SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S1)
Oleh
SETIYONO
NIM : E 320153128
Pembimbing:
1. Noor Hidayah, A. Kep. M. Kes
2. Yulisetyaningrum, S. Kep. Ners. M. Si. Med
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Hari : ..................................
Tanggal : ..................................
Nama : Setiyono
NIM : E 320153128
Mengetahui,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Ketua
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Hari : ..................................
Tanggal : ..................................
Nama : Setiyono
NIM : E 320153128
Mengetahui,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudustua
iii
iv
v
PERNYATAAN
Oleh karena itu dipertanggungjawabkan skripsi ini sepenuhnyan beradan pada diri
saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Setiyono
NIM : E 320153128
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Setiyono
Agama : Islam
Pendidikan :
Pekerjaan :
- Staff perawatan Rumah Sakit Islam Sunan Kudus mulai tahun 2000
sampai sekarang.
Organisasi :
vii
KATA PENGANTAR
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
B. Hipotesis Penelitian ……………………………………... 26
C. Kerangka Konsep Penelitian……………………………. 26
D. Rancangan Penelitian …………………………………... 26
1. Jenis Penelitian……………………………………. 27
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data………… 27
3. Metode Pengumpulan Data ………………………
4. Populasi Penelitian ……………………………….. 28
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian……….
6. Definisi Operasional, Variabel Penelitian, Dan 28
Skala Pengukuran ……………………………… 29
7. Instrument Penelitian Dan Cara Penilain Data 32
Penelitian …………………………………………..
8. Teknik Pengolahan Data Dan Analisa ………….. 33
E. Jadwal Penelitian ………………………………………... 34
BAB IV Hasil Penelitian 35
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………
B. Karakteristik ……………………………………………… 37
C. Hasil Penelitian …………………………………………… 38
BAB V Pembahasan
A. Motivasi PMO ……………………………………………. 39
B. Kepatuhan Minum Obat ………………………………… 40
C. Hubungan Antara Motivasi PMO Dengan Kepatuhan
Minum Obat DiRumah sakit Islam Sunan Kudus…….. 41
D. Keterbatasan Penelitian ………………………………… 41
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...
LAMPIRAN ………………………………………………………………………..
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
xiii
DAFTAR SINGKATAN
TB : Tuberkulosis
CDR : Case Detection Rate
DO : Drop Out
MDR : Multi Drugs Resistence
OAT : Obat Anti Tuberkulosa
FDC : Fix Dose Combination
xiv
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Program Studi s-1 Keperawatan
Skripsi Keperawatan, Juli 2017
ABSTRAK
1
Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Kudus
2
Pembimbing Utama STIKES Muhammadiyah Kudus
3
Pembimbing Anggota STIKES Muhammadiyah Kudus
xv
Collage Of Health Science Muhammadiyah Kudus
Nursing Program Studi s-1
Nursing Thesis, July 2017
ABSTRACT
1
Student of STIKES Muhammadiyah Kudus
2
The main advisor of STIKES Muhammadiyah Kudus
3
The member advisor of STIKES Muhammadiyah Kudus
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi perhatian di
Indonesia adalah penyakit menular dan penyakit akibat lingkungan tidak
sehat. Salah satu penyakit menular yang sering menjadi masalah adalah
penyakit Tuberkulosis . Penyakit Tuberkulosis atau yang sering disebut TB
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil tahan
asam yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu yang lama untuk
mengobatinya (Kemenkes RI, 2011).
Penyakit Tuberkulosis di Indonesia merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat. Jumlah Penderita TB di Indonesia adalah negara
ke 5 (lima) terbanyak di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan
Nigeria (WHO, 2010).
Angka insidens semua tipe TB tahun 2011 dan 2012 sebesar 189 per
100.000 penduduk mengalami penurunan dibanding tahun 1990 (343 per
100.000 penduduk), angka prevalensi berhasil diturunkan hampir
setengahnya pada tahun 2011 (214 per 100.000 penduduk) dan 213 per
100.000 penduduk pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 1990 (423
per 100.000 penduduk). Sama halnya dengan angka mortalitas yang
berhasil diturunkan lebih dari separuhnya pada tahun 2012 (27 per 100.000
penduduk) dibandingkan tahun 1990 (51 per 100.000 penduduk). Hal
tersebut membuktikan bahwa program pengendalian TB berhasil
menurunkan insidens, prevalensi dan mortalitas akibat penyakit TB (Dirjen
PPPL, 2013).
WHO telah merekomendasikan Directly Observed Treatment Short
Course (DOTS) sebagai strategi dalam penanggulangan TB sejak tahun
1995. Salah satu strategi DOTS yaitu pengobatan TB dengan pengawasan
langsung untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan penderita TB.
Pengawasan ini dilakukan dalam rangka memastikan kepatuhan penderita
TB tetap terjaga hingga jadwal pengobatannya selesai dengan harapan
menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
1
2
B. Rumusan Masalah
Pengawas Menelan Obat (PMO) sangat berperan dalam mengawasi
dan memotivasi penderita dalam menyelesaikan pengobatan TBC. Setia
penderita TBC harus memiliki PMO sehingga resiko DropOut (DO) minum
obat bisa dihindari.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
bagaimana hubungan antara motivasi Pengawas Menelan Obat (PMO)
dengan kepatuhan minum obat pada kejadian pasien TBC di Rumah Sakit
Islam Sunan Kudus?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara motivasi Pengawas Menelan
Obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pasien TBC di Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran motivasi Pengawas Menelan Obat
(PMO) pasien Tuberkulosis (TBC).
b. Mengetahui gambaran kepatuhan minum obat pada pasien
Tuberkulosis (TBC).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
masukan untuk menyusun SPO berhubungan dengan penetapan
kebijakan rumah sakit dalam menangani pasien TBC.
2. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu keperawatan
keluarga dalam menangani pasien Tuberkulosis (TBC).
3. Bagi Peneliti Secara Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi
mengenai kajian pada pasien Tuberkulosis, serta dijadikan informasi
untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
6
E. Keaslian Penelitian
F. Ruang Lingkup
Guna menghindari penafsiran yang berbeda dan lebih terarahnya
penelitian ini, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada
penderita TBC saja yang dilaksanakan antara bulan Januari sampai
februari 2017.
1. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian akan dilaksanakan antara bulan Januari sampai
Februari 2017.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian akan dilaksanakan di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam,
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.
3.. Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini berada pada lingkup materi Ilmu Penyakit Dalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
1. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) merupakan airborne infection yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, pada umumnya
menyerang bagian paru dengan cara penularannya secara
inhalasi/droplet (yaitu pada saat orang yang terinfeksi batuk, bersin,
berbicara, bernyanyi atau bernafas) serta ditandai oleh beberapa
gejala saat fase aktif (Centers of Disease Control’s Noon Conference,
Javis dalam McLafferty, 2013; Gough, 2011; Gordon dan
Mwandumba dalam Mc Lafferty, 2013; WHO, 2013).
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.
Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga
dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai
organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang,
persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut
dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).
2. Faktor-Faktor Terjadinya Tuberkulosis
Hiswani dalam Sahat (2010) mengatakan pada penelitiannya
bahwa keterpaparan penyakit TB pada seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti: status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis
kelamin dan faktor sosial lainnya.
a. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor ini sangat erat kaitannya dengan keadaan rumah,
kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan
sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan penularan
TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan
TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak
dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
7
8
b. Status Gizi
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein,
vitamin, zat besi dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan
tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit termasuk
TB paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang
berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa
maupun anak-anak.
c. Umur
Penyakit TB paling sering ditemukan pada usia muda
atau usia produktif 15-50 tahun. Terjadinya transisi demografi
saat ini menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih
tinggi. Usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis
seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai
penyakit, termasuk penyakit TB.
Penyebab penyakit pada lanjut usia (lansia) pada
umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen), sedangkan
pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini
disebabkan karena pada lansia telah terjadi penurunan fungsi
dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel
karena proses menua, sehingaa prodeksi hormon, enzim, dan
zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi
berkurang. Dengan demikian, lansia akan lebih mudah terkena
infeksi. Sering pula, penyakit dari satu jenis (multipalogi),
dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling
berkaitan dan memperberat (Maryam, 2008).
d. Jenis Kelamin
Penderita TB cenderung lebih, tinggi pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit
ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol
sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh,
sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB
paru.
Public Health Agency of Canada (2010) menyatakan
bahwa selain faktor diatas, gaya hidup merokok juga dapat
9
2) Kualitas interaksi.
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan
penderita merupakan bagian yang penting dalam
menentukan derajat kepatuhan.
3) Keluarga.
Keluarga dapat menjadikan faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta dapat juga menentukan
tentang program kepatuhan minum obat yang dapat
mereka terima. Keluarga juga memberikan dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan dari
anggota yang sakit, serta menentukan keputusan
untuk mencari dan mematuhi anjuran minum obat.
4) Keyakinan, Sikap dan Kepribadian.
Penderita yang tidak patuh adalah orang-orang yang
mengalami depresi, ansietas, memiliki kekuatan ego
lebih lemah dan kehidupan sosialnya lebih
memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri.
3. Mengurangi Ketidak Patuhan Penderita
Menurut Dinicola dan DiMatteo dikutip Niven dalam Khoiriyah
(2012), mengemukakan 5 rencana untuk mengatasi ketidakpatuhan
Penderita:
a. Menumbuhkan kepatuhan dengan mengembangkan tujuan
kepatuhan.
Penderita akan dengan senang hati mengungkapkan
tujuan kepatuhannya, jika penderita memiliki keyakinan dan
sikap positif terhadap tujuan tersebut serta adanya dukungan
dari keluarga dan teman terhadap keyakinannya tersebut.
b. Mengembangkan strategi untuk merubah perilaku dan
mempertahankannya.
Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan
terhadap dirinya, evaluasi diri dan penghargaan terhadap
perilaku yang baru tersebut.
16
c. Mengembangkan kognitif.
Pengembangan kognitif tentang masalah kesehatan yang
dialami, dapat membuat penderita menyadari masalahnya dan
dapat menolong mereka berperilaku positif terhadap
kepatuhan.
d. Dukungan sosial.
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari
anggota keluarga lain merupakan faktor yang penting dalam
kepatuhan terhadap program medis. Keluarga dapat
mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu
dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidakpatuhan.
Kepatuhan dalam perawatan kesehatan adalah sejauh
mana perilaku individu yang berhubungan dengan pengobatan,
diet, atau perubahan gaya hidup sehari-hari sesuai dengan
saran kesehatan.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya ketidakpatuhan
dalam perawatan kesehatan diantaranya adalah menunda
minum obat, tidak berpartisipasi dalam program kesehatan,
tidak datang saat janji temu dengan tenaga kesehatan, dan
gagal mengikuti instruksi medis yang dianjurkan.
2. Persyaratan PMO
a. Seseorang yang dikenal, dipercaya, dan disetujui, baik oleh
petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani
dan dihormati oleh pasien.
b. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
c. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
d. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan pasien.
3. Siapa yang bisa jadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di
desa, perawat, pekarya, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila
tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat
berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, tokoh
masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
4. Tugas seorang PMO
a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur
sampai selesai pengobatan.
b. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
c. Mengingkatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu
yang telah ditentukan.
d. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan. Tugas
seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien
mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan.
5. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan
kepada pasien dan keluarganya:
a. TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.
b. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.
c. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
pencegahannya.
d. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan
lanjutan).
e. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.
18
D. Motivasi
Motiv atau motivasi merupakan salah satu mekanisme bagaimana
perilaku terbentuknya dan mengalami proses perubahan atau bagaimana
bisa dirubah. Motiv juga sering diartikan sebagai dorongan yang timbul dari
dalam diri seseorang yang secara sadar atau tidak sadar membuat orang
berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhannya
(Budioro, 2012).
Motivasi atau upaya untuk memenuhi kebutuhan pada seseorang
dapat dipakai sebagai alat untuk menggairahkan seseorang untuk giat
melakukan tugas kewajibannya tanpa harus diperintah atau diawasi
(Budioro, 2012).
Menurut Smeltzer dan Bare (2012), yang menjadi alasan utama
gagalnya pengobatan adalah pasien tidak mau minum obatnya secara
teratur dalam waktu yang diharuskan. Pasien biasanya bosan harus minum
banyak obat setiap hari selama beberapa bulan, karena itu pada pasien
cenderung menghentikan pengobatan secara sepihak. Ketaatan pasien
dalam melakukan pengobatan merupakan salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan pengobatan, di samping faktor-faktor lain, yaitu ketepatan
diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan aturan dosis dan cara
pemberian dan faktor sugestif/kepercayaan penderita terhadap dokter
maupun terhadap obat yang diberikan.
Namun ironis sekali kenyataan, bahwa di satu pihak ketelitian
pemeriksaan dan diagnosis semakin modern, namun di lain pihak ketaatan
untuk melakukan pengobatan dari pihak pasien seringkali rendah sekali
(Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
2008).
1. Jenis – Jenis Motivasi
Menutur Widayatun (2009), motivasi seseorang dapat timbul
dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri, intrinsik dan dari
lingkungan, ekstrinsik :
a. Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri-sendiri
untuk bertindak tanpa adanya ransangan dari luar.
19
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor motivasi yang berasal dari
luar diri seseorang yang merupakan pengaruh dari orang lain
atau lingkungan (Sugiono, 2009). Faktor eksternal ini meluputi:
1) Faktor lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar
pasien baik fisik, psikologis, maupun sosial (Notoatmodjo,
2010). Lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi
pasien TB untuk melakukan pengobatan.
2) Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional
dari anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang
merupakan faktor – faktor penting dalam kepatuhan
terhadap program medis.
3) Fasilitas (sarana dan prasarana)
Ketersediaan fasilitas yang menunjang kesembuhan
pasien tersedia, mudah terjangkau menjadi motivasi
pasien untuk sembuh. Termasuk dalam fasilitas adanya
pembebasan biaya berobat untuk pasien TB.
4) Media
Media merupakan sarana untuk menyampaikan
pesan atau info kesehatan dengan adanya media ini
pasien TB akan menjadi lebih tahu tentang penyakit TB
dan pada akhirnya akan menjadi motivasi untuk
melakukan pengobatan.
4. Cara Meningkatkan Motivasi
Menurut Sunaryo (2011), cara meningkatkan motivasi adalah:
a. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force,yaitu cara
memotivasi dengan ancaman hukuman atau kekerasan dasar
yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement,yaitu
cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar
melakukan sesuatu harapan yang memberikan motivasi.
22
D. Kerangka Teori
Faktor yang
mempengaruhi TBC:
Faktor Sosial Ekonomi,
Status Gizi,
Umur,
Jenis Kelamin
Kepatuhan Minum
Obat
TBC
Predisposing Factors:
Pengetahuan
Pendidikan Penderita
Sembuh, Motivasi
Pengobatan Lengkap,
Meninggal, Reinforcing Factors
Pindah,
Default (Putus Berobat),
Gagal Enabling Factors:
- Tersedianya fasilitas
kesehatan.
- Kemudahan untuk
menjangkau sarana
kesehatan.
- Keadaan sosial ekonomi
atau budaya.
: Diteliti
: Tidak diteliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variable penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibedakan dalam dua kategori utama,
yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel
bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanipulasi untuk diketahui
intensitas dan atau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel terikat
adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas. Oleh sebab itu variabel
terikat menjadi indikator keberhasilan variabel bebas (Sugiyono, 2008).
1. Variabel Independent (Variabel Bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi Pengawas
Menelan Obat (PMO).
2. Variabel Dependent (Variabel Terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan minum obat
pasien TBC.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2008).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada hubungan antara motivasi Pengawas Menelan Obat (PMO)
dengan kepatuhan minum obat pasien TBC di Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus.
Ho : Tidak Ada hubungan antara motivasi Pengawas Menelan Obat
(PMO) dengan kepatuhan minum obat pasien TBC di Rumah Sakit
Islam Sunan Kudus.
C. Kerangka konsep
Dari hasil tinjauan dan kerangka teori yang telah dibahas serta
masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka dikembangkan kerangka
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi
Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pasien
TBC di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.
25
26
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan
penelitian berupa case control dengan pendekatan retrospektif.
Penelitian case control merupakan suatu penelitian (survei) analitik
yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari.
Pada studi kasus-kontrol, observasi atau pengukuran terhadap
variabel bebas dan tergantung tidak dilakukan dalam satu waktu,
melainkan variabel tergantung (efek) dilakukan pengukuran terlebih
dahulu, baru meruntut kebelakang untuk mengukur variabel bebas.
Studi kasus-kontrol sering disebut studi retrospektif karena faktor
risiko diukur dengan melihat kejadian masa lampau untuk
mengetahui ada tidaknya faktor risiko yang dialami (Saryono, 2010).
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Sasaran penelitian adalah pasien yang sedang berobat di
Poliklinik Rumah Sakit Islam Sunan Kudus yang akan dilaksanakan
pada bulan Januari sampai dengan Februari 2017. Sedangkan study
retrospekstif akan dilaksanakan dengan membuka data responden di
bagian rekam medis sampai bulan Agustus 2016.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Data primer
Data primer diambil dengan melakukan wawancara
langsung dengan kepada responden dengan cara mengisi
angket atau kuesioner yang dijawab oleh responden (Saryono,
2008). Pada penelitian ini data primer yang didapatkan hasil
wawancara dengan responden adalah data kepatuhan berobat
27
Definisi
Variabel Alat Ukur Kategori Skala
Operasional
Motivasi Dorongan yang Kuesioner 1. Motivasi Baik Nominal
Pengawas diberikan orang jika nilai 70%
Menelan terdekat kepada 2. Motivasi tidak
Obat (PMO) pasien untuk baik jika nilai
menyelesaikan kurang 70%
pengobatan TBC
Keterangan :
x = hasil presentase
f = frekuensi hasil penelitian
n = total seluruh observasi
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoadmodjo, 2010).
Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Chi square. Apabila tidak memenuhi syarat uji Chi square
maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher’s Exact,
dengan menggunakan α =0,05 dan Confidence Interval
(CI) sebesar 95 %. Dalam penelitian ini, uji chi square
32
Keterangan :
X2 : chi kuadrat
fo : frekuensi yang di observasi
fe : frekuensi yang diharapkan
Untuk mengetahui taraf signifikan observasi digunakan
nilai p, bila p <0,05 maka hipotesa penelitian diterima.
Pengambilan keputusan berdasarkan kriteria penelitian
sebagai berikut :
Apabila p value ≤ 0.05 maka Ha diterima, dan Ho di tolak
berarti Ada hubungan antara kedua variabel penelitian.
Uji x2 (chi-square) dipilih karena :
1. Data berbentuk data kuantitatif
2. Data berjenis nominal-nominal
3. Distribusi data normal
4. Populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana
datanya berbentuk kategorik.
E. Jadwal Penelitian
Terlampir
BAB IV
HASIL PENELITIAN
33
34
B. Karakteristik
1. Responden
a. Umur responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur Responden di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus,
Kabupaten Kudus Tahun 2017 (n=57)
Variabel Mean SD Min - Maks
Umur 48.65 12.45 24 - 72
Total 57
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata (mean) umur
responden adalah 48.65 tahun, umur paling muda adalah 24 tahun
dan paling tua adalah 72 tahun dengan standar deviasi 12.45.
b. Pendidikan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus, Kabupaten Kudus Tahun 2017 (n=57)
Frekuensi
Pendidikan Persentase (%)
(Orang)
SD 17 29.8
SMP 30 52.6
SMU 10 17.5
Total 57 100.0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden paling banyak
berpendidikan SMP yaitu sebanyak 30 responden (52.6%).
c. Pekerjaan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus, Kabupaten Kudus Tahun 2017 (n=57)
Frekuensi
Pekerjaan Persentase (%)
(Orang)
Tani 20 35.1
Swasta 29 50.9
IRT 8 14.0
Total 57 100.0
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden paling banyak
bekerja dibidang swasta yaitu sebanyak 29 responden (50.9%).
35
C. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Motivasi Pengawas Menelan Obat (PMO)
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Motivasi PMO di Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus, Kabupaten Kudus Tahun 2017
(n=57)
Motivasi PMO Frekuensi Persentase (%)
Tidak Baik 12 21.1
Baik 45 78.9
Total 57 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki motivasi PMO baik sebanyak 45 responden
(78.9%).
2. Analisa Bivariat
Tabel 4.9
Hubungan Antara Motivasi PMO Dengan Kepatuhan Minum Obat di Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus
(n=57)
Kepatuhan P
Variabel N X2
Patuh % Tidak % Total % Value
Tidak Baik 1 8.4 11 91.6 12 100
Motivasi
Baik 44 97.7 1 2.3 45 100 57 45.602 0.000
PMO
Total 45 78.9 12 21.1 57 100
38
39
menyebabkan penderita lupa minum obat yang pada akhirnya akan dapat
menyebabkan drop out.
Menurut Sugiono (2009), faktor eksternal yang mempengaruhi
motivasi penderita TB untuk patuh berobat adalah:
1) Faktor lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar pasien baik fisik,
psikologis, maupun sosial (Notoatmodjo, 2010). Lingkungan sangat
berpengaruh terhadap motivasi pasien TB untuk melakukan
pengobatan.
2) Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor – faktor
penting dalam kepatuhan terhadap program medis.
3) Fasilitas (sarana dan prasarana)
Ketersediaan fasilitas yang menunjang kesembuhan pasien tersedia,
mudah terjangkau menjadi motivasi pasien untuk sembuh. Termasuk
dalam fasilitas adanya pembebasan biaya berobat untuk pasien TB.
4) Media
Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan atau info
kesehatan dengan adanya media ini pasien TB akan menjadi lebih
tahu tentang penyakit TB dan pada akhirnya akan menjadi motivasi
untuk melakukan pengobatan.
dengan X2-tabel 45.602 dan nilai p-value sebesar 0.000 sesuai dengan
table 4.6.
Tugas sebagai PMO kebanyakan dikerjakan berupa mengingatkan
untuk ambil obat dan mengawasi menelan obat, tetapi kurang melakukan
tugas untuk memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga yang lain.
Pengawas Minum Obat (PMO) dari responden hampir semuanya berasal
dari anggota keluarga. Pengawasan dan perhatian dari tenaga kesehatan
maupun dari pihak keluarga yang telah dipercaya merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien tuberkulosis dalam menjalani
pengobatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Walaupun
panduan obat yang digunakan baik tetapi bila penderita tidak berobat
dengan teratur maka umumnya hasil pengobatan mengecewakan.
Pengawas Minum Obat (PMO) dari anggota keluarga mempunyai
beberapa keuntungan, antara lain dekat dengan penderita agar setiap saat
bisa memantau minum obat, memiliki ikatan emosional sehingga penderita
merasa mendapat perhatian dari keluarganya, lebih dekat dan dipercayai
oleh penderita. Peran keluarga yang baik sebagai PMO merupakan
motivasi atau dukungan yang ampuh dalam mendorong pasien untuk
berobat teratur sesuai anjurannya. Adanya dukungan atau motivasi yang
penuh ini dapat mempengaruhi perilaku minum obat pasien TB Paru
secara teratur. Sehingga keluarga perlu berperan aktif mendukung supaya
pasien menjalani pengobatan secara teratur sampai dinyatakan sembuh
oleh petugas kesehatan.
Pengamatan yang peneliti lakukan selama penelitian berlangsung
tampak bahwa PMO memberi dorongan, penjelasan, semangat kepada
pasien tentang TBC. Hal ini nampak sekali ketika peneliti melakukan
wawancara kepada responden. PMO berusaha menerangkan kembali
kepada responden apa yang peneliti ingin dapatkan. Sedangkan menurut
reponden motivasi yang diberikan oleh PMO sangat membantu dirinya
dalam membangun semangat diri untuk sembuh.
Murtiwi (2006) pada penelitiannya menemukan bahwa tidak semua
PMO menjalankan fungsinya dengan benar yaitu mengingatkan minum
obat pasien TBC paru setiap hari. Sebenarnya sesuai dengan DOTS harus
observasi langsung yaitu melihat dengan pasti bahwa obat telah diminum
pasien.
42
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan hanya dengan satu kali kunjungan saja sehingga
belum bisa mengamati secara komprehensif perilaku pasien dan PMO
karena data diambil hanya sekali saja pada satu kali kunjungan.
Selain itu pada penelitian hanya melakukan pengkajian pada PMO
saja dengan mengabaikan variabel yang lain sehingga belum bisa
didapatkan data yang akurat mengenai kepatuhan pasien TB.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden
memiliki motivasi PMO baik sebanyak 45 responden (78.9%).
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden patuh
minum obat sebanyak 45 responden (78.9%).
3. Ada hubungan motivasi PMO dengan kepatuhan minum obat pasien
TBC di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dengan X 2-tabel 45.602 dan
nilai p-value sebesar 0.000.
B. Saran
1. Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
Mungkin perlu di buat SPO yang mengatur jadual kunjungan petugas
kepada penderita TBC yang berindikasi tidak patuh dalam
melaksanakan pengobatan. Hal ini penting untuk mengantisipasi
terjadinya Dropout.
Hendaknya PMO tidak meninggalkan rumah lebih dari sehari
sehingga tugas pengawasan kepatuhan menelan obat tidak
dilakukan. Hal ini bisa diatasi dengan melimpahkan tugas PMO
kepada kerabat atau saudara yang tidak pergi.
2. Pendidikan Ilmu Keperawatan
Hendaknya sebelum terjun ke lahan penelitian mahasiswa yang akan
penelitian dibekali dengan ilmu statistic yang lebih dalam tentang
teknik analisa data sehingga bisa menganalisa dengan tepat
terhadap kasus yang sedang ditangani. Hal ini perlu dilakukan karena
kesalahan dalam melakukan olah data akan menyebabkan hasil yang
berbeda dengan kenyataan penelitian.
3. Peneliti Secara Umum
Diharapkan peneliti selanjutnya mampu memperluas judul penelitian
yang berbeda seperti meneliti faktor-faktor serta sumber-sumber
yang dapat mempengaruhi munculnya kasus Drop Out ataupun TB
Paru Kambuh.
43
DAFTAR PUSTAKA
Juwita Resty Linda (2012), Hubungan kinerja Pengawas Minum Obat (PMO)
dengan keteraturan berobat pasien TB paru Strategi DOTs di RSUD
dr Moewardi Surakarta. Naskah Publikasi.
Puri Rizkiyani (208), Hubungan kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan
kesembuhan pasien TB paru kasus baru strategi DOTS. Naskah
Publikasi.
Permatasari, Suyono, Slamet Irwanto. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
II edisi ketiga. Jakarta: FKUI.
Sulianti, Asih, Niluh dan Effendy, Chistantie Gendis, 2011. Keperawatan Medikal
Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC.
Kepada :
Dengan hormat,
Nama : Setiyono
NIM : E. 320153128
Atas kerja samanya saya mengucapkan terima kasih dan semoga hasil
penelitian ini berguna bagi kita semua. Amin.....
Peneliti,
Setiyono
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Nama : .....................................................
Alamat : .....................................................
Nama : Setiyono
NIM : E. 320153128
Saya merasa penelitian ini tidak berakibat negatif bagi saya, oleh karena itu
Responden
( )
LEMBAR PENGKAJIAN
”HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)
DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TBC DI RUMAH SAKIT
ISLAM SUNAN KUDUS”
A. Identitas
Nomor Responden :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Pendidikan : a) Tidak Sekolah
b) SD / MI
c) SLTP / MTS
d) SLTA / MA
e) Perguruan Tinggi
A. PENGAWAS MINUM OBAT
Mohon diisi dengan memberikan tanda checklist (√) pada pertanyaan
yang sesuai dengan persepsi yang anda miliki. Dengan pilihan Ya dan
Tidak
Jawaban Responden
Pertanyaan
Ya (%) Tidak (%)
1. Saya pernah lupa untuk meminum obat