Anda di halaman 1dari 120

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, JUMLAH SAUDARA, DAN

URUTAN KELAHIRAN DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL


PADA SISWA USIA REMAJA KELAS VIII DI SMP
MUHAMMADIYAH I KUDUS
TAHUN 2019

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

Oleh :

Mohamad Habibi
NPM : 720153073

Pembimbing Skripsi :

1. Indanah. M.kep.Ns.Sp.Kep.An
2. Rizka Himawan, S.Psi., M. Psi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2019
i
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN JENIS KELAMIN, JUMLAH


SAUDARA, DAN URUTAN KELAHIRAN DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL
PADA SISWA USIA REMAJA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH I KUDUS
TAHUN 2019” telah disetujui dan diseminarkan dihadapan Tim Penguji Proposal
Skripsi Jurusan S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari :

Tanggal :

Nama : Mohamad Habibi

NIM : 720153073

Tim Penguji
Penguji I Penguji II

Indanah. M.kep.Ns.Sp.Kep.An Ana Zumrotun Nisak,S.SiT.,M.Kes


NIDN. 0022037501 NIDN. 0529088701

Mengetahui
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor

Rusnoto, SKM.,M.Kes.(Epid)
NIDN: 0621087401

iv
PERNYATAAN

Nama : Mohamad Habibi


NIM : 720153073
Menyatakan bahwa Skripsi judul “HUBUNGAN JENIS KELAMIN, JUMLAH
SAUDARA, DAN URUTAN KELAHIRAN DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL
PADA SISWA USIA REMAJA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH I KUDUS
TAHUN 2019”, Merupakan :
1. Hasil karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri
2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar S1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kudus
Oleh karena itu pertanggungjawaban proposal ini sepenuhnya berada pada diri
saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebesar-besarnya.

Kudus,12 Februari 2019

Mohamad Habibi
NPM : 720153073

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mohamad Habibi


NPM : 720153073
Tempat Tanggal Lahir : 27 Agustus 1997
Kontak : 081329122061
Jenis Kelamin : Laki – laki
Golongan Darah : B+
Status : Mahasiswa
Email : habibimohamad77@gmail.com
Alamat Rumah : Ds. Stimulyo RT 0.01/ RW 0.02 Kec.
Pucakwangi Kab.Pati.

A. Pendidikan Formal

Jenjang Pendidikan Nama Intansi Tahun


TK - -
SD Sd N 02 Sitimulya 2009
SMP MTs Matholiul Huda 2012
SMA MA Matholiul Huda 2015
Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah 2015 – Sekarang
Kudus

B. Riwayat Organisasi

Organisasi Jabatan Tahun Jabatan


Osis Pengurus 2013-2014
Teater Pengurus 2013-2015
Marching Band Pengurus 2013-2015
UKM Teater Ketua 2016-2017
Bem Anggota Kementerian Luar 2016-2017
Negri
Bem Presiden Mahasiswa 2017-2018

C. Pengabdian Masyarakat

Jenis pengabdian Judul pengabdian Tempat pengabdian Tahun


pengabdian
PROGRAM HIBAH “BEMPER”(BENEFIT Dukuh Sinanggul, 2016-2017
BINA DESA (PHBD MANAGEMENT PEAK Desa Sinanggul,
BERBASIS OF RAMBUTAN) Kecamatan
PENGANGKATAN Mlonggo
PENGENTASAN
KEMISKINAN

vi
MOTTO

“Satu tindakan jauh lebih “bijak” dibandingkan ribuan kata-kata mutiara dan
rencana-rencana yang masih tetap bertenggeng dikeala”.

“Cara memulai adalah berhenti berbicara dan mulai lakukan”.

“Urip Iku Urup” hidup itu menyala, hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi
orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan
lebih baik”.

“Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan
dengan pengalaman, namun tidak jujur itu sulit diperbaiki”

(Bung Hatta)

“Aku akan terus bersabar, bahkan sampai kesabaran itu sendiri merasa lelah
dengan kesabaranku”.

(Ali Bin Abi Thalib)

“Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga
harta. Ilmu itu penghukum dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila
dibelanjakan, tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan”.

(Ali Bin Abi Thalib)

“Selemah-lemahnya manusia ialah orang yang tak mau mencari sahabat dan
orang yang lebih lemah dari itu adalah orang yang menyia-nyiakan sahabat yang
telah dicari”.

(Ali Bin Abi Thalib)

“Orang yang hanya berfikir bagi kepentingan perutnya sahaja maka hargadirinya
serupa dengan apa yang keluar dari isi perutnya”.

(Ali Bin Abi Thalib)

vii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :


1. Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan Penguasa Jagad Raya alam semesta
yang telah memberikan kekuatan, kesabaran, karunia dan Nikmat yang
begitu luar biasa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan mengambil judul “HUBUNGAN JENIS KELAMIN, JUMLAH
SAUDARA, DAN URUTAN KELAHIRAN DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL
PADA SISWA USIA REMAJA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH I
KUDUS TAHUN 2019”.
2. Ibu dan Bapak tercinta yang tak pernah lelah mendidik, menuntun,
melantukan do’a serta belaian kasih sayang yang tiada pernah terukur yang
selalu diberikan kepada penulis.
3. Seluruh keluarga tercinta yang selalu mendukung dan memberikan
motivasinya.
4. Pelangi Rismadanti yang selalu mendukung dan memberikan motivasinya.
5. Keluarga besar BEM Universitas Muhammadiyah Kudus, terima kasih atas
segala kebersamaan, kebahagiaan dan rasa kekeluargaan yang mendalam
selama saya menjadi pengurus.
6. Rekan–rekanku satu perjuangan program studi S1 Ilmu Keperawatan
angkatan 2015 (angkatan ke-7) khususnya kelas B Universitas
Muhammadiyah Kudus yang saya cintai.
7. Seluruh teman-teman penulis dimanapun berada khususnya Dewi Laila dan
Tutut Setya Lisna. Tak bisa saya sebutkan semua satu-perstu semoga
kebaikan kalian dilipatkan Allah Subhanahu Wata’ala kelak di akhirat aamiin.

viii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah Subhanahu


Wata’ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN JENIS KELAMIN, JUMLAH
SAUDARA, DAN URUTAN KELAHIRAN DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL
PADA SISWA USIA REMAJA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH I KUDUS
TAHUN 2019“, Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar S1
Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Kudus. Atas tersusunnya Skripsi ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rusnoto, SKM, M.Kes (Epid), selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kudus serta yang telah memberikan izin dan membantu terselesaikannya
penelitian ini.
2. Yuli Setyaningrum S.Kep. Ners., M.Si. Med, selaku Ketua Jurusan / Prodi
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, serta yang telah
memberikan izin dan membantu terselesaikannya penelitian ini.
3. Sri Siska Mardiana, S.Kep.,Ners, selaku pembimbing akademik yang telah
banyak membantu dan memberikan bimbingan selama menjalani perkuliahan
di Universitas Muhammadiyah Kudus.
4. Anny Rosiana M. Kep.,Ns.Sp.Kep.J selaku pembimbing Askep dari semester
2 sampai semester 6 yang telah banyak membantu dan memberikan
bimbingan Askep selama menjalani perkuliahan di Universitas
Muhammadiyah Kudus.
5. Indanah M.Kep. Ns.Sp. Kep.An, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan penyusunan penelitian ini.
6. Rizka Himawan, S.Psi, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan penyusunan penelitian ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Universitas Muhammadiyah Kudus serta Seluruh
sivitas akademik yang telah banyak memberikan bekal ilmiah selama penulis
mengikuti pendidikan.
8. Ali Zamroni, S.PD., selaku kepala Sekolah SMP Muhammadiyah I Kudus
yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian di sekolah.

ix
9. Setiawan Nur Pambudi, S.PD., selaku guru bimbingan konseling (BK) SMP
Muhammadiyah I Kudus yang telah mendampingi dan membantu penelitian
di sekolah.
10. Kahmad. MH. Taufiq Hidayat, S. Ag., selaku Kepala Sekolah MTsN I Kudus
yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian di sekolah.
11. M.P. Wakur H. Rahmad Basuki, M.Pd. Sekolah MTsN I Kudus yang telah
telah mendampingi dan membantu penelitian di sekolah.
12. Guru bimbingan konseling (BK) Sekolah MTsN I Kudus yang telah telah
mendampingi dan membantu penelitian di sekolah.
13. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan tentang Hubungan Jenis Kelamin, Jumlah
Saudara, Dan Urutan Kelahiran Dengan Perilaku Antisosial Pada Siswa Usia
Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi masih banyak
kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari
berbagai pihak dalam perbaikan selanjutnya.

Kudus, 12 Februari 2018


Penulis

Mohamad Habibi

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL............................................. i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL.............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI.................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................... v
SURAT PERNYATAAN........................................................................ vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. vii
HALAMAN MOTTO.............................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ ix
KATA PENGANTAR............................................................................. x
DAFTAR ISI.......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN.................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xv
ABSTRACT.......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian..................................................... 6
D. Tujuan Penelitian............................................................ 6
E. Manfaat Penelitian.......................................................... 7
F. Ruang Lingkup................................................................ 7
G. Keaslian Penelitian......................................................... 8
H. Keterbatasan Penelitian.................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 13
A. Konsep Dasar Psikologi Remaja..................................... 13
B. Konsep Dasar Perilaku Antisosial................................... 21
C. Konsep Dasar Jenis Kelamin.......................................... 34
D. Konsep Dasar Jumlah Saudara...................................... 35
E. Konsep Dasar Urutan Kelahiran .................................... 36
F. Penelitian Terkait ........................................................... 38
G. Kerangka Teori............................................................... 40

xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................... 42
A. Variabel Penelitian.......................................................... 42
B. Hipotesis Penelitian........................................................ 43
C. Kerangka Konsep........................................................... 43
D. Rancangan Penelitian .................................................... 44
E. Etika Penelitian............................................................... 57
F. Jadwal Penelitian............................................................ 57
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................. 58
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................... 58
B. Karakteristik Responden................................................. 59
C. Analisa Univariat............................................................. 60
D. Analisa Bivariat............................................................... 62
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................... 66
A. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku Antisosial
Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII Di SMP
Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019............................. 66
B. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku Antisosial
Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII Di SMP
Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019............................. 67
C. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku Antisosial
Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII Di SMP
Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019............................. 69
Keterbatasan Penelitian.................................................. 70
BAB VI PENUTUP............................................................................ 71
A. Kesimpulan..................................................................... 71
B. Saran-Saran................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.......................................................11


Tabel 2.1 Pembagian Masa Remaja............................................14
Tabel 2.2 Angka Fertilitas Menurut Kelompok Umur....................36
.........................................................................................
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.......................................48
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Tentang Perilaku Antisosial.........50
Tabel 3.3 Scoring (Penilaian).......................................................54
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia.........................................................59
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Kelas.......................................................59
Tabel 4.3 Analisa Univariat Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......................60
Tabel 4.4 Analisa Univariat Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Jumlah Saudara...................60
Tabel 4.5 Analisa Univariat Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Urutan Kelahiran..................61
Tabel 4.6 Analisa Univariat Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Antisosial.............................61
Tabel 4.7 Analisa Bivariat Distribusi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Dan Perilaku Antisosial.........................62
Tabel 4.8 Analisa Bivariat Distribusi Responden Berdasarkan
Jumlah Saudara Dan Perilaku Antisosial.....................63
Tabel 4.9 Analisa Bivariat Distribusi Responden Berdasarkan
Urutan Kelahiran Dan Perilaku Antisosial.....................64

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori...........................................................40

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.......................................43

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Menjadi Responden.


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden.
Lampiran 3 : Check List Jenis Kelamin, Jumlah Saudara, Dan Urutan
Kelahiran.
Lampiran 4 : Kuesioner Variabel Terikat Perilaku Antisosial.
Lampiran 5 : Jadwal Penelitian.
Lampiran 6 : Surat-Surat..
Lampiran 7 : Hasil Uji Validitas Kuesioner.
Lampiran 8 : Data Tabulasi Penelitian.
Lampiran 9 : Data Hasil Uji SPSS.
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi.

xv
Universitas Muhammadiyah Kudus
Program Studi S-1 Keperawatan
Skripsi Keperawatan, Maret 2019

ABSTRAK

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, JUMLAH SAUDARA, DAN URUTAN KELAHIRAN


DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA SISWA USIA REMAJA KELAS VIII
DI SMP MUHAMMADIYAH I KUDUS TAHUN 2019

Mohamad Habibi1, Indanah2, Rizka Himawan2


xvii+ 72 halaman, + 9 tabel, + 10 lampiran

Latar Belakang : Perilaku antisosial merupakan perilaku yang menyimpang dari norma-
norma yang berlaku dalam sistem sosial di masyarakat. Gangguan perilaku antisosial di
Indonesia pada tahun 2010, perilaku antisosial tercatat dalam BPS diantaranya adalah
pencurian sekitar 60% dari seluruh remaja yang nakal, penyalah gunaan narkoba 9,5%,
pemerkosaan 6%, kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian orang lain 5%,
pengeroyokan 4%, dan penganiayaan 4% (Badan Pusat Statistik, 2011).
Tujuan :Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis kelamin,
jumlah saudara, dan urutan kelahiran dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja
kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
Metode :Metode penelitian ini adalah analitik korelatif dengan pendekatan cross
sectional menggunakan 71 responden yaitu siswa usia remaja kelas VIII SMP
Muhammadiyah I Kudus dengan teknik sampling non probability yang digunakan berupa
incidental sampling, data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan check list kemudian
dianalisa secara analisa Univariat dan Bivariat, sedangkan untuk menjawab hipotesis
digunakan uji Chi Square.
Hasil : Terdapat hubungan antara jenis kelamin, dengan perilaku antisosial, dengan nilai
p value sebesar 0,014 (< 0,05), dan nilai OR= 3,444. Tidak terdapat hubungan antar
jumlah saudara dengan perilaku antisosial dengan nilai p value sebesar 0,176 (> 0,05).
Dan tidak terdapat hubungan antara urutan kelahiran, dengan perilaku antisosial dengan
nilai p value sebesar 0,329 (> 0,05) pada siswa usia remaja kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus.
Kesimpulan :Terdapat hubungan antara jenis kelamin, dengan perilaku antisosial, dan
tidak terdapat hubungan antar jumlah saudara dan urutan kelahiran, dengan perilaku
antisosial pada siswa usia remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus.

KATA KUNCI : Jenis Kelamin, Jumlah Saudara, Urutan Kelahiran, Antisosial


Kepustakaan : 65 (2008-2018)

1
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus

2
Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus
2
Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus

xvi
Muhammadiyah Kudus University
Nursing Bachelor Program
Nursing Thesis, March 2019
ABSTRACT

RELATIONSHIP OF KINDS OF NAMES, NUMBER OF PEOPLE, AND BIRTH


SEQUENCE WITH ANTISOCIAL BEHAVIOR IN YOUTH AGE CLASS VIII STUDENTS
IN MUHAMMADIYAH I KUDUS SMP

Mohamad Habibi1, Indanah2, Rizka Himawan2


xvii + 72 pages, + 9 tables, + 10 attachments

Background: Antisocial behavior is behavior that deviates from the norms that apply in
the social system in society. Antisocial behavior disorders in Indonesia in 2010, antisocial
behavior recorded in BPS included theft of around 60% of all juvenile delinquents, 9.5%
drug abuse, 6% rape, traffic accidents which caused 5% deaths of others, beatings 4%,
and 4% persecution (Central Statistics Agency, 2011).
Objective: The purpose of this study was to determine the relationship of sex, number of
siblings, and birth order to antisocial behavior in class VIII adolescents at I
Muhammadiyah Middle School in 2019.
Metode :Metode penelitian ini adalah analitik korelatif dengan pendekatan cross
sectional menggunakan 71 responden yaitu siswa usia remaja kelas VIII SMP
Muhammadiyah I Kudus dengan teknik sampling non probability yang digunakan berupa
incidental sampling, data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan check list kemudian
dianalisa secara analisa Univariat dan Bivariat, sedangkan untuk menjawab hipotesis
digunakan uji Chi Square.
Method: The method of this research is correlative analytic with cross sectional approach
using 71 respondents namely class VIII adolescent age students of Muhammadiyah I
Kudus Middle School with non probability sampling technique used in the form of
incidental sampling, data collected using questionnaires and check lists then analyzed by
Univariate and Bivariate analysis , while to answer the hypothesis, Chi Square test is
used.
Conclusion: There is a relationship between gender, antisocial behavior, and there is no
relationship between number of siblings and birth order, with antisocial behavior in class
VIII adolescents at the Muhammadiyah I Kudus Middle School.

KEY WORDS: Gender, Number of Brothers, Birth Order, Antisocial


Literature: 66 (2007-2018)

11
Nursing Student of the University of Muhammadiyah Kudus

22
Lecturer in Nursing at the University of Muhammadiyah Kudus

22
Lecturer in Nursing at the University of Muhammadiyah Kudus

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil survei penduduk antar sensus 2015 menunjukkan bahwa
penduduk usia 15-24 tahun mencapai 42.061,2 juta atau sebesar 16,5
persen dari total penduduk Indonesia. Hasil Proyeksi Penduduk
menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia remaja ini akan mengalami
peningkatan hingga tahun 2030 dan kemudian menurun sesudahnya.
Perubahan jumlah penduduk usia remaja tersebut terkait dengan transisi
demografi di Indonesia, dimana angka fertilitas yang menurun telah
mengubah struktur usia penduduk. Awalnya, proporsinya terbesar adalah
penduduk muda (usia 0-14 tahun). Namun seiring dengan menurunnya
fertilitas, terjadi perubahan dimana proporsi penduduk yang dominan
bukan lagi penduduk muda tetapi penduduk usia produktif (15-64). Di
antara mereka yang ada dalam kelompok usia produktif tersebut adalah
remaja usia 15-24 tahun. Mereka inilah yang kelak akan menjadi
kelompok penduduk dewasa dan tua pada tahun 2030 (Kusumaryani,
2017).
Masa remaja merupakan masa belajar sosial karena sepanjang masa
remaja hubungan sosial menjadi semakin jelas dan dominan. Usia remaja
merupakan usia dimana seseorang sedang mengalami perkembangan
yang begitu pesat baik secara fisik, psikologis, sosial maupun intelektual
(Susanto, 2018).
Erikson dalam Sudarwan Danim (2010) mencatat bahwa konflik
utama yang dihadapi peserta didik berusia remaja pada tahap ini adalah
munculnya salah satu dari apa yang disebut sebagai identitas versus
kebingungan identitas (identity versus identityconfusion). Oleh karena itu,
tugas psikososial bagi peserta didik yang memasuki usia remaja adalah
mengembangkan individualitas. Mereka harus menetapkan peranan
pribadi dalam masyarakat dan mengintegritaskan berbagai dimensi
kepribadiannya menjadi keseluruhan yang masuk akal. Mereka harus
bergulat dengan isu seperti memilih karir, kuliah, agama yang dianut dan
pengalamannya, aspirasi politik, dan lain-lain. Masa transisi pada
perkembangan masa remaja mungkin dapat menimbulkan masalah kritis,

1
2

yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang.


Salah satu wujud dari perilaku menyimpang tersebut adalah perilaku
antisosial (Simanullang & Daulay, 2012).
Gangguan perilaku antisosial di Indonesia mempunyai prevalensi
pada tahun 2005, kejadian perkelahian antar pelajar di seluruh wilayah
Indonesia sebanyak 58 desa/kelurahan. Pada Tahun 2008 semakin
meluas terjadi sebanyak 108 desa/kelurahan diseluruh Indonesia. Pada
tahun 2010, perilaku antisosial tercatat dalam BPS diantaranya adalah
pencurian sekitar 60% dari seluruh remaja yang nakal, penyalah gunaan
narkoba 9,5%, pemerkosaan 6%, kecelakaan lalu lintas yang
menyebabkan kematian orang lain 5%, pengeroyokan 4%, dan
penganiayaan 4% (Badan Pusat Statistik, 2011).
Perilaku antisosial merupakan perilaku yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam sistem sosial di masyarakat. Perilaku
antisosial muncul sebagai akibat ketidak mampuan individu atau
kelompok dalam menyesuaikan diri dan menganut norma yang ada di
masyarakat. Perilaku pelanggaran, penentangan, dan berlawanan yang
dimiliki individu atau kelompok terhadap perilaku yang berlaku di
masyarakat maka menyebabkan individu atau kelompok dianggap
memiliki perilaku antisosial. Perilaku antisosial mencakup problem yang
disebabkan adanya penyimpangan perilaku yang terkait dengan
mencakup perkembangan sosial, emosi, dan moral. Hal ini akan menjadi
permasalahan yang komplek pada anak dan akan berdampak pada
perilaku agresif (Burt, et al, 2011).
Perilaku antisosial merupakan gangguan kepribadian yang ditandai
dengan ketidak perdulian, bertindak kasar, suka berkelahi, membuat
kegaduhan dalam masyarakat atau sekolah, mengolok-olok secara
berlebihan, mengabaikan perintah, melanggar peraturan, berbohong,
sering memerintah, sering mementingkan diri sendiri (Bahiyatun, 2010).
Supratiknya (2012), berpendapat bahwa penyebab perilaku anti
sosial adalah frustasi karena keluarga tidak rukun, penolakan sosial,
orang tua kurang memberi bimbingan, dan pengaruh teman. menurut
Jong, (2018) faktor penyebab terjadinya antisosial remaja, faktor
penyebabnya adalah faktor genetik (28-43%), keluarga, lingkungan,
teman sebaya dan kondisi sosial ekonomi.
3

Gambaran betapa banyaknya masalah yang dialami remaja masa


kini yang berdampak timbulnya perilaku antisosial. Salahsatu faktor yang
dapat menimbulkan perilaku antisosial juga dapat disebabkan oleh faktor
jenis kelamin. Penelitian yang dilakukan Baskoro di SMA Mardisiswa
Semarang (2010) menyatakan distribusi perilaku antisosial sebagai
berikut,dari 37 responden yang terdiri dari 18 responden laki-laki dan 19
responden perempuan, didapatkan bahwa dari 18 responden laki-laki
yang mengalami gangguan perilaku antisosial adalah sebanyak 40,5%.
Sedangkan dari 19 responden perempuan yang mengalami gangguan
perilaku antisosial adalah sebanyak 24,3%.
Faktor lain yang dapat menimbulkan perilaku antisosial adalah,
jumlah saudara, dan urutan kelahiran. Penelitian yang dilakukan
Simalullang& Daulay (2012). Status anak juga berperan sebagai suatu
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial dalam
keluarganya. Yang dimaksud status anak adalah setatus anak sebagai
anak tunggal, anak sulung, atau anak bungsu diantara saudara-
saudaranya. Mengenai status anak terhadap perkembangan sosial.
Peranan status anak tunggal dalam keluarga telah dilakukan
penelitian terhadap 100 orang anak tunggal dengan membandingkannya
dengan 100 anak yang berkakak-adik, yaitu dengan cara angket dan
analisis dari laporan kepribadiannya. Menurut penelitian tersebut, yang
pertama dirugikan pada perkembangan anak tunggal adalah mengenai
hal-hal “perasaan aku” didalam dirinya. Ia memperoleh hasil bahwa anak-
anak tunggal dibandingkan dengan anak-anak yang bersaudara
biasanya sangat egois, mencari penghargaan dirinya dengan berlebihan,
dan sebagainya. Disamping itu, mereka mudah sekali dihinggapi
perasaan rendah diri (Gerungan, 2010).
Salah satu konflik keluarga yang sering dialami oleh remaja awal
adalah konflik dengan saudara kandung. menurut Binotiana, 2008, sibling
rivalry merupakan penyebab utama terjadinya konflik antara anak dengan
saudara kandungnya. Sibling rivalry memang wajar terjadi didalam
sebuah keluarga yang memiliki anak lebih dari satu orang, termasuk di
Indonesia. Hal tersebut didukung oleh data survei demografi dan
kesehatan (SDKI) tahun 2007 yang menyebutkan bahwa perempuan usia
4

subur di indonesia rata-rata memiliki anak dua sampai tiga selama


hidupnya ( wahyuningsih, 2011).
Keluarga yang terdiri dari dua atau tiga orang anak disebut keluarga
kecil. Artinya, anak yang tinggal didalam keluarga kecil memiliki jumlah
saudara yang sedikit. Namun semakin sedikit jumlah anak dalam
keluarga kemungkinan munculnya perselisihan justru semakin besar
karna intensitas kebersamaan antara satu saudara dengan saudara
kandung yang lain menjadi sangat tinggi (Susilowati, 2011).
Peran perawat komunitas pada remaja yaitu: sebagai advokat,
artinya seorang perawat harus mampu memfasilitasi remaja yang
membutuhkan pelayanan kesehatan, melobi untuk kebijakan publik yang
menguntungkan, sebagai case finder, artinya adalah perawat komunitas
harus mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang muncul terkait
dengan kesehatan remaja melalui pengkajian yang tepat; serta berperan
sebagai konselor. Perawat komunitas juga harus mampu
mengekspresikan emosi dan perasaan, menggiring mereka pada
kenyataan, manajemen stress dan menerima bantuan jika dibutuhkan
(Suwarsi, 2012).
Peserta didik yang menjadi subjek penelitian ini adalah peserta didik
pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah Menengah
Pertama berada pada tahap remaja awal dengan rentang usia antara 12-
15 tahun. Pada usia ini, siswa berada dalam masa pubertas, dimana
terjadi transisi dan perkembangan pada dirinya baik secara fisik, psikis,
maupun secara sosial (Sarwono, 2011).
Masa remaja merupakan periode yang rentan terhadap pengaruh-
pengaruh negatif yang diterimanya. Pengaruh ini dapat memunculkan
perilaku-perilaku yang kurang disukai atau bahkan sama sekali tidak
dapat diterima oleh masyarakat, perilaku seperti ini disebut dengan
perilaku antisosial (Kastutik, 2014). Bentuk perilaku anti sosial tidak hanya
terbatas pada perilaku merokok, bullying, keluar jam pelajaran atau
membolos, mengabil barang teman sekelas, bertengkar dengan teman
secara langsung dan melalui media sosial, selain merugikan atau
membahayakan diri sendiri perilaku sosial juga berdampak pada
merugikan atau membahayakan orang lain seperti kebut-kebutan di jalan,
perbuatan kriminal yang membahayakan seperti perkelahian, tawuran
5

pelajar, mabuk-mabuan, pemerasan, pencurian, perampokan,


penganiayaan, dan pembunuhan hingga penyalahgunaan obat-obatan
terlarang yang dapat berujung dengan kematian.
Berdasarkan hasil pengamatan serta wawancara awal kepada guru BK
dan 28 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah I Kudus pada hari Kamis, 3
Januari 2019, didapatkan data bahwa dari 28 siswa yang telah
diwawancarai terdapat 21 siswa yang terdapat perilaku antisosial antara
lain, merokok, minum minuman beralkohol, bullying, keluar jam pelajaran
atau membolos, mengabil barang teman sekelas, bertengkar dengan
teman secara langsung sering dilakukan siswa putra, bertengkar melalui
media sosial biasanya dilakukan oleh siswi putri, terdapat siswa yang
membawa kendaraan bermotor kesekolah sedangkan peraturan di SMP
Muhammadiyah I Kudus tidak diperbolehkan siswa membawa kendaraan
bermotor sendiri juga terdapat siswa yang sering melakukan balap motor
liar di luar lingkungan sekolah.
Sebagian besar penyebab perilaku antisosial siswa-siswi kelas VII
dan VIII SMP Muhammadiyah I Kudus adalah faktor keluarga mereka
yang berasal dari keluarga yang broken home, pola asuh keluarga yang
kurang perhatian dan kasih sayang dikarnakan orangtua sibuk bekerja,
pengaruh teman dan lingkungan bermain yang membentuk perilaku
antisosial.
Berdasarkan uraian-uraian di atas pemahaman perilaku antisosial
dan faktor resiko yang dapat menyebabkan perilaku antisosial sangatlah
penting, terutama perilaku antisosial pada anak usia remaja. Dari
pernyataan tersebut maka peneliti ingin melakukan tindak lanjut dengan
penelitian yang berjudul “HUBUNGAN JENIS KELAMIN, JUMLAH
SAUDARA, DAN URUTAN KELAHIRAN DENGAN PERILAKU
ANTISOSIAL PADA SISWA USIA REMAJA KELAS VIII DI SMP
MUHAMMADIYAH I KUDUS”. Guna mengetahui ada atau tidaknya
hubungan jenis kelamin, jumlah saudara, dan urutan kelahiran sebagai
salah satu faktor resiko penyebab perilaku antisosial pada remaja.
6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dapat diambil rumusan
masalah yaitu.
Bagaimana hubungan jenis kelamin, jumlah saudara, dan urutan
kelahiran dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja Kelas VIII Di
SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019.

C. Pertanyaan Penelitian
Dari perumusan masalah diatas maka pertanyaan pada penelitian ini
adalah: Apakah terdapat hubungan jenis kelamin, jumlah saudara, dan
urutan kelahiran dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja kelas
VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019?.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan di SMP Muhammadiyah Kudus
I tahun 2019.
Adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan jenis kelamin, jumlah saudara, dan urutan
kelahiran dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja kelas
VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui jenis kelamin siswa usia remaja kelas VIII di
SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
b. Mengetahui jumlah saudara siswa usia remaja kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
c. Mengetahui urutan kelahiran siswa usia remaja kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
d. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan perilaku antisosial
pada siswa usia remaja kelas VIII SMP Muhammadiyah I Kudus
tahun 2019.
e. Mengetahui hubungan jumlah saudara dengan perilaku antisosial
pada siswa usia remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I
Kudus tahun 2019.
7

f. Mengetahui hubungan urutan kelahiran dengan perilaku antisosial


pada siswa usia remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus
tahun 2019.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis :
Memberikan pengalaman baru bagi penulis dalam menerapkan
ilmu yang diaplikasikan dalam melakukan penelitian dan penulisan
karya ilmiah tentang hubungan jenis kelamin, jumlah saudara, dan
urutan kelahiran dengan perilaku antisosial pada remaja.
2. Bagi sekolah :
Penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi siswa- dan guru di
SMP Muhammadiyah I Kudus mengenai hubungan jenis kelamin,
jumlah saudara, dan urutan kelahiran dengan kejadian perilaku
antisosial pada remaja dan juga sebagai upaya mencegah dan
penurunan perilaku antisosial pada siswa-siswi di SMP
Muhammadiyah I Kudus.
3. Bagi istitusi pendidikan :
Menambah wawasan dibidang keperawatan anak dalam bidang
ilmu psikologi khususnya dalam kasus perilaku antisosial dan
Sebagai dasar pemikiran untuk penelitian selanjutnya, baik untuk
peneliti sendiri maupun peneliti lainnya.
4. Bagi pengembangan riset keperawatan :
Menambah referensi, pengetahuan, informasi, dan
penyempurnaan penelitian selanjutnya mengenai perilaku antisosial
pada remaja.

F. Ruang Lingkup Penelitian


1. Lingkup masalah
Masalah yang dikaji hubungan jenis kelamin, jumlah saudara, dan
urutan kelahiran dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja
kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
2. Lingkup keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam ilmu keperawatan anak dalam
bidang ilmu psikologi.
8

3. Lingkup metodologi
Penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional ini
menggunakan 71 responden yaitu siswa usia remaja kelas VIII SMP
Muhammadiyah I Kudus sebagai sampel yang memenuhi kriteria
inklusi, dan diambil dengan teknik sampling non probability yang
digunakan berupa incidental sampling, data dikumpulkan
menggunakan kuesioner perilaku antisosial dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya pada remaja yang meliputi data demografi dan
pernyataan terkait perilaku antisosial. Data terkumpul kemudian
dianalisa secara analisa Univariat dan Bivariat, sedangkan untuk
menjawab hipotesis digunakan uji Chi Square.
4. Lingkup lokasi
Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah I JL. KHR Asnawi
No.7, Pejaten, Damaran, Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa
Tengah 59316.
5. Lingkup sasaran
Sasaran penelitian ini adalah siswa usia remaja awal kelas VIII di
SMP Muhammadiyah I Kudus 2019.
6. Lingkup waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari s.d Februari
tahun 2019.

G. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul “HUBUNGAN JENIS KELAMIN, JUMLAH
SAUDARA, DAN URUTAN KELAHIRAN DENGAN PERILAKU
ANTISOSIAL PADA SISWA USIA REMAJA KELAS VIII DI SMP
MUHAMMADIYAH I KUDUS TAHUN 2019”, belum ditemukan dalam
kepustakaan Universitas Muhammadiyah Kudus, namun dalam jurnal
penelitian lain ditemukan beberapa yang hampir sama yaitu:
9

Table 1.1
Keaslian penelitian

Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian Perbedaan


Penelitian
Muhammad HUBUNGAN Penelitian Dari hasil Penelitian terdahulu,
Dwi Panji ANTARA korelatif analisis peneliti
Baskoro DEPRESI dengan menunjukan menggunakan
DENGAN pendekatan terdapat variable bebas
PERILAKU cross hubungan yang dengan depresi
ANTISOSIAL section signifikan sebagai faktor
PADA anatara depresi mempengaruhi,
REMAJA di dengan sedangkan penelitian
SEKOLAH gangguan sekarang
perilaku menggunakan tipe
antisosial pada jenis kelamin, jumlah
remaja dengan saudara, dan
nilai p= 0,042 urutan kelahiran
sebagai faktor yang
mempengaruhi.

Dewi PERILAKU Deskripsi Hasil penelitian Penelitian terbaru


Simanullag ANTISOSIAL komparatif menunjukan peneliti membahas
Wardiyah REMAJA di bahwa faktor apasaja faktor yang
Daulay SMA SWATA yang paling mempengaruhi
RAKSANA dominan antisosial dan mana
MEDAN mempengaruhi faktor yang lebih
perilaku dominan, sedangkan
antisosial penelitian sekarang
adalah proses terfokus pada
keluarga menggunakan tipe
dengan nilai b jenis kelamin, jumlah
=0,667 saudara, dan urutan
kelahiran sebagai
faktor yang
mempengaruhi.

H. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain :
1. Kurangnya keterbukaan dari responden dalam melakukan penelitian.
2. Penelitian ini hanya membahas tentang variable jenis kelamin, jumlah
saudara, dan urutan kelahiran dengan kejadian perilaku antisosial.
3. Sasran hanya tertuju pada siswa-siswi usia remaja kelas VIII SMP
Muhammadiyah I Kudus dengan perilaku antisosial.
4. Penelitian ini berbentuk Analitik Korelatif dengan pendekatan Cross
Sectional dan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Psikologi Remaja


1. Defenisi remaja
Salah satu periode dalam perkembangan adalah masa remaja. Kata
remaja (adolescence) berasal dari kata adolescere (latin) yang berarti
tumbuh kearah kematangan, Istilah kematangan disini meliputi
kematangan fisik maupun sosial-psikologis (Sarwono,2011).
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10
hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25
tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.
Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah. Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun
begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-
anak menuju dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju
masa dewasa yang akan melewati beberapa tahapan perkembangan
dalam hidup. Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga
mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi,
membangun identitas, akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa
dewasa serta kemampuan bernegosiasi (WHO, 2015).
Mohammad Ali dkk, (2010) yang mengemukakan bahwa secara
psikologis remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi
ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan
merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini
mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari pubertas.
Pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi konseptual tentang
remaja, yang meliputi keteria biologis, pesikologis, dan sosial-ekonomi.
Menurut WHO (Sarwono,2011), remaja adalah suatu masa dimana :

13
14

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-


tanda seksual sekundernya sanpai saat ia mencapai kematangan
seksual (keteria biologis).
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola indentifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa (keteria sosial-psikososial).
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relative lebih mandiri (keteria keteria sosial-
ekonomi).
2. Batasan usia remaja
Beberapa ahli mempunyai pendapat berbeda mengenai kapan masa
remaja berlangsung, karena memang perkembangan manusia itu bersifat
individual, ada perkembangan yang sangat cepat, dan ada pula yang
lambat. Dengan demikian, batasa umur bersifat fleksibel, artinya dapat
maju atau mundur sesuai dengan kecepatan perkembangan masing-
masing individu. Batasan umur remaja menurut beberapa ahli adalah (a)
umur 13-18 tahun (Hurlock), (b) umur 12-21 tahun (Jersild), (c) umur 13-
21 tahun (Cole), dan (d) umur 13-21 tahun (Haditono) (Thalib, 2010).
Sedangkan batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24
tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 18 tahun dan belum
kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 24 tahun dan belum menikah
(Kementrian Kesehatan, 2015; Efendi & Makhfudli, 2009).
3. Pembagian masa remaja
Tabel 2.1
Pembagian masa remaja

Menurut Soetjiningsih, (2016), masa remaja menurut tumbuh kembang remaja


tahapanya dibagi menjadi tiga, yaitu :
Masa remaja Umur
a. Remaja awal 14-17 Tahun
b. Remaja pertengahan 14-17 tahun
c. Remaja akhir 17-20 tahun/lebih
Menurut Santrock dalam Sumiati, (2009) masa remaja terdiri dari :
Masa remaja Umur
a. Remaja awal 10-14 tahun
b. Remaja pertengahan 15-16 tahun
c. Remaja akhir 17-19 ahun

Sumber : (Soetjiningsih, 2016 dan Sumiati, 2009 ).


15

4. Ciri atau tanda pada setiap pembagian masa remaja adalah sebagai
berikut :
a. Remaja awal (Early Adolescence)
Pada masa ini ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang
cepat dan sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri,
tidak stabilnya emosi, lebih menonjolnya sikap dan moral,
membingungkannya status, pada saat ini remaja mulai mencari
identitas diri.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik pada tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Sekolah Menengah Pertama berada
pada tahap remaja awal dengan rentang usia antara 12-15 tahun.
Pada usia ini, siswa berada dalam masa pubertas, dimana terjadi
transisi dan perkembangan pada dirinya baik secara fisik, psikis,
maupun secara sosial (Sarwono, 2011).
b. Remaja pertengahan (Middle Adolescence)
Masa ini ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai
orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali diharapkan dapat
berperilaku seperti orang dewasa, meskipun belum siap secara
psikis. Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan status.
Pada masa ini sering terjadi konflik, karena remaja sudah mulai ingin
bebas mengikuti teman sebaya, bebas dalam berpendapat dan
menentukan minatnya. Yang erat kaitannya dengan pencarian
identitas, di lain pihak mereka masih tergantung dengan orang tua.
Pergaulan sudah mengarah ke heteroseksual.
c. Remaja akhir (Late Adolescence)
Masa akhir remaja ini sering ditandai dengan pertumbuhan
biologis sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat
lain. Emosi, minat, konsentrasi dan cara berpikir mulai stabil serta
kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah meningkat
(Sumiati, 2009; Al-Mighwar, 2011).
5. Ciri–ciri masa remaja
a. Sebagai periode peralihan
Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi dari
sebelumnya. Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap
ketahap berikutnya.
16

b. Periode mencari identitas diri


Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan dirinya dan
perannya. Tugas penting yang dihadapi remaja adalah sense of
individual indentity, yaitu mencari jawaban dari pernyataan mengenai
dirinya, mencakup keputusan daan standar-standar tindakan.
c. Usia bermasalah
Dikatakan periode remaja sebagai usia bermasalah karna
tindakan-tindakan remaja selalu mengarah kepada :
1) Keinginan untuk menyendiri (Desire Of Isolation).
2) Berkurangnya keinginan bekerja (Disindination To Work).
3) Kurangnya koordinasi fingsi-fungsi tubuh (Incoordination).
4) Kejemuan (Boredom).
5) Kegelisahan (Restlessness).
6) Penantangan sosial (Social Antagonism).
7) Penantangan terhadap kekuasaan (Resistence To Authority).
8) Kepekaan terhadap perasaan (Heightened Emotionality).
9) Kurang percaya diri (Lack Os Self-Confidence).
10) Timbulnya minat seks (Preoccupation With Sex).
11) Kepekaan terhadap susila (Execessive Modesty).
12) Kekuasaan berkhayal (Day Dreaming).
d. Usia menakutkan
Dikatakan sebagai usia yang menakutkan karena adanya
strereotipe yang berdampak buruk dalam perkembangan remaja,
seperti kurang tanggung jawab, kurang simpatik, dan tidak mampu
kerjasama, dengan orangtua atau dewasa, tidak rapi, tidak dapat
dipercaya, dan berperilaku merusak.
e. Masa tidak realistis
Remaja selalu melihat kehidupan ini menurut pandangan dan
penilai dirinya , bukan melihat menurut fakta, terutama pemilihan cita-
cita.
f. Merupakan ambang batas dengan masa remaja
Semakin mendekatanya usia kematangan, remaja semakin
gelisah untuk meninggalkan strereotipe yang dibawa dari tahun-tahun
sebelumnya. Sementara untuk melakuakan tindakan seperti orang
dewasa belum cukup. Oleh karna itu, remaja memutuskan
17

perilakunya yang selaras dengan status orang dewasa, seperti dia


mulai merokok, minum minuman keras, narkoba, perilaku seks
bebas.
g. Periode meningginya emosi
Meningginya intensitas emosi sangat tergantung pada dampak
perubahan fisik dan kehidupan psikologis remaja.
h. Perubahan sikap dan perilaku
Selama masa remaja akan banyak mengalami perubahan sikap
dan perilaku. Faktor penyebabnya yaitu perubahan nilai-nilai. Apa
yang terjadi pada masa kanak-kanak akan terjadi pula pada masa
remaja. Yang membedakan yaitu pola hubungan sosial dan tidak
hanya mencari popularitas, namun pada kualitas.
i. Periode ambivalen
Dikatan sebagai periode ambivalen karna disatu sisi remaja
menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain dia masih takut
bertanggung jawab dan ragu atas kemampuannya. Selama masa
ambivalen remaja menjadi frustasi dan mengalami konflik.
6. Dinamika remaja
Masa remaja adalah peralihan dari masa pubertas menuju masa
dewasa. Selama periode ini, anak remaja banyak mengalami perubahan-
perubahan baik secara fisik, psikologi, ataupun sosial. Untuk
memudahkannya, maka kita membagikan masa remaja menjadi tiga
bagian, yaitu:
a. Remaja awal
Ciri-ciri dinamika remaja awal:
1) Mulai menerima kondisi dirinya.
2) Berkembangnya cara berfikir.
3) Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi.
4) Bersikap overestimate, seperti meremehkan segala masalah,
meremehkan kemampuan orang lain dan terkesan sombong.
5) Akibat sombong menjadikan dia gegabah dan kurang waspada.
6) Proporsi tubuh semakin proporsional.
7) Tindakan masih kekanak-kanakan, akibat ketidakstabilan emosi.
8) Sikap dan mortalitasnya masih bersifat egosentris.
9) Banyak perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan mental.
18

10) Selalu merasa kebingunan dalam status.


11) Periode yang sulit dan kritis.
b. Remaja tengah:
Ciri-ciri dinamika remaja tengah:
1) Bentuk fisik semakin sempurna dan mirip dengan orang dewasa.
2) Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna.
3) Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan status.
4) Ingin mendapat kebebasan sikap, pendapat, dan minat.
5) Keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain.
6) Pergaulan sudah mengarah ke heteroseksual.
7) Belajar bertanggung jawab.
8) Apatis akibat selalu ditentang sehingga malas untuk
mengulanginya.
9) Perilaku agresif akibat diperlakukan seperti anak-anak.
c. Remaja Akhir
Ciri-ciri dinamika remaja akhir:
1) Disebut dewasa muda dan meninggalkan dunia anak-anak.
2) Berlatih mandiri dan membuat keputusan.
3) Kematangan emosional dan belajar mengontrol emosi.
4) Dapat berfikir objektif sehingga mampu bersikap sesuai situasi.
5) Belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku.
6) Membina hubungan sosial secara heteroseksual.
(Pieter, H. Z. 2010).
7. Perubahan psikologi pada remaja
a. Perubahan kemampuan intelektual.
Pesatnya perkembangan kemampuan intelektual remaja terjadi
saat usia 11-15 tahun. Mereka mendorong memahami dunia luar,
mengembangkan dan mengorganisasi idenya (Pieter, H. Z. 2010).
b. Perubahan emosi
Dampak perubahan emosi yang labil akan mengakibatkan
minimnya kemampuan remaja untuk menguasai dan mengontrol
emosi. Kondisi ini membuat remaja selalu mengalami strom dan
stress, perubahan emosi remaja merupakan dampak dari perubahan
hormonal dan berhenti seiring bertambahnya usia (Pieter, H. Z.
2010).
19

c. Perubahan perilaku sosial


Pada kurun waktu singkat remaja mengadakan perubahan sosial
radikal, yaitu perubahan perilaku sosial dari tidak menyukai lawan
jenis menjadi menyukai lawan jenis. Dampak keterlibatan kegiatan
sosial remaja adalah meningkatnya wawasan sosial, kompetensi
sosial, dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi (Pieter, H. Z.
2010).
d. Perubahan minat
Ada beberapa minat tertentu yang menjadi minat remaja secara
umum yaitu minat sosial, rekreasi, penampilan diri, prestasi, uang,
kemandirian, pekerjaan, minat pendidikan, agama, simbol, dan seks
(Pieter, H. Z. 2010).
8. Bahaya psikologi masa remaja
a. Kesulitan belajar
Kesulitan belajar dari pada remaja terlihat dari menurunnya
prestasi. Sebenarnya kesulitan belajar dan berprestasi yang lebih
dapat dilakukan remaja apabila dia mau bersungguh-sungguh untuk
mengatasi kesulitannya. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
remaja, adalah kondisi fisiologi, kepribadian, daya intelektual,
aktivitas remaja, dan sosio-ekonomi. Adapun dampak buruk dari
kesulitan belajar adalah under achieve, ialah berprestasi dibawah
potensi, prestasi belajar turun, kurang teliti, dan sukar konsentrasi
(Pieter, H. Z. 2010).
b. Kesulitan bergaul
Pada kenyataan masih banyak ditemukan para remaja yang
kesulitan bergaul. Sebenarnya, pergaulan ialah media kesuksesan.
Akibat buruk kesulitan bergaul yaitu berorientasi pikiran sempit dan
tidak objektif, sulit memberikan dan menerima pendapat orang lain,
bertingkahlaku serbasalah atau kaku, berprasangka buruk hubungan
personal dan apatis, menarik diri dan kurang partisipasi dalam
kegiatan sosial (Pieter, H. Z. 2010).
c. Kesulitan hubungan keluarga.
Ketidak matangan membina hubungan harmonis keluarga terliat
dari frekuensi pertengkaran sesama keluarga, mengkritik dan
komentar yang merendahkan. Hubungan keluarga yang buruk juga
20

dapat berkembang keluar rumah, seperti maladaptasi (Pieter, H. Z.


2010).
Menurut Pieter, H. Z. (2010). Dampak ketidakmampuan remaja
dalam menyesuaikan diri terliat dari:
1) Tidak dan mengabaikan tanggung jawab.
2) Mencari kebebasan dan dukungan sosial kelompoknya.
3) Sikap agresif dan percaya diri, namun mudah menyerah.
4) Merasa kurang aman sehingga patuh pada standar kelompok.
5) Merasa ingin pulang bila jauh dari lingkungan yang tidak dikenal.
6) Banyak menghayal, perilaku agresif akibat kurang perhatian.
7) Suka menggunakan defense mechanism; rasionalisasi atau
proyeksi.
d. Kesulitan dalam perilaku sosial
Kesulitan remaja dalam perilaku sosial akan ditunjukan dengan
ketidak matangan perilaku sosial yang bersifat infatil, sesama jenis
seks, dan tidak mendapat dukungan teman sebaya (Pieter, H. Z.
2010).
e. Perilaku seksual
Faktor-faktor penyebab ketidak mampuan remaja dalam membina
hubungan dan kehidupan perilaku seksual yaitu merasa kurang
menarik dihadapan lawan jenis, perasaan tidak senang dengan lawan
jenis, kurang matang, terputusnya hubungan sosial, menolak peran
seksual yang telah diakui masyarakat, dan senang membahas
masalah-masalah seksual (Pieter, H. Z. 2010).
f. Perilaku moral
Remaja yang meletakan standar perilaku yang kurang realistik
bagi diri sendiri akan merasa bersalah apabila mereka tidak mampu
mencapai setandar yang telah ditetapkan. Hal ini dapat
menyebabkan terputusnya hubungan emosional dengan anggota
keluarga dan teman sebaya. Penyesuaian diri dapat dirusak remaja
dengan cara menolak dan melanggar setiap peraturan yang berlaku
(Pieter, H. Z. 2010).
21

B. Konsep Dasar Perilaku Antisosial


1. Defenisi perilaku antisosial
Perilaku antisosial merupakan perilaku yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam sistem sosial di masyarakat. Perilaku
antisosial muncul sebagai akibat ketidak mampuan individu atau
kelompok dalam menyesuaikan diri dan menganut norma yang ada di
masyarakat. Perilaku pelanggaran, penentangan, dan berlawanan yang
dimiliki individu atau kelompok terhadap perilaku yang berlaku di
masyarakat maka menyebabkan individu atau kelompok dianggap
memiliki perilaku antisosial. Perilaku antisosial mencakup problem yang
disebabkan adanya penyimpangan perilaku yang terkait dengan
mencakup perkembangan sosial, emosi, dan moral. Hal ini akan menjadi
permasalahan yang kompleks pada anak dan akan berdampak pada
perilaku agresif (Burt, Donnellan, Iacono & McGue (2011).
Menurut Wiramihardja (2012), terdapat beberapa jenis perilaku
antisosial, yaitu perilaku terbuka (overt) dan perilaku tertutup (covert).
Perilaku terbuka ini ditampilkan oleh otot maupun kerangka badan seperti
berjalan, memukul dan lain-lain. Perilaku tertutup adalah perilaku yang
gerak-geriknya tidak langsung menyatakan maksudnya seperti marah
yang diperlihatkan dengan muka merah atau perilaku non-agresif seperti
perilaku melanggar peraturan dengan berbohong.
Perilaku antisosial mencakup problem yang disebabkan adanya
penyimpangan perilaku yang terkait dengan mencakup perkembangan
sosial, emosi, dan moral. Hal ini akan menjadi permasalahan yang
komplek pada anak dan akan berdampak pada perilaku agresif. Burt,
Donnellan, Iacono & McGue (2011), berpendapat bahwa perilaku
antisosial adalah sebagai perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma-
norma, baik aturan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun hukum.
Perilaku antisosial dibedakan menjadi dua jenis, yaitu perilaku antisosial
tampak (overt) dan tak tampak (covert). Perilaku antisosial yang tampak
(overt) berupa perilaku agresif dan perilaku antisosial yang tak tampak
(covert) berupa perilaku non-agresif serta perilaku melanggar peraturan
dengan berbohong.
22

2. Faktor-faktor penyebab perilaku antisosial


a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang. Faktor-faktor tersebut berupa insting, motif dari dalam
dirinya, sikap, serta nafsu. Faktor ini dipengaruhi oleh dua faktor
Biologi dan faktor Sosiopsikologi.
Menurut Pieter, H. Z. (2010). faktor-faktor penyebab gangguan
kepribadian antisosial yaitu :
1) Biologis
Yaitu keterangan genetik berkombinasi dengan pengaruh
lingkungan, cortical arousal yang abnormal rendah dan ambang
ketakutan yang tinggi. Antisosial merupakan gangguan moral
brain. Area yang mengalami disfungsi adalah amigdala, bagian
sistem limbik yang berperan dalam emotional learning, aversive
conditioning, respon terhadap rasa takut dan emosi lain. Amigdala
mengolah emosi signifikan dari rangsangan eksternal, berinteraksi
dengan hipokampus (tempat menyimpan memori emosi) dan
berinteraksi dengan fungsi kognitif korteks orbitofrontal dalam
merespon suatu rangsangan. Amigdala memungkinkan individu
untuk belajar sesuatu (object) atau perilaku yang baik dan buruk,
sehingga sangat berperan dalam pengambilan keputusan secara
moral. Hal ini karena amigdala mempunyai hubungan timbal balik
(reciprocal) dengan korteks temporal. Oleh sebab itu individu
antisosial dengan gangguan pada Amigdala akan sulit untuk
bersosialisasi (Pasanen & Lee, 2008; DeLisi, 2009; Blair, 2010).
Selain Amigdala, Ventromedial Prefrontal Cortex (vmPFC)
juga berperan dalam perkembangan dan pengambilan keputusan
secara moral serta mempertahankan perilaku sosial yang dapat
diterima. Informasi yang dihasilkan amigdala tidak hanya dikirim
ke temporal dan korteks visual namun dikirim juga ke vmPFC dan
korteks orbitofrontal. Korteks orbitofrontal berperan dalam
mengontrol emosi dan menilai positif/negatif reinforcement.
Hipoaktifitas dari amigdala dan korteks orbitofrontal, seperti juga
disfungsi vmPFC menunjukkan kepribadian yang keras kepala
23

dan tidak berperasaan (Pasanen & Lee, 2008; DeLisi, 2009;


Rodrigo, 2010).
Corley, menganalisa Single Nucleotide Polymophism pada
sampel remaja yang berperilaku antisosial dan pecandu obat,
didapatkan 2 gen yang berpengaruh yaitu (CHRNA2) dan
(OPRM1). CHRNA2 akan mengkode pada reseptor α 2 nikotinik
(mirip pada skizofrenia) 5 dan reseptor µ opiod (berperan pada
penyalahgunaan zat). (Millon & Davis, 2000; Rodrigo, 2010).
Salah satu faktor risiko terburuk bagi perilaku antisosial adalah
callous-unemotional (CU) traits, digambarkan sebagai kurangnya
empati, kurangnya perasaan bersalah, miskinnya ekspresi emosi,
relatif stabil dalam masa kanak-kanak sampai remaja. Kepribadian
ini menunjukkan sub-kelompok yang penting dari antisosial dan
kenakalan remaja. Peneliti behavioral genetics yakin faktor
keturunan CU traits sangat kuat. Mereka menemukan gen
kekerasan dan perilaku antisosial menempati lokasi spesifik di
otak. Begitu pula gen yang mempengaruhi fungsi Amigdala,
meliputi gen tryptophan hydroxylase-2, gen neuropeptide Y,
dopamine catabolic enzyme catechol-O-methyltransferase dan
MAO-A. (Kimonis, 2008; DeLisi, 2009).
2) Faktor Sosiopsikologis
Faktor sosiopsikologi berupa kemampuan efektif yang
berhubungan dengan emosional manusia, kemampuan kognitif
yang merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa
yang diketahui manusia, serta kemampuan komatif yang
merupakan aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan
kemauan bertindak. Di Indonesia, terutama di Poliklinik Rumah
Sakit Jiwa RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, diketahui
bahwa problem emosi dan problem sosial yang menonjol pada
anak dan remaja adalah kesulitan bergaul dengan teman sebaya
(Wiguna, Manengkei, Pamela, Rheza, & Hapsari, 2010).
Pada masa remaja awal (12-15 tahun), terjadi peningkatan
fluktuasi emosi dari tinggi ke rendah. Masa remaja merupakan
masa transisi untuk mencapai identitas diri yang lebih stabil.
Kematangan emosional remaja sangat dipengaruhi oleh kondisi
24

lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan lingkungan


sebaya. Kondisi lingkungan orang tua dan anak yang mengalami
konflik menjadi salah satu sumber pengaruh conduct problem
pada remaja. Remaja yang mengalami ketidaknyamanan
emosional menimbulkan reaksi defensif sebagai upaya untuk
melindungi kelemahan dalam dirinya. Remaja cenderung
menunjukkan perilaku maladaptif, seperti agresif, melawan, keras
kepala, bertengkar, berkelahi, dan sering mengganggu (Yusuf HS,
2009).
3) Identitas
Menurut Erickson (dalam Papalia, 2014) Identitas adalah
konsepsi koheren (Perbaikan) tentang diri, terbuat dari tujuan,
nilai-nilai dan kepercayaan saat individu membentuk komitmen
yang solid.
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson,
masa remaja ada pada tahap dimana krisis identitas versus difusi
identitas harus diatasi. Perubahan biologis dan sosial
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada
kepribadian remaja: (1) terbentuknya perasaan akan konsistensi
dalam kehidupan dan (2) tercapainya identitas peran, kurang lebih
dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan
dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari
remaja.
Erikson percaya bahwa deliquensi pada remaja terutama
ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang
kedua, yang melibatkan aspek-aspek peran identitas. Ia
mengatakan bahwa remaja yang memiliki masa balita, masa
kanak-kanak atau masa remaja yang membatasi mereka dari
berbagai peranan sosial yang dapat diterima atau yang membuat
mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang
dibebankan pada mereka, mungkin akan memiliki perkembangan
identitas yang negatif.
Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian
dalam tindak kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan
adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas walaupun
25

identitas tersebut negatif (Sumiati, 2009; Simanullang & Daulay,


hal. 2012).
4) Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai
kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam
hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam mengembangkan
kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama
proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari
perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah
laku yang tidak dapat, namun remaja yang melakukan kenakalan
tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima,
atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan
antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang
memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing
tingkah laku mereka. Hasil penelitian yang dilakukan Santrok
(1996) menunjukkan bahwa ternyata kontrol diri mempunyai diri
mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja (Sumiati,
2009; Simanullang & Daulay, hal. 2012).
5) Jenis kelamin
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial terkait
dengan kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor tidak
tercapainya identitas peran yaitu menggabungkan motivasi, nilai-
nilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran
yang dituntut dari remaja. Faktor kontrol diri yang tidak kuat, faktor
usia biasanya terjadi pada 16- 17 tahun, dan faktor jenis kelamin
yang kebanyakan dialami oleh laki-laki (Sumiati dkk, 2009).
Lebih lanjut Zahn-Waxler dkk (2008) menjelaskan mengenai
perbedaan gender pada problem emosi remaja, yakni karena
remaja laki-laki dan perempuan: (1) memiliki faktor risiko dari
lingkungan yang berbeda; (2) memiliki proses biologis atau
mekanisme ekspresi gen yang berbeda; (3) mengalami interaksi
antara faktor biologis dan lingkungan secara berbeda.
Perbedaan dalam perilaku prososial dikarenakan antara laki-
laki dan perempuan memiliki perbedaan dari segi fisik maupun
26

fungsi tubuh, laki-laki lebih mampu melakukan aktivitas fisik yang


memerlukan kekuatan dandimensi yang lebih besar, hal ini karena
hormon testoteron yang mengakibatkan pria tumbuh lebih besar,
badan yang lebih besar, dimensi jantung yang lebih besar dan
volume paru-paru yang lebih besar, sehingga dalam kekuatan fisik
laki-laki lebih besar daripada perempuan (Nopembri,2013).
Peranan Serotonin, Kortisol, dan Testosteron dalam perilaku
agresi dan antisosial telah dibuktikan. Fungsi kortisol secara
fisiologis mempersiapkan individu untuk kondisi yang sulit,
membuat individu sensitif terhadap rasa takut dan melakukan
penarikan diri yang tepat (Rodrigo, 2010).
Sementara perempuan lebih tertarik pada kehangatan
hubungan interpersonal, hubungan sosial, dan sensabilitas
hubungan interpersonal, hal ini karena pola asuh perempuan pada
saat pengasuhan, diasuh dengan penuh afeksi, disiplin, lemah
lembut dan tanpa kekerasan oleh ibunya, sehingga membuat
mereka lebih berempati, mampu mengendalikan emosi disaat
dirinya berhubungan dengan orang lain (Rodi dkk,2015;
Farid,2011;Fadhila,Ekowarni & Purnamasari,2004).
6) Jumlah saudara
Berdasarkan faktor jumlah anak, anak yang tinggal bersama
keluarga kecil cenderung diperlakukan secara lebih individual dan
memiliki waktu berkualitas bersama orangtua. Sementara itu, anak
yang tinggal bersama keluarga besar cenderung diperlakukan
berdasarkan acuan peraturan, kurang individualis, dan ada
hukuman fisik (Sailor, 2004). Penelitian oleh (Pujiani, 2018),
menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah saudara responden
lebih dari 2 orang. Menurut Downey and Condrom (dalam Mulder,
2008), menyatakan bahwa keterampilan sosial dan interpersonal
anak mempunyai pengaruh positif melalui interaksi dengan
saudara kandung dirumah dan keterampilan itu menjadi lebih
berguna saat berada diluar rumah. Hasil penelitannya
menunjukkan bahwa para guru menilai siswa yang mempunyai
satu saudara kandung mempunyai keterampilan interpersonal
lebih baik dibandingkan yang tidak mempunyai saudara kandung.
27

7) Urutan kelahiran
Faktor lain yang dapat menimbulkan perilaku antisosial
adalah, urutan kelahiran. Menurut salah satu psikolog beraliran
neo-Freudian, Alfred Adler mengungkapkan bahwa urutan
kelahiran dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam
perkembangan anak selanjutnya. Posisi urutan kelahiran dapat
mempengaruhi seorang anak dalam pencarian identitas dan
perhatian orang lain (Erlina, 2008).
Menurut Covey (2007), urutan kelahiran dan interpretasi
terhadap posisi seseorang dalam keluarga berpengaruh terhadap
cara seseorang berinteraksi. Urutan kelahiran, selain membentuk
karakter tertentu, juga memunculkan sindrom tertentu.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
seseorang atau individu. Faktor yang timbul dari keluarga, sekolah,
dan manyarakat akan mempengaruhi perilaku sosial seseorang
individu. Faktor eksternal ini dapat berupa pengaruh lingkungan
sekitar dimana individu tersebut hidup ditambah dengan adanya
reinforcement (hukuman dan hadiah) yang ada dalam komunitas
tersebut. Supratiknya, (2012), berpendapat bahwa penyebab perilaku
antisosial adalah frustasi karena keluarga tidak rukun, penolakan
sosial, orangtua kurang memberi bimbingan, dan pengaruh teman.
1) Faktor keluarga
Faktor keluarga yang mempengaruhi terbentuknya conduct
disorder adalah kelekatan orang tua dan anaknya, masalah dalam
rumah tangga, psikopatologi yang dialami orang tua, pola asuh
kasar dan penurunan prilaku agresif antara generasi, adanya teori
coercion, dan proses transaksional dalam keluarga. Berikut
penjelasan mengenai masing-masing faktor :
a) Attachment
Kelekatan yang bersifat insecure antara orang tua dan
anak ketika bayi mengarah bagi terbentuknya masalah
perilaku pada saat anak berusia prasekolah, seperti perilaku
kasar dan melawan. Namun menurut Greenberg, dan Spritz
dan Deklyen dalam Charles wenar patricia kering, penelitian
28

terakhir belum menemukan adanya dampak langsung dari


attachment terhadap perilaku antisosial. walaupun hubungan
yang buruk antara orangtua dan anak membawa resiko bagi
perkembangan psikopatologi secara umum (Brainstem E, B
ettina, 2014).
b) Masalah dalam rumah tangga
Menurut shaw dkk dalam Charles Weanar dan Patricia
kering, masalah yang terjadi dalam keluarga merupakan subur
bagi terbentuknya perilaku antisosial untuk mencari perhatian
lingkungan, terutama pada anak laki-laki. Anak-anak yang
melihat atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan
berpotensi untuk mengembangkan masalah perilaku
(Brainstem E, B ettina, 2014).
Anak juga sering menjadi target kekerasan orang tuanya,
misalnya anak yang mengalami ganggua perilaku biasanya
merupakan anak yang pernah mendapatkan perlakuan salah
dari orang tuanya. Gangguan tingkah laku juga berhubungan
dengan konflik antara orangtua dan perceraian orang tua
walaupun tidak disertai kekerasan. Namun menurut McCord,
bukan keadaan broken home sendiri yang menyebabkan
masalah perilaku pada anak melaikan kualitas emosional yang
ditampilkan antara angota keluarga. Misalnya anak laki-laki
jarang menjadi nakal walaupun hanya diasuh oleh ibu sebagai
orang tua tunggal, selama ibu memiliki pola asuh yang baik
dan berhubungan yang seportif dengan anak (Brainstem E, B
ettina, 2014).
c) Pola asuh yang keras dan penurunan perilaku agresif antar
generasi
Penelitian menunjukan bahwa perilaku agresif tidak hanya
diturunkan antara generasi sebelumnya dan perilaku agresif
tersebut diturunkan melalui proses modelling (meniru).
Misalnya meniru kekerasan yang dilakukan antar orangtua
terhadap anak melalui hukuman yang kasar (Brainstem E, B
ettina, 2014).
29

2) Teman sebaya
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan
meningkatkan resiko remaja untuk menjadi nakal. Pada sebuah
penelitian Santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan dan
500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, ditemukan
persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki
hubungan regular dengan teman sebaya yang melakukan
kenakalan. Kelompok teman sebaya memberi pengaruh pada
sikap, pembicaraan, minat maupun tingkah laku anak, kadang-
kadang lebih besar daripada pengaruh keluarga. Anak dan remaja
biasanya akan selalu berusaha memenuhi aturan- aturan
kelompok agar tetap dapat diterima di kelompok sebayanya. Hal
ini dilakukan hanya karena alasan solidaritas atau kesetiakawanan
serta kekompakan (Sumiati, 2009; Simanullang & Daulay, 2016).
3) Faktor sosiokultural
Akibat tingkat kriminal yang meningkat, sosial-ekonomi yang
tak menguntungkan, stress yang mengarah ke trauma dan disiplin
orang tua yang inkonsisten (Pieter, H. Z, 2010).
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan
kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi
memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang
melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau
penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti
ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan
perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Remaja yang hidup
di atas binaan orang-orang jahat (lingkungan preman, bandar
narkoba, perampok dan lain-lain) juga dapat menimbulkan
perilaku antisosial. Selain itu, lingkungan masyarakat yang kurang
menentu bagi prospek kehidupan yang akan datang, seperti
masyar akat yang penuh spekulasi, korupsi, manipulasi, gossip,
isu-isu negatif, perbedaan yang terlalu mencolok antara sikaya
dan simiskin, perbedaan kultur, ras dan adat. Bisa juga karena
memang mereka (Sumiati, 2009; Simanullang & Daulay, hal.
2012).
30

4) Sosial ekonomi
Status Sosial Ekonomi adalah suatu tingkatan yang dimiliki
oleh seseorang yang didasarkan pada kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari penghasilan atau
pendapatan yang diperoleh sehingga mempunyai peranan pada
status sosial seseorang dalam struktur masyarakat. Penghasilan
atau pekerjaan tertentu juga dapat menentukan tinggi rendahnya
status seseorang. Faktor kelas sosial ekonomi juga
mempengaruhi perilaku antisosial. Faktor kelas ekonomi yang
rendah yang ditandai dengan tingkat kriminalitas yang tinggi
(Sumiati, 2009). Antara sosial ekonomi keluarga dengan tindak
antisosial remaja memiliki hubungan yang erat karena kondisi
sosial ekonomi mempengaruhi pola perilaku orangtua terhadap
anak. Akibat dari kondisi keluarga yang kurang menguntungkan
menyebabkan orangtua memperlakukan anak dengan tidak
baik, karena mereka unemploye (penggangguran), poorly
educated (pendidikan yang rendah) dan economically deprived
(kehilangan sumber mata pencaharian). Kenakalan remaja lebih
banyak terjadi pada golongan sosial ekonomi yang lebih rendah.
Tuntutan kehidupan yang keras menjadikan remaja-remaja kelas
sosial ekonomi rendah menjadi agresif. Sementara itu, orang
tua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan melakukan
pengawasan terhadap perilaku putra-putrinya, sehingga remaja
cenderung dibiarkan menemukan dan belajar sendiri serta
mencari pengalaman sendiri (Barus, 2013).
Namun menurut Hurwitz penting memperhatikan remaja yang
berasal dari kondisi sosial ekonomi kelas atas. Dalam kondisi
sosial ekonomi rumah tangga yang sangat tinggi, dimana remaja
sudah terbiasa hidup mewah, anak-anak dengan mudah
mendapatkan segala sesuatu yang membuatnya kurang
menghargai dan menganggap mudah segala sesuatunya, yang
dapat menciptakan kehidupan berfoya-foya, sehingga anak
dapat terjerumus dalam lingkungan antisosial. Kemewahan
membuat anak menjadi terlalu manja, lemah secara mental, tidak
31

mampu memanfaatkan waktu luang dengan hal-hal yang


bermanfaat. Situasi demikian menyebabkan remaja menjadi
agresif dan memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi
atas dirinya dengan melakukan perbuatan yang bersifat
melanggar (Barus, 2013).
3. Menurut Pieter, H. Z. (2010). Gejala-gejala psikologis gangguan
kepribadian antisosial adalah :
a. Tidak mau mematuhi norma sosial atau hukum yang berlaku.
b. Ketidak pedulian dalam hak-hak orang lain.
c. Cenderung mencuri milik orang lain atau keluarga dan tidak
bertanggung jawab.
d. Ledakan kemarahan yang bersifat implusif (manie san delire).
e. Pembohong, menipu, berdusta, atau memperdaya orang lain.
f. Agresi (conductor disorder, yaitu gangguan perilaku yang ditandai
dengan perilaku kejam dan tidak mempunyai rasa empati), seperti
juvenlle offender, drug, antisosial, dan psikopat.
g. Moral insanity (kegilaan moral).
h. Egophaty, sociophaty, dan psychopaty, namun yang sering muncul
yaitu psikopat dan antisosial sehingga semena-mena dan tidak peduli
atas keselamatan orang lain.
4. Upaya pemecahan masalah perilaku antisosial
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya, baik orangtua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau
teman sebayanya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau
memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka
anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang.
a. Upaya orangtua atau keluarga
Dalam menerapkan pola asuh authorative sebagai pencegahan
dini perilaku antisosial telah kita sepakati bahwa faktor keluarga
sangat berperan dalam pembentukan perilaku antisosial anak. Oleh
karenanya agar anak tidak berperilaku antisosial maka orangtua
harus menerapkan pola asuh authoritative, yaitu menciptakan aturan
yang dikombinasikan dengan cinta dan alasan yang jelas dan cara
penyampaiannya dapat diterima oleh anak, menghindari perilaku
kekuasaan (pola asuh autoritharian) atau perilaku mengalah (pola
32

asuh permisif) yang ekstrim. Dalam pola asuh authorative orangtua


serta keluarga tidak memberikan disiplin yang sangat keras, orangtua
tidak menuntut anak untuk berlaku perfect (sempurna), tidak
memaksa dan menginginkan disiplin “instant” pada anak.
b. Upaya orang tua atau keluarga membawa anak antisosial terapi
perilaku dialektikal pada ahli terapis
Jika anak sudah terlanjur berperilaku antisosial pada taraf
melanggar hukum negara, maka orang tua harus membawa anaknya
untuk melakukan terapi gangguan kepribadian, terapi perilaku
dialektikal disebut berasal dari analisa Teori Dialektikal : sebuah
pendekatan yang mengombinasikan empati dan penerimaan yang
terpusat pada klien dengan penyelesaian masalah kognitif
behavioural dan pelatihan keterampilan sosial yang diperkenalkan
oleh Marsha Linehan (1987). Terapi perilaku dialektika mememiliki
tiga tujuan menyeluruh bagi para individu ambang.
1) Mengajari mereka untuk mengubah dan mengendalikan
emosionalitas dan perilaku ekstrem mereka.
2) Mengajari mereka untuk menoleransi perasaan tertekan.
3) Membantu mereka memercayai pikiran dan emosi mereka sendiri.
c. Upaya guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif
Perilaku Antisosial dapat ditangani dengan berbagai cara. Rosen,
Glennie, Dalton, Lennon & Bozick (2010), menyatakan bahwa
perilaku antisosial dapat ditangani dengan mengembangkan perilaku
sosial anak melalui pembelajaran kooperatif, metode ini mampu
membangun rasa percaya diri, semangat belajar, suasana yang
menyenangkan terlebih mampu menumbuhkan kerja sama, saling
menghormati sesama teman. Berdasarkan pendapat ahli tersebut,
maka penerapan metode belajar Kooperatif dapat mewujudkan
keterampilan sosial dengan baik, dengan demikian perialku antisosial
dapat terkikis. Upaya sedari awal untuk mengembangkan sikap
keterampilan sosial, salah satunya adalah penerapan model
pembelajaran di kelas yang bisa merangsang siswa untuk memiliki
keterampilan sosial itu sendiri, misalnya adalah model kooperatif
learning.
33

d. Upaya masyarakat menumbuhkan norma sosial


Tidak bisa dielakan bahwa kita hidup bermasyarakat. Sejatinya
masyarakat dalam hal ini orang yang tinggal disekeliling kita adalah
orang dengan pendidikan yang baik terutama dalam memahami
pendidikan, perkembangan dan pertumbuhan anak. Namun tentulah
tidak semua masyarakat disekeliling kita Misalnya dalam masyarakat
dapat member teladan pada anak sehingga anak berkembang
dengan peribadi yang baik. Upaya masyarakat dalam menumbuhkan
norma sosial misalnya hidup rukun, gotong-royong, bekerjasama,
saling menolong.
e. Upaya media massa
Media Massa harus memberikan tontonan dan tuntunan yang baik
bagi anak, yaitu tayangan yang tidak mengedepankan unsur
kekerasan fisik, kekerasan seksual, pelanggaran terhadap norma.
Membuat tayangan khusus bagi anak yang sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan anak juga dipandang perlu sebagai
upaya permodelan pada anak nilai dan norma-noma yang baik,
misalnya tayangan yang mengedepankan nilai senang menolong,
bekerja sama, atau saling membantu dan lain sebagainya.
f. Peran perawat dalam perilaku antisosial
Peran perawat komunitas pada remaja yaitu: sebagai advokat,
artinya seorang perawat harus mampu memfasilitasi remaja yang
membutuhkan pelayanan kesehatan, melobi untuk kebijakan publik
yang menguntungkan; case finder, artinya adalah perawat komunitas
harus mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang muncul
terkait dengan kesehatan remaja melalui pengkajian yang tepat; serta
berperan sebagai konselor, perawat komunitas harus mampu
mengekspresikan emosi dan perasaan, menggiring mereka pada
kenyataan, manajemen stress dan menerima bantuan jika
dibutuhkan (Suwarsi, 2012).
Peran perawat anak di komunitas dalam mengoptimalisasi
perkembangan anak, salah satunya dengan memperhatikan
kesehatan mental, adalah mengidentifikasi masalah kesehatan
mental murid di sekolah. Perawat perlu melakukan upaya preventif
34

berupa skrining, yaitu dengan melakukan kunjungan ke sekolah-


sekolah dan melakukan assessment (Shives LR,2008).

C. Konsep Dasar Jenis Kelamin


1. Defenisi jenis kelamin
Pada saat ini seperti yang kita ketahui bahwa secara biologis
perempuan dan laki-laki berbeda, sehingga masing-masing jenis kelamin
memiliki keterbatasan dan kelebihannya. Jenis kelamin dapat
didefinisikan sebagai perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan
yang tidak hanya mengacu perbedaan biologisnya, namun juga hal-hal
yang mencakup nilai sosial dan budaya, termasuk juga dalam hal
pekerjaan. Jenis kelamin menurut Hungu dalam (Cahya, 2012) adalah
“perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara biologis sejak
seseorang lahir”.
Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-
laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam
reproduksi (Oakley, 2015). Jenis kelamin manusia terbentuk ketika
minggu ke delapan di dalam kandungan (Moore et al, 2015). “By default”,
pada awal kehamilan semua janin adalah serupa, yaitu perempuan
(Moore et al, 2015). Janin mulai membentuk menjadi jenis kelamin laki-
laki pada minggu ke delapan, jika ada unsur Y di dalam kromosom.
Diujung kromosom Y ini terdapat yang bernama SRY, yang kemudian
memicu dilepasnya hormon laki-laki atau testosteron (Pask, 2016).
Hurlock dalam (Soetjiningsih, 2012) “menuturkan bahwa jenis
kelamin anak laki-laki atau perempuan sudah ditentukan pada saat
konsepsi; dan sesudahnya tidak ada yang dapat mengubah jenis kelamin
anak”. Jenis kelamin itu sendiri merupakan suatu akibat dari dimorfisme
seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan.
ada dua jenis kelamin yang dimiliki manusia yaitu :
a. Laki-laki seorang memiliki kemaluan dan identitasnya laki-laki.
b. Perempuan seorang memiliki kemaluan dan identitasnya perempuan.
Ada beberapa orientasi jenis kelamin:
1) Waria (Male to Female atau transwoman) Seorang memiliki
kemaluan laki-laki tetapi identitasnya seperti perempuan.
2) Prita (Female to Male atau transman)
35

3) Seorang memiliki kemaluan perempuan tetapi identitasnya seperti


laki-laki.
4) Hermafrodit (Hermaprodhite) Seorang memiliki kemaluan ganda
tetapi identitasnya belum tentu disebut laki-laki atau perempuan.
5) Hormon ganda/sindrom mullerian (Mullerian Syndrome) Seorang
laki-laki/perempuan memiliki 2 organ sekaligus sejak lahir dan
memiliki peluang yaitu kehamilan.
6) Guevedoces Seorang perempuan berubah menjadi laki-laki pada
masa pubertas. Pada masyarakat yang mengenal “machoisme”,
umpamanya, seorang laki-laki diharuskan berperan secara
maskulin (jantan) dan perempuan berperan secara feminime.

D. Konsep Dasar Jumlah Saudara Kandung


1. Defenisi jumlah saudara
Jumlah saudara adalah banyaknya saudara banyaknya saudara
kandung yang dimiliki seorang anak di dalam sebuah keluarga. Angka
fertilitas menurut kelompok umur (Age Specific Fertility Rate atau ASFR)
untuk periode tiga tahun terakhir sebelum SDKI 2012 disajikan pada
Tabel 2.2. Angka fertilitas menurut kelompok umur dan angka fertilitas
total (Total Fertility Rate atau TFR) dihitung secara langsung dari data
riwayat kelahiran.
Tabel 2.2. Angka fertilitas menurut kelompok umur, angka
fertilitas total, angka fertilitas umum, angka fertiltas kasar untuk
tiga tahun sebelum survei, menurut daerah perkotaan/perdesaan,
Indonesia 2012.

Daerah

Kelompok Perkotaan Perdesaan Jumlah


Umur
15-19 32 69 48
20-24 121 156 138
25-29 145 141 143
30-39 108 98 103
35-39 59 64 62
Tabel 2.2 lanjutan.
36

40-44 22 20 21
45-49 3 6 4

TFR 15-49 2,4 2,8 2,6


GFR 82 94 88
CBR 20,1 20,7 20,4
Sumber : (SDKI,2012)
Angka untuk kelompok umur 45-49 kemungkinan sedikit bias
karena pembulatan. Angka fertilitas untuk periode 1-36 bulan sebelum
bulan wawancara.
TFR: Angka fertilitas total per wanita umur 15-49 tahun GFR: Angka
fertilitas umum (jumlah kelahiran dibagi jumlah wanita umur 15-44
tahun), per 1.000 wanita CBR: Angka fertilitas kasar per 1.000
penduduk. TFR adalah jumlah dari angka kelahiran menurut kelompok
umur dan merupakan ringkasan ukuran dari tingkat fertilitas. Angka ini
menggambarkan rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh
seorang wanita pada akhir masa reproduksinya jika ia mengikuti pola
fertilitas yang berlaku. Menurut data SDKI 2012 rata-rata wanita
Indonesia akan mempunyai 2,6 anak selama hidupnya. Tabel 2.1
menunjukkan bahwa wanita yang tinggal di perkotaan mempunyai TFR
0,4 lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tinggal di perdesaan.
Namun angka kelahiran menurut kelompok umur pada kelompok umur
25-29, 30-34, dan 40-44 tahun di daerah perkotaan lebih tinggi
dibanding di daerah perdesaan (SDKI, 2012). Oleh karna itu, bisa
dikatakan bahwa hampir sebagian besar keluarga di Indonesia memiliki
lebih dari satu orang anak.

E. Konsep Dasar Urutan Kelahiran


2. Defenisi urutan kelahiran
Menurut Novairi dan Bayu, (2012), urutan kelahiran seseorang
memiliki peran penting terhadap pembentukan kepribadian seseorang.
Urutan tersebut mempunyai perbedan-perbedaan dalam
menginterprestasikan setiap pengalaman yang didapat. Anak pertama
lahir dalam keluarga kecil, sehingga ia menerima banyak perhatian. Lalu
anak kedua lahir dalam keluarga yang sudah terdapat anak yang lebih
tua. Pada tahap ini, anak pertama umumnya lebih vokal dalam
37

memberitahu adiknya atas apa yang harus dikerjakan serta bagaimana


yang harus dikerjakan. Lain hal dengan anak terakhir, anak terakhir
biasanya mempunyai tanggapan lebih sulit lagi, anak bungsu cenderung
tidak sekuat dengan anak pertama mereka lebih bebas membentuk
kepribadiannya dan tidak dituntut menjadi orang sukses. Ciri-ciri
berdasarkan kelahiran yaitu sebagai berikut :
a. Anak pertama atau anak sulung
Anak yang lahir pertama biasanya anak dengan perhatian yang
besar diarahkan pada dirinya. Ada dua jenis khas anak yang lahir
pertama, yaitu patuh agresif. Sifat-sifat khas anak pertama yaitu:
1) Kerap terbebani dengan harapan dan keinginan orangtuanya.
2) Cenderung tertekan.
3) Senang menjadi pusat perhatian, perkembangan
kepribadiannya lebih optimal saat ia memperoleh perhatian.
4) Orang tua lebih cenderung memperhatikan dan mendidik anak
pertama.
5) Anak pertama biasanya seorang high achiever (memiliki
keinginan berpartisipasi tinggi). Saat adik lahir, ia memilki
tempat kehormatan bagi adik.
6) Cenderung diberi tanggungjawab oleh orangtua untuk menjaga
adiknya.
7) Lebih sensitif.
8) Bertanggung jawab.
b. Anak kedua atau tengah
Diantara anak sulung dan anak bungsu adalah anak tengah yang
terkenal dengan keterampilan mereka bernegosiasi. Karena posisi
mereka “terjepit” maka mereka ingin mendapat perhatian dari orang
tua atau orang lain disekitarnya. Anak tengah cenderung kebaliakan
dari saudara mereka yang lebih tua. Ada beberapa karakteristik
tentang tipe anak yang lahir di tengah yaitu:
1) Lebih mandiri sehingga dapat membentuk karakternya sendiri.
2) Karena terabaikan, anak tengah biasanya memiliki moivasi yang
tinggi, bisa dalam berprestasi maupun sosialisasi.
3) Cenderung lebih bebas dari harapan orangtua.
4) Pandai melihat situasi.
38

5) Anak tengah biasanya lebih bebas untuk melakukan hal-hal


tertentu dengan sedikit batasan.
6) Berjiwa petualang.
7) Cenderung suka melawan.
8) Mudah beradaptasi.
c. Anak terakhir atau anak bugsu
Anak terakhir sering dianggap bayi keluarga dan hidup sebagai
peran ini, kadang-kadang sulit bagi anak yang lahir untuk
menemukan tempat di keluarga, sebagai anak pertama dan
menengah telah meniggalkan jejak kaki untuk diikuti dan mengukir
mereka sendiri di keluarga. Karakter umum yang terdapat pada anak
terakhir antara lain:
1) Tergolong anak yang sulit karena memiliki kakak yang dijadikan
model.
2) Karena merasa inferior (rendah diri), tidak sehebat kakak-
kakaknya.
3) Dalam pengasahan sering dibantu orang sekitar, sehingga tidak
terlalu sadar dengan posisi dirinya.
4) Cenderung dimanja.
5) Cenderung tidak dewasa dan kurang bertanggungjawab.
6) Biasanya paham bahwa mereka termasuk sepesial.
7) Dianggap sebagai anak kecil terus-menerus.
8) Hanya diberi sedikit tanggungjawab oleh orangtua.
9) Aturan yang diberlakukan padanya longgar.
10) Sedikit pengalaman dalam belajar bertanggungjawab.

F. Penelitian Terkait
Penelitian yang dilakukan Baskoro di SMA Mardisiswa Semarang
(2010), menyatakan distribusi perilaku antisosial sebagai berikut, dari 37
responden yang terdiri dari 18 responden laki-laki dan 19 responden
perempuan, didapatkan bahwa dari 18 responden laki-laki yang mengalami
gangguan perilaku antisosial adalah sebanyak 40,5%. Sedangkan dari 19
responden perempuan yang mengalami gangguan perilaku antisosial adalah
sebanyak 24,3%.
39

Remaja laki-laki banyak melakukan tingkah laku antisosial dari pada


perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono (2002) pada umumnya
jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang
diperkirakan 50 kali lipat dari pada gang remaja perempuan. Perbandingan
perilaku delinkuen remaja laki-laki dengan perempuan diperkirakan 50:1
(Kartono, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Herdina (dalam Aprilia, 2014) Penelitian-
penelitian ini menunjukkan bahwa, memang terdapat bukti kuat yang
membedakan perilaku agresivitas antara laki-laki dan perempuan, baik dari
segi intensitas, arah, dan bentuk-bentuk agresi yang dimunculkan. Remaja
laki-laki lebih menunjukkan agresivitas dalam ekspresi fisik, sedangkan
perempuan lebih kepada ekspresi emosional. Hal ini juga sejalan dengan
kasus-kasus tawuran pelajar yang terjadi hampir seluruhnya dilakukan oleh
anak laki-laki.
Oleh Hurlock, (2000), keluarga yang terdiri dari dua atau tiga orang anak
disebut keluarga kecil. Artinya, anak yang tinggal didalam keluarga kecil
memiliki jumlah saudara yang sedikut. Namun semakin sedikit jumlah anak
dalam keluarga kemungkinan munculnya perselisihan justru semakin besar
karna intensitas kebersamaan antara satu saudara dengan saudara kandung
yang lain menjadi sangat tinggi (Susilowati, 2011).
Hurlock dalam Rini, (2012) mengemukakan, terdapat beberapa
persamaan sindrom antara anak sulung dan anak bungsu. Anak sulung
seringkali lebih mandiri, sedangkan anak bungsu mempunyai sindrom manja,
merasa tidak mampu, rendah diri, dan tidak bertanggung jawab.
Peranan status anak tunggal dalam keluarga telah dilakukan penelitian
oleh Hermann, (Leipzig, 1939) yang meneliti 100 orang anak tunggal dengan
membandingkannya dengan 100 anak yang berkakak-adik, yaitu dengan
cara angket dan analisis dari laporan kepribadiannya. Menurut penelitian
tersebut, yang pertama dirugikan pada perkembangan anak tunggal adalah
mengenai hal-hal “perasaan aku” didalam dirinya. Ia memperoleh hasil
bahwa anak-anak tunggal dibandingkan dengan anak-anak yang bersaudara
biasanya sangat egois, mencari penghargaan dirinya dengan berlebihan, dan
sebagainya. Disamping itu, mereka mudah sekali dihinggapi perasaan
rendah diri (Gerungan, 2010).
40

G. Kerangka Teori

A. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku A. Gejala Perilaku Antisosial :


antisosial:
1. Faktor internal a. Tidak mau mematuhi norma sosial
a. Faktor Biologis. atau hukum yang berlaku.
1) Faktor Jenis Kelamin. b. Ketidakpedulian dalam hak-hak
b. Faktor Psikologis. orang lain.
c. Genetika. c. Cenderung mencuri milik orang lain
d. Faktor Urutan Kelahiran. atau keluarga dan tidak bertanggung
e. Faktor Jumlah Saudar. jawab.
d. Ledakan kemarahan yang bersifat
2. Faktor eksternal implusif (manie san delire)
a. Faktor Sosiokultural.
e. Pembohong, menipu, berdusta, atau
b. Pola asuh.
c. Sosial-ekonomi. memperdaya orang lain.
d. Lingkungan. f. Agresi (conductor disorder, yaitu
gangguan perilaku yang ditandai
PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA
dengan perilaku kejam dan tidak
mempunyai rasa empati), seperti
C. Upaya Pemecahan Masalah Perilaku juvenlle offender, drug, antisosial,
Antisosial dan psikopat.
1. Upaya Orang Tua atau Keluarga g. Moral insanity (kegilaan moral).
dalam Menerapkan Pola Asuh h. Egophaty, sociophaty, dan
Authorative sebagai Pencegahan psychopaty.
Dini Perilaku Antisosial.
2. Upaya Guru dalam Menerapkan
Metode Pembelajaran Kooperatif.
3. Upaya Masyarakat Menumbuhkan
Norma Sosial.
4. Upaya Media Massa.
5. Peran Perawat Dalam Perilaku
AntiSosial.

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Notoatmodjo, 2007; Bustan, 2007; Hernilawati, 2013

Keterangan:
Diteliti :
Tidak diteliti :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik atau atribut dari individu atau organisasi
yang dapat diukur atau diobservasi yang bisa bervariasi antara individu dan
organisasi yang diteliti. Variabel dapat diteliti sehingga dapat menghasilkan
data yang bersifat kategori (data diskrit/nominal) atau data kontinum (ordinal,
interval, rasio) Creswell,(2012) dalam buku (Sugiyono,2018).
Kerlinger (1973), menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat
yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya , tingkat aspirasi,
penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji,
produktivitas kerja, dan lain-lain. Dibagian lain Kerlinger menyatakan bahwa
variable dapat dikatakan sebagai sifat yang dapat diambil dari suatu nilai
yang berbeda. Dengan demekian variabel ini merupakan suatu yang
bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981), mengatan bahwa variabel adalah
suatu situasi dimana peneliti mengajari dan menarik kesimpulan darinya
(Sugiyono,2018).
1. Variabel independen (bebas)
Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat, (Putra, 2012).
Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin,
jumlah saudara, dan urutan kelahiran.
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas, (Putra, 2012). Variabel
dependen (terikat) dalam penelitian ini yaitu perilaku antisosial.

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka
kegiatan ilmiah dengan mengikuti kaidah-kaidah berpikir biasa, secara
sadar, teliti, dan terarah, (Puta, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesa alternatif (Ha)

42
43

Hipotesa alternatif biasa dinyatakan dalam kalimat positif.


Ha1 : Terdapat hubungan jenis kelamin dengan perilaku antisosial pada
sisiwa usia remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus
2019.
Ha2 : Terdapat hubungan jumlah saudara dengan perilaku antisosial
pada pada siswa usia remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I
Kudus 2019.
Ha3 : Terdapat hubungan urutan kelahiran dengan perilaku antisosial
pada pada sisiwa usia remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I
Kudus 2019.
2. Hipotesa nol (H0)
Hipotesa nol dinyatakan dalam kalimat negatif
H01 : Tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan perilaku antisosial
pada sisiwa usia remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus
2019.
H02 : Tidak terdapat hubungan jumlah saudara dengan perilak antisosial
pada pada siswa usia remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I
Kudus 2019.
H03 : Tidak terdapat hubungan urutan kelahiran dengan perilaku
antisosial pada pada sisiwa usia remaja kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus 2019.

C. Kerangka Konsep Penelitian


Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Terikat)

Jenis Kelamin

Perilaku Antisosial Pada


Jumlah Saudara
Remaja

Urutan Kelahiran

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian.


44

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelatif
menurut Saryono (2010), yaitu peneliti tidak hanya mendeskripsikan
saja tetapi juga menganalisis hubungan antar variabel. Penelitian ini
bersifat korelasional yang bertujuan mendapatkan gambaran tentang
hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian (Putra, 2012).
2. Pendekatan waktu pengumpulan data
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan “Cross Sectional”,
yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau diperoleh saat itu juga. Cara ini
dilakukan dengan melakukan survei, wawancara, atau dengan
menyebarkan kuesioner kepada responden penelitian (Putra, 2012).
3. Metode pengumpulan data
a. Data primer
1) Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber
pertama, atau dengan kata lain data yang pengumpulannya
dilakukan sendiri oleh peneliti secara langsung seperti hasil
wawancara dan hasil pengisian angket (kuesioner) (Widoyoko,
2012).
2) Data primer dari penelitian ini didapatkan secara langsung
dengan cara wawancara yang dilakukan kepada 28 sisiwa kelas
VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus 2019.
b. Data sekunder
1) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber
kedua. Data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain,
dengan kata lain bukan data yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti (Widoyoko, 2012).
2) Data sekunder dari penelitian ini didapatkan dari
pendokumentasian yang telah dilakukan oleh bagian guru
bimbingan konseling (BK) berupa pelanggaran aturan sekolah
dan jenis kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh sisiwa
kelas VIII di SMP Muhammadiyah Kudus 2019.
4. Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah
45

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


kesimpulannya (Saryono, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus bulan Januari s.d Februari tahun 2019.
Terdapat delapan kelas dengan jumlah 243 siswa, siswa laki-laki
sejumlah 143 dan siswi putri sejumlah 100.
5. Prosedur sampel dan sampel penelitian
a. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
mengunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono,
2018). Menurut Notoatmodjo (2010), dalam menentukan besar
sampel untuk skala untuk skala kecil (< 10.000) dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
N
n=
1+ N ( d )
2

Keterangan :
n : jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian.
N : jumlah populasi dalam penelitian.
d :taraf kesalahan dalam penelitian(0,1) .
1 :angka mutlak .
N
n=
1+ N ( d 2 )
243
=
1+ 243(0,01)
243
=
3,43
= 70,8 dibulatkan menjadi 71 siswa

(Berdasarkan hasil tersebut, maka sampel penilitian adalah : 71 siswa).


46

b. Teknik pengambilan sampel


Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan
sempel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian(Sugiyono, 2018).
Penelitian ini menggunakan teknik sampling Non Probability
yang digunakan berupa incidental sampling. Incidental sampling
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2018).
Populasi dari penelitian ini adalah 243 siswa untuk
mendapatkan sampel yang proporsional, maka dilakukan
pengambilan sampel secara stratifikasi, dengan cara menggunakan
rumus sebagai berikut :

jumlah populasi strata × sampel


sampel strata=
jumlah populasi

32 x 71
Kelas VIII A = = 9 orang
243
29 x 71
Kelas VIII B = = 9 orang
243
36 x 71
Kelas VIII C= = 10 orang
243
31 x 71
Kelas VIII D= = 9 orang
243
27 x 71
Kelas VIII E= = 8 orang
243
28 x 71
Kelas VIII F= = 8 orang
243
30 x 71
Kelas VIII G= = 9 orang
243
30 x 71
Kelas VIII H= = 9 orang
243
47

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh hasil


(71) orang sebagai sampel penelitian.

c. Kriteria sampel
Adapun kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah:
1) Kriteria inkulsi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subyek penelitian
dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat
sebagai sampel (Hidayat, 2010). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah:
a) Siswa usia remaja awal kelas VIII di SMP Muhammadiyah
I Kudus 2019.
b) Responden memiliki saudara kandung atau tidak kandung.
c) Bersedia menjadi responden dan menandatangani
informant consent.
d) Siswa yang menjadi responden dan menandatangani
informant consent masuk sekolah atau mengikuti
pembelajaran sekolah.
2) Kriteria ekslusi
Adalah kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian (Hidayat, 2010). Pada penelitian ini kriteria eksklusi
adalah:
a) Bukan sisiwa usia remaja awal kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus 2019.
b) Responden anak tunggal atau tidak memiliki saudara.
c) Tidak bersedia menjadi responden dan tidak
menandatangani informasi consent.
d) Siswa yang menjadi responden dan menandatangani
informant consent, tetapi tidak masuk sekolah saat
dilakukan penelitian.
6. Definisi operasional variabel dan skala pengukur
Definisi Operasional Variabel adalah batasan yang digunakan untuk
membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati
atau diteliti, definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan
48

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang


bersangkutan serta pengembangan ins trumen (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1
Definisi operasional variabel

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Antisosial adalah Hasil dikategorikan


Dependen: sebagai perilaku- menjadi :
Perilaku perilaku yang Kuesioner Ordinal
Antisosial menyimpang dari 1. Antisosial jika
norma-norma, baik menjawab skor
aturan keluarga, 40-44
sekolah, 2. Tidak antisosial
masyarakat, jika menjawab
maupun hukum skor ≤ 40
(Burt, Donnellan,
Iacono & McGue
(2011).
Variabel Hasil dikategorikan
Independen: menjadi :

Jenis Kelamin Jenis Kelamin Check list 1. Laki-laki Nominal


adalah perbedaan 2. Perempuan
bentuk, sifat, dan
fungsi biologi laki-
laki dan perempuan
yang menentukan
perbedaan peran
mereka dalam
reproduksi (Oakley,
2015).
Jumlah Jumlah saudara 1. Jumlah saudara Ordinal
Saudara adalah banyaknya Chec klist 1
saudara banyaknya 2. Jumlah saudara
saudara kandung 2
yang dimiliki 1. Jumlah saudara
seorang anak di ≥2
dalam sebuah
keluarga
(SDKI,2012).
Urutan Status anak dalam Chec klist 2. anak Ordinal
Kelahiran keluarga menurut pertama/sulung
urutan kelahiran 3. anak tengah atau
dibagi menjadi anak ≥1
sulung, anak bungsu, 4. anak
atau anak diantara terakhir/bungsu
kakak dan
adiknyaHurlock (Rini,
2012).
49

7. Instrumen penelitian dan cara penelitian


a. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (variabel
penelitian) (Sulistyaningsih, 2011).
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertentu yang dibaca
dan dijawab oleh responden penelitian (Notoatmodjo, 2010). Berikut
adalah isi-isi dalam kuesioner penelitian ini:
1) Kuesioner tentang perilaku antisosial
a) Inventori kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang
digunakan yang mendorong individu untuk melaporkan
reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner
ini mirip wawancara terstruktur dan ia menanyakan
pertanyaan yang sama untuk setiap orang, dan jawaban
biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai,
investor kepribadian mungkin dirancang untuk menilai
dimensi tunggal misalnya (tingkat kecemasan) atau
beberapa sifat kepribadian secara keseluruhan. Inventori
biasanya menanyakan pada teruji mengenai dirinya atau
pendapatnya. Pertanyaan mungkin menyatakan
kebiasannya, kegemaranya, perasaannya, atau
pendapatnya, itemnya bisa berbentuk kalimat berita; dapat
dinyatakan kepada si teruji sebagai orang pertama (saya),
atau orang kedua (anda). Jawaban pertanyan umumnya
hanya membutuhkan jawaban (ya/tidak), (benar/salah),
(setuju/tidak setuju). Mungkin juga disisipi pernyataan
tengah (tidak tahu) atau (tidak tentu) dilihat dari jajaran
kalimatnya, bentuk ini mirip dengan check list (Sobur, A
2010).
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
50

Selain itu, kuesioner merupakan juga cocok digunakan


apabila jumlah responden cukup besar dan tersebar
diwilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan
atau pernyataan terbuka atau tertutup, bentuknya dapat
menggunakan kalimat positif atau negatif dan dapat
diberikan kepada responden langsung atau dikirim melalui
pos, atau internet (Sugiyono, 2018). Dalam arti, kuesioner
ini dipergunakan untuk mengambil data mengenai
perilaku antisosial pada siswa usia remaja di SMP
Muhammadiyah I Kudus. Disini responden diminta untuk
menjawab pernyataan dengan jawaban yang sudah
disediakan oleh peneliti dengan memilih jawaban yang
dianggap benar. Pertanyaan ini sejumlah 22 dengan
alternatif jawaban memilih ST (Sangat Setuju), S (Setuju),
KS (Kurang Setuju), atau TS (Tidak Setuju).

Tabel 3.2
Kisi-kisi Pernyataan tentang perilaku antisosial
Indikator Pernyataan Pernyataan Pernyataan
Positif Negatif
Perilaku Antisosial Terbuka 5,6,7,21 10,16,17,18,20
(Overt).
Perilaku ini di tampilkan oleh
otot maupun kerangka badan
berupa perilaku agresif dan
perilaku antisosial yang tak
tampak seperti halnya :
tawuran/berkelahi, muncuri,
merusak fasilitas umu dll.
Perilaku Antisosial Terbuka 2,8,9,11,12, 1,3,4,13,19,22
(Covert). Perilaku ini berupa 14,15
perilaku non-agresif seperti
perilaku : melanggar peraturan
atau tidak mematuhi norma
hukum yang berlaku, tidak
peduli hak atau pendapat orang
lain, berbohong, menipu, dan
ledakan kemarahan dll.

Sumber : (Pieter, H. Z, 2010, Burt, Donnellan, Iacono &


Mcgue 2011, dan Wiramihardja, 2012).
2) Check list
51

Adalah suatu daftar untuk men “cek”, yang berisi nama


subjek dari beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran
pengamatan. Pengamat tinggal memberikan tanda check ()
pada daftar tersebut yang menunjukan adanya gejala atau ciri
dari sasaran pengamatan. Check list ini dapat bersifat individual
dan juga dapat bersifat kelompok (Amir, M.T.2015).
Check list ini digunakan untuk mengambil data mengenai jenis
kelamin remaja, jumlah saudara remaja, dan urutan kelahiran
remaja.
3) Check list tentang jenis kelamin remaja
Chek list ini disusun sendiri oleh peneliti dan akan diisi oleh
responden. Responden diminta mengisi kuesioner dengan
memberitanda check list dikotak yang dipilihnya sebagai
alternative jawaban. Pada variable ini terdiri dari dua pilihan
jawaban yaitu:
a) Anak laki-laki.
b) Anak perempuan.
4) Check list tentang urutan kelahiran remaja
Check list ini disusun sendiri oleh peneliti dan akan diisi
oleh responden. Responden diminta mengisi kuesioner dengan
memberitanda check list dikotak yang dipilihnya sebagai
alternatif jawaban. Pada variabel ini terdiri dari dua pilihan
jawaban yaitu :
a) Anak pertama / anak sulung.
b) Anak tengah atau ≥1.
c) Anak terakhir / anak bungsu.
5) Check list tentang jumlah saudara remaja
Check list ini disusun sendiri oleh peneliti dan akan diisi
oleh responden. Responden diminta mengisi kuesioner dengan
memberi tanda check list dikotak yang dipilihnya sebagai
alternatif jawaban. Pada variabel ini terdiri dari dua pilihan
jawaban yaitu:
a) Jumlah saudara 1.
b) Jumlah saudra 2.
c) Jumlah saudara ≥ 2.
52

Setelah kuesioner sebagai alat ukur atau alat pengumpul


data selesai disusun. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat
ukur penelitian perlu di uji validitas dan uji reabilitas
(Notoatmodjo, 2010). Untuk angket jenis kelamin, jumlah
saudara, dan urutan kelahiran tidak perlu dilakukan uji validitas
dan reabilitas karna hanya berupa check list.
b. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur. Demikian pula
kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang diukur
untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun mampu
mengukur apa yang akan diukur, maka perlu diuji dengan uji
korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item (pernyataan) dengan total
kuesioner tersebut (Notoatmodjo S, 2010).
Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi
“pearson product moment”. Dengan rumus :

rhitung= n ¿ ¿
Keterangan:
r hitung = koefisiensi korelasi
ƩXi = jumlah skor item
ƩYi = jumlah skor total (item)
n = jumlah responden
Jika r hitung ≥ koefisien nilai tabel yaitu taraf signifikan 5 %,
maka instrumen yang diuji dinyatakan valid (Sugiyono, 2010).

Tabel 3.3 Uji Validitas Tingkat Spiritual


Pertanyaan r-hitung Perbandingan r-product momen Ketera
( r-tabel) ngan
Pertanyaan 1 0,584 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 2 0,769 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 3 0,573 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 4 0,769 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 5 0,578 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 6 0,652 ≥ 0,404 Valid
53

Pertanyaan 7 0,663 ≥ 0,404 Valid


Pertanyaan 8 0,598 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 9 0,578 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 10 0,576 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 11 0,584 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 12 0,712 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 13 0,506 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 14 0,769 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 15 0,573 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 16 0,841 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 17 0,573 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 18 0,769 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 19 0,506 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 20 0,576 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 21 0,584 ≥ 0,404 Valid
Pertanyaan 22 0,584 ≥ 0,404 Valid

2) Reliabilitas

Menurut (Sugiyono, 2010) reliabilitas adalah kesamaan hasil


pengukuran bila fakta di ukur dalam waktu yang berlainan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji relibialitas “Alpha
Cronbach” yang rumusnya sebagai berikut:

2
k Si
ri = {1 2 }
(k −1) St
Keterangan :
ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya item
Ʃ S 2i = jumlah varian item
2
St = varian total

c. Cara penelitian
Cara penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
54

1) Mengurus segala perijinan baik dari Universitas


Muhammadiyah Kudus, SMP Muhammadiyah I Kudus maupun
ke MTs Negeri I Kudus.
2) Mengadakan pendataan calon responden dan menghitung
jumlah sampel serta melakukan teknik sampling (incidental
sampling).
3) Melakukan uji validitas dan reliabelitas.
4) Melakukan pengumpulan data dengan teknik angket
(menghemat waktu, tenaga dan biaya).
5) Melakukan analisis data yang sudah dikumpulkan.
8. Teknik pengolahan dan analisa data
a. Teknik pengolahan data
Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu
langkah yang penting (Notoatmodjo, 2010). Data yang telah
dikumpulkan masih dalam bentuk data mentah (raw data) harus
diolah sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang akhirnya
dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian (Riyanto, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2010) dan Riyanto (2010), pengolahan data
terdiri dari 5 tahap, yaitu :
1) Editing (Pemeriksaan Data)
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isi kuesioner sudah diisi lengkap, jelas jawaban dari
responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, dan
konsisten.
2) Coding (Pemberian Kode)
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka / bilangan. Tujuannya adalah
mempermudah pada saat analisis data dan juga pada saat
memasukkan data.
a) Variable terikat perilaku antisosial
 Antisosial : kode 1
 Tidak antisosial : kode 2
b) Varibel bebas jenis kelamin
 Laki-laki : kode 1
 perempuan : kode 2
55

c) Variabel bebas urutan Kelahiran


 Anak pertama : kode 1
 Anak tengah / >1 : kode 2
 Anak terakhir : kode 3
d) Variabel jumlah saudara
 1 saudara : kode 1
 2 saudara : kode 2
 > 2 saudara : kode 3
3) Scoring (Penilaian)
Kegiatan melakukan scoring terhadap jawaban dari
kuesioner. Pemberian skor atau nilai pada jawaban pertanyaan
yang telah diterapkan. Pemberian skor dalam kuesioner
antisosial adalah :
Tabel 3.3
Scoring (Penilaian)
Scoring Pernyataan Positif Scoring Pernyataan Negatif
a) Sangat setuju (SS) :4 a) Sangat setuju (SS) : 1
b) Setuju (S) :3 b) Setuju (S) :2
c) Kurang setuju (KS) :2 c) Kurang setuju (KS) : 3
d) Tidak setuju (TS) :1 d) Tidak setuju (TS) :4

4) Processing (Memasukkan Data)


Setelah merubah data menjadi angka, selanjutnya data
dari kuesioner dimasukkan ke dalam program komputer.
5) Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah dimasukkan, untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidak lengkapan, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
b. Analisa data
Data yang telah diolah tidak akan ada maknanya tanpa
dianalisis. Tujuan dari analisis data adalah untuk memperoleh
gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan
penelitian, membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah
dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan secara umum
56

(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, data yang sudah diperoleh


kemudian dianalisis dengan :
1) Analisa univariat
Menurut Notoatmodjo (2010) analisa univariat adalah
analisa yang dilakukan pada tiap variabel. Analisa ini
menghasilkan data numerik dan kategorik berupa distribusi
frekuensi atau persentase, akan menghasilkan analisis dalam
bentuk sebagai berikut :
Rumus :
f
Σ %= x 100 %
N

Keterangan :
Σ = Persentase hasil.
f = Frekuensi yang dihasilkan.
N = Jumlah seluruh sampel.

2) Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisa pada dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Analisa dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara jenis kelamin, jumlah saudara, dan urutan
kelahiran dengan perilaku antisosial remaja siswa kelas VIII di
SMP Muhammadiyah I Kudus yang diolah secara statistik
menggunakan program komputer dengan uji statistik Chi-
square.
Rumus :
2
( f 0−f h )
x =∑2
fh

Keterangan :
2
x : Chi-square/Chi kuadrat.
f0 : Frekuensi yang diobservasi.
fh : Frekuensi yang diharapkan.
57

Nilai harapan tidak boleh kurang dari 5 (maksimal 20%


frekuensi harapan < 5). Bila nilai harapan diatas tidak terpenuhi
(20% frekuensi harapan < 5), maka chi-square harus diganti
dengan uji alternatif, yaitu fisher’s excat test (Swardjana, 2015).

E. Etika penelitian
Menurut Hidayat (2010), masalah dalam etika penelitian keperawatan
yang harus diperhatikan adalah:
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Tujuan Informent
consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak calon responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil
penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

F. Jadwal Penelitian
(Terlampir).
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah
I JL. KHR Asnawi No.7, Pejaten, Damaran, Kota Kudus, Kabupaten Kudus,
Jawa Tengah. Sekolah ini menampung siswa sebanyak (708) yang terdiri dari
siswa laki-laki (423) dan siswa perempuan (285). SMP Muhammadiyah I
Kudus memiliki tiga kelas, kelas VII, VIII, dan IX dan tiga jenis pogram kelas
yaitu, kelas unggulan, boarding school, dan kelas regular. Sistem
pembelajaran dilakukan sesuai kurikulum ditinjau dari standar nasional
pendidikan, bukan hanya pendidikan umum di SMP Muhammadiyah I Kudus
juga menekankan pendidikan agama dan kemuhammadiyahan.
SMP Muhammadiyah I dengan luas wilayah 40002 m2 berada di JL. KHR
Asnawi No.7, Pejaten, Damaran, Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa
Tengah. Adapun batas geografis SDLB Cendono Kudus adalah sebagai
berikut :
1. Bertempat di persimpangan jalan KHR Asnawi, Pejaten, Damaran, Kota
Kudus, Kabupaten Kudus.
2. Sebelah Timur terdapat yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan
Kudus.
3. Sebelah Selatan terdapat Wisma Salimna.
4. Sebelah Utara terdapat SMA Muhammadiyah Kudus, MTs NU Banat
Kudus, SD Muhammadiyah 1 Kudus.
Berdasarkan data yang kami ambil pada 3 Januari 2019 sarana dan
prasarana yang ada di SMP Muhammadiyah I Kudus meliputi Ruang Kelas
17, Ruang Perpustakaan 1, Ruang Tata Usaha 1, Ruang Kepala Sekolah 1,
Ruang Guru 2, Ruang Laboratorium IPA 1, Ruang Laboratorium Bahasa 1,
Ruang Laboratorium Komputer 1, Ruang Ketrampilan 1, Ruang BK 1, Ruang
UKS 1, Ruang OSIS 1, Ruang PMR 1, Ruang Aula 1, Mushalla 1, Rumah
Penjaga 1, KM / WC Guru / TU 2, KM / WC Siswa 9, Ruang Kantin 1, Ruang
Koperasi Siswa 1, Ruang Dapur 1, Ruang Ganti1, Lapangan Basket 1,
Lapangan Voli 1, Lapangan Bulu Tangkis 1, Lapangan Sepak Takraw 1,

58
59

Gudang 2, Tempat Parkir Sepeda Motor Guru 1, Tempat Parkir Sepeda


Siswa 3 ,Dan yang terakhir adalah yang paling baru yakni Ruang Multimedia.

B. Karakteristik Responden
Peserta didik yang menjadi subjek penelitian ini adalah peserta didik pada
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah Menengah Pertama
berada pada tahap remaja awal dengan rentang usia antara 12-15 tahun.
Responden penelitian ini adalah siswa usia remaja awal kelas VIII di
SMP Muhammadiyah I Kudus 2019. Data jumplah siswa kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus sejumlah 243 siswa, siswa laki-laki sejumlah 143
dan siswi putri sejumlah 100.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Remaja
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
SiswaTahun 2019 (N=71)
Variabel Mean SD Minimal- 95% CI
Maksimal
Umur siswa 13,10 0,759 12 – 15 Tahun 12.92-13.28

Sumber : Data Primer, 2019.

Berdasarkan tabel 4.1 di atas didapatkan rata-rata umur siswa


adalah 13,10 tahun (95% CI: 12,92 – 13,28), dengan standar deviasi
0,759 tahun. umur termuda 12 tahun dan umur tertua 15 tahun. Dari
hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata
– rata umur pasien adalah diantara 12 tahun sampai 13 tahun.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas
Siswa Tahun 2019 (N=71)
Kelas Frekuensi Presentase%
kelas 8A 9 12.7
kelas 8B 9 12.7
kelas 8C 10 14.1
kelas 8D 9 12.7
kelas 8E 8 11.3
kelas 8F 8 11.3
kelas 8G 9 12.7
60

kelas 8H 9 12.7
Total 71 100.0

Sumber : Data Primer, 2019.

Berdasarkan tabel 4.2 di atas didapatkan rata-rata dari setiap kelas


diambil 9 responden yang terdapat dikelas VIII (a,b,d,g,h), jumlah
responden terbanyak ada pada kelas VIII (c) dengan jumlah responde
10 dan jumlah responden paling sedikit ada pada kelas VIII (e,f) dengan
jumlah responden 8.
C. Analisa Univariat
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Jenis Kelamin, Jumlah
Saudara dan Urutan Kelahiran dengan Perilaku Antisosial Pada Siswa Usia
Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019 (N=71)
Jenis Kelamin Remaja Frekuensi Presentase%
Laki – laki 43 60.6

Perempuan 28 39.4

Total 71 100.0

Sumber: Data Primer, 2019.


Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar jenis kelamin responden adalah laki-laki dengan 43 responden
(60,6%) sedangkan sebagian berjenis kelamin perempuan sebesar 28
responden (39,4%).
2. Jumlah Saudara
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara
di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019 (N=71)
Jumlah Saudara Responden Frekuensi Presentase%
Satu saudara 37 52.1
Dua saudara 19 26.8
Saudara ≥ 2 15 21.1
61

Total 71 100.0

Sumber: Data Primer, 2019.


Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar jumlah saudara responden adalah satu saudara dengan 37
responden (52,1%), sedangkan sebagian kecil dua saudara sebesar 19
responden (26,8%), dan saudara ≥ 2 sebesar 15 responden (21,1%).
3. Urutan Kelahiran
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Urutan Kelahiran
di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019 (N=71)
Urutan Kelahiran Frekuensi Presentase%
Anak pertama 35 49.3
Anak ke dua/anak tengah 12 16.9
Anak terakhir 24 33.8
Total 71 100,0

Sumber: Data Primer, 2019.


Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar urutan kelahiran responden adalah anak pertama dengan 35
responden (49,3%) sedangkan sebagian kecil urutan kelahiran sebesar
12 responden (16,9%) dan anak terakhir sebesar 24 responden (33,8%).
4. Antisosial
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Antisosial
di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019 (N=71)
Antisosial Frekuensi Presentase%
Antisosial
43 60.6
Tidak Antisosial
28 39.4
Total 71 100.0

Sumber: Data Primer, 2019.


Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar perilaku responden adalah berperilaku antisosial dengan 43
responden (60,6%) sedangkan sebagian berperilaku tidak antisosial
sebesar 28 responden (39,4%).
62

D. Analisa Bivariat
1. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku Antisosial Pada Siswa
Usia Remaja Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019.
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Antisosial Pada Siswa
Usia Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
Untuk mengetahui hipotesis diatas, maka diperlukan uji hipotesis melalui
bantuan program komputerisasi. Setelah dilakukan uji hipotesis terdapat
data sebagai berikut :
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Perilaku Antisosial Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus tahun 2019 (N=71)
Jumlah Perilaku Antisosial Total OR P
Saudara Antisosial Tidak (95% Value
Antisosial CI)
N % N % N %
Laki-Laki 31 72,1 12 42,9 43 100 3,444 0,014
Perempuan 12 27,9 16 57,1 28 100

Jumlah 43 100 61 100 71 100

Sumber : Data Primer, 2019


Tabel diatas menjelaskan tentang penyebaran data antara 2 variabel
yaitu jenis kelamin dan perilaku antisosial yang menunjukkan bahwa, dari
71 responden terdapat periaku antisosial pada jenis kelamin laki-laki lebih
banyak terjadi sejumlah 31 responden (72,1%), sedangkan pada jenis
kelamin perempuan sejumlah 12 responden (27,9%), dan responden
dengan perilaku tidak antisosial pada jenis kelamin laki-laki sejumlah 12
responden (42,9%), dan pada jenis kelamin perempuan sejumlah 16
responden (57,1%).
Hasil uji statistik menggunakan chi-square diperoleh nilai p sebesar
0,014 (< 0,05), maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku antisosial pada siswa usia
remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019. Dari hasil
63

analisis diperoleh pula nilai OR= 3,444, artinya anak berjenis kelamin laki-
laki mempunyai peluang 3,444 kali untuk memiliki perilaku antisosial

2. Hubungan Antara Jumlah Saudara Dengan Perilaku Antisosial Pada


Siswa Usia Remaja Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun
2019.
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Hubungan antara Jumlah Saudara dengan dengan Perilaku Antisosial
Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus
tahun 2019. Untuk mengetahui hipotesis diatas, maka diperlukan uji
hipotesis melalui bantuan program komputerisasi. Setelah dilakukan uji
hipotesis terdapat data sebagai berikut :
Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara dan dan Perilaku
Antisosial Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah
I Kudus tahun 2019 (N=71)
Jumlah Perilaku Antisosial Total P
Saudara Antisosial Tidak Value
Antisosial
N % N % N %
Satu saudara 25 67.6% 12 32.4% 37 100 0,176
Dua saudara 12 63.2% 7 36.8% 19 100
Saudara ≥ 2 6 40.0% 9 60.0% 15 100

Jumlah 43 100 28 100 71 100

Sumber : Data Primer, 2019.

Tabel diatas menjelaskan tentang penyebaran data antara 2 variabel


yaitu jumlah saudara dan perilaku antisosial yang menunjukkan bahwa,
dari 71 responden terdapat periaku antisosial pada satu saudara lebih
banyak terjadi sejumlah 25 responden (67,6%), sedangkan pada dua
saudara sejumlah 12 responden (63,2%), dan responden dengan saudra
≥ 2 sejumlah 6 responden (40,0%), dan perilaku tidak antisosial pada
jenis pada satu saudara lebih banyak terjadi sejumlah 12 responden
(32,4%), sedangkan pada dua saudara sejumlah 7 responden (36,8%),
dan responden dengan saudra ≥ 2 sejumlah 9 responden (60,0%).
64

Hasil Uji statistik chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,176 (> 0,05)
maka Ho gagal ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara jumlah saudara dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja
kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
3. Hubungan Antara Urutan Kelahiran dengan Perilaku Antisosial Pada
Siswa Usia Remaja Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun
2019.
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Hubungan antara Urutan Kelahiran dengan dengan Perilaku Antisosial
Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus
tahun 2019. Untuk mengetahui hipotesis diatas, maka diperlukan uji
hipotesis melalui bantuan program komputerisasi. Setelah dilakukan uji
hipotesis terdapat data sebagai berikut :
Tabel 4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Urutan Kelahiran dan dan
Perilaku Antisosial Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus tahun 2019 (N=71)
Urutan Perilaku Antisosial Total P
Kelahiran Antisosial Tidak Value
Antisosial
N % N % N %
Anak pertama 23 65.7% 12 34.3% 35 100 0, 329
Anak kedua/ 5 41.7% 7 58.3% 12 100
Anak tengah
Anak terakhir 15 60.6% 9 39.4% 24 100
Jumlah 43 100 28 100 71 100

Sumber : Data Primer,2019

Tabel diatas menjelaskan tentang penyebaran data antara 2 variabel


yaitu urutan kelahiran dan perilaku antisosial yang menunjukkan bahwa,
dari 71 responden terdapat periaku antisosial pada anak pertama lebih
banyak terjadi sejumlah 23 responden (65,7%), sedangkan pada anak
kedua/ anak tengah sejumlah 5 responden (41,7%), dan responden
dengan anak terakhir sejumlah 15 responden (60,6%), dan perilaku tidak
antisosial pada anak pertama lebih banyak terjadi sejumlah 12 responden
(34,3%), sedangkan pada anak kedua/ anak tengah sejumlah 7
65

responden (58,3%), dan responden dengan anak terakhir sejumlah 9


responden (39,4%).
Hasil Uji statistik chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,329 (> 0,05)
maka Ho gagal ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara urutan kelahiran dengan perilaku antisosial pada siswa usia
remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku Antisosial Pada Siswa Usia


Remaja Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019.
Berdasarkan analisis univariat jenis kelamin pada tabel 4.3 diatas dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden adalah laki-laki
dengan 43 responden (60,6%) sedangkan sebagian kecil jenis kelamin
perempuan sebesar 28 responden (39,4%).
Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki
dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam
reproduksi (Oakley, 2015). Jenis kelamin manusia terbentuk ketika minggu ke
delapan di dalam kandungan (Moore et al., 2015). “By default”, pada awal
kehamilan semua janin adalah serupa, yaitu perempuan (Moore et al., 2015).
Janin mulai membentuk menjadi jenis kelamin laki-laki pada minggu ke
delapan, jika ada unsur Y di dalam kromosom. Diujung kromosom Y ini
terdapat yang bernama SRY, yang kemudian memicu dilepasnya hormon
laki-laki atau testosteron (Pask, 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial terkait dengan
kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor tidak tercapainya identitas
peran yaitu menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang
dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja. Faktor kontrol diri
yang tidak kuat, faktor usia biasanya terjadi pada 16- 17 tahun, dan faktor
jenis kelamin yang kebanyakan dialami oleh laki-laki (Sumiati dkk, 2009).
Lebih lanjut Zahn-Waxler dkk (2008) menjelaskan mengenai perbedaan
gender pada problem emosi remaja, yakni karena remaja laki-laki dan
perempuan: (1) memiliki faktor risiko dari lingkungan yang berbeda; (2)
memiliki proses biologis atau mekanisme ekspresi gen yang berbeda; (3)
mengalami interaksi antara faktor biologis dan lingkungan secara berbeda.
Perbedaan dalam perilaku prososial dikarenakan antara laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan dari segi fisik maupun fungsi tubuh, laki-laki
lebih mampu melakukan aktivitas fisik yang memerlukan kekuatan
dandimensi yang lebih besar, hal ini karena hormon testoteron yang
mengakibatkan pria tumbuh lebih besar, badan yang lebih besar, dimensi

66
67

jantung yang lebih besar dan volume paru-paru yang lebih besar, sehingga
dalam kekuatan fisik laki-laki lebih besar daripada perempuan
(Nopembri,2013).
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan, dari 71 responden
terdapat periaku antisosial pada jenis kelamin laki-laki lebih banyak terjadi
sejumlah 31 responden (72,1%), sedangkan pada jenis kelamin perempuan
sejumlah 12 responden (27,9%), dan responden dengan perilaku tidak
antisosial pada jenis kelamin laki-laki sejumlah 12 responden (42,9%), dan
pada jenis kelamin perempuan sejumlah 16 responden (57,1%).
Hasil uji statistik menggunakan chi-square diperoleh nilai p sebesar
0,014 (< 0,05), maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja kelas
VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019. Dari hasil analisis diperoleh
pula nilai OR= 3,444, artinya anak berjenis kelamin laki-laki mempunyai
peluang 3,444 kali untuk memiliki perilaku antisosial.
Penelitian yang dilakukan Baskoro di SMA Mardisiswa Semarang (2010),
menyatakan distribusi perilaku antisosial sebagai berikut,dari 37 responden
yang terdiri dari 18 responden laki-laki dan 19 responden perempuan,
didapatkan bahwa dari 18 responden laki-laki yang mengalami gangguan
perilaku antisosial adalah sebanyak 40,5%. Sedangkan dari 19 responden
perempuan yang mengalami gangguan perilaku antisosial adalah sebanyak
24,3%.
Remaja laki-laki banyak melakukan tingkah laku antisosial dari pada
perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono (2002) pada umumnya
jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang
diperkirakan 50 kali lipat dari pada gang remaja perempuan. Perbandingan
perilaku delinkuen remaja laki-laki dengan perempuan diperkirakan 50:1
(Kartono, 2010).

B. Hubungan Jumlah Saudara Dengan Perilaku Antisosial Pada Siswa Usia


Remaja Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019.
Berdasarkan analisis univariat jumlah saudara pada tabel 4.4 diatas
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar jumlah saudara responden adalah
satu saudara dengan 37 responden (52,1%), sedangkan sebagian kecil dua
68

saudara sebesar 19 responden (26,8%), dan saudara ≥ 2 sebesar 15


responden (21,1%).
Jumlah saudara adalah banyaknya saudara banyaknya saudara kandung
yang dimiliki seorang anak di dalam sebuah keluarga (SDKI,2012).
Berdasarkan faktor jumlah anak, anak yang tinggal bersama keluarga
kecil cenderung diperlakukan secara lebih individual dan memiliki waktu
berkualitas bersama orangtua. Sementara itu, anak yang tinggal bersama
keluarga besar cenderung diperlakukan berdasarkan acuan peraturan,
kurang individualis, dan ada hukuman fisik (Sailor, 2004). Penelitian oleh
(Pujiani,2018), Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
jumlah saudara responden adalah ≥ dari 2 orang(65 %). Ketrampilan sosial
remaja yang mengalami gangguan perilaku adalah rendah. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, pekerjaan orang
tua, status social ekonomi keluarga, pendidikan, jumlah saudara dan bentuk
keluarga. Menurut Downey and Condrom (dalam Mulder, 2008), menyatakan
bahwa keterampilan sosial dan interpersonal anak mempunyai pengaruh
positif melalui interaksi dengan saudara kandung dirumah dan keterampilan
itu menjadi lebih berguna saat berada diluar rumah. Hasil penelitannya
menunjukkan bahwa para guru menilai siswa yang mempunyai satu saudara
kandung mempunyai keterampilan interpersonal lebih baik dibandingkan
yang tidak mempunyai saudara kandung.
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat disimpulkan, dari 71 responden
terdapat periaku antisosial pada satu saudara lebih banyak terjadi sejumlah
25 responden (67,6%), sedangkan pada dua saudara sejumlah 12 responden
(63,2%), dan responden dengan saudra ≥ 2 sejumlah 6 responden (40,0%), dan
perilaku tidak antisosial pada jenis pada satu saudara lebih banyak terjadi
sejumlah 12 responden (32,4%), sedangkan pada dua saudara sejumlah 7
responden (36,8%), dan responden dengan saudra ≥ 2 sejumlah 9
responden (60,0%).
Hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,176 (> 0,05)
maka Ho gagal ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara jumlah saudara dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja
kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
Menurut salah satu psikolog beraliran neo-Freudian, Alfred Adler
mengungkapkan bahwa urutan kelahiran dalam keluarga mempunyai
69

peranan penting dalam perkembangan anak selanjutnya. Posisi urutan


kelahiran dapat mempengaruhi seorang anak dalam pencarian identitas dan
perhatian orang lain (Erlina, 2008).

C. Hubungan Urutan Kelahiran Dengan Perilaku Antisosial Pada Siswa


Usia Remaja Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019.
Berdasarkan analisis univariat urutan kelahiran pada tabel 4.5 diatas
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar urutan kelahiran responden adalah
anak pertama dengan 35 responden (49,3%) sedangkan sebagian kecil
urutan kelahiran sebesar 12 responden (16,9%) dan anak terakhir sebesar
24 responden (33,8%).
Urutan tersebut mempunyai perbedan-perbedaan dalam
menginterprestasikan setiap pengalaman yang didapat. Anak pertama lahir
dalam keluarga kecil, sehingga ia menerima banyak perhatian. Lalu anak
kedua lahir dalam keluarga yang sudah terdapat anak yang lebih tua. Pada
tahap ini, anak pertama umumnya lebih vokal dalam memberitahu adiknya
atas apa yang harus dikerjakan serta bagaimana yang harus dikerjakan. Lain
hal dengan anak terakhir, anak terakhir biasanya mempunyai tanggapan
lebih sulit lagi, anak bungsu cenderung tidak sekuat dengan anak pertama
mereka lebih bebas membentuk kepribadiannya dan tidak dituntut menjadi
orang sukses.
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat disimpulkan, dari 71 responden
terdapat periaku antisosial pada anak pertama lebih banyak terjadi sejumlah
23 responden (65,7%), sedangkan pada anak kedua/ anak tengah sejumlah
5 responden (41,7%), dan responden dengan anak terakhir sejumlah 15
responden (60,6%), dan perilaku tidak antisosial pada anak pertama lebih
banyak terjadi sejumlah 12 responden (34,3%), sedangkan pada anak kedua/
anak tengah sejumlah 7 responden (58,3%), dan responden dengan anak
terakhir sejumlah 9 responden (39,4%).
Hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,329 (> 0,05)
maka Ho gagal ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara urutan kelahiran dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja
kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
Hurlock dalam Rini, (2012) mengemukakan, terdapat beberapa
persamaan sindrom antara anak sulung dan anak bungsu. Anak sulung
70

seringkali lebih mandiri, sedangkan anak bungsu mempunyai sindrom manja,


merasa tidak mampu, rendah diri, dan tidak bertanggung jawab.
Peranan status anak tunggal dalam keluarga telah dilakukan penelitian
oleh Hermann, (Leipzig, 1939) yang meneliti 100 orang anak tunggal dengan
membandingkannya dengan 100 anak yang berkakak-adik, yaitu dengan
cara angket dan analisis dari laporan kepribadiannya. Menurut penelitian
tersebut, yang pertama dirugikan pada perkembangan anak tunggal adalah
mengenai hal-hal “perasaan aku” didalam dirinya. Ia memperoleh hasil
bahwa anak-anak tunggal dibandingkan dengan anak-anak yang bersaudara
biasanya sangat egois, mencari penghargaan dirinya dengan berlebihan, dan
sebagainya. Disamping itu, mereka mudah sekali dihinggapi perasaan
rendah diri (Gerungan, 2010).

D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan diantaranya adalah :
1. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian kuesioner, sehingga
peneliti harus melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner
yang peneliti susun karena sebelumnya belum pernah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas.
2. Peneliti dalam melakukan penelitian, khususnya penyebaran kuesioner
membutuhkan banyak bantuan dari pihak lain dikarenakan jumlah sampel
yang banyak, dan memerlukan teknik komunikasi yang lebih baik
dikarenakan sebagian responden masih berada dalam rentang usia muda
sehingga membutuhkan teknik komunikasi khusus.
3. Kurangnya keterbukaan dari responden dalam melakukan penelitian.
4. Penelitian ini hanya membahas tentang variable jenis kelamin, jumlah
saudara, dan urutan kelahiran dengan kejadian perilaku antisosial.
5. Sasran hanya tertuju pada siswa-siswi usia remaja kelas VIII SMP
Muhammadiyah I Kudus dengan perilaku antisosial.
6. Jenis penelitian ini berbentuk Penelitian analitik korelatif dengan
pendekatan cross sectional dan menggunakan kuesioner sebagai alat
ukur penelitian.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul
“Hubungan Jenis Kelamin, Jumlah Saudara dan Urutan Kelahiran dengan
Perilaku Antisosial Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus”. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan jenis kelamin,
dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja kelas VIII di SMP
Muhammadiyah I Kudus.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan jumlah
saudara dan urutan kelahiran dengan perilaku antisosial pada siswa usia
remaja kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus.
3. Hasil analisis statistik pada bivariat pertama tentang hubungan antara
jenis kelamin dengan perilaku antisosial pada remaja diperoleh hasil uji
statistik chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,014 (< 0,05), maka Ho
ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja kelas VIII Di SMP
Muhammadiyah I Kudus tahun 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula
nilai OR= 3,444, artinya anak berjenis kelamin laki-laki mempunyai
peluang 3,444 kali untuk memiliki perilaku antisosial.
4. Hasil analisis statistik pada bivariat kedua tentang hubungan antara
jumlah saudara dengan perilaku antisosial pada remaja diperoleh hasil uji
statistik chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,176 (> 0,05) maka Ho
gagal ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
jumlah saudara dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja kelas
VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.
5. Hasil analisis statistik pada bivariat ketiga tentang hubungan antara
jumlah saudara dengan perilaku antisosial pada remaja hasil uji statistik
chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,329 (> 0,05) maka Ho gagal
ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara urutan
kelahiran dengan perilaku antisosial pada siswa usia remaja kelas VIII Di
SMP Muhammadiyah I Kudus tahun 2019.

71
72

B. Saran
1. Bagi penulis, memberikan pengalaman baru bagi penulis dalam
menerapkan ilmu yang diaplikasikan dalam melakukan penelitian dan
penulisan karya ilmiah tentang hubungan jenis kelamin, jumlah saudara,
dan urutan kelahiran dengan perilaku antisosial pada remaja.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi orangtua
mengenai jenis hubungan kelamin, jumlah saudara, dan urutan kelahiran
dengan kejadian perilaku antisosial pada masa remaja dan juga sebagai
upaya mencegah penurunan perilaku antisosial.
3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi siswa-siwi
dan guru di SMP Muhammadiyah I Kudus mengenai jenis hubungan
kelamin, jumlah saudara, dan urutan kelahiran dengan kejadian perilaku
antisosial pada remaja dan juga sebagai upaya mencegah atau
penurunan perilaku antisosial pada siswa-siswi di SMP Muhammadiyah I
Kudus.
4. Bagi istitusi pendidikan, menambah wawasan dibidang keperawatan anak
dalam bidang ilmu psikologi khususnya dalam kasus perilaku antisosial
dan Sebagai dasar pemikiran untuk penelitian selanjutnya, baik untuk
peneliti sendiri maupun peneliti lainnya.
5. Bagi pengembangan peneliti, menambah referensi, pengetahuan,
informasi, dan penyempurnaan penelitian selanjutnya mengenai perilaku
antisosial.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mighwar (2011). Psikologi Remaja. Bandung: CV. Pustaka


Setia.
Amir, M.T. 2015. Merancang Kuesioner. Konsep dan Panduan
Untuk Penelitian Sikap, Kepribadian dan Perilaku. Jakarta.
Prenadamedia Group.
Aprilia, N. 2014. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan
Perilaku Tawuran pada Remaja Laki-laki yang Pernah
Terlibat Tawuran di SMK ‘B’ Jakarta.
Aspuah, s. (2008). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Sibling
Rivalry Di Desa Karang Wangkal, Kecamatan Purwokerto
Utara.
A, Supratiknya. 2012. Penilaian Hasil Belajar Dengan Teknik
Nontes. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Badan Pusat Statistik Sub Direktorat Statistik Politik dan
Keamanan. (2011). Profil Kriminalitas Remaja 2010.
Jakarta.
Baskoro, P. (2010). Hubungan Antara Depresi Dengan Perilaku
Antisosial Pada Remaja Di Sekolah. Agustus 27, 2011.
http://www.undip.ac.id/Departm ent of Medicine" and Year
is 2010.
Binotiana, MN. (2008). Sibling Rivalry Pada Anak yang Memiliki
Saudara Tunaganda. Jurnal Psikologi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Blair RJR, 2010, ‘The Amygdala and Ventromedial Prefrontal
Cortex in Morality and Psychopathy’, TRENDS in Cognitive
Sciences, vol.11, no.9. http://www.sciencedirect.com.
Brainstem E, B ettina, 2014, Conduct Disorder, California. Health
Sciences Clinical Pofessor of Psychiatry and Biobehavioral
Sciences, University of California. Diakses tanggal 9
Agustus 2015.
http://emedicine.madscape.com/article/918213-overview
showall.
Burt, S. A., Donnellan, M. B., Iacono, W. G., & McGue M. (2011).
Age-of-Onset or Behavioral Sub-Types? A Prospective
Comparison of Two Approaches to Characterizing the
Heterogeneity within Antisocial Behavior. Journal Abnormal
Child Psychology, 3, 633-644. Diperoleh 4 Februari 2014
http://neweresources.pnri.go.id/library.php?id=00001 .
Cahya, Susi Susilawati. (2012). Gambaran Higiene Personal
Pekerja Kantin di Kampus IPB Dramaga melalui Pengujian
Staphylococcus Aureus. (Skripsi tidak diterbitkan). Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Diane Papalia. 2014. Menyelami Perkembangan Manusia
(Experience Human Development), edisi 12 buku 2,
Salemba Humanika.
DeLisi M et al, 2009, ‘The Criminology of The Amygdala’, in
Criminal Justice and Behavior, 36; 1241.
http://cjb.sagepub.com.
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan
Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Erlina, 2008. Urutan Kelahiran Berpengaruh pada Pencarian
Identitas (online),
(http://kuliahbidan.workpress.com/2008/07/27/urutan-
kelahiran-berpengaruh-pada-pencarianidentitas/, diakses 27 Juli
2008).
Gerungan, W.A. 2010. Psikologi Sosial. Rafika Aditama. Bandung.
Harlinawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.
Makasar: Pustaka As Salam.
Hidayat, Azis Alimul A. 2010. Metode penelitian kebidanan &
analisai data. Jakarta: Salemba Medika.
Kartono. 2010. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: CV.
Rajawali Expres.
Kementrian Kesehatan. (2015, September 2). Kementrian
Kesehatan. Dipetik December 13, 2018, dari Kementrian
Kesehatan. Web site:
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdati
n/infodatin/infodatin%20reproduksi%20remaja-ed.pdf .
Kimonis ER et al, 2008, ‘Assessing Callous–Unemotional Traits in
Adolescent Offenders: Validation of the Inventory of
Callous–Unemotional Traits’, International Journal of Law
and Psychiatry, 31 241–252.
Kusumaryani M, Antarwati E. Priorotaskan Kesehatan Reproduksi
Remaja Untuk Menikmati Bonus Demografi. Jakarta:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, 2017.
Mohammad Ali, d. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi
Aksara.
Moore, K. L., Persaud, T. V. N., & Torchia, M. G. (2015). The
developing human: clinically oriented embryology. Elsevier
Health Sciences.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010a. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Novairi, A., & Bayu, A. (2012). Bila Kakak-Adik Saling Berselisih.
Jakarta: PT. Buku Kita.
Oakley, A. (2015). Sex, gender and society. Ashgate Publishing,
Ltd.
Pask, A. (2016). The Reproductive System. In Non-coding RNA
and the Reproductive System (pp. 1-12). Springer
Netherlands.
Pieter, H. Z. (2010). pengantar psikologi dalam keperawatan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Pujiani, (2018). Gambaran Ketrampilan Sosial Anak Remaja Yang
Mengalami Gangguan Perilaku. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang.
JURNAL EDUNursing, Vol. 2, No. 1, April 2018.
http://journal.unipdu.ac.id ISSN : 2549-8207 e-ISSN : 2579-6127
35.
Puspitorini, A. R. (2012). Kemandirian remaja berdasarkan urutan
kelahiran. Jurnal Pelopor Pendidikan, 3(1), 61-70.
Putra, Nusa. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Rodrigo C et al, 2010, “The Antisocial Person: An Insight In To
Biology Classification and Current Evidence on Treatment”,
Annals of General Psychiatry, 9:31. http://www.annals-
general-psychiatry.com/content/9/1/31 .
Rosen, J.A., Glennie, E.J., Dalton, B.W., Lennon, J.M., & Bozick,
R.N. (2010). Noncognitive Skills in the Classroom: New
Perspectives on Educational Research. Research Triangle
Park, NC: RTI International.
Sarwono. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raajgrafindo
Persada.
Sarwono, S. W. (2013). Psikologi Remaja (Ed. Revisi cet.16 ed.).
Jakarta: Rajawali Pers.
Saryono. 2010. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Shives LR. Concepts of psychiatric mental health nursing. Edisi
ke-7. Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
Simanullang, D. S., & Daulay, W. (2012). Perilaku Antisosial
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya pada Remaja di
SMA Swasta Raksana Medan. Fakultas Keperawatan,
Universitas Sumatra Utara.
https://jurnal.usu.ac.id/jkh/article/view/45 .
Sobur, Alex. 2010. Psikologi Umum. Yogyakarta; Pustaka Setia.
Soetjiningsih, C.H. (2012). Perkembangan anak: Sejak
pembuahan sampai dengan kanak-kanak akhir. Jakarta:
Prenada.
sudarwan, d. (2010). Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sulistyaningsih. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja & Konseling. Jakarta:
Trans Info Media.
Supratiknya. (2012). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta:
KANISIUS.
Susanto, A. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Konsep,
Teori, dan Aplikasinya. Jakarta: Prenadamedia Group.
Susilowati, A. (2011). Pengaruh Pola Hubungan Antara Saudara
Kandung Terhadap Kecenderungan Munculnya Prilaku
Delinkuensi Pada Remaja (SKRIPSI), Universitas
Sumatera Utara, Indonesia.
Suwarsi. (2012). Hubungan Paparan Media, Penggunaan Waktu
Luang, Dan Peran Keluarga Dengan Perilaku Kenakalan
Pada Agregat Remaja Di SMA Negeri Sleman. UI.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia  (SDKI), 2012,
https://www.academia.edu/4879881/Survei_Demografi_dan_K
esehatan_Indonesia_2012_Laporan_Pendahuluan
Swarjana, I ketut. (2012). Metode Penelitian Kesehatan Tujuan
Praktis Pembuatan Proposal Penelitian. Yogyakarta :ANDI.
Thalib, S. B. (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis
Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Wahyuningsih, M. (2011). Rata-Rata Jumlah Anak Yang
Dilahirkan Perempuan Indonesia.
Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen
Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Wiguna, T., Manengkei, P.S.K., Pamela, C., Rheza, A.M., &
Hapsari, W.A. (2010). Masalah Emosi dan Perilaku pada
Anak dan Remaja di Poliklinik Jiwa Anak dan Remaja
RSUPN dr. Ciptomangunkusumo (RSCM).
Wiramihardja S. A, A. (2012). Pengantar Psikologi Klinis.
Bandung: PT. Refika Aditama.
World Health Organiza (WHO). (2015). Adolescent Development:
Topics at Glance. diunduh dari h
p://www.who.int/maternal_child_adolescent/
topics/adolescence/dev/en/#.
Yusuf HS. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya; 2009.
Zahn-Waxler, C., Shirtcliff, E. a, & Marceau, K. (2008). Disorders
Of Childhood And Adolescence: Gender And
Psychopathology. Annual Review of Clinical Psychology, 4,
275–303.
Zahra, Y. 2011. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap
Perilaku Delikuen Pada Remaja Laki-Laki. Skripsi (tidak
diterbitkan). Universitas Sumatera Utara.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat permohonan menjadi reponden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Orangtua/Wali Murid calon responden penelitian
ditempat

Dengan hormat,

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Mohamad Habibi


NIM : 720153073
Alamat : Sitimulyo RT 02 RW 03 Pucakwangi, Pati

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas


Muhammadiyah Kudus yang sedang melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Jenis Kelamin, Jumlah Saudara,Dan Urutan Kelahiran Dengan
Perilaku Antisosial Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I
Kudus Tahun 2019”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi anak-anak


Bapak/Ibu sebagai responden dan kerahasiaan informasi akan dijaga serta
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia
untuk mengizinkan anak-anak Bapak/Ibu menjadi responden, maka tidak ada
ancaman bagi Bapak/Ibu. Bila Bapak/Ibu bersedia mengizinkan anak-anak
Bapak/Ibu menjadi responden dan terjadi hal-hal yang memungkinkan untuk
mengundurkan diri, anak-anak Bapak/Ibu boleh tidak ikut sebagai responden
dalam penelitian ini.

Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaanya untuk


menandatangani persetujuan dan bersedia untuk menjadi responden.

Atas perhatiannya dan kesediaan Bapak/Ibu mengizinkan anak-anaknya


menjadi responden kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,
Peneliti

Mohamad Habibi
Lampiran 2. Lembar persetujuan menjadi responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Anak/ Kelas :


Alamat :

Setelah diberikan penjelasan, dengan ini saya menyatakan bersedia


menjadi responden penelitian:

Nama : Mohamad Habibi


NIM : 720153073
Alamat : Sitimulyo RT 02 RW 03 Pucakwangi, Pati
Judul : “Hubungan Jenis Kelamin, Jumlah Saudara,Dan Urutan Kelahiran
Dengan Perilaku Antisosial Pada Siswa Usia Remaja Kelas VIII Di
SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019”

Untuk pembuatan skripsi ini, saya buat tanpa paksaan dari pihak
manapun dan tidak menuntut di kemudian hari.

Kudus, ......................... 2019

Yang memberi Pernyataan

(..................................)
Lampiran 3. Check List Jenis Kelamin, Jumlah Saudara, dan Urutan Kelahiran

KUESIONER PENELITIAN

PETUNJUK dan CARA PENGISIAN KUESIONER:


1. Isilah terlebih dahulu identitas adik-adik.
2. Baca dan pahamilah pernyataan-pernyataan pada kuesioner tersebut.
3. Berikan tanda centang () pada kotak pilihan sesuai dengan kondisi yang
ada.
4. Jika adik-adik telah selesai mengerjakan kuesioner ini, saya mohon
kesediaan adik-adik untuk memeriksa kembali jawaban adik-adik dan
jangan sampai ada jawaban yang terlewatkan.
5. Terima kasih atas kesediaan adik-adik untuk mengisi kuesioner ini.

TANGGAL
Tanggal :( ) Bulan :( ) Tahun :(2019)
PENGISIAN
A. (DATA DEMOGRAFI) :
(ISILAH DATA-DATA DIBAWAH INI)
1. No. Responden :
2. Nama Responden :
3. Umur tahun :
4. Kelas :
5. Alamat :
6. Nama orangtua
a. Bapak :
b. Ibu :

B. CHECK LIST JENIS KELAMIN

1. LAKI-LAKI 2. PEREMPUAN

C. CHECK LIST JUMLAH SAUDARA KANDUNG


1. Satu Saudara
2. Dua Saudara
3. Lebih Dari Dua
D. CHECK LIST URUTAN KELAHIRAN
1. Anak Pertama
2. Anak Tengah Atau >1
3. Anak Terakhir

KUESIONER PENELITIAN

(Perilaku Remaja)
Petunjuk : Berikan Tanda Centang () Pada Kotak Pilihan Sesuai Dengan
Kondisi Yang Sebenarnya.
Keterangan :
Sangat Setuju = SS
Setuju =S
Kurang Setuju = KS
Tidak Setuju = TS

NO. Pertanyaan SS S KS TS

1. Saya berfikir perbedaan pendapat dengan orang


lain perlu dilakukan.
2. Saya berfikir tidak perlu membantu orang yang
sedang kesulitan jika tidak mengenalnya.
3. Saya berfikir dalam berkata atau berbicara harus
selalu jujur.
4. Saya berfikir setiap orang harus
bertanggungjawab dengan apa yang dia lakukan.
5. Saya berfikir merokok adalah tindakan yang tidak
merugikan orang lain.
6. Saya berfikir minum minuman beralkohol tidak
berbahaya bagi dirisendiri.
7. Saya berfikir mencoba obat terlarang adalah tren
atau hal yang keren dikalangan remaja.
8. Saya berfikir melangar peraturan sekolah seperti
tidak berpakaian rapi, merokok dikantin, membolos
adalah hal yang wajar.
9. Saya berfikir berkelahi adalah hal yang wajar bagi
remaja khususnya pada remaja laki-laki.
10. Saya berfikir berkendara dengan kecepatan tinggi
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
11. Saya berfikir mengejek dengan nama panggilan
atau menjaili teman adalah hal yang
menyenangkan.
12. Saya berfikir pendapat orang lain yang tidak
sesuai dengan pendapat saya adalah salah.
13. Saya berfikir membantu orang lain yang sedang
kesulitan adalah sebuah kewajiban.
14. Saya berfikir berbohong boleh dilakukan saat
tertentu untuk menghindari masalah.
15. Saya berfikir jika melakukan kesalahan saya akan
kabur dari rumah untuk menghindari masalah.
16. Saya berfikir merokok dapat mengganggu orang
lain disekitar saya terutama yang tidak perokok.
17. Saya berfikir minum minuman beralkohol tidak baik
bagi kesehatan.
18. Saya berfikir tidak perlu menggunakan obat-
obatan terlarang untuk terlihat keren.
19. Saya berfikir setiap peraturan hasus selalu ditaati
20. Saya berfikir kalo ada masalah bisa dibicarakan
dengan baik-baik tidak dengan emosi atau
berkelahi.
21. Saya berfikir berkendara dengan kecepatan tinggi
adalah hal yang keren dan menyenangkan.
22. Saya berfikir tidak baik memanggil teman dengan
panggilan orangtua.
Lampiran 5. Jadwal penelitian

Tahun 2018-2019
No. Keterangan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Pengambilan Data
Awal
3 Bimbingan BAB 1
4 Bimbingan BAB 2
5 Bimbingan BAB 3
6 Ujian Proposal
Rivisi dan
Pengumpulan
proposal
7 Pengumpulan Data
Penelitian
8 Bimbingan BAB 4
9 Bimbingan BAB 5
10 Bimbingan BAB 6
11 Ujian Skripsi
12 Rivisi dan
Pengumpulan
Skripsi
Lampiran 6. Surat-surat
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas Kuesioner

Case Processing Summary


N %
Valid 20 95.2
Cases Excluded a
1 4.8
Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.941 22

Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
P1 1.75 .639 20
P2 2.25 .851 20
P3 2.30 .801 20
P4 2.25 .851 20
P5 1.95 .759 20
P6 2.30 .801 20
P7 2.25 .851 20
P8 2.15 .875 20
P9 1.95 .759 20
P10 2.25 .851 20
P11 1.75 .639 20
P12 1.85 .671 20
P13 2.45 .945 20
P14 2.25 .851 20
P15 2.30 .801 20
P16 2.05 .759 20
P17 2.30 .801 20
P18 2.25 .851 20
P19 2.45 .945 20
P20 2.25 .851 20
P21 1.75 .639 20
P22 1.75 .639 20

Item-Total Statistics
Scale Scale Corrected Cronbach'
Mean if Variance if Item-Total s Alpha if
Item Item Correlation Item
Deleted Deleted Deleted
P1 45.05 128.366 .584 .939
P2 44.55 122.050 .769 .936
P3 44.50 126.263 .573 .939
P4 44.55 122.050 .769 .936
P5 44.85 126.766 .578 .939
P6 44.50 124.895 .652 .938
P7 44.55 123.945 .663 .938
P8 44.65 124.766 .598 .939
P9 44.85 126.766 .578 .939
P10 44.55 125.524 .576 .939
P11 45.05 128.366 .584 .939
P12 44.95 126.050 .712 .937
P13 44.35 125.608 .506 .940
P14 44.55 122.050 .769 .936
P15 44.50 126.263 .573 .939
P16 44.75 122.513 .841 .935
P17 44.50 126.263 .573 .939
P18 44.55 122.050 .769 .936
P19 44.35 125.608 .506 .940
P20 44.55 125.524 .576 .939
P21 45.05 128.366 .584 .939
P22 45.05 128.366 .584 .939

Scale Statistics
Mean Variance Std. N of Items
Deviation
46.80 137.221 11.714 22
.Lampiran 8. Data Tabulasi Penelitian.

DATA TABULASI HASIL KUESIONER ANTISOSIAL

N
O P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P2 JUMLA
R P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 0 1 P12 P13 4 5 6 7 8 9 0 P21 P22 H KODE
1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 1 1 2 1 1 4 2 1 1 1 1 2 1 33 2
2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 2 1 1 1 4 4 4 2 1 2 4 42 1
3 1 3 2 1 2 2 4 2 3 1 2 3 2 2 3 1 2 1 3 2 1 1 44 1
4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 28 2
5 2 1 1 2 4 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 4 39 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 28 2
7 2 1 1 2 4 3 1 1 1 3 1 2 1 2 2 3 1 1 2 1 2 4 41 1
8 2 1 1 1 2 1 1 2 1 4 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 32 2
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 26 2
10 1 3 1 2 1 1 1 1 1 4 2 2 2 2 2 3 1 3 2 1 1 4 41 1
11 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 31 2
12 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 4 31 2
13 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 4 1 32 2
14 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 2
15 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 29 2
16 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 3 3 1 1 1 2 1 2 4 39 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 27 2
18 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 33 2
19 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 38 1
20 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 28 2
21 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 4 1 3 4 2 3 4 4 3 4 2 48 1
22 1 1 1 2 4 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 3 4 4 1 1 2 1 37 1
23 2 3 4 2 2 3 1 1 4 2 1 2 4 4 1 4 4 4 1 2 1 4 56 1
24 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 4 30 2
25 3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 3 4 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 36 1
26 2 3 1 1 2 1 1 2 1 4 1 3 1 3 1 4 1 1 1 1 1 1 37 1
27 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 28 2
28 1 1 1 1 2 1 1 1 1 4 1 2 2 2 2 2 3 1 1 1 3 4 38 1
29 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 27 2
30 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 25 2
31 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 33 2
32 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 40 1
33 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 3 4 3 4 1 1 4 2 2 3 46 1
34 2 1 1 1 4 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 31 2
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 26 2
36 4 2 1 2 1 1 1 1 1 4 2 2 2 2 2 2 2 4 1 2 1 4 44 2
37 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 27 2
38 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 27 2
39 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 30 2
40 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 24 2
41 4 4 1 1 1 1 2 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 4 39 1
42 4 4 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 4 4 39 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 37 1
44 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 3 4 3 4 1 1 4 2 2 3 46 1
45 1 3 1 2 2 2 1 2 1 3 2 2 1 3 2 2 4 4 2 4 3 3 50 1
46 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 1 3 1 1 1 1 2 1 1 4 35 1
47 2 1 2 1 1 1 1 3 2 2 1 3 2 2 1 1 1 4 1 1 1 4 38 1
48 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 4 4 4 1 1 1 4 40 1
49 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 27 2
50 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 3 29 2
51 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 4 1 1 2 2 2 4 38 1
52 3 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 4 36 1
53 3 3 2 1 2 1 2 2 1 3 2 3 2 2 2 3 3 4 2 2 3 3 51 1
54 3 1 1 1 4 4 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 3 1 1 1 4 1 38 1
55 2 2 2 1 2 4 2 1 2 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 3 2 1 39 1
56 2 3 2 1 1 1 1 3 2 3 1 3 2 2 1 1 1 4 1 1 2 4 42 1
57 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 3 4 1 1 1 1 2 1 3 1 37 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 23 2
59 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 4 4 4 1 1 1 4 40 1
60 3 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 2 1 1 34 1
61 3 2 3 2 2 2 1 4 3 3 3 3 2 4 3 4 1 4 1 1 4 4 59 1
62 4 2 2 1 2 1 2 3 1 1 2 2 1 2 1 4 4 4 1 1 1 4 46 1
63 3 1 2 1 1 3 3 1 2 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1 2 1 1 37 1
64 4 1 3 2 2 2 1 4 3 3 3 3 2 4 3 4 1 4 1 1 4 4 59 1
65 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 37 1
66 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 3 4 3 4 1 1 4 2 2 3 46 1
67 3 2 1 2 2 2 1 2 1 3 2 2 1 3 2 2 4 4 2 4 3 3 51 1
68 2 2 2 1 2 4 2 1 2 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 3 2 1 39 1
69 2 3 2 1 3 1 2 3 2 3 1 3 2 2 1 1 3 4 1 1 2 4 47 1
70 2 2 1 2 1 3 1 1 4 2 2 3 3 4 1 2 1 2 2 1 3 1 44 1
71 4 2 3 1 2 1 2 1 1 1 3 2 1 1 1 4 4 1 2 1 1 4 43 1

DATA TABULASI RESPONDEN


NAMA UMUR
NO. RES SISWA JK JS UK TAHUN KELAS AGAMA BAPAK IBU ALAMAT
1 ANR 1 3 1 13 8A ISLAM Tn. FR Ny. M Prambatan Kidul
2 AAA 1 3 1 13 8A ISLAM Tn. S Ny. SU Klumpit
3 AR 1 1 1 14 8A ISLAM Tn. K Ny. F Klumpit
4 AHK 2 2 1 14 8A ISLAM Tn. M Ny. S Klisat Gadon Mijen
5 ABP 1 1 2 12 8A ISLAM Tn. EBH Ny. ST Pasuruhan Lor
6 ADP 2 1 3 14 8A ISLAM Tn. W Ny. S Prambatan Lor
7 AWS 2 2 1 13 8A ISLAM Tn. GW Ny. ED Gribig Karang Gandu
8 AR 1 3 2 13 8A ISLAM Tn. J Ny. A Kudus, Lemah Gunung
9 ATS 1 3 1 13 8A ISLAM Tn. SY Ny. EL Gribig, Gebog
10 BS 1 2 3 13 8B ISLAM Tn. A Ny. S Pasuruhan Lor
11 DMS 2 1 3 12 8B ISLAM Tn. S Ny. R Karang Ampel
12 DP 1 2 3 14 8B ISLAM Tn. NH Ny. Z Prambatan Lor
13 IP 2 3 2 13 8B ISLAM Tn. BH Ny. P Getas Pajetan
14 IH 2 1 1 13 8B ISLAM Tn. P Ny. RY Panjang
15 KPP 1 3 1 13 8B ISLAM Tn. SH Ny. SW Krandon
16 MI 1 2 3 13 8B ISLAM Tn. S Ny. N Nganguk Wali
17 MA 1 3 3 13 8B ISLAM Tn. S Ny. S Kalilopo, Gebog
18 MA 1 1 2 14 8B ISLAM Tn. SH Ny. NA Peganjaran
19 MP 1 1 1 14 8C ISLAM Tn. ME Ny. K Gribig, Muneng
20 MAM 1 2 2 14 8C ISLAM Tn. A Ny. NH Gebog, Kudus
21 MF 1 2 3 14 8C ISLAM Tn. A Ny. SE Karang Ampel
22 MZ 1 2 1 13 8C ISLAM Tn. M Ny. NH Prambatan Lor
23 MZF 1 1 1 13 8C ISLAM Tn. AF Ny. NH Mayong
24 NZN 2 1 1 12 8C ISLAM Tn. KA Ny. Y Panjunan Kulon
25 RS 1 1 1 13 8C ISLAM Tn. FS Ny. N Pasuruhan Lor
26 R 1 1 3 13 8C ISLAM Tn. R Ny. I Jati Kulon
27 RN 2 1 2 12 8C ISLAM Tn. S Ny. IS Prambatan Lor
28 SF 1 2 3 15 8C ISLAM Tn. A Ny. A Pasuruhan Lor
29 SP 2 3 3 13 8D ISLAM Tn. S Ny. S Karang Ampel
30 VR 2 3 1 14 8D ISLAM Tn. H Ny. S Pasuhan Lor
31 AL 1 3 2 13 8D ISLAM Tn. AT Ny. RN Purwosari
32 AF 1 1 3 13 8D ISLAM Tn. AH Ny. EH Prambatan Kidul
33 KJ 2 2 2 13 8D ISLAM Tn. S Ny. K Singocandi
34 DK 1 1 1 14 8D ISLAM Tn. AJ Ny. SM Prambatan Kidul
35 DP 2 1 1 12 8D ISLAM Tn. A Ny. S Prambatan Kidul
36 FA 1 1 3 12 8D ISLAM Tn. HN Ny. R Gribig
37 KW 2 2 3 13 8D ISLAM Tn. MS Ny. Y Klumpit
38 KHP 1 1 1 12 8E ISLAM Tn. M Ny. H Klumpit
39 KIN 2 2 2 13 8E ISLAM Tn. AH Ny. SE Prambatan Kidul
40 MK 2 2 3 13 8E ISLAM Tn. S Ny. K Mlati Norowito
41 MAF 1 3 3 13 8E ISLAM Tn. S Ny. S Klumpit
42 MAN 1 1 1 14 8E ISLAM Tn. M Ny. D Pasuruhan Lor
43 MA 1 1 3 13 8E ISLAM Tn. S Ny. K Damaran
44 MIK 1 1 3 13 8E ISLAM Tn. K Ny. S Kedung Sari
45 MP 1 1 1 15 8E ISLAM Tn. S Ny. SA Jati Kulon
46 MS 1 3 3 13 8F ISLAM Tn. S Ny. S Jetak Kedungdowo
47 NAM 2 1 1 14 8F ISLAM Tn. FM Ny. MS Prambatan
48 NAK 2 1 1 12 8F ISLAM Tn. W Ny. CM Getassabi Kidul
49 NKM 2 1 3 12 8F ISLAM Tn. M Ny. I Kedungsari Gebog
50 NR 2 1 1 13 8F ISLAM Tn. S Ny. S Karangampel
51 RF 1 2 1 14 8F ISLAM Tn. A Ny. A Pasuruhan Lor
52 RN 1 2 1 13 8F ISLAM Tn. S Ny. W Garung Lor
53 RDP 2 1 1 15 8F ISLAM Tn. IS Ny. R Pasuruhan Lor
54 RT 1 2 3 13 8G ISLAM Tn. A Ny. F Glantengan
55 RAH 1 1 1 13 8G ISLAM Tn. K Ny. I Kalilopo
56 SA 2 3 2 13 8G ISLAM Tn. W Ny. S Prambatan Kidul
57 SF 1 3 2 12 8G ISLAM Tn. M Ny. M Langgar Dalem
58 UTP 2 2 1 12 8G ISLAM Tn. S Ny. D Prambatan Lor
59 WW 2 1 3 13 8G ISLAM Tn. S Ny. M Purwosari
60 ZA 1 1 1 12 8G ISLAM Tn. N Ny. S Prambatan
61 DE 1 2 1 13 8G ISLAM Tn. P Ny. J Getassabi Kidul
62 ADB 1 3 3 13 8G ISLAM Tn. K Ny. N Kedungsari Gebog
63 AS 2 2 2 12 8H ISLAM Tn. WK Ny. ST Karangampel
64 AC 2 1 1 13 8H ISLAM Tn. P Ny. NA Pasuruhan Lor
65 RK 1 1 1 13 8H ISLAM Tn. T Ny. NC Garung Lor
66 HPT 1 1 3 12 8H ISLAM Tn. KP Ny. MH Pasuruhan Lor
67 TNK 2 1 1 14 8H ISLAM Tn. NK Ny. KH Glantengan
68 DLH 1 1 3 14 8H ISLAM Tn. ZA Ny. AB Kalilopo, Gebog
69 TSL 2 1 1 13 8H ISLAM Tn. AP Ny. BU Peganjaran
70 MH 1 1 1 13 8H ISLAM Tn. CM Ny. UP Gribig, Muneng
71 SLM 2 1 1 13 8H ISLAM Tn. IP Ny. LK Gribig, Muneng
Lampiran 9. Data Hasil Uji SPSS.
Lampiran Karakteristik
1. Lampiran Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Siswa.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur 71 100.0% 0 0.0% 71 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 13.10 .090
95% Confidence Lower Bound 12.92
Interval for Mean Upper Bound 13.28
5% Trimmed Mean 13.06
Median 13.00
Variance .576
Umur Std. Deviation .759
Minimum 12
Maximum 15
Range 3
Interquartile Range 1
Skewness .438 .285
Kurtosis .130 .563

2. Lampiran Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas Siswa


Statistics
Kelas
Valid 71
N
Missing 0
Mean 4.45
Median 4.00
Mode 3
Std. Deviation 2.322
25 2.00
Percentiles 50 4.00
75 7.00

KELAS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid kelas 8A 9 12.7 12.7 12.7
kelas 8B 9 12.7 12.7 25.4
kelas 8C 10 14.1 14.1 39.4
kelas 8D 9 12.7 12.7 52.1
kelas 8E 8 11.3 11.3 63.4
kelas 8F 8 11.3 11.3 74.6
kelas 8G 9 12.7 12.7 87.3
kelas 8H 9 12.7 12.7 100.0
Total 71 100.0 100.0

Lampiran Univariat
5. Variable Independen Jenis Kelamin
Statistics
Jenis_kelamin
Valid 71
N
Missing 0
Mean 1.39
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .492
25 1.00
Percentiles 50 1.00
75 2.00

Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
LAKI-LAKI 43 60.6 60.6 60.6
Valid PEREMPUAN 28 39.4 39.4 100.0
Total 71 100.0 100.0

6. Variable Independen Jumlah Saudara

Statistics
Jumlah_saudara
Valid 71
N
Missing 0
Mean 1.69
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .803
25 1.00
Percentiles 50 1.00
75 2.00

Jumlah_saudara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
satu saudara 37 52.1 52.1 52.1
dua saudra 19 26.8 26.8 78.9
Valid
lebih dari dua saudara 15 21.1 21.1 100.0
Total 71 100.0 100.0

7. Variable Independen Urutan Kelahiran

Statistics
Urutan_kelahiran
Valid 71
N
Missing 0
Mean 1.85
Median 2.00
Mode 1
Std. Deviation .905
25 1.00
Percentiles 50 2.00
75 3.00

Urutan_kelahiran
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
anak pertama 35 49.3 49.3 49.3
anak tengah atau >1 12 16.9 16.9 66.2
Valid
anak terakhir 24 33.8 33.8 100.0
Total 71 100.0 100.0

1. Variable Dependen Antisosial

Statistics
Antisosial
=09
Valid
N ‘ 2`71
Missing 0
Mean 1.39
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .492
25 1.00
Percentiles 50 1.00
75 2.00

Antisosial
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Antisosial 43 60.6 60.6 60.6
Valid Tidak Antisosial 28 39.4 39.4 100.0
Total 71 100.0 100.0

Lampiran Bivariate
4. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku Antisosial Pada Siswa Usia
Remaja Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun 2019.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
antisosial * jenis kelamin 71 100.0% 0 0.0% 71 100.0%

antisosial * jenis kelamin Crosstabulation


jenis kelamin Total
laki-laki perempuan
Count 31 12 43
antisosial Expected Count 26.0 17.0 43.0
% within antisosial 72.1% 27.9% 100.0%
antisosial
Count 12 16 28
tidak antisosial Expected Count 17.0 11.0 28.0
% within antisosial 42.9% 57.1% 100.0%
Count 43 28 71
Total Expected Count 43.0 28.0 71.0
% within antisosial 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.069a 1 .014
Continuity Correctionb 4.906 1 .027
Likelihood Ratio 6.073 1 .014
Fisher's Exact Test .024 .013
Linear-by-Linear
5.983 1 .014
Association
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.04.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .281 .014
N of Valid Cases 71
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for antisosial
3.444 1.264 9.383
(antisosial / tidak antisosial)
For cohort jenis kelamin =
1.682 1.055 2.682
laki-laki
For cohort jenis kelamin =
.488 .274 .870
perempuan
N of Valid Cases 71

5. Hubungan Antara Jumlah Saudara Dengan Perilaku Antisosial Pada


Siswa Usia Remaja Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun
2019.

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jumlah saudara * antisosial 71 100.0% 0 0.0% 71 100.0%

jumlah saudara * antisosial Crosstabulation


antisosial Total
antisosial tidak antisosial
Count 25 12 37
satu saudara % within jumlah saudara 67.6% 32.4% 100.0%
% of Total 35.2% 16.9% 52.1%
Count 12 7 19
jumlah saudara dua saudara % within jumlah saudara 63.2% 36.8% 100.0%
% of Total 16.9% 9.9% 26.8%
Count 6 9 15
> dua saudara % within jumlah saudara 40.0% 60.0% 100.0%
% of Total 8.5% 12.7% 21.1%
Count 43 28 71
Total % within jumlah saudara 60.6% 39.4% 100.0%
% of Total 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.469a 2 .176
Likelihood Ratio 3.409 2 .182
Linear-by-Linear
2.943 1 .086
Association
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 5.92.

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora
Interval by Interval Pearson's R .205 .118 1.740 .086c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .193 .118 1.633 .107c
N of Valid Cases 71
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
Value

Odds Ratio for urutan


kelahiran (anak pertama / a

anak kedua/tengah)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for
a 2*2 table without empty cells.

6. Hubungan Antara Urutan Kelahiran dengan Perilaku Antisosial Pada


Siswa Usia Remaja Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah I Kudus Tahun
2019.

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
urutan kelahiran * antisosial 71 100.0% 0 0.0% 71 100.0%

urutan kelahiran * antisosial Crosstabulation


antisosial Total
antisosial tidak antisosial
urutan kelahiran Count 23 12 35
anak pertama % within urutan kelahiran 65.7% 34.3% 100.0%
% of Total 32.4% 16.9% 49.3%
anak kedua/tengah Count 5 7 12
% within urutan kelahiran 41.7% 58.3% 100.0%
% of Total 7.0% 9.9% 16.9%
Count 15 9 24
anak terakhir % within urutan kelahiran 62.5% 37.5% 100.0%
% of Total 21.1% 12.7% 33.8%
Count 43 28 71
Total % within urutan kelahiran 60.6% 39.4% 100.0%
% of Total 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.221a 2 .329
Likelihood Ratio 2.174 2 .337
Linear-by-Linear
.129 1 .719
Association
N of Valid Cases 71
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4.73.

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .174 .329
N of Valid Cases 71
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for urutan
kelahiran (anak pertama / a

anak kedua/tengah)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for
a 2*2 table without empty cells.
Lampiran 10. Lembar Konsultasi.

Anda mungkin juga menyukai