian besar bereaksi positif terhadap nikel sulfat dan
thimerosal.6,8
Di Eropa dan sebagian besar negara di dunia, alergen yang paling
sering mensensitisasi adalah nikel, thiomersal dan parfum. Alergi
terhadap nikel ditemukan sebanyak 13-17% pada orang dewasa, 10%
pada remaja, dan 7-9% pada anak-anak. Wanita lebih berisiko alergi
terhadap nikel dibanding laki-laki.3,9
2.4.4.2 Variabel Epidemiologi
a. Distribusi menurut orang (Person)
Distribusi menurut umur
Prevalensi dermatitis kontak
pada
populasi
umum
kaukasian
lebih
sering
terkena
15
PATOGENESIS
Pada dermatitis kontak alergi terjadi reaksi tipe IV (hipersensitivitas tipe
lambat) pada lebih dari 3700 bahan kimia eksogen. Reaksi hipersensitivitas tipe
IV (delayed atau cytotoxic type cell mediated hypersensitivity) ini dijalankan oleh
komponen imunitas seluler yaitu limfosit T.Sel T yang telah tersensitisasi oleh
suatu antigen tertentu, pada pemajanan berikutnya dengan antigen yang sama akan
teraktivasi dan mengeluarkan sitokin. Sitokin yang diproduksi antara lain
macrophages chemotactic factor, macrophages inhibitory factor, interleukin 1,
tumor necrosis factor alpha(TNF ) dan interpheron gamma(IFN ). Sitokin ini
akan berfungsi merekrut sel-sel radang terutama sel T dan makrofag di tempat
antigen.1,3
adesi sel
dan
pelepasan
yang
sitokin
mengikat
juga
sel
menyebabkan
toleransi
sedangkan
sinyal
iritannya
18
KLASIFIKASI
Ada dua jenis dermatitis kontak. Pertama, dermatitis kontak iritan (DKI)
disebabkan oleh iritasi kimia, dermatitis kontak alergi (DKA) disebabkan oleh
antigen (alergen) dimana memunculkan reaksi hipersensitivitas tipe IV (cellmediated atau tipe lambat). Karena DKI bersifat toksik, maka reaksi inflamasi
hanya terbatas pada daerah paparan, batasnya tegas dan tidak pernah menyebar.
19
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Penderita umumnya mengeluh gatal. Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti oleh edema,
papulovesikel, vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla dapat pecah menimbulkan
erosi dan eksudasi (basah). DKA akut ditempat tertentu misalnya kelopak mata,
penis, scrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel. Pada yang
kronis terlihat kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur,
batasnya tidak jelas. DKA akut mungkin melibatkan eritema, vesikel, dan bula,
DKA kronis akan menimbulkan likenifikasi disertai fissur.2,15
Gambaran klinis DKA tergantung pada jenis alergen yang menyebabkan.
Biasanya, dermatitis terjadi pada lokasi aplikasi alergen tetapi penyebaran
dermatitis juga mungkin terjadi. Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi
riwayat pekerjaan, hobi,obat topical, obat sistemik, kosmetik, yang diketahui
menimbulkan alergi. Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan
kelainan kulit yang ditemukan misalnya, ada kelainan kulit berukuran nummular
disekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi.15
1. Fase akut
Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya
kontak dengan bahan penyebab. Derajat kelainan kulit yang timbul
bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin
hanya berupa eritema dan edema, sedang pada yang berat selain eritema dan
edema yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan
terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang
jelas. Keluhan subyektif berupa gatal.2
2. Fase Sub Akut
Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah
tidak ada maka proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini
20
oleh cat kuku, cat rambut, perona mata dan obat mata.
d Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab lainnya
seperti obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut dan alat bantu
e
pendengaran.
Leher dan Kepala
21
Pada leher penyebabnya adalah kalung dari nikel, cat kuku (yang
berasal dari ujung jari), parfum, alergen di udara dan zat warna
pakaian. Kulit kepala relatif tahan terhadap alergen kontak, namun
dapat juga terkena oleh cat rambut, semprotan rambut, sampo atau
f
obat
topikal
(anestesi
lokal,
neomisin,
etilendiamin),
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Uji Tempel atau Patch Test (In Vivo)
Uji tempel digunakan untuk mendeteksi hipersensitivitas
terhadap zat yang bersentuhan dengan kulit sehingga alergen dapat
ditentukan dan tindakan korektif dapat diambil.tempelan dihapus
setelah 48 jam (atau lebih cepat jika gatal parah atau terbakar pada
kulit) kemudian dibaca. Kulit yang ditempel ini perlu dievaluasi lagi
pada hari ke-4 atau 5, karena reaksi positif mungkin tidak muncul
sebelumnya menunjukkan interpretasi reaksi uji tempel.16,17
Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
uji tempel:9 1) Dermatitis harus sudah sembuh, 2) Tes dilakukan
sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid, 3)
Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca, 4) Penderita
dilarang
melakukan
aktivitas
yang
menyebabkan
uji
tempel
22
2.4.9
dermatitis
kontak
alergiditegakkan
berdasarkan
Anamnesis
Keluhan kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit bergantung
pada keparahan dermatitis. Keluhan dapat disertai timbulnya bercak
kemerahan. Hal yang penting ditanyakan adalah riwayat kontak
dengan bahan bahan yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan,
hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik,
bahan bahan yang dapat menimbulkan alergi, serta riwayat alergi di
keluarga.19
b Pemeriksaan Fisik
Tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada
umumnya, tergantung padakondisi akut atau kronis. Lokasi dan pola
kelainan kulit penting diketahui untuk mengidentifikasi kemungkinan
penyebab, seperti diketiak oleh deodorant, di pergelangan tangan oleh
jam tangan, dan seterusnya.19
23
2.4.10 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dermatitis kontak alergi diberikan farmakologi berupa:19,17
a. Topikal (2 kali sehari)
- Pelembab krim hidrofilik urea 10%
- Kortikosteroid
Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
-
klinis
likenifikasi
dan
antibiotik topikal.
b. Oral sistemik
- Antihistamin hidroksisin (2x1 tablet) selama maksimal 2 minggu,
-
atau
Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu
24
merupakan
hal
yang
sangat
penting
pada
25
26
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS
3.1 Metodologi
Studi kasus ini menggunakan desain studi kasus untuk mempelajari
hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan
memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian melihat
berapa banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek
penyakit atau masalah kesehatan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter
layanan primer secara holistik.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi dengan pasien dimana wawancara merupakan suatu
cara mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada
seorang informan atau autoritas atau seorang ahli yang berwenang dalam suatu
masalah.Sedangkan observasi adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik
atas unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang muncul
dalam suatu objek penelitian. Hasil dari observasi tersebut akan dilaporkan dalam
suatu laporan yang tersusun secara sistematis mengikuti aturan yang berlaku.
3.2 Lokasi dan Waktu Studi Kasus
3.2.1 Waktu Studi Kasus
Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di
puskesmas Tabaringan pada tanggal 26 September 2016. Selanjutnya dilakukan
home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan dari penderita.
3.2.2
Sulawesi Selatan.
Letak Geografis
27
Kelurahan
1
2
3
4
5
TABARINGAN
TOTAKA
TAMALABBA
UJUNG TANAH
GUSUNG
Luas
wilayah
055 km2
054 km2
058 km2
050 km2
018 km2
RW
RT
5
4
4
2
3
25
15
15
5
15
Sebelah Timur
Sebelah Barat
Sebelah Selatan
3.3.2
28
No
1
2
3
4
5
Kelurahan
UJUNG TANAH
TAMALABBA
TABARINGAN
TOTAKA
GUSUNG
Total
Laki-laki
620
1595
2078
1479
1598
7370
Perempuan
607
1601
2223
1458
1558
7447
Jumlah
1227
3196
4301
2937
3156
14817
29
No
Kelurahan
Sarana pendidikan
TK
SD
SMP
SMA
AKDM
UJUNG TANAH
TAMALABBA
TABARINGAN
TOTAKA
GUSUNG
Jumlah
23
11
Kelurahan
Pustu
Posyand
u
BKIA
UJUNG TANAH
TAMALABBA
TABARINGAN
TOTAKA
GUSUNG
Jumlah
17
DPS
BPS
RS
Upaya Pengobatan
31
Common Cold
Hipertensi
Dispepsia
Artritis reumatoid
Mialgia
Sakit kepala
Diabetes mellitus
Dermatitis kontak alergi
Erupsi gigi
Batuk
: 204
: 143
: 65
: 60
: 55
: 50
: 49
: 47
: 45
: 43
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
3.7.2
Dokter umum
Dokter gigi
Epidemiologi
Apoteker
Gizi
Sanitarian
Bidan
Perawat
Perawat gigi
Laboratorium
Perkarya kesehatan/ rekam medis
: 3 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 1 orang
: 2 orang
: 4 orang
: 6 orang
: 2 orang
: 1 orang
: 2 orang
Struktur Organisasi
32
Poli umum
Poli gigi
Poli KIA/KB
Rujuk
Pasien
Laboratorium
33
Ruang
tindakan
Apotek
Pasien
34
a
b
c
d
e
f
g
h
a Ganti verband
b Cross insisi
c Hecting dan affhecting
d Sirkumsisi
e Merawat luka
5 Apotek
a Tempat pengambilan obat
b Mengatur pengadaan obat sesuai kebutuhan
c Membuat pelaporan tentang pemakaian obat
6 KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Beberapa kegiatan KIA adalah :
Pemeriksaan HIV, malaria, dan sifilis pada ibu hamil
Pemeriksaan kehamilan trimester pertama, kedua, dan ketiga (K1-K4)
Pemberian tablet Fe, kalsium, Vitamin B complex
Suntikan tetanus toxoid
Penimbangan berat badan
Mengukur tekanan darah ibu hamil
Mengukur lingkar lengan atas (LILA)
Mendeteksi risiko tinggi pada ibu hamil
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 HASIL STUDI KASUS
4.1.1 ANAMNESIS DAN DIAGNOSIS KLINIS
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. H
Umur
: 32 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Bangsa/suku
: Makassar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Status Perkawinan
: Menikah
Alamat
: Jl. Tinumbu
Riwayat Atopi
Pasien tidak mempunyai riwayat
maupun
keluarganya.
-
Riwayat Alergi
Pasien alergi makanan (ikan). Tidak ada riwayat alergi terhadap substansi
atau obat-obatan tertentu pada pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat dengan keluhan yang sama di puskesmas
Tabaringan.
4.1.2
-
Pemeriksaan Fisis
Keadaan Umum
Pasien tampak sakit ringan, gizi baik, kesadaran compos mentis
Vital Sign
1. Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
2. Nadi
: 80 x/menit
3. Pernapasan
: 20 x/menit
4. Suhu
: 36,7 oC
Status Generalis
1. Kepala
Ekspresi
Rambut
Mata
Tekanan bola mata
Kelopak mata
Konjungtiva
Kornea
Sklera
Pupil
2. Telinga
Tophi
Pendengaran
: Biasa
: Simetris muka
: Simetris ki=ka
: (-)
: (-)
: (-)
: Kering (-)
: Karies (-)
: Perdarahan (-)
: Hiperemis (-)
: MT (-), NT (-)
: MT (-), NT (-)
: R-2 cmH2O
: (-)
: (-)
Status dermatologis:
38
: Simetris ki=ka
: Normochest
: Bruit (-)
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada pelebaran
: Fremitus Raba
Nyeri tekan
Perkusi
: Paru kiri
Paru kanan
: Ki=Ka
: (-)
: Sonor
: Sonor
: V Th IX Dextra Posterior
: V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi
8. Punggung
Inpeksi
: skoliosis (-), kifosis (-)
Palpasi
: MT (-), NT (-)
Nyeri ketok
: (-)
Auskultasi
: Rh -/- Wh -/9. Cor
Inspeksi
: Ictus kordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: Pekak,batas jantung kesan normal
Auskultasi
: BJ I/II murni regular
Bunyi tambahan : Bising (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi
: MT (-), NT (-)daerah epigastrium
Hati
: Tidak teraba
Limpa
: Tidak teraba
Ginjal
: Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
11. Status lokalis
Alat Kelamin
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan rectum : Tidak dilakukan pemeriksaan
39
5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Diagnosis
Dermatitis Kontak Alergi
4.1.3
-
4.1.4
-
a.
b.
c.
d.
No
Nama
Kedudukan
dalam
keluarga
1.
Tn. J
Suami
32
SMA
Karyawan
swasta
2.
Ny. H
Istri
32
SMA
3.
An. S
Anak
12
SD
Ibu Rumah
Tangga
Pelajar
4.
An. N
Anak
SD
Pelajar
5.
An. F
Anak
Belum
sekolah
Gende
r
Umur
(tahun
)
Pendidikan
Pekerjaan
Kesimpulan
Keluarga Ny. H tinggal di
rumah dengan status kontrak.
Ny. H tinggal dalam rumah
yang
Cara
di dapur.
Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
o Jenis tempat berobat
o Asuransi / Jaminan Kesehatan
: Puskesmas
: BPJS
Faktor
mencapai
pelayanan kesehatan
tempat
tinggal
pasien,
42
kesehatan
Kualitas
murah.
pelayanan Menurut keluarga diakui oleh keluarga pasien
kualitas pelayanan yaitu
kesehatan
kesehatan
setiap
kali
datang
didapat
memuaskan.
pun
dirasakan
keluarga
4-7
0-3
Pertanyaan
1.
Adaptasi
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing masing anggota keluarga sudah
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya
Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan keluarga saya karena
dapat membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya hadapi
Growth (Pertumbuhan)
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan
keluarga
saya
untuk
2.
3.
Hampir
selalu
(2)
KadangKadang
(1)
Hampir
Tidak
Pernah
(0)
44
4.
5.
10
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 10 ini menunjukkan Fungsi
keluarga sehat.
-
4
5
6
ikut serta dalam kegiatan Isra Miraj dan Maulid Nabi Muhammad saw.
Ekonomi: Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi tercukupi.
Education: Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu SMA
Medication: Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan
kesehatan dari Puskesmas serta memilki asuransi kesehatan BPJS
Bentuk keluarga
Bentuk keluarga ini adalah nuclear family yang terdiri dari Tn. J sebagai
kepala keluarga dan Ny. H sebagai seorang istri dan ibu dari anaknya.
Dari hasil pernikahan Tn. J dan Ny. H mereka dikarunai 3 orang anak, 2
45
perempuan dan 1 laki-laki. Seluruh anggota keluarga ini tinggal dalam satu
rumah.
-
Family map
: Penderita DKA
: Anak pertama penderita, tidak sakit
: Anak kedua penderita, tidak sakit
: Anak ketiga penderita, tidak sakit
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 DIAGNOSIS KLINIS
A. Anamnesis
- Aspek Personal
Seorang wanita usia 32 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal
pada leher dialami sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengaku mengalami
gatal-gatal tersebut setelah kontak berulang dengan kalung berbahan nikel
46
dan pakaian berbahan katun yang tidak menyerap keringat saat cuaca
panas dan berkeringat. Ada riwayat alergi makanan (ikan), dan terdapat
riwayat keluhan yang sama 2 bulan terakhir. Kekhawatiran, takut
penyakitnya memburuk. Harapan: dapat sembuh dan anggota keluarga
yang lain tidak menderita penyakit yang sama dengannya.
-
Aspek Klinik
o Gatal pada daerah leher
o Ada riwayat penyakit dermatitis kontak alergi (alergi terhadap kalung
berbahan nikel dan pakaian berbahan katun yang tidak menyerap
keringat saat cuaca panas dan saat berkeringat) sebelumnya, yaitu 2
bulan terakhir.
o Pemeriksaan fisis: Effloresensi berupa makula eritema, batas tegas
dengan distribusi terbatas pada leher. Di atas efloresensi primer
terdapat efloresensi sekunder berupa erosi eritema akibat garukan
pasien.
47
Aspek Fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu
dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di
luar rumah.
B. Derajat Fungsional
Ny. H masih dapat beraktifitas dengan baik tanpa bantuan siapapun (derajat 1
minimal)
C. Rencana Penatalaksanaan (Plan Of Action)
- Pertemuan ke-1: Puskesmas Tabaringan, 26 September 2016 pukul 09.30
WITA.
Pertemuan ke-2: Rumah pasien di Jl. Tinumbu, 26 September 2016 Pukul
11.00 WITA.
48
Aspek
Kegiatan
Aspek
personal
Menginformasikan
kepada
Ny.
H
bersabar
dengan
penyakit
yang
diderita
Aspek
klinik
Menganjurkan pasien
untuk meminum obat
sesuai
yang
ditentukan dokter
Pasien
Aspek
risiko
internal
Menganjurkan pasien
untuk menggunakan
baju yang menyerap
keringat dan tidak
menggunakan kalung
lagi
Pasien
Aspek
risiko
external
Memberitahukan
keluarga pasien untuk
senantiasa
mengingatkan pasien
untuk menggunakan
baju yang menyerap
keringat dan tidak
menggunakan kalung
lagi
Mengajarkan kepada
keluarga pasien untuk
selalu memberikan
motivasi
demi
kesembuhan pasien
Suami
dan
Anak
Seluruh
Keluar
ga
Saat
home
visit ke
rumah
pasien
Menganjurkan pasien
untuk menghindari
pemakaian baju yang
tidak
menyerap
Pasien
Saat
home
visit ke
rumah
Aspek
psikososial
keluarga
Aspek
fungsion
al
Waktu
Saat
pasien ke
PKM
dan saat
home
visit ke
rumah
pasien
Saat
pasien ke
PKM
dan saat
home
visit ke
rumah
pasien
Saat
pasien ke
PKM
dan saat
home
visit ke
rumah
pasien
Saat
datang
ke PKM
dan saat
home
visit ke
rumah
pasien
Hasil yang
diharapkan
Pasien
dapat
bersabar dengan
penyakit
dan
memiliki
semangat untuk
berobat
Biay
a
Tidak
ada
Penyakit sembuh
Tidak
ada
Tidak
meno
lak
Untuk
menjaga
agar
penyakit
yang
diderita
pasien
tidak
kambuh lagi
Tidak
ada
Tidak
meno
lak
Untuk
menjaga
agar
penyakit
yang
diderita
pasien
tidak
kambuh lagi
Tidak
ada
Tidak
meno
lak
Mengurangi
faktor faktor yang
dapat
memperberat
keadaan
klinis
pasien.
Menjaga keluarga
tetap sehat.
Untuk
menjaga
agar
penyakit
yang
diderita
pasien
tidak
Tidak
ada
Tidak
meno
lak
Tidak
ada
Tidak
meno
lak
Ket.
Tidak
meno
lak
49
pasien
kambuh
D. Pemeriksaan Fisik
Lesi pada leher. Effloresensi berupa makula eritema, batas tegas dengan
distribusi terbatas pada leher. Di atas efloresensi primer terdapat efloresensi
sekunder berupa erosi eritema akibat garukan pasien.
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
F. Diagnosis Holistik
- Diagnosa Klinis
:Dermatitis kontak alergi
- Diagnose Psikososial
:Kecemasan
akan
penyakit
pasien
Pencegahan Primer
- Menghindari faktor pencetus yaitu menghindari penggunaan
-
menimbulkan perlukaan
Menjaga kebersihan daerah sekitar leher
Menjaga agar leher tetap kering dan bebas dari keringat
b Pencegahan Sekunder
-
4.2.2
Topikal
Sistemik
PENDEKATAN HOLISTIK
50
Masalah
Skor
Awal
Resume Hasil
Upaya
Penyelesaian
Akhir
Edukasi kepada
pasien
untuk - Penyuluhan
terselenggara
menghindari
penggunaan
- Keluhan
baju yang tidak
berkurang
menyerap
keringat
Faktor Biologi
Hipersensitivi
tas tipe IV
1.
3
yang terjadi
pada kulit
ketika terkena
bahan allergen
Faktor Ekonomi
dan Pemenuhan
Edukasi kepada
Kebutuhan
pasien
dan
Kecemasan
keluarga pasien
pasien dan
2.
untuk
3
keluarganya
menghindari
terhadap
kontak dengan
penyakit yang
faktor pencetus
dapat
memburuk
Faktor Perilaku
kesehatan
keluarga
Pasien tetap
menggunakan
kalung
Edukasi kepada
berbahan
pasien
untuk
nikel dan
menghindari
memakai baju
3.
3
pemekaian baju
dengan
yang
tidak
berbahan
menyerap
yang tidak
keringat
menyerap
keringat
walaupun
sudah terjadi
lesi di daerah
leher
Total Skor
9
Rata-Rata Skor
3
Skor Kemampuan Menyelesaikan Masalah:
Penyuluhan
terselenggara
Kecemasan
pasien dan
keluarga
berkurang
Penyuluhan
terselenggara
Pasien
menggunakan
penggunaan
baju yang
menyerap
keringat
Skor
Akhir
15
5
51
Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosioekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik.
BAB V
52
Kesimpulan
5.1.1
fisis
dan
pemeriksaan
penunjang,
serta
dilakukan
dengan
baik
pasien
dapat
5.1.3
Untuk
menggunakan
landasan
Ilmu
Kedokteran
Klinis
dan
dermatitis
kontak
alergi
secara
holistik
dan
Aspek Personal
53
alergi pasien
Aspek Psikososial Keluarga
Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan
mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat
menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengetahuan keluarga
tentang penyakit yang diderita pasien sehingga tidak ada upaya
pencegahan faktor pencetus penyebab dermatitis kontak alergi pasien.
Sedangkan faktor yang dapat mendukung kesembuhan pasien yaitu adanya
dukungan dan motivasi dari semua anggota keluarga baik secara moral dan
materi.
Aspek Fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu
dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di
luar rumah.
5.2 Saran
Dari masalah yang dapat ditemukan pada Ny. H berupa Dermatitis Kontak
Alergi maka disarankan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan DKA;
54
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Cohen DE, Jacob SE. Allergic Contact Dermatitis. In: Wolf K., Goldsmith
L.A., Katz S.I., editors. Fizpatricks Dermatology in General Medicine. 7 thEd.
New York: McGrawHill; 2008. P.135-46
2. Sulastri SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A., editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin.Ed-5. Jakarta: Fk-UI; 2010. H. 129-39
3. Beck M.H, Wilkinson S.M. Contact Dermatitis: Allergic. In: Rooks, Textbook
of Dermatology. 7thEd. Oxford: Blackwell; 2004. P.20.1-2
4. Bourke J, Coulson I, English J. Guidelines for management of contact
dermatitis : an update.British Journal of Dermatology.2009;160:946-54
5. Imbesi S, Minciullo P.L, Isola S, Gangemi S. Allergic contact dermatitis:
Immune
system
involvement
and
distinctive
clinical
cases.
AllergolImmunopathol. 2011;39(6):374-7
6. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Contact Dermatitis. In Thieme Clinical
Companions Dermatology. New York: Thieme New York Publication; 2006. P.
195-203
7. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of The Skin Clinical
Dermatology. 10th Ed. Philadelphia: Elsevier Inc 2006. Chapter 6, Contact
Dermatitis and Drug Eruption; P.91-111
8. Spiewak R. Patch Testing For Contact Allergy And Allergic Contact
Dermatitis. Jagieollonian University Medical College, Krakow Poland. The
Open Allergy Journal. 2008;1:42-51
9. Duarte I, Malvestiti A, Lazzarini R. Evaluation of the permanence of skin
sensitization to allergens in patients with allergic contact dermatitis. An Bras
Dermatol. 2012;87(6):8337
10. Sasseville D. Occupational Contact Dermatitis. Allergy, Asthma, and Clinical
Immunology. 2008;4(2):59-65
11. Keefner, D.M., dan Curry, C.E., 2004, Contact Dermatitis dalam Handbook of
Nonprescription Drug, 12th edition, APHA, Washington D.C.
12. Akan A, Toyran M, Erkocoglu M, Kaya A, Kocabas CN. The prevalence of
Allergic Contact Sensitization of Practicing and Student Nurses. International
Journal of Occupational and Environmental medicine. 2012;3(1):10-8
56
LAMPIRAN DOKUMENTASI
57
Ruang Tamu
Kamar Tidur
Kondisi WC
58
59