Anda di halaman 1dari 90

PENGARUH PERNIKAHAN DI USIA DINI TERHADAP CARA

MENDIDIK ANAK PERSPEKTIF AGAMA DI DESA PENOMPO,


KEC. JETIS, MOJOKERTO TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Progam Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

IIT JAROTUL MUSAPAAH

NIM : 20152404671

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH RADEN WIJAYA


MOJOKERTO

2022

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : IIT JAROTUL MUSAPAAH

NIM/NIMKO : 20152404671/-

Program studi : Sarjana ( SI )Pendidikan Agama Islam

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa SKRIPSI ini secara keseluruhan

adalah hasil penelitian /karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang di

rujuk sumbernya.

Mojokerto, Agustus 2022

Saya yang menyatakan


Materai 10000

IIT JAROTUL MUSPAAH

ii
PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pernikahan Di Usia Dini Terhadap Cara

Mendidik Anak Perspektif Nilai Agama di Desa Penompo Kec. Jetis

Mojokerto Tahun 2019”

Disusun Oleh :

Iit Jarotul Musapaah


NIM. 20152414671

Telah Disetujui, Tanggal 25 Agustus 2022

Dosen Pembimbing,

Ahsanul Anam,S,Th.I.,M.Fil.I.

NIDN. 2108038505

Mengetahui:

Ketua program Studi Pendidikan Agama Islam,

Achmad Zainul Mustofa Al Amin, M.Pd.


NIDN. 2103119004

iii
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pernikahan Di Usia Dini Terhadap Cara

Mendidik Anak Perspektif Nilai Agama di Desa Penompo Kec. Jetis

Mojokerto Tahun 2019” telah di pertanggung jawabkan pada sidang munaqosah

skripsi pada tanggal (30-08-2022) dan telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd ) pada program studi Pendidikan

Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto.

Susunan tim penguji Tanda Tangan

1. Ketua / penguji

M. Ali Fahruddin, M.Pd.I : ( )

NIDN.

2. Sekretaris/pembimbing/penguji

Ahsanul Anam, S.Th.I., M.Fil.I : ( )

NIDN. 2108038505

3. Penguji Utama

Tamyizul Ibad.M.Pd.I : ( )

NIDN.2127077903

Disahkan Oleh :

Ketua STIT Raden Wijaya Mojokerto,

Drs. H. Hasan HA Buro,MM.,M.Pd.

NIDN.2119026001

iv
MOTTO

Jangan malas untuk belajar karena ilmu adalah harta yang bisa kita bawah
ke mana pun tanpa membebani kita.

v
PERSEMBAHAN

Segala Puji hanyalah milik Allah SWT. Dan panutan terbaik hanyalah kepada

baginda Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya

dengan sepenuh hati. Mensupport do’a, semangat dan materi, sehingga

dalam perjalanan panjang ini, penulis bisa menyelesaikan skripsi.

2. Suamiku tercinta terimakasih atas doa dan dukungannya.

3. Buat kedua mertuaku terimakasih atas doa dan dukungannya serta telah

menjaga putriku di saat saya meneruskan skripsi.

4. Untuk seluruh keluargaku, dan adik ku tercinta terimakasih atas bantuan


dan doanya.

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji syukur Alhamdulillah penulis

persembahkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat, taufik, hidayah dan

inayahnya. Karena hanya dengan pertolongan Allah SWT, disertai niat dan

semangat yang tinggi sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang

berjudul “Pengaruh pernikahan di usia dini terhadap cara mendidik anak

perspektif nilai agama di Desa Penompo Kec. Jetis Mojokerto. Tahun 2019”,

dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana

Strata 1 (S1) di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto.

Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad

SAW, beserta keluarga sahabat dan para penerusnya.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini tidak

lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dan permohonan maaf

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. H. Hasan H.A Buro, MM., M.Pd. selaku Pemimpin Sekolah

Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto beserta staf yang telah

memberikan fasilitas untuk kebutuhan selama menempuh pendidikan di

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto.

2. Bapak Ahsanul Anam, S.Th.I., M.Fil.I. Selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya guna memberikan

bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

ii
3. Bapak Sutoyo Selaku Kepala Desa penompo, beserta bapak ibu warga

dan pengurus, telah memberikan waktu, fasilitas dan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

4. Sahabat-sahabat seperjuangan serta semua pihak yang telah banyak

memberikan dorongan dan bantuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

Semoga amal kebaikan serta keikhlasan pengorbanan mereka mendapat

pahala yang layak dari Allah SWT, dan semoga selalu diberi petunjuk jalan yang

lurus serta mendapat ridho-Nya Aamiin Yaa Robbal ‘alamiin, Penulis menyadari

bahwa dalam penulisan proposal ini, masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi

materi, sistematika pembahasan maupun dari segi analisis dan susunan

linguistiknya, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari

berbagai pihak sangat penulis harapkan dengan segala keterbukaan dan

kerendahan hati.

Akhirnya, semoga proposal skripsi ini berguna dan bermanfaat baik bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Mojokerto, 2022

Penulis

IIT JAROTUL M

iii
ABSTRAK

Iit Jarotul Musapaah. 2019, Pengaruh pernikahan di usia dini terhadap cara
mendidik anak dalam hal nilai agama di Desa Penompo
Jetis Mojokerto.

Pernikahan usia dini telah banyak berkurang di berbagai belahan negara


dalam 30 tahun terahir . Namun pada kenyataan nya masih banyak terjadi di
negara berkembang terutama di plosok terpencil pernikahan usia dini terjadi baik
di daerah pedesaan maupun perkotaan di indonesia meliputi berbagai strata
ekonomi dengan berbagai latar belakang. Berdasarkan survai data kependudukan
indonesia (SDKI) 2010, di beberapa daerah didapatkan bahwa sepertiga dari
jumlah pernikahan terdata dilakukan oleh pasangan usia di bawah 16 tahun.
Jumlah kasus pernikahan dini di Indonesia mencapai 50 juta penduduk dengan
rata-rata usia perkawinan 19,1 tahun.

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, jenis studi kasus. Sumber


data dalam penelitian ini, berupa sumber data primer, meliputi hasil wawancara
dengan kepala Desa, hasil wawancara guru, dan hasil wawancara penduduk,
sumber sekunder meliputi data warga , profil Desa dan foto-foto kegitan
wawancara. Adapun metode yang digunakan selama penelitian adalah metode
wawancara, observasi dan dokumentasi, Pengumpulan data. Penelitian ini
memakai tiga teknik, yaitu: (1) wawancara; (2) observasi; dan (3) dokumentasi.
Pelaksanaan pengecekan keabsahan data didasarkan pada empat kriteria yaitu
kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Analisis data
dilakukan melalui tahapan, melakukan analisis data pada situasi sosial mulai dari
reduksi data, paparan data dan kesimpulan.

Kata kunci: Pernikahan, usia dini dan mendidik anak

iv
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii


PERSETUJUAN ................................................................................................. iii
PENGESAHAN ................................................... Error! Bookmark not defined.
MOTTO............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 13
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 13
B. Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah .............................................. 18
C. Rumusan Masalah ................................................................................... 19
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 19
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 20
F. Hasil penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................. 20
G. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 22
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 23
A. Pengertian Pernikahan ............................................................................. 23
B. Rukun Nikah dan Syarat .......................................................................... 25
C. Hukum Nikah .......................................................................................... 27
D. Hikmah dan Tujuan Pernikahan ............................................................... 29
E. Hakikat Pernikahan Usia Muda ............................................................... 32
F. Cara mendidik anak ................................................................................. 39
G. Pengertian Nilai Agama Islam ................................................................. 46
H. Macam-Macam Niai-Nilai Agama Islam ................................................. 46
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 49
A. Pendekatan Penelitian.............................................................................. 49
B. Rancangan Penelitian .............................................................................. 49
C. Data dan Sumber Data Penelitian ............................................................ 59
1. Sumber data primer .............................................................................. 59
2. Sumber data sekunder .......................................................................... 59

ii
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 60
1. Metode Observasi ................................................................................ 60
2. Metode Wawancara. ............................................................................ 60
3. Metode Dokumentasi. .......................................................................... 61
E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 61
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 62
1. Analisis Data sebelum di Lapangan ..................................................... 62
3. pengumpulan data (Data Collection) .................................................... 63
4. Reduksi Data (Data Reduction)............................................................ 63
5. Penyajian Data (Data Display)............................................................. 63
6. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification) .................. 63
G. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 67
A. Profil Desa Penompo ............................................................................... 67
1. Sejarah Berdirinya Desa Penompo .......................................................... 67
B. Struktur Pemerintahan ............................................................................. 68
1. Sarana Jalan ............................................................................................ 70
2. Sarana Trasportasi................................................................................... 70
3. Sarana Komunikasi ................................................................................. 70
4. Sarana dan Prasarana Pendidikan ............................................................ 72
5. Sarana dan Prasarana Kesehatan ............................................................. 72
6. Sarana dan Prasarana Pemerintahan ........................................................ 73
7. Sarana dan Prasarana Olahraga ............................................................... 73
C. Keadaan Penduduk Masyarakat Desa Penompo ....................................... 73
1. Kondisi Masyarakat ............................................................................. 73
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................. 74
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian ................................. 74
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia ........................................ 74
D. Pemaparan............................................................................................... 74
1. Bagaimana pengaruh pernikah di usia dini ........................................... 74
2. Masalah apa saja yang kerap muncul pada pernikahan di usia dini ...... 75
3. Apa upaya warga dalam mengatasi ter jadinya pernikahan di usia dini . 75
E. Analisis ................................................................................................... 75

iii
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 78
A. Kesimpulan ............................................................................................. 78
B. Saran....................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 80

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian…………………………………………………….. 65


Table 4.1 Alat Trasportasi di Desa Penompo Kecamatan Jetis………………… 70
Tabel 4.2 Alat Komunikasi di Desa penompo kecamatan jetis………………… 71

v
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan usia dini telah banyak berkurang di berbagai belahan

negara dalam 30 tahun terahir. Namun pada kenyataan nya masih banyak

terjadi di negara berkembang terutama di plosok terpencil pernikahan usia

dini terjadi baik di daerah pedesaan maupun perkotaan di indonesia

meliputi berbagai strata ekonomi dengan berbagai latar belakang 1.

Berdasarkan survai data kependudukan indonesia (SDKI) 2010, di

beberapa daerah didapatkan bahwa sepertiga dari jumlah pernikahan

terdata dilakukan oleh pasangan usia di bawah 16 tahun. Jumlah kasus

pernikahan dini di Indonesia mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata

usia perkawinan 19,1 tahun. Di Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Jambi,

dan Jawa Barat, angka kejadian pernikahan dini berturut-turut 39,4%,

35,5%, 30,6%, dan 36%. Bahkan di sejumlah pedesaan.

pernikahan seringkali dilakukan segera di lakukan setelah anak perempuan

mendapat haid pertama. Menikah di usia kurang dari 18 tahun merupakan

realita yang harus dihadapi sebagian anak di seluruh dunia. terutama

negara berkembang. 3-6 Meskipun Deklarasi Hak Asasi Manusia di tahun

1954 secara eksplisit menentang pernikahan anak, namun ironisnya,

praktek pernikahan usia dini masih berlangsung di berbagai belahan dunia

1
UU perkawinan No.1 pasal 7 ayat (1) menyatakan “perkawinan hanya diizinkan jika pria sudah
mencapaiumur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun

13
dan hal ini merefleksikan perlindungan hak asasi kelompok usia muda

yang terabaikan.Implementasi Undang-Undang pun seringkali tidak efektif

dan terpatahkan oleh adat istiadat serta tradisi yang mengatur norma sosial

suatu kelompok masyarakat.

Di saat usia tepat 18 tahun sekitar 35% Praktek pernikahan usia

dini paling banyak terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara

didapatkan data bahwa sekitar 10 juta anak usia di bawah 18 tahun telah

menikah, sedangkan di Afrika diperkirakan 42% dari populasi anak,

menikah sebelum mereka berusia 18 tahun. Di Amerika Latin dan Karibia,

29% wanita muda menikah saat mereka berusia 18 tahun. Prevalensi tinggi

kasus pernikahan usia dini tercatat di Nigeria (79%), Kongo (74%),

Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%).Secara umum,

pernikahan anak lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan

anak laki-laki, sekitar 5% anak laki-laki menikah sebelum mereka berusia

19 tahun. Selain itu didapatkan pula bahwa perempuan tiga kali lebih

banyak menikah dini dibandingkan laki-laki.Analisis survei penduduk

antar sensus (SUPAS) 2005 dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) didapatkan angka pernikahan di perkotaan lebih

rendah dibanding di pedesaan, untuk kelompok umur 15-19 tahun

perbedaannya cukup tinggi yaitu 5,28% di perkotaan dan 11,88% di

pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa wanita usia muda di perdesaan

lebih banyak yang melakukan perkawinan pada usia muda.Meskipun

pernikahan anak merupakan masalah predominan di negara berkembang,

terdapat bukti bahwa kejadian ini juga masih berlangsung di negara maju

14
yang orangtua menyetujui pernikahan anaknya berusia kurang dari 15

tahun.

pernikahan usia dini akan berdampak pada kualitas anak, keluarga,

keharmonisan keluarga dan perceraian. Karena pada masa tersebut, ego

remaja masih tinggi. Dilihat dari aspek Pendidikan Remaja di Forum

“Jangan Dekati Zina” dalam Jejaring Sosial Facebook lulusan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kebanyakan dari mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,

dikarenakan faktor sosial budaya dan tingkat pendidikan rata-rata orang

tua mereka juga rendah, sehingga kurang mendukung anak melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Mendidik anak sejak kecil merupakan pembangunan pondasi untuk

masa depan. Jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya

berdiri kokoh dan kuat. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Untuk

itu mereka harus disiapkan sejak dini agar mempunyai kemampuan, 2

karakter dan kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya

(Izhar,1998). Pembentukan kemampuan, karakter dan kepedulian terhadap

perkembangan bangsa dan negara dilakukan melalui pendidikan baik

pendidikan formal maupun informal.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk

pendidikan untuk anak usia dini pada jalur formal. Pendidikan anak usia

dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan

tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara

2
Al-mahribi as-Said Al-Maghribi.Begini Seharusnya Mendidik Anak. (Jakarta: Darul Haq. 2004)
85.

15
menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek

kepribadian anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan

anak usia dini memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan

kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini khususnya TK

perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan

berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa, sosial,

emosi, fisik motorik.

Anak adalah merupakan amanat dari Allah. Maka tidaklah ringan

beban orang tua yang telah mendapat amanat dari Allah itu. Dan karena

amanat maka hendaknya dipelihara dan dirawat sesuai dengan pesan dari

pihak yang memberi amanat, yang dalam hal ini ialah Allah SWT.

Untuk itu, kita sebagai orang tua dituntut untuk mendidik dan

membimbing anak-anak kita kepada Agama yang sesuai dengan fitrah

(naluri manusia) agar mereka memiliki akhlak mulia dan menjadi manusia

yang bertaqwa3. Mereka adalah bagaikan kertas putih. Kitalah yang

nantinya akan memberikan corak warna lukisan apa yang kita hendaki.

Sebagaimana Teori Tabularasa, dimana terbukti dengan anak yang sejak

kecil hidup dalam lingkungan Yahudi akan menjadi Yahudi, yang hidup

dalam lingkungan Nasrani juga akan menjadi Nasrani, Majusi dan

seterusnya.

Oleh karenanya mendidik anak sebaiknya dimulai sejak dini,

karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak dia kecil, sesuai

dengan fitrahnya. Dengan demikian maka fitrah manusia itu kita salurkan,
3
Zahra Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Gramedia Widasarana, 1992), 30.

16
kita bimbing dan kita juruskan kepada jalan yang seharusnya sesuai

dengan arahnya. Karena sebagai orangtua maupun guru (pendidik di

sekolah) harus benar-benar mengetahui bahwa begitu besarnya tanggung

jawabnya kepada Allah’azza wa jalla terhadap pendidikan anak-anaknya.

Tentang perkara ini, Allah azza wa jalla berfirman,

ُ ‫اس و ْالحِ جارة‬ ً ‫يا أيُّها الَّذِين آمنُوا قُوا أ ْنفُسكُ ْم وأ ْهلِيكُ ْم ن‬
ُ َّ‫ارا وقُود ُها الن‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

batu”. (At-Tahrim: 6)4

Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-

Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫تِ ِهََكُلُّكُ ْم راعٍ وم ْسئ ُ ْو ٌل ع ْن رعِي‬

Artinya : “Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai

pertanggungjawaban”Untuk itu -tidak bisa tidak,5 seorang guru atau orang

tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta

bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini,

Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dan sehubungan dengan pemaparan di atas, maka sebagai orang

tua apabila ingin bertanggung jawab terhadap amanat yang dibebankan

kepadanya dengan hadirnya seorang anak agar menjadi seorang anak yang

baik, yang shaleh/shaleha, dan berbakti kepada orang tuanya, maka tidak

4
Muji lestari”metode orangtua dalam mendidik anak pada anak usia pra sekolah didesa kemang
indahkec.mesuji raya kab.ogan komering Ilir”sarjana pendidikan agama islam,(Palembang :UNI
Raden Fatah Palembang,2008)
5
Hadist Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam

17
ada alternatif lain bagi orang tua selain mendidik dan membimbing anak-

anaknya kepada taqwallah.

Cara mendidik anak dapat dilakukan dengan cara otoriter penting

sekali bagi orang tua mempunnyai sikap otoriter. tetapi jangan samapi

anak menggap kita sebagai orang tua yang jahat,banyak aturan,dan kaku

kita harus mendekati dan memberi tau mereka bahwa dalam semua ini

kehidupan ada aturannya.manusia aja,di ciptakan oleh tuhan dengan

berbagai aturan di dalamnya.semua itu demi kehidupan kedepannya yang

lebih baik.contohnya waktu belajar di gunakanuntuk belajar,ada atauran

kapan menonton tv, ada waktunya untuk bermain, ada aturan terkait keluar

rumah dll karen kebanyakan sekarang anakyang membodohi orang tua

ini di sebabkan orang tua yang terlalu diam dan membiarkan anaknya

melakukan hal seenaknya saja,tanpa ada pengarahan mana yang baik dan

mana yang buruk.

B. Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan terkait masalah

yang ada sebagai brikut:

1. Faktor apa saja yang menyebabkan orang tua menikahkan anaknya di

usia muda

2. Kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak

3. Kurangnya ke matangan orang tua muda dalam mendidik anaknya

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini hanya

dibatasi sebagai berikut :

18
1. Pengaruh pernikahan di usia dini terhadap cara mendidik anak dalam

hal nilai agama di Desa Penompo Jetis dalam mencegah adanya

pernikahan di bawah umur

2. Cara orang tua muda dalam mendidik anaknya dengan keterbatasan

wawasan yang di miliki

3. Rendahnya Pendidikan orang tua sehinga belum bisa memberikan nilai

Pendidikan yang baik

C. Rumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada pengaruh pernikahan di usia dini terhadap

cara mendidik anak di desa penopo jetis Mojokerto. Oleh karena itu dalam

penelitian ini akan difokuskan pada bebrapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pernikahan di usia dini di Desa Penompo Jetis Mojokerto?

2. Bagaimana cara orang tua dalam mendidik nilai agama kepada

anaknya di Desa Penompo Jetis Mojokerto.?

3. Bagaimana pengaruh orang tua yang menikah di usia dini terhadap

cara dalam mendidik anaknya ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana orang tua yang menikah di usia dini

dalam mendidik agama anaknya.

2. Untuk mengetahui cara orang tua dalam menanamkan nilai agama

kepada anaknya.

3. Untuk mengetahui pengaruh pernikahan diusia dini terhadap pendidikan

agama pada anaknya

19
E. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan ilmiah

dalam penelitian lanjutan pada kasus yang hampir sama dan untuk

dikembangkan secara mendetail.

2. Menjadi tulisan yang berguna untuk mengatasi terjadinya pengaruh

pernikahan di usia dini

3. Secara praktis:

a. Bagi Desa yang diteliti, hasil penelitian ini merupakan potret diri

yang bisa dijadikan refleksi untuk mengatasi pengaruh pernikahan

b. Bagi warga

di usia dini dalam hal cara mendidik anak dalam nilai agama di

Desa Penompo Jetis Mojokerto. Bagi peneliti, penelitian ini

merupakan pengalaman berharga untuk memperluas pemikiran dan

wawasan, serta akan menjadi bekal penulis ketika nanti memasuki

dunia luar sebagai penduduk desa.

F. Hasil penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Penelitian oleh Rini Meidayanti (2014 ) dengan judul kejadian pernikahan

di usia dini berdasarkan karakteristik dan sosial budaya didesa Cipacing

kecamatan Jatinangor kabu paten Sumedang tahun 2014. Hasil dari

penelitiannya yaitu, Hasil dari penelitian yang tealah dilakukan dapat di

simpulkan bahawa pernikahan dini tersebut di pengaruhi oleh faktor

pendidik, ekonomi, orang tua, elektronika dan sosial budaya yang dalam

masyarakat sebagai dampak dari pernikahan dini tersebut.

20
2. Peneliti oleh Durrotun Ainiyah dengan judul dapak pernikahan di usia

dini terhadap kesejahteraan keluarga Tanah Merah Kabupaten Bangkalan

2006. Hasil dari penelitiannya yaitu, kebiasaan masyarakat desa yang

banyak melakukan pernikahan usia muda yang dilakukan secara sirri (tidak

didaftar kan ke KUA ) dengan alsan proses yang harus di lalui berbelit- belit

dan biyaya yang harus di keluarkan terlalu mahal.faktor – faktor yang

menyebabkan masyarakat melakukan nikah usia muda adalah faktor tradisi

(budaya), pendidikan, perjodohan dan faktor ekonomi. dampak yang terjadi

bagi pasangan yang menikah usia muda ialah sering terjadi pertengkaran

walaupun tidak sampai bercerai, hamil usia muda banyak anak dan

kurangnya rasa tangung jawab dari pihak suami.

3. Penelitian oleh Nika Supriyanti tahun 2003 dengan judul pengaruh

perkawinan dini terhadap perilaku pasangan suami istri di Desa Pepe

Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobongan.6 Hasil dari penelitian yaitu,

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahawa, prakter

pernikahan usia dini di penggaruhi oleh beberapa faktor yaitu rendahnya

tingkat pendidikan, minimnya wawasan agam,dan pergaulan sosial. hal ini

sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat yang menggap pernikahan

sebagai jalan keluar dari persoalan hidup tetapi kenyataannya justru

sebaliknya.

6
Hakim, L. 2010.Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia dini

21
G. Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini mencakup latar belakang masalah

identifikasi dan Batasan masalah , Rumusan masalah ,tujuan penelitian

,hasil penelitian terdahulu yang relevan dan sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka dalam hal ini mencakup pengertian

pernikahan,syarat dan rukun nikah,hukum nikah,hikma dan tujuan

pernikahan, hakikat pernikahan usia muda, cara mendidik anak, pengertian

nilai agama islam dan macam-macam nilai nialai agama islam.

Bab III Metode Penelitian bab ini mencakup pendekatn penelitian,

rancangan penelitian, data dan sumber data penelitian,Teknik pengumpulan

data, instrumen penelitian ,Teknik analisis data, jaduwal penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi perofil Desa

Penompo, Struktur pemerintaha, keadaan penduduk Desa

Penompo,pemaparan dan Analisis data.

Bab V Penutup mencakup Kesimpulan,Saran Daftar Pustaka dan

Lampiran.

22
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pernikahan

Perkawinan disebut juga ”Pernikahan” 7berasal dari kata nikah

yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan

digunakan untuk arti bersetubuh (Wathi’i). Dalam Bahasa Indonesia,

perkawinan berasal dari kata ”Kawin” yang artinya membentuk keluarga

dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Dalam

kitab Fathul Qorib dijelaskan: Nikah itu diucapkan secara bahasa

menggunakan makna ‫( الضم‬kumpul) dan ‫( الوطء‬menjima’) dan ‫العقد‬

(mengikat/janji). Menurut syara' yaitu janji yang memuat rukun-rukun dan

syarat (nikah).Sedangkan menurut Undang-Undang No.1 tahun 1980 pasal

1, bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara lelaki dan perempuan

sebagai suami isteri, dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang

bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam kompilasi hukum Islam disebutkan adalah pernikahan yaitu

akad yang sangat kuat atau mitsaqoon gholidhan untuk mentaati perintah

Allah dan merupakan ibadah.

Abdurrahman Ghazaly dalam bukunya fiqh Munakahat, menyebutkan

bahwa perkawinan mengandung aspek akibat hukum.itu diucapkan secara

bahasa menggunakan makna ‫( الضم‬kumpul) dan ‫( الوطء‬menjima’) dan ‫العقد‬

7
Fadlyana, E dan Shinta Larasati, S. Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. Ilmu Kesehatan
Anak. FK-Universitas Padjajaran 2009, No 2.

23
(mengikat/janji). Menurut syara' yaitu janji yang memuat rukun-rukun dan

syarat (nikah).

Sedangkan menurut Undang-Undang No.1 tahun 1980 pasal 1, bahwa

pernikahan adalah ikatan lahir batin antara lelaki dan perempuan sebagai

suami istri, dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia

dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.8

Dalam kompilasi hukum Islam disebutkan adalah pernikahan yaitu akad

yang sangat kuat atau mitsaqoon gholidhan untuk mentaati perintah Allah

dan merupakan ibadah.

Abdurrahman Ghazaly dalam bukunya fiqh Munakahat,

menyebutkan bahwa perkawinan mengandung aspek akibat hukum,

melangsungkan perkawinan adalah saling mendapatkan hak dan kewajiban

serta bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi tolong

menolong karena perkawinan termasuk pelaksanaan agama, maka di

dalamnya terkandung adanya tujuan/ maksud mengharapkan keridhoan

Allah.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat diambil.pengertian bahwa

pernikahan adalah akad yang sangat kuat yang mengandung ketentuan

hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafadz nikah dan kata-kata

yang semakna dengannya untuk membina rumah tangga yang sakinah dan

untuk mentaati perintah Allah SWT, dan melakukannya merupakan

ibadah.

8
Yusuf, M. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Dini di Pengadilan Agama. Skripsi-
Fakultas Syari`ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010.

24
B. Rukun Nikah dan Syarat

Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, maka terlebih dahulu

harus diperhatikan hal-hal yang mendasar dari terlaksananya kegiatan

tersebut, yaitu dilengkapi syarat-syarat serta rukun-rukun dari pernikahan

tersebut. Dalam suatu acara perkawinan umpamanya rukun dan syaratnya

tidak boleh tertinggal, dalam arti perkawinan tidak sah bila keduanya tidak

ada atau tidak lengkap. Keduanya mengandung arti yang berbeda dari segi

bahwa rukun itu adalah sesuatu yang berada di dalam hakikat dan

merupakan bagian atau unsur yang mewujudkannya, sedangkan syarat

adalah sesuatu yang berada di luarnya dan tidak merupakan unsurnya.

Syarat itu ada yang berkaitan dengan rukun dalam arti syarat yang berlaku

untuk setiap unsur yang menjadi rukun. Ada pula syarat itu berdiri sendiri

dalam arti tidak merupakan kriteria dari unsur-unsur rukun.9 Sedangkan

menurut Sayyid Sabiq, pengertian rukun adalah : “Rukun yang pokok

dalam perkawinan adalah keridhoan dari kedua belah pihak dan

persetujuan mereka di dalam ikatan tersebut.

Syarat syah perkawinan merupakan dasar bagi syahnya

perkawinan. Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu

syah dan menimbulkan adanya segala hal dan kewajiban sebagai suami

istri. Unsur pokok suatu perkawinan adalah laki-laki dan perempuan yang

akan kawin, akad perkawinan itu sendiri wali yang melangsungkan akad

dengan si suami, dua orang saksi yang menyaksikan telah berlangsungnya

9
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2009, cet.3, 59.

25
akad perkawinan itu. Berdasarkan pendapat ini rukun perkawinan itu

secara lengkap adalah sebagai berikut:

1) Calon mempelai laki-laki

2) Calon mempelai perempuan

3) Wali dari mempelai perempuan yang akan mengadakan perkawinan

4) Dua orang saksi

5) Ijab yang dilakukan oleh wali dan qobul yang dilakukan oleh suami.10

Adapun mengenai syarat-syarat perkawinan adalah sebagai berikut:

1) Perempuan yang halal mudakahi oleh laki-laki untuk dijadikan istri,

perempuan itu bukanlah yang haram mudakahi, baik haram untuk

sementara ataupun untuk selama-lamanya.

2) Hadirnya para saksi dalam pelaksanaan pernikahan.

Sedangkan syarat pernikahan menurut UU Perkawinan No.11 Tahun 1997

antara lain:

1) Perkawinan dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaan, pasal 2

ayat (1)

2) Tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku, pasal 2 ayat (2)

3) Perkawinan laki-laki yang sudah yang sudah mempunyai istri harus

mendapat izin dari pengadilan, pasal 3 ayat (2) dan pasal 27 ayat (2).

4) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur

21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Pasal 6 ayat (2). Bila orang

10
Amir Syarifuddin, Hukum, 61.

26
tua berhalangan, ijin diberikan oleh pihak lain yang ditentukan dalam

undang-undang pasal 6 ayat (2-5).

5) Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19

tahun, dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Pasal 7 ayat (1),

ketentuan ini tidak bertentangan dengan Islam, sebab setiap masyarakat

dan setiap zaman berhak menentukan batas-batas umur bagi perkawinan

selaras dengan system terbuka yang dipakai.

6) Harus ada persetujuan antara kedua calon mempelai kecuali apabila

hukum menentukan lain. Pasal 6 ayat (1), hal ini untuk menghindarkan

paksaan bagi calon mempelai dalam memilih istri atau suami.

Jadi rukun dan syarat sangat menentukan suatu perbuatan hukum,

terutama yang menyangkut persoalan sah atau tidaknya perbuatan tersebut

dari segi hukum. Kedua kata tersebut mengandung arti yang sama dalam

hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang harus diadakan.

C. Hukum Nikah

Ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa hukum asal nikah adalah

mubah. Disamping ada yang sunnah, wajib haram dan yang makruh.

Terlepas dari pendapat-pendapat imam mazhab, 11 berdasarkan nash-nash

baik Al-Qur’an maupun As-sunnah, Islam sangat menganjurkan kaum

muslimin yang mampu untuk melangsungkan perkawinan. Namun

demikian, kalau dilihat dari segi kondisi orang yang melaksanakan serta

11
Cik hasan Basri, Kompilasi Hukum Islam Dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum Nasional,
(Jakarta ; Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. Ke-1, 140.

27
tujuan melaksanakannya, maka melakukan perkawinan itu dapat

dikenakan hukum wajib, sunnah, haram, makruh ataupun mubah.12

1) Melakukan perkawinan yang hukumnya wajib

Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk kawin

dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya tidak

kawin maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah

wajib.

2) Melakukan perkawinan yang hukumnya sunnah

Orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk

melangsungkan perkawinan, tetapi kalau tidak kawin tidak dikhawatirkan

akan berbuat zina, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang

tersebut adalah sunnat.

3) Melakukan hukum perkawinan yang hukumnya haram

Bagi orang yang tidak mempunyai keinginan dan kemampuan yang serta

tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam rumah

tangga sehingga apabila melangsungkan perkawinan akan terlantarlah

dirinya dan istrinya, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang itu

adalah haram.

4) Melakukan perkawinan yang hukumnya makruh

Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perkawinan

juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak

memungkinkan dirinya tergelincir kedalam perzinahan sekiranya tidak

12
Abdurrahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, 18.

28
kawin. Hanya saja orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk

dapat memenuhi kewajiban suami istri dengan baik.

5) Melakukan hukum perkawinan yang hukumnya mubah

Bagi orang mempunyai kemampuan untuk melakukannya, tetapi apabila

tidak melakukannya, tetapi apabila tidak melakukannya juga tidak

khawatir akan berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak akan

menelantarkan istri. Perkawinan orang tersebut hanya didasarkan untuk

memenuhi kesenangan bukan dengan tujuan menjaga kehormatan

agamanya dan membina keluarga sejahtera.

Jadi pada dasarnya hukum asal pernikahan adalah mubah, tetapi

hukum nikah ini dapat berubah menjadi wajib, sunnah, haram ataupun

makruh bagi seseorang, sesuai dengan keadaan seseorang yang akan

nikah.

D. Hikmah dan Tujuan Pernikahan

Pernikahan mengandung beberapa hikmah yang mempesona dan

sejumlah tujuan luhur. Seorang manusia baik laki-laki maupun perempuan

pasti bisa merasakan cinta dan kasih sayang dan ingin mengenyam

ketenangan jiwa dan kestabilan emosi. Allah SWT berfirman dalam surat

Ar-Ruum ayat 21, yang artinya :

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu

29
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rūm/30: 21)13

Dalam bukunya Abdul Rahman Al-Ghazali, Ali Ahmad Al-Jurjawi

berpendapat bahwa hikmah-hikmah dari pernikahan adalah:

1) Dengan pernikahan maka banyaklah keturunan.

2) Keadaan hidup manusia tidak akan tenteram kecuali jika keadaan rumah

tangganya teratur.

3) Laki-laki dan perempuan adalah dua sekutu yang berfungsi

mamakmurkan dunia masing-masing dengan ciri khasnya berbuat dengan

berbagai macam pekerjaan.

4) Sesuai dengan tabiatnya, manusia itu cenderung mengasihi orang yang

dikasihi. Adanya istri akan bisa menghilangkan kesedihan dan ketakutan.

Istri berfungsi sebagai teman dalam suka dan penolong dalam mengatur

kehidupan.Seperti dalam firman Allah surat Al-A’raaf ayat 189:

Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan

dari padanya dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang

kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung

kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa

waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-

isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata:

"Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh,

13
Muhammad bin Qosim As-Syafi’i, Fatkhul Qorib, (Surabaya: Imaratullah, T.T), 43 M. sayyid
Ahmad Al-Musayyar, Akhlak Al-Usrah Al-Muslimah Buhutts wa Fatawa, editor : Achmad
Taqyudin, Fathurrahman Yahya. Fiqh Cinta Kasih Rahasia Kebahagiaan Rumah Tangga, (Jakarta:
Erlangga, 2008), 6.

30
tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur. (QS. Al-

A’rāf/7: 189)

5) Manusia diciptakan dengan memiliki rasa ghirah (kecemburuan) untuk

menjaga kehormatan dan kemuliaannya. Pernikahan akan menjaga

pandangan yang penuh syahwat terhadap apa yang tidak dihalalkan

untuknya.

6) Pernikahan akan memelihara keturunan serta menjaganya. Di dalamnya

terdapat faedah yang banyak, antara lain memelihara hak-hak dalam

warisan.

7) Berbuat baik yang banyak lebih baik daripada berbuat baik sedikit.

Pernikahan pada umumnya akan menghasilkan keturunan yang banyak.

8) Manusia itu jika telah mati terputuslah seluruh amal perbuatannya yang

mendatangkan rahmat dan pahala kepadanya. Namun apabila masih

meninggalkan anak dan istri, mereka akan mendo’akannya dengan

kebaikan hingga amalnya tidak terputus dan pahalanya pun tidak ditolak.14

Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita dan menjelaskan tentang

betapa pentingnya tujuan yang jelas dalam menjalankan segala macam

aktifitas. Begitu juga mengenai pernikahan. Ada beberapa tujuan

pernikahan dalam Islam, antara lain:

a) Memenuhi naluri manusia

Manusia mempunyai naluri biologis yang harus dipenuhi, oleh karena itu

manusia harus menikah untuk menghalalkan hubungan biologis yang

paling asasi tersebut.

14
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, 67-68.

31
b) Membentengi akhlak

Menikah sangat dianjurkan dalam Islam, hal ini dikarenakan begitu berat

menahan naluri biologis yang datang dan manusia tidak akan sanggup

menahannya. Menikah akan membentengi manusia dari berbagai macam

fitnah dan bahaya.

c) Menegakkan rumah tangga Islami

Setelah menikah kita wajib menjaga dan mengatur rumah tangga dengan

baik. Allah SWT mewajibkan kepada siapapun yang mengaku dirinya

seorang muslim untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan

rumah tangganya.

d) Meningkatkan ibadah kepada Allah

Salah satu ibadah kepada Allah SWT adalah dengan menikah. Menikah ini

adalah sebuah keharusan bagi orang yang mengaku dirinya muslim.

e) Mencari keturunan yang shaleh

Salah satu tujuan menikah adalah memperbanyak keturunan bani adam.

Keturunan inilah yang akan meneruskan risalah Islam yang telah

diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. 15 Jadi hikmah

dan tujuan dari nikah adalah terpenuhinya fitrah pada diri manusia yaitu

membutuhkan pasangan dan melanjutkan keturunan yang pada akhirnya

terjadi ketenteraman pada diri manusia tersebut.

E. Hakikat Pernikahan Usia Muda

1) Pengertian Pernikahan Usia Muda

15
Abduh Al-Barraq, Panduan Lengkap Pernikahan Islami, (Bandung, Pustaka Oasis

32
Sebelum penulis membahas tentang pengertian pernikahan Muda,

terlebih dahulu harus diketahui batasan usia muda. Mendefinisikan usia

muda (remaja) memang tidak mudah karena kalau kita lihat sampai saat

ini belum ada kata sepakat antara para ahli ilmu pengetahuan tentang batas

yang pasti mengenai usia muda karena menurut mereka hal ini tergantung

kepada keadaan masyarakat dimana usia muda itu ditinjau. 16 Ada beberapa

pengertian usia muda yang ditinjau dari beberapa segi di antaranya:

Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa : “Usia muda (remaja)

adalah anak yang pada masa dewasa dalm perspektif kejiwaan, dimana

anak-anak mengalami perubahan-perubahan cepat di segala bidang.

Mereka bukan lagi anak-anak baik untuk badan, sikap dan cara berfikir

atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang, masa

ini dimulai kira-kira umur 13 tahun dan berakhir kira-kira 21 tahun”.17

Dalam buku pernikahan dini; dilema generasi ekstravaganza karangan abu

al-ghifari, Sarlito Wirawan Sarwono mendefinisikan remaja sebagai

individu yang tengah mengalami perkembangan fisik dan mental. Beliau

membatasi usia remaja ini antara 11-24 tahun dengan pertimbangan

sebagai berikut:

a) Usia 11 tahun adalah usia dimana umumnya tanda-tanda seksual

sekunder mulai nampak (kriteria fisik)

16
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, (Jakarta:
Kalam Mulia, 1999), Cet. ke-1, 69.
17
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1995), cet. ke-3, 106.

33
b) Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil

baligh baik menurut adat maupun agama. Sehingga masyarakat tidak lagi

memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial)

c) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan

perkembangan jiwa.

d) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimum untuk memberi

kesempatan mereka mengembangkan dirinya setelah sebelumnya masih

tergantung pada orang tua.

WHO mendefinisikan remaja sebagai fase ketika seorang anak mengalami

hal-hal sebagai berikut:

a) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksualnya.

b) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menuju dewasa.

c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.lizabet B. Harlock

mendefinisikan usia remaja dan membaginya dalam tiga tingkatan yaitu:

pra remaja 10-12 tahun, remaja awal 13-16 Tahun,remaja Akhir 17-21

tahun. 18 Menurut WHO Batasan Usia muda terbagi dalam dua bagian

yaitu: usia muda awal 10-14 tahun dan usia muda akhir 15-20 tahun.Dari

segi psikologi sosial maupun hukum Islam menurut Abu Al-Ghifari

pernikahan muda dibagi menjadi dua kategori, pertama pernikahan

dibawah umur asli yaitu pernikahan muda yang benar-benar murni

18
Abduh Al-Barraq, Panduan Lengkap Pernikahan Islami, (Bandung, Pustaka Oasis, 2011), 21-
27.

34
dilaksanakan oleh kedua belah pihak untuk menghindarkan diri dari dosa

tanpa adanya maksud semata-mata hanya untuk menutupi perbuatan zina

yang telah dilakukan oleh kedua mempelai. Kedua, pernikahan muda palsu

yaitu pernikahan muda yang pada hakikatnya dilakukan sebagai menutupi

kesalahan-kesalahan mereka dalam hal ini orang tua juga ikut berperan

serta.Sebagaimana yang ada pada Undang-Undang perkawinan No. I

Tahun 1974 pasal 7 yang menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan

jika pihak pria sudah mencapai usia 19 (Sembilan belas) Tahun dan pihak

wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas). 19 Apabila melihat UU yang

membahas tentang perkawinan, menurut Undang-Undang formal yang

berlaku di Indonesia, 20 menentukan batas umur kawin tersebut dengan

suatu pertimbangan, bahwa kedewasaan dan kematangan jasmani dan

tujuan luhur suci dapat dicapai, yaitu memperoleh keturunan sehat saleh,

dan ketentraman serta kebahagiaan hidup lahir batin.Untuk mewujudkan

perkawinan tersebut, maka diperlukan persiapan yang matang baik

persiapan moral maupun materiil. Islam memberikan syarat kemampuan,

yakni kemampuan dalam segala hal baik kemampuan memberi nafkah

lahir batin kepada istri dan anakny maupun kemampuan mengendalikan

gejolak emosi yang menguasai dirinya. Pernikahan di usia muda atau

muda dimana setiap orang belum matang mental maupun fisik, sering

menimbulkan masalah dibelakang hari bahkan tidak sedikit berantakan

ditengah jalan.Salah satu prinsip yang dipegang oleh UU perkawinan

Indonesia adalah kematangan calon mempelai. Para ulama’ berbeda

19
Kemenag Ri, undang undang perkawinan, ( Bandung ; Permata Press, 2015), 10.
20
Abu Al-Ghifari, Pernikahan Muda; Dilema Generasi Ekstravaganza, (Bandung: Mujahid Press,
2004), cet. ke-4, 32-33

35
pendapat dalam hal pernikahan muda bila dikaitkan dengan anak dari sisi

usia. Dalam bukunya Fiqih Perempuan, Husain mengutip pendapat

Hanafiah dan Syafi’i mengenai usia pernikahan muda menurut Imam

Hanafi pernikahan muda adalah pernikahan yang dilakukan pada usia

dibawah 17 tahun bagi perempuan dan 18 tahun bagi laki-laki. Sedangkan

menurut Imam Syafi’i pernikahan muda adalah pernikahan yang dilakukan

pada usia kurang lebih 15 tahun.

Kedua Imam Melihat dari aspek kematangan seseorang ketika

sudah baligh. Akbar dalam bukunya Seksualitas Ditinjau Dari Segi Hukum

Islam” mengemukakan diantara faktor yang mempengaruhi kerukunan

rumah tangga yaitu faktor kematangan sebagai salah satu faktor yang

harus diperhatikan karena emosi yang belum matang untuk berfungsi

sebagai suami dan istri, rumah tangga menjadi berantakan. Dari penjelasan

diatas, ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang batasan usia

muda, namun dalam hal ini penulis mencoba menyimpulkan bahwa usia

muda itu adalah mulai dari umur 10 tahun sampai 21 tahun. Yang tercakup

di dalamnya antara lain masa pra remaja, remaja awal dan remaja akhir.

Jadi pernikahan muda yang penulis maksud disini adalah hubungan antara

dua insan yang berlainan jenis kelamin yang dilakukan pada saat pasangan

tersebut berusia antara 10-21 tahun.

2) Faktor-faktor Pendorong Pernikahan Usia Muda

Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda

yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat, antara lain:

a) Ekonomi

36
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis

kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya

dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.

b) Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan

masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya

yang masih dibawah umur.

c) Faktor orang tua

Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran

dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan

anaknya. 21

d) Media masa

Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern

kian Permisif terhadap seks.

e) Faktor adat

Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya

dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan.

3) Dampak Pernikahan Usia Muda

Berbagai dampak pernikahan usia muda dapat dikemukakan sebagai

berikut:

a) Dampak positif

Dampak positif dari Pernikahan usia muda sebagai berikut:

(1) Menghindari perzinahan

21
Abu Al-Ghifari, Pernikahan Muda; Dilema Generasi Ekstravaganza, (Bandung: Mujahid Press,
2004), cet. ke-4, 42-45

37
Jika ditinjau dari segi agama Pernikahan usia muda pada dasarnya tidak

dilarang, karena dengan dilakukannya perkawinan tersebut mempunyai

implikasi dan tujuan untuk menghindari adanya perzinahan yang sering

dilakukan para remaja yang secara tersirat maupun tersurat dilarang baik

oleh agama maupun hukum.

(2) Belajar bertanggung jawab

Suatu perkawinan akan memberikan motivasi/dorongan kepada seseorang

untuk bertanggung jawab, baik pada dirinya sendiri maupun pada orang

lain (istrinya).

b) Dampak negatif

Dampak negatif dari perkawinan usia muda sebagai berikut.

(1) Segi pendidikan

Seseorang yang melakukan pernikahan terutama pada usia yang masih

muda, tentu akan membawa dampak dalam dunia pendidikan. Dapat

diambil contoh, jika seseorang yang melangsungkan pernikahan ketika

baru lulus SMP atau SMA, tentu keinginannya untuk melanjutkan sekolah

lagi atau menempuh pendidikan yang lebih tinggi tidak akan tercapai. 22

Selain itu belum lagi masalah ketenagakerjaan, seperti yang ada di dalam

masyarakat, seseorang yang mempunyai pendidikan rendah hanya dapat

bekerja sebagai buruh saja, dengan demikian dia tidak dapat mengeksplor

kemampuan yang dimilikinya.

(2) Segi Fisik

22
http://bangamma13.blogspot.com/2013/06/faktor-terjadinya-pernikahan-muda-usia.html-selasa-
21-oktober-2014-20:36

38
Pasangan usia muda belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang

memerlukan ketrampilan fisik, untuk mendatangkan penghasilan baginya,

dan mencukupi kebutuhan keluarganya.

(3) Segi Mental/Jiwa

Pasangan usia muda belum siap bertanggung jawab secara moral, pada

setiap apa saja yang merupakan tanggung jawabnya. Mereka sering

mengalami kegoncangan mental, karena masih memiliki sikap mental

yang labil dan belum matang emosionalnya.

(4) Segi Kelangsungan Rumah Tangga

Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang masih rawan dan belum

stabil, tingkat kemandiriannya masih rendah serta menyebabkan banyak

terjadinya perceraian.

F. Cara mendidik anak

Selama ini, tidak jarang pola orang tua dalam mendidik anak-

anaknya masih bersifat parsial. Padahal, suasana lingkungan hidup dan

kemajuan ilmu pengetahuan telah demikian hebatnya, 23 sehingga media

masa baik elektronik maupun media cetak dan pengaruh hubungan

langsung dengan budaya asing tidak dapat dielakkan dan ikut mencampuri

pendidikan anak-anaknya. Untuk itu, metode pendidikan agama yang

dilakukan oleh orang tua dirumah tidak cukup lagi dengan cara yang biasa

dan mengalir saja, tetapi perlu disengaja dengan dipersiapkan secara baik.

Orang yang mau mengkaji misalnya tentang kepribadian Rasulullah SAW

akan mengetahui bahwa beliau benar-benar seorang pendidik yang agung,

23
Abdul Aziz Ahyadi, Kepribadian Muslim Pancasila. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001),
116.

39
mempunyai metode pendidikan yang luar biasa dan memperhatikan segala

kebutuhan dan tabiat anak. Bertitik tolak dari kepribadian Rasulullah

itulah orang tua harus melihat karakteristik masing-masing arahannya

dalam memasukkan syari‟at serta tingkah laku keagamaan mereka.

Ada Beberapa cara yang berpengaruh dalam mendidik anak antara lain

sebagai berikut:

a. Nasihat

Memberi nasihat dapat dilakukan dengan cara menyampaikan baik

buruknya pergaulan yang ingin disosialisasikan pada anak dalam suatu

komunikasi yang bersifat searah.pemberian nasihat ini merupakan metode

yang paling umum diterapkan oleh orang tua didalam keluarga.Pemberian

nasihat merupakan cara yang sangat berperan dalam upaya mengajarkan

anak tentang prinsip-prinsip Islam. 24 Bentuk pengarahan nasihat Al-

Qur‟an sangatlah penting untuk membentuk jiwa dengan kebaikan dengan

mengantarkan pada yang benar dalam menerima hidayah. Dalam Al-

Qur‟an juga telah terbukti bahwa jiwa yang suci, hati yang bersih dengan

penyampian nasihat yang baik dan tulus, maka tanpa ragu pentunjuk Allah

akan cepat diterima. Begitu halnya bila anak selalu dibimbing dengan

nasihat yang baik akan lebih membekas dan mudah menerima.

b. Keteladanan

Yang dimaksud dengan keteladanan disini adalah seseorang yang

memberikan suatu contoh yang baik, akhlak yang tangguh, memahami

jiwa agama yang benar, disamping itu kemampuannya mengikuti

24
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, 64.

40
perkembangan zaman. Pada masa Rasulullah dakwah Islam yang hampir

tujuhpuluh lima persen (75%) dengan menggunakan metode contoh atau

tingkah laku atau perbuatan yang baik. Sedang Rasul itu sendiri adalah

merupakan contoh teladan utama yang menjadi kiblat dari segala

perbuatan pengikutnya.

Secara psikologis manusia memang memerlukan tokoh teladan

dalam hidupnya, ini adalah sifat pembawaan. Meniru adalah salah satu

sifat pembawaan manusia. Oleh karena itu dalam pendidikan agama pada

anak perlu adanya tokoh yang dijadikan teladanyang baik sehingga anak

akan meniru sesuatu yang baik.

Dalam keluarga orang tualah yang menjadi teladan bagi anak-

anaknya,orang tua harus melakukan terlebih dahulu prilaku-prilaku yang

mengandung nilai-nilai moral yang akan disampaikan pada anak. Dengan

demikian, ketika orang tua menyampaikan pesan nilai moral pada anak

orang tua dapat merujuk pada prilaku-prilaku yang telah dicontohkan dan

menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya.

c. Berdialog

Dalam metode ini orang tua menyampaikan pada anak melalui

proses interaksi yang bersifat dialogis. Orang tua menyampaikan harapan-

harapannya pada anak dan bentuk-bentuk perilaku yang diharapkan

dilakukan oleh anak.

d. Pengawasan

Pengawasan ini adalah cara bagaimana mendampingi anak dalam

upaya pembentukan aqidah, moral dalam mengawasinya,

41
mempersiapkannya secara psikis dan sosial. Peran orang tua dalam

memberikan dorongan, pengawasan dan juga control bagi anaknya

sangatlah diperlukan, baik dalam segi kehidupan maupun aspek

pendidikan sebagaimana telah dianjurkan oleh Allah dalam Al-Qur‟an.

Nabi Muhammad SAW juga senantiasa memberikan contoh pengawasan

bagi umatnya, mengatur mereka yang lalai menjalankan tugas dan

memberi semangat yang berbuat baik

e. Hukuman

Membiasakan dengan tingkah laku terpuji haruslah dimulai sejak

dini sebelum tertanam sifat-sifat yang buruk. Karena sangat sukar bagi

anak melepaskan kebiasaan yang telah tertanam dalam jiwanya. Dalam

metode ini adakalanya orang tua menggunakan hukuman sebagai cara

untuk mendisiplinkan anak apabila berprilaku kurang sesuai dengan nilai-

nilai agama yang disosialisasikan.

f. Cerita

Metode cerita sebagai salah satu cara menanamkan tingkah laku

keagamaan akan sangat berpengaruh positif bila komunikator mampu

mengekspresikan atau mendramatisir cerita, sehingga suasananya akan

terbawa oleh cerita. Maka dari itumetode bercerita merupakan salah satu

pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita

kepada anak secara lisan. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia

kehidupan anak, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan

mendengarkan dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat

menangkap isi cerita. Kegiatan bercerita akan memberikan sejumlah

42
pengetahuan social, nilai-nilai moral, dan keagamaan. Kegiatan bercerita

juga memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.

Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam informasi tentang

pengetahuan, nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Dalam Islam metode cerita sangatlah penting, karena mempunyai alasan

sebagai berikut:

1) Cerita selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar

untuk mengikuti peristiwanya, merenungkanmaknanya.

2) Cerita yang bersifat qurani dan nabawi dapat menyentuh hati manusia

karena kisah itu menampilakn tokoh dalam konteks menyeluruh.

3) Cerita yang bersifat qurani mendidik perasaan keimanan dengan cara:

a) Membangkitkan berbagai perasaan seperti khauf, ridha dan cinta.

b) Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak,

yaitu kesimpulan kisah.

c) Melibatkan pembaca atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia

terlibat secara emosional.

Cerita yang bersifat qurani dan nabawi bukanlah semata cerita atau

semata-mata karya seni yang indah, tetapi suatu cara untuk mendidik anak

agar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, metode

cerita sangatlah penting dalam menumbuhkan dan menanamkan rasa

keagamaan kepada anak.

g. Pembiasaan

43
Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berpendapat bahwa perihal

pembiasaan anak dengan sifat baik atau sifat buruk serta kaitannya dengan

fitrah (kesucian) sebagai berikut “bayi merupakan amanat di sisi kedua

orang tuanya. 25 Hati dan jiwanya suci, jika anak dibiasakan dengan

kejahatan atau dibiarkan seperti hewan liar maka anak akan celaka.

Memeliharanya dengan jalan mendidiknya mengajarkan dengan akhlak

yang baik. Maka dari itu pembiasaan merupakan salah satu cara

menanamkan tingkah laku yang bercorak islami seperti membiasakan

berbudi pekerti yang baik, berbicara yang benar, bersikap hormat pada

orang lain baik di rumah, sekolah maupun ditempat mereka bermain.

h. Metode Peristiwa atau pengalaman – pengalaman kongkrit

Pendidikan dan penanaman tingkah laku ke agamaan melalui

peristiwa-peristiwa kongrit juga sangat berpengaruh positif bagi anak.

Cara ini biasa dilakukan dengan melibatkan mereka dalam kegiatan

keagamaan di sekolah atau dilingkungan masyarakat tempat mereka

tinggal . semakin banyak pengalaman keagamaan yang mereka dapatkan

melalui pembiasaan akan semakin banyaklah unsur agama pribadinya dan

akan semakin mudah ia memahami ajaran agama yang di jelaskan oleh

guru agama dibelakang hari memang penanaman dan pemahaman tingkah

laku ke agamaan melalui metode atas misalnya,harus di laksanakan sedini

mungkin,di mulai sejak anak lahir,bahkan ada yang di mulai sejak anak

masih dalam kandungan.karena setiap pengalaman yang di lalui anak,baik

melalui pendengaran,pengelihatan,perlakuan,pembinaan,dan sebagainya

25
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang: CV Asy Syifa’,
1883), 43.

44
akan menjadi bagian dari pribadinya yang akan tumbuh kelak.artinya

setelah pembinaan itu berlangsung maka seseorang dengan sendirinya

akan menjadikan agama sebagai pedoman dan pengendali tingkah

laku,sikap dan segala gerak-geriknya dalam hidup serta akan tanpa nilai-

nilai agama yang tercermin dalam tingkahlakunya.

Setiap kegiatan, aktivitas maupun usaha yang dilakukan oleh

seseorang pastinya mempunyai dorongan atau maksud yang akan dicapai.

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang diharapkan tentunya harus

dibarengi dengan bentuk-bentuk usaha yang akan dilakukan sehingga

mencapai tujuan yang ditetapkan dahulu. Begitu juga bagi orang tua yang

posisinya dapat dikatakan strategis dalam mengasuh, membina, dan

mendidik keluarga serta anggota-anggotanya (anak) sudah tentu

mendambakan serta menginginkan supaya semua keturunannya menjadi

seseorang yang berguna dan berbakti khususnya kepada kedua orang

tuanya. Jadi beberapa metode inilah yang bisa digunakan oleh orang tua

dalam mendidik anaknya, agar menjadikan anak-anak yang berperilaku

sesuai dengan ajaran agama islam. Dari uraian diatas peneliti

menyimpulkan bahwa ada beberapa metode orang tua dalam menanamkan

nilai-nilai agama pada anak seperti metode nasihat, metode keteladanan,

metode berdialog, metode pengawasan, metode hukuman, metode cerita,

metode pembiasaan, dan metode peristiwa atau pengalaman-pengalaman

kongkret.

45
G. Pengertian Nilai Agama Islam

Nilai Agama Islam adalah suatu upaya mengembangkan pengetahuan dan potensi

yang ada mengenai masalah dasar yaitu berupa ajaran yang bersumber kepada

Allah yang meliputi keyakinan, pikiran, akhlak dan amal dengan orientasi pahala

dan dosa, sehingga ajaran-ajaran Islam tersebut dapat merasuk kedalam diri

manusia sebagai pedoman dalam hidupnya. adapun pengertian lain Nilai Agama

Islam adalah seperangkat ajaran nilai-nilai luhur yang ditransfer dan diadopsi ke

dalam diri untuk mengetahui cara menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai

dengan ajaran-ajaran Islam dalam membentuk kepribadian yang utuh.

Berdasarkan pengertian diatas dapat difahami bahwa penanaman Nilai Agama

Islam sangatlah penting, dimana didalamnya terdapat nilai-nilai yang dapat

membentuk kepribadian seseorang dalam hidupnya seperti nilai Aqidah, Ibadah

dan Akhlak. Pentingnya Menanamkan Nilai-Nilai Agama Islam sebagai ikatan

dari sesuatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia dan menjadi sebagian dari

kognitifnya yang berfungsi sebagai pedoman tingkah laku mereka karena menurut

nilai-nilai luhur dan suci yang dianut oleh pemeluknya.Oleh karena itu agama

sebagai pendorong, mengerak maupun mengontrol perilaku individu sangat

dipengaruhi oleh lemah atau kuatnya nilai agama dalam sistem nilai yang ada

dilingkungannya.

H. Macam-Macam Niai-Nilai Agama Islam

Ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yakni Akidah, Ibadah, dan Akhlak.Maka nilai-nilai agama Islam yang

harus ditanamkan orang tua kepada anak harus meliput, nilai akidah, 26nilai

26
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 97.

46
ibadah ,dan nilai akhlak. Ketiga ajaran pokok ini selengkapnya

diungkapkan sebagai berikut:

1. Aqidah

Aqidah berasal dari kata‟aqidah-ya‟qidu‟-aqiidatan, berarti

keimanan kepercayaan atau tekad.Pengetahuan mengenal aqidah disebut

ilmu aqidah, ilmu tauhid atau ilmu ushuludin yang membahas mengenai

keimanan terhadap Allah Yang Maha Esa dan dasar-dasar kehidupan

beragama. Aqidah merupakan salah satu unsur terpenting bagi manusia

agar dapat memiliki pengalaman atau dasar dalam hidup. Oleh karena itu

dengan keyakinan yang dimiliki manusia perlu diajarkan dan ditanamkan

sejak dini.Aqidah adalah inti dasar dari keimanan seseorang yang harus

ditanamkan kepada anak oleh orang tua, bisa dengan cara pengenalan pada

anak tentang sifat-sifat Allah, mengenalkan sedikit demi sedikit apa yang

ada dalam rukun Islam dan rukun Iman. Sehingga mereka dihadapkan

dapat menyebutkan mengingat apa yang telah diajarkan.

Secara ringkas sifat-sifat orang yang beriman yang berkenaan

dengan aqidah ialah: beriman kepada Allah, para rasul, kitab-kitab,

malaikat, hari akhir kebangkitan dan hisab, surge dan neraka, qadla dan

qadar serta hal-hal lain.

2. Ibadah

Ibadah berasal dari kata „abadah‟ yang berarti patuh, tunduk,

menghambakan diri, dan amal yang diridhai Allah. Secara umum ibadah

berarti melaksanakan tugas ibadah dan khilafah dengan kesengajaan atau

47
niat demi perintah Allah SWT. Dalam pengertian khusus, ibadah tidak

mencakup pelaksanaan perintah

Menyeluruh sebagaimana termaktub dalam fiqih Islam itu diperkenalkan

dan dibiasakan oleh orang tua dalam diri anak, salah satu cara mengenal

ibadah pada anak dengan bentuk-bentuk latihan-latihan keagamaan yang

menyangkut ibadah seperti mengenal dan menghafalkan baca-bacaan

dalam shalat, doa sehari-hari dan mengenal hiruf-huruf hijaiyah dalam

bacaan Al- Qur‟an. Hal ini dilakukan agar kelak mereka tumbuh menjadi

insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala

perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala larangannya.

3. Akhlak

Akhlak adalah kata jamak dari kata tunggal „khuluq‟.kata khuluq

adalah lawan dari kata khalq.Khuluq merupakan bentuk batin sedangkan

khalq merupakan bentuk lahir.Khalq dilihat dengan mata lahir

sedangkanKhuluq dilihat dari mati batin. Keduanya dari akar kata yang

sama yaitu Kalaqa. Khuluq atau akhlak adalah sesuatu yang tercipta atau

terbentuk melalui proses. Akhlak merupakan manifestasi iman, Islam dan

ikhsan sebagai refleksi sifat dan jiwa yang secara spontan dan terpola pada

diri seseorang sehinnga melahirkan prilaku yang konsisten dan tidak

tergantung pada pertimbangan berdasarkan keinginan tertentu. Dalam

memberikan pendidikan anak orang tua dituntut atau bertanggung jawab

mengajarkan anaknya mengenai sifat-sifat yang baik, seperti jujur, ikhlas,

bertanggung jawab dan sebagainya. disimpulkan bahwa terdapat tiga nilai

agama Islam yaitu nilai Aqidah, Ibadah.

48
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan disajikan oleh peneliti adalah

pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian ini lebih menekankan pada

makna dan proses daripada hasil suatu aktivitas. Penelitian kualitatif

menurut Bogdan & Taylor adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu

secara holistik (utuh) Pada penelitian kualitatif itu menggunakan

lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi


27
dalam situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif.

Adapula yang mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai

penelitian atau riset yang berpola investigasi dimana data–data dan

pernyataan diperoleh dari hasil interaksi secara langsung antara peneliti,

obyek–obyek penelitian serta orang–orang disekitar lokasi penelitian. Pada

penelitian ini, peneliti ingin mengetahui Implementasi pembelajaran

sejarah kebudayaan Islam. 28

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah study kasus. Berbagai macam penerapan metode pengaruh

27
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015). 82
28
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015). 86

49
pernikahan diusia dini dalam memecahkan masalah tersebut maka kita

harus tau apa yang menyebabkan adanya pernikahan di usia dini di Desa

Penompo Jetis Mojokerto. Adapun tahapan-tahapan rancangan penelitian

antara lain :

1. Tahap pralapangan

Ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini:

a. Menyusun rancangan penelitian.

Rancangan penelitian kualitatif berisi: Latar belakang masalah,

Kajian kepustakaan yang menghasilkan pokok-pokok, Kesesuaian

paradigma dengan fokus, Rumusan fokus, Kesesuaian paradigma

dengan teori subtantif yang mengarahkan inkuiri, Pemilihan lapangan

penelitian, Penentuan jadwal penelitian, Pemilihan alat penelitihan,

Rancangan pengumpulan data, Rancangan prosedur analisis data,

Rancangan perlengkapan yang diperlukan dalam penelitian,

Rancangan pengecekan kebenaran data.

b. Memilih lapangan penelitian.

Pemilihan lapangan penelitian itu menurut Bogdan dalam Moleong

bahwa pemilihan lapangan penelitian itu dibimbing baik oleh teori

subtantif maupun formal. Namun Moleong sendiri kurang sependapat

dengan Bogdan menurut Moleong teori formal pada dasarnya baru

dapat disusun setelah teori subtantif terbentuk. 29 Dengan demikian

pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori subtantif yang

29
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2007), 86.

50
dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih tentatif

sifatnya. Hipotesis kerja itu baru akan terumuskan secara tetap setelah

dikonfirmasikan dengan data yang muncul ketika peneliti memasuki

tempat penelitian.

Setiap situasi sosial merupakan laboratorium. Beberapa aspek

kehidupan sosial dapat diteliti karena hal itu menjadi lebih jelas.

Namun satu hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti seperti yang

diingatkan oleh Bogdan yang perlu dipahami dan disadari oleh

peneliti ialah “barangkali baik apabila tidak secara teguh berpegang

pada acuan teori, tetapi biarlah hal itu dikembangkan pada

pengumpulan data.

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan

penelitian adalah dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif,

artinya diperlukan menjajaki lapangan untuk melihat apakah terdapat

kesesuaian dengan kenyataan yang berada dilapangan. Keterbatasan

geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga, perlu dijadikan

pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.

c. Mengurus perizinan

Pertama- tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja

yang berwenang dan berkuasa memberikan izin bagi pelaksanaan

penelitian, selain itu yang perlu diperhatikan persyaratan yang

diperlukan. Persyaratan itu dapat berupa: surta tugas, surat izin

instansi diatasnya, identitas diri seperti KTP, foto dan lain-lain,

51
barangkali perlu memperlihatkan kamera foto, tape recorder,

barangkali dalam hal tertentu pemberi izin mempersyaratkan agar

peneliti memaparkan maksud, tujuan, hasil peneltian yang diharapkan,

siapa-siapa yang harus dihubungi. Syarat-syarat lainnya yang perlu

dimiliki oleh peneliti ialah syarat pribadi peneliti sendiri, yaitu sikap

terbuka, jujur, bersahabat, simpatik, empatik, objektif dalam

menghadapi konflik, tidak pandang bulu berlaku adil, dan sikap-sikap

positif lainnya.

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

Tahap ini belum pada titik yang menyingkapkan bagaimana

peneliti masuk lapangan dalam arti mulai mengumpulkan data yang

sebenarnya. Jadi tahap ini barulah merupakan orientasi lapangan,

namun dalam hal-hal tertentu telah menilai keadaan lapangan. Peneliti

sebelum menjajaki lapangan sebaiknya sudah mempunyai gambaran

umum tentang geografi, demografi, sejarah, tokoh-tokoh, adat istiadat,

konteks kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan, pendidikan, agama, mata

pencaharian, karena hal tersebut sangat membantu penjajakan

lapangan. Jika peneliti telah mengenal maksud dan tujuan, lainnya

ialah untuk membuat peneliti mempersiapkan diri, mental maupun

fisik, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan Pengenalan

lapangan dimaksudkan untuk menilai keadaan situasi, latar dan

konteknya, apakah terdapat kesesuaian dengan masalah, asumsi, teori

subtantif, seperti yang digambarkan dan dipikirkan sebelumnya oleh

peneliti.

52
e. Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi kondisi latar penelitian. Informan

berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian

walaupun hanya bersifat informal. Menurut Lincoln dan Guba dalam

Moleong “Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar

secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam

konteks setempat terutama bagi peneliti yang belum mengalami

latihan etnografi. Menurut Bogdan dan Biklen dalam moleong

“disamping itu pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam

waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau, jadi

sebagai internal sampling, karena informan dimanfaatkan untuk

berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan sesuatu kejadian

yang ditemukan dari subyek lainnya.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Peneliti menyiapkan perlengkapan penelitian tidak hanya

perlengkapan fisik saja, tetapi seluruh perlengkapan penelitian yang

diperlukan. Diantaranya surat izin penelitian, persiapan penelitian

lainnya yang perlu pula dipersiapkan adalah jadwal yang menyangkut

waktu kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Yang penting adalah agar

peneliti sejauh mungkin sudah menyiapkan segala alat perlengkapan

penelitian yang diperlukan sebelum terjun kedalam kancah penelitian.

53
2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu:

memahami latar penelitian, memasuki lapangan, berperan serta

mengumpulkan data

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

1) Pembatasan latar dan peneliti

Memasuki pekerjaan di lapangan peneliti perlu memahami

latar penelitian terlebih dahulu. Di samping itu ia perlu

mempersiapkan dirinya, baik fisik maupun secara mental. Peneliti

hendaknya mengenal adanya latar terbuka dan latar tertutup, dan

tahu menempatkan diri. Menurut Lofland dalam Moleong latar

terbuka terdapat dilapangan umum seperti tempat berpidato, tempat

orang berkumpul, pada latar demikian peneliti hanya akan

mengandalkan pengamatan dan kurang mengadakan wawancara.

Hal itu membawa peneliti untuk memperhitungkan latar tersebut

sehingga strategi pengumpulan datanya menjadi efektif. Sebaliknya

pada latar tertutup hubungan peneliti perlu akrab karena latar

demikian bercirikan orang-orang sebagai subyek yang perlu

diamati secara teliti dan wawancara mendalam. Dengan sendirinya

strategi berperan sertanya peneliti dalam latar sangat diperlukan.

2) Penampilan

Dalam hal ini penampilan yang dimaksud adalah peneliti

itu sendiri, hendaknya bisa menyesuaikan dengan kebiasaan,

kultur, dan tata cara latar penelitian.

54
3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan

Jika peneliti memanfaatkan pengamatan berperan serta,

maka hendaknya hubungan akrab antara subyek dan peneliti

dapat dibina. Dengan demikian peneliti dengan subyek

penelitian dapat bekerja sama dengan saling bertukar informasi.

4) Jumlah waktu studi

Mengenai pembatasan waktu pada dasarnya tidak ada

rumus yang dapat digunakan secara pasti. Untuk itu peneliti

sendirilah yang perlu menentukan pembagian waktu agar waktu

dilapangan dimanfaatkan seefisien mungkin. Peneliti hendaknya

senantiasa berpegang pada tujuan, masalah, dan jadwal yang

telah disusun sebelumnya.

b. Memasuki lapangan

1) Keakraban hubungan

Keakraban pergaulan dengan subyek perlu dipelihara

selama bahkan sampai sesudah tahap pengumpulan data, jangan

sampai subyek dalam hubungan keakraban itu merasa dirugikan,

subyek demikian harus diberi perhatian agar jangan merugikan

nantinya.

2) Mempelajari bahasa

Mempelajari bahasa jika peneliti berasal dari latar lain,

peneliti dianjurkan agar mempunyai buku catatan khusus

untuk mencatat dan menanyakan makna tertentu dari yang

55
didengarnya jika pada saat itu tidak mengerti oleh karena itu

perhatian khusus pada upaya mempelajari bahasa merupakan

kegiatan yang mau tidak mau harus dilakukan peneliti.

3) Peranan peneliti

Sewaktu melakukan penelitian mau tidak mau peneliti

akan terjun kedalamnya dan akan ikut berperan serta

didalamnya. Sering terjadi bahwa peran serta peneliti baru

dapat terwujud seutuhnya apabila telah membaur secara fisik

dengan kelompok komunitas yang ditelitinya, kadang-kadang

dengan jalan memberikan bantuan tertentu barulah ia diterima

peran sertanya. Adapun dan bagaimanapun peranan yang

dimainkan oleh peneliti, hendaknya disadari dan diperhatikan

bahwa tugas utamanya adalah mengumpulkan informasi.

c. Berperan serta mengumpulkan data

1) Pengarahan batas studi

Pada waktu menyusun usulan penelitian, batas studi telah

ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian. Jadwal

penelitian hendaknya telah disusun pula secara berhati-hati

walaupun luwes karena situasi lapangan yang sukar diramalkan.

Usaha penjajakan lapangan dan orientasi, apabila dilakukan

dengan baik, seluruh faktor tersebut akan membatasi, data yang

relevan saja yang betul-betul perlu ditekuni dan kemudian

dikumpulkan.

56
2) Mencatat data

Alat penelitian penting yang biasanya digunakan adalah

catatan lapangan. Catatan lapangan tidak lain daripada catatan yang

dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara,

atau menyaksikan suatu kejadian tertentu.

3) Petunjuk tentang cara mengingat data

Pada dasaranya peneliti tidak dapat melakukan dua pekerjaan

sekaligus. Peneliti tidak dapat melakukan pengamatan sambil

membuat catatan yang baik, tidak dapat membuat catatan yang baik

sambil mengadakan wawancara yang mendalam dengan seseorang.

Menurut Bogdan dalam Moleong petunjuk tentang cara mengingat

data sebagai berikut:

a) Membuat catatan secepatnya.

b) Jangan berbicara dengan orang lain terlebih dahulu tentang hasil

pengamatan sebelum dituangkan kedalam catatan lapangan.

c) Usahakan agar tidak terjadi gangguan sewaktu menulis.

d) Usahakan untuk menggambar dalam diagram keadaan fisik yang

diamati atau struktur organisasi yang ditemui.

e) Membuat garis besar berisi judul-judul tentang sesuatu yang

ditemui dalam suatu pengamatan atau wawancara yang cukup

lama dilakukan.

f) Dalam jadwal yang disusun hendaknya disisakan banyak waktu

sesudah pengamatan atau wawancara yang dipergunakan untuk

menulis catatan lapangan.

57
g) Mencatat apa yang dikatakan subyek secara verbal hendaknya

dilakukan secara teliti.

h) Mencatat lagi apabila ada dalam pengamatan terlupakan.

i) Kejenuhan, keletihan, dan istirahat

j) Meneliti suatu latar yang di dalamnya terdapat pertentangan.

Jika peneliti berhadapan dengan suatu konteks penelitian dan

di dalamnya menemukan kelompok-kelompok yang sedang

bertentangan dalam hal ini peneliti hendaknya bersifat netral tidak

memihak, dalam keadaan tertentu peneliti terpaksa berperan

sebagai penengah.

d. Analisis di lapangan

Penelitian kualitatif mengenal adanya analisis data di

lapangan walaupun data secara intensif barulah dilakukan sesudah

berakhirnya pengumpulan data. Dengan bimbingan dan arahan

masalah penelitian, peneliti dibawa kearah acuan tertentu yang

mungkin cocok atau tidak cocok dengan data yang dicatat.

Hipotesis kerja mungkin sudah ada atau belum dibuat pada waktu

peneliti sudah berada dilapangan. Apabila peneliti sudah mulai

mencatat serta mulai memberikan kode pada data, maka akan

tampak bahwa ada kecocokan atau ketidak cocokan dengan

hipotesis kerja yang telah dirumuskan sewaktu pertama kali berada

di lapangan.30

30
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2007), 102.

58
C. Data dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu

data yang disajikan bukan data dalam bentuk angka. Yang termasuk data

kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran umum tentang obyek penelitian

yang meliputi: ekonomi dan kebudayaan data serta kondisi yang ada di Ds

Penompo Jetis Mojokerto Sedangkan sumber data penelitian ini antara lain :

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Sumber data primer dapat diperoleh melalui

wawancara dan pengamatan langsung. Pada penelitian ini mengambil

sumber data primer dari wawancara dengan kepala desa dan warga desa

penompo jetis Mojokerto dan mengenai pengaruh pernikahan di usia dini .

Selain itu data juga diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah catatan adanya peristiwa ataupun catatan-

catatan yang jaraknya telah jauh dari sumber orsinil. Misalnya keputusan

rapat suatu perkumpulan bukan di dasarkan dari keputusan rapat itu sendiri

tetapi dari sumber berita, surat kabar. Berita surat kabar tersebut adalah

sumber sekunder. Menggunakan sitasi orang lain tentang suatu kejadian

merupakan sumber sekunder dalam sejarah. Sumber sitasi dan bukan dari

penyaksi kejadian sendiri juga merupakan sumber sekunder. Dalam

penelitian ini sumber data sekunder adalah dokumen-dokumen atau artikel-

artikel mengenai dengan fokus penelitian ini yaitu seabab terjadinya

pernikahan dini dan faktor ekonomi..

59
D. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung

terhadap subyek – subyek penelitian, obyek penelitian baik berupa

gejala-gejala ataupun keadaan sosial yang berhubungan dengan tujuan

dan sasaran penelitian. Metode observasi ini ada dua cara yaitu

observasi partisipan dan observasi non partisipan. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode observasi partisipan, 31 dimana peneliti

juga ikut mengambil peran dalam kegiatan yang berlangsung di Ds

Penompo dan untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dari

aktivitas tersebut sehingga informasi yang diperoleh menjadi lebih

mendalam. Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung

di Ds Penompo Jetis Mojokerto dengan berkunjung ke rumah warga

yang bersangkutan.

2. Metode Wawancara.

Yaitu sebagai metode pengumpulan data dengan cara tanya

jawab sepihak, yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada

tujuan penelitian. Wawancara sebagai metode untuk memperoleh data

dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan pertanyaan yang

telah disusun. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara

terstruktur. Peneliti mengharapkan dengan wawancara terstruktur ini

dapat memperoleh informasi yang sesuai dengan yang diharapkan.

31
Noeng Muhadjir. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rakesarasin, 1996). 2

60
Adapun pihak–pihak yang akan peneliti jadikan sebagai

informan/narasumber dari metode ini adalah :

a. Kepala Desa Penompo Jetis Mojokerto.

b. Warga yang bersangkutan di Desa Penompo Jetis Mojokerto.

c. Orang tua atau Orang yang bersangkutan di Desa Penompo Jetis

Mojokerto

3. Metode Dokumentasi.

Menurut Guba & Lincoln dokumen adalah setiap bahan tertulis

ataupun film, lain dari record,32 yang tidak dipersiapkan karena adanya

permintaan seorang peneliti. Yang dimaksud metode dokumentasi disini

adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa

catatan/transkrip, buku-buku dan lain-lain yang berhubungan dengan

penelitian. Adapun data–data yang peneliti butuhkan dalam penelitian

ini adalah:

a. Struktur penduduk dan dokumen-dokumen lain yang di anggap

penting dan di seleksi sesuai dengan fokus penelitian.

b. Foto kegiatan berlangsungnya wawancara dengan penduduk desa.

c. Foto wawancara dengan kepala Desa, dan penduduk desa.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci

(human instrument). Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori

yang luas, agar dapat bertanya, menganalisa, dan menyusun obyek yang di

32
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif, 176.

61
teliti menjadi lebih jelas, pada penelitian kualitatif, awalnya permasalahan

belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrument adala peneliti

sendiri, tetapi setelah yang di pelajari jelas, maka dapat dikembangkan

suatu instrument.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum

peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil

studi pendahuluan atau data sekunder, yang akan digunakan untuk

menentukan fokus penelitian.33 Namun demikian fokus penelitian ini

masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk

dan selama di lapangan. Berdasarkan pada hasil pengamatan awal yang

dilakukan oleh peneliti sebelum masuk ke lapangan atau lokasi

penelitian, peneliti melihat adanya kurangnya wawasan yang di miliki

oranga tua sehingga terjadi pernikahan di usia muda

2. Analisis Data selama Di Lapangan.

Penelitian ini menggunakan analisis interaktif yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Teknik analisis ini dijelaskan

oleh Miles dan Huberman Dalam menganalisis data penulis

menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri Proses analisis

data ini menggunakan empat tahap yaitu:

33
Sugiyono Metode Penelitian Kombinasi.334

62
3. pengumpulan data (Data Collection)

Peneliti dalam tahap ini mengumpulankan data sebanyak-

banyaknya yang berkaitan dengan fenomena yang akan diteliti.

Peneliti dapat mengumpulkan fakta-fakta yang ada melalui banyak alat

pengumpulan data yakni, wawancara, observasi, instrument dan

dokumentasi.

4. Reduksi Data (Data Reduction)

Merupakan suatu kegiatan proses penggolongan data,

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan

dan transformasi data mentah yang didapat dari catatan-catatan tertulis

dilapangan. Reduksi data dimulai pada awal kegiatan penelitian sampai

dilanjutkan selama kegiatan pengumpulan data dilaksanakan peneliti

harus membuat ringkasan, menelusuri tema, membuat gugus-gugus

dan menulis memo.

5. Penyajian Data (Data Display)

Dalam penyajian data seluruh data yang didapat dan dihasilkan

dari lapangan baik berupa pengamatan, transkrip maupun wawancara

dianalisis sehingga dapat menghasilkan sekumpulan informasi yang

tersusun secara sistematis yang memberikan kemungkinan untuk

ditarik kesimpulan deskriptif tentang pengaruh pernikahan di usia dini

terhadap cara mendidik anak dalam hal nilai agama di Desa Penompo

Jetis Mojokerto.

6. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

63
Pada saat pelaksanaan penelitian telah berlangsung secara

terus-menerus dan hampir tahap selesai peneliti mengambil

kesimpulan yang mana merupakan gambaran (pemaparan) dari

keseluruhan atau gabungan informasi yang dihasilkan dan secara

tersusun. Disini peneliti dapat melihat segala seusatu yang diteliti,

menarik kesimpulan mengenai obyek penelitian. 34

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dalam kurun waktu kurang

lebih selama 5 bulan terhitung mulai dari bulan Januari 2019 sampai bulan

Mei 2019 yang dimulai dari pengajuan judul sampai pelaksanaan

munaqosah. atau hingga peneliti merasa cukup memperoleh data-data baik

dari observasi, interview dan lain-lain yang diperlukan dalam proses

penelitian. Untuk rincian tentang jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

34
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011). 276

64
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Minggu

Januari Februari20
NO KEGIATAN Maret 2019 April 2019 Mei 2019
2019 19

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Pengajuan Judul √

Pengajuan
2 √ 
Proposal

Menghadap

Kepala Desa

3 Menyampaikan √ 
Surat Ijin

Penelitian

Konsultasi Ke
4 √
Desa

Persiapan
5 √
Penelitian

Bertatap Muka
6 √
dengan Informan

65
Minggu

Januari Februari20
NO KEGIATAN Maret 2019 April 2019 Mei 2019
2019 19

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Pengajuan Judul √

Pengajuan
2 √ 
Proposal

Membuat
7 √
Instrumen

Pengumpulan
8 √
Data

9 Analisis Data √

Penyusunan

10 Laporan √

Penelitian

11 Munaqosah √

66
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Desa Penompo

1.Sejarah Berdirinya Desa Penompo

Sebelum Desa Penompo terbentuk menjadi desa, yang mana pada

tahun 1936 daerah ini merupakan hutan lembah yang penuh dengan

pepohonan manga, pada tahun inilah pohon tersebut dihuni oleh

sekelompok orang yang ingin menyambung hidupnya dengan cara

membersihkan semak belukar guna dengan istilah merambah hutan dan

kemudian setelah lahan tersebut di tebang maka dilakukan kegiatan untuk

ditanami padi, orang orang tersebut adalah pendatang dari daerah

perdesaan,35 cara kehidupan masyarakat pada waktu itu hanya

mendapatkan hasil tahunan yang diperoleh dari hasil pertanian. Tempat

tinggal orang-orang dimaksud pada saat itu dengan mendirikan rumah

sesek yang sangat sederhana sekali,dengan menggunakan tiang kayu, yang

diperoleh dari hutan yang digarapnya, sedangkan lantainya masih terbuat

dari lemah lempung, dinding dan atap rumah terbuat dari Daun pisang

yang di ambil di persawahan . Rumah- rumah dimaksud masing-masing

berdiri diatas lahan pertaniannya sendiri sehingga ia dengan mudah untuk

turun kesawah guna untuk melaksanakan aktifitasnya sehari-hari.

Alat Transportasi masyarakat pada saat itu tak lain hanyalah

perahu yang terbuat dari kayu yang dibuatnya sendiri, sepeda tersebut

sering digunakan oleh orang-orang untuk bepergian ke Pasar guna

35
Hasil wawancara Dengan Bapak Kepala Desa Penompo. 2 Juni 2019

67
membeli kebutuhan yang diperlukan, karena pada waktu itu kendaraan

perahu motor belum begitu banyak dimiliki orang hanya yang ada pada

saat itu adalah jenis motor sungai yang digunakan untuk menggandeng

perahu,apabila orang-orang yang sudah menjual hasil pertanian dan

perkebunan di pasar. Daerah Penompo pada waktu itu belum banyak

dikenal orang dan belum mempunya kepastian nama, hanya saja orang-

orang yang melintas diperairan Sungai. yang membawa hasil pertanian dan

perkebunan dari daerah justru mereka inilah dahulunya yang memberikan

nama penompo.

B. Struktur Pemerintahan

Struktur pemerintahan yang ada di Desa Penompo Kecamatan Jetis

Kabupaten Mojokerto sama dengan struktur pemerintah pada desa-desa

lainnya yaitu di pimpin oleh seorang kepala Desa dan di bantu beberapa

orang perangkat - perangkatnya yang terdiri dari: Sekretaris Desa, Kaur

Pemerintahan, Keamanan, Ketertiban. Kaur Ekonomi, pembangunan dan

kaur keuangan dan umum serta Kepala Dusun I dan Kepala Dusun II.

Untuk lebih jelasnya sruktur pemerintahan Desa Penompo Kecamatan jetis

Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada bagan berikut:

68
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI

KEPALA DESA PENOMPO

KEPALA DESA

BAPAK SUTOYO

BPD

BAPAK WARSITO

SEKRETARIS DESA

ROSI RESINTA

KASIR PEMERINTAH KASIR PELAYANAN

MAHMUD ZAINAL GHUFRON BENDAHARA


PEMBANGUNAN
PLT. MAHMUD DEVI SRI SUYADI
ZAINAL

KADUS KADUS KADUS KADUS


SUKORAM PENOMPO SIDOKALA PLOSOKUNI
E NGG NG
BUDRIYAH THOHIR MARIONO SAMIATI

69
Berdasarkan dokumentasi yang ada, maka keadaan sarana dan prasarana Desa

Penompo Kecamatan jetis Kabupaten Mojokerto sebagai Berikut:

1. Sarana Jalan

Desa Penompo 100% melaui jalan darat. Jalan yang ada di Desa

Penompo adalah jalan yang masih proses dicor permanen beserta jalan-

jalan untuk masuk kelorong-lorong ( jalan biasa) juga sudah cukup baik,

ada yang dicor permanen dan masih ada jalan yang belum di cor

permanen. Jalan cor 10,5 Km. Jalan di cor permanen dalam kondisi yang

baik 9 Km. Dan jalan yg belom di cor atau masih kondisi rusak 1,5 Km.

Sedangkan jalan yang diperkeras dalam kondisi rusak 23,5 Km.41

2. Sarana Trasportasi

Trasportasi merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk

mempermudah dan memperlancar hubungan masyarakat dalam bepergian.

Sedangkan di Desa Penompo ini trasportasi yang digunakan adalah

trasportasi darat. Alat trasportasi yang ada digunakan oleh penduduk Desa

Penompo untuk kepasar, ke kecamatan, bekerja, maupun ke perkantoran

antara lain adalah, Mobil Pribadi, Angkutan Umum, Sepeda Motor dan

sepeda. Untuk lebih jelasnya kita lihat pada tabel berikut:

Table 4.1 Alat Trasportasi di Desa Penompo Kecamatan Jetis

No Jenis alat trasprotasi Keteranagan

1 Mobil pribadi 3

2 Angkutan umum 5

3 Sepada motor 250

4 sepeda 60

70
Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa alat trasportasi masyarakat

Desa Penompo itu beragam, hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang

banyak menggunkan sepada motor. Namun bagi mereka yang tidak

memiliki kendaraan pribadi untuk berpergian, mereka mengambil

alternative seperti menggunakan angkutan umum.

3. Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi adalah sarana yang dapat menunjang untuk

berkomunikasih dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi

masyarakat. Sarana yang digunakan masyarakat Desat penompo adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Alat Komunikasi di Desa penompo kecamatan jetis

No Jenis Alat Komunikasi Keteranagan

1 handphone 270

2 Telpon rumah 2

3 Televisi 350

4 Radio 110

Dari tabel diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa penduduk Desa

Penompo ini sudah sangat maju dan berkembang, kesadaran masyrakat

untuk mengetahui informasi dan mendapatkan ilmu serta tidak Gaptek

(Gagap Teknologi) sehingga dengan mudah dapat mengetahui informasi

melalui teknologi sangat tinggi, hal ini bisa dilihat dari banyaknya.

71
4. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu sektor yang sangat penting dalam

membangun kehidupan suatu desa, serta di jadikan andalan utama untuk

berfungsi memaksimalkan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup

manusia begi pula dengan Desa Penompo ini. Pendidikan dapat merubah

pemikiran suatu Desa dari yang tertinggal menjadi berfikiran Modern.

Sarana dan Prasarana Pendidikan yang ada di Desa Penompo Kecamatan

Jetis Kabupaten Mojokerto ini adalah:

a. Taman Kanak-kanak (TK)

Taman Kanak-Kanak yang ada di Desa Penompo Yaitu Terdapat 1

unit Taman yaitu hidayatul muaffiq, serta terdapat 2 lokal, jumlah siswa

hidayatul muaffiq 50 anak, dan tenaga pengajar ada 5 orang.

b. Sekolah Dasar (SD)

Di Desa Penompo terdapat 1 buah Sekolah Dasar. Letak SD

Penompo 01 Sukorame ini berdekatan dengan Kalangan, ada rumah-

rumah tetangga dan ada balai desa di samping sekolah ini. SD Penompo

01 ini dari keseluruhan mempunyai 6 lokal, jumlah siswanya 250 anak,

mempunyai tenaga pengajar 15 orang.

5. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Untuk membantu masyarakat dalam bidang kesehatan di Desa

Penompo ini terdapat 1 bidan desa yang terletak di RT 02 dan 1 buah

puskesmas.

72
6. Sarana dan Prasarana Pemerintahan

Untuk menjalankan kegiatan pemerintahannya, maka pemerintah

Desa Penompo mempunyai jumlah perangkat Desa yaitu 8 orang, dan

untuk menunjang pemerintahan Desa Pegayut ini memiliki Kantor Kepala

Desa, Radio Telekomunikasi ada 1 buah, Jumlah mesin ketik ada1 buah,

Komputer ada 1 buah, untuk ngeprint ada 1 buah, jumlah meja kerja ada 5

buah, meja kursi tamu ada 6 buah, jumlah lemari ada 4 buah, kursi kerja

ada 4 buah, gedung balai ada 1 buah, mesin hitung ada 1 buah.

7. Sarana dan Prasarana Olahraga

Sarana dan Prasarana Olah Raga yang terdapat di Desa Penompo

ini di antaranya: Lapangan Sepak Bola ada 1 buah, Lapanan Bola Volly

ada 1 buah, Lapangan Bola Tangkis 1 buah

C. Keadaan Penduduk Masyarakat Desa Penompo

Bila kita ingin mengetahui keadaan penduduk masyarakat Desa

Penompo maka terlebih dahulukita harus mengetahui hal-hal yang

berhubungan dengan kehidupan penduduk Desa tersebut.

1. Kondisi Masyarakat

Penduduk Desa Penompo secara keseluruhan 6883 jiwa

(orang) yang terdiri dari kepala keluarga, ibu rumah tangga dan anak-

anak. adapun anak-anak di desa Penompo ada yang sedang sekolah,

selesai sekolah, belum sekolah dan ada yang berhenti dari sekolah

atau menikah usia mudah. 36 Jika dilihat jumlah keseluruhannya

masyarakat di desa pegayut berdasarkan tingkatnya.

36
Sumber: Data Desa Penompo tahun 2019

73
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di suatu daerah menunjukkan kemajuan

suatu daerah itu sendiri. Penduduk Desa Penompo dalam

pendidikannya banyak yang tidak melanjutkan pendidikannya ke

SMA dan bahkan keperguruan tinggi.

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Mata pencarian penduduk Desa Penompo bermacam-mcam

antalain PNS, Wiraswasta, Petani atau Peternak, Pengusaha,

Pedagang, Buruh dan Pegawai Swasta. Hal ini di karenakan keadaan

geografis yang sangat strategis dan letak tidak jauh dari Kecamatan

Jetis dan tidak jauh dari Provinsi Jawa Timur. Maka mata pencarian

penduduk dalam memenihi kebutuhan hidupnya menurut tingkat

pendidikan mera masing-masing.

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia

Jumlah penduduk Desa Penompo berdasarkan tingkat usia

secara keseluruhan adalah 6883 (orang) yang terdiri dari 3583 laki-

laki dan perempuan 3300 dan terdiri dari kk perempuan 300 kk laki –

laki 1893

D. Pemaparan

1. Bagaimana pengaruh pernikah di usia dini

Alhamdulillah di desa ini pengaruh pernikahan di usia dini mulai

berkurang dan orang tua pun mulai mengerti bawah menikahkan anak

di usia dini tidak lah baik bagi anak maupun bagi orang tuanya

74
karena dampaknya sangat beresiko. Dampak negatifnya di lihat dari

segi Pendidikan, segi fisik, segi mental/ jiwa dan segi kelangsungan

rumah tangga.

2. Masalah apa saja yang kerap muncul pada pernikahan di usia dini

Masalah ekonomi hinga masalah perceraian yg sering terjadi dan

kurangnya pemahaman orang tua terhadap cara mendidik anaknya

bahkan bisa di katakan blum mempunyai banyak pengalaman dalam

hal mendidik anaknya.

3. Apa upaya warga dalam mengatasi ter jadinya pernikahan di usia dini

Salah satu upaya warga dalah mengubah pola pikir yang ada pada

masyrakat sehinga mereka tidak menikahkan anak di usia yang masih

muda.

E. Analisis

Berdasarkan data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

yang peneliti peroleh selama penelitian di Desa Penompo. Secara umum,

pelaksanaan penelitian pernikahan di usia dini di Desa penompo

Kecamatan jetis sudah berjalan lancar, merupakan analisis yang berisikan

beberapa masalah yang diangkat dalam penelitian ini yakni

membandingkan hasil Pernikahan Dini dan Pengaruhnya Terhadap cara

mendidik anak Dalam Hal Nilai Agama Kemudian dalam penelitian ini

nilai yang di bandingkan yaitu dengan melihat dari hasil data yang telah

dilakukan oleh peneliti. dari data yang di dapat di simpulkan bahwa yang

menikah di usia dini terdapat 20 orang. rata rata orang yang menikah di

usia dini di Desa Penompo disebabkan faktor ekonomi dan rendahnya

75
tingkat pendidikkan orang tua. Seringkali bagi yang orang tua nya kurang

mampu hanya mampu menyekolahkan anaknya pada jenjang SD atau

SMP itupun tidak lulus tapi ada juga sebagian yang mampu melanjutkan

ke jenjang yang lebih tinggi hanya beberapa orang saja dan kebiasaan ini

dilakukan secara turun menurun di masyarakat sekitar. Dampak negatif

dari pernikahan di usia dini salah satunya yaitu emosi remaja belum stabil,

dan remaja belum kuat tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga

bisa membahayakan proses persalinan. Menurut John Locke Peran orang

tua terhadap pendidikan anaknya sangatlah dibutuhkan untuk menyiapkan

bekal bagi sang anak. Dampak positif pernikahan usia dini yaitu

Mengurangi beban ekonomi orang tua, karena dengan menikahkan

anaknya maka semua kebutuhan anak akan dipenuhi oleh suaminya,

bahkan orang tua berharap beban ekonominya juga akan dibantu. Diantara

peran orang tua terhadap anaknya antara lain, pertama, mendidiknya

dengan baik, mengajari mana yang baik dan memberi tahu hal hal yg di

larang oleh agama islam.

Menurut syaikh jamal abdurrahman Pelaksanaan pendidikan agama

dalam keluarga dilakukanya melalui penanaman nilai agama Islam dalam

memilih suami/istri untuk mempertimbangkan kriteria agama, ketakwaan,

dan akhlak baik. Kemudian pendidikan sebelum dan ketika anak lahir

melalui ibadah, dzikir, aqiqah, memberi nama yang baik. Implementasi

pendidikan agama dalam kelurga bahwa orang tua dapat

mengimplementasikan pendidikan, terutama pendidikan dalam bidang

agama sebagai berikut menanamkan akidah/keimanan dengan mengajari

76
anak untuk ibadah, mengajarkantal-Qur’an/mengaji, membiasakan anak

dengan berpakaian syar’i, menanamkan rasa kepedulian kepada orang lain,

mentaati dan menghormati orang tua. Implementasi pendidikan agama

dalam keluarga merupakan suatu usaha yang dilakukan orangtua dalam

mendidik anak dalam bidang agama. Dalam pelaksanaannya orangtua

sebagai yang menyampaikan materi pendidikan. Kemudian anak sebagai

yang diberikan materi pendidikan. Cara penerapan pendidikan dalam

keluarga ini dimulai dengan nasehat yang diberikan orangtua, jika seorang

anak diberikan nasehat setiap hari, maka anak menjadi lebih waspada

dengan lingkungan sekitar. Selain nasehat, orangtua juga membiasakan

anak selalu melakukan kebaikan dimana saja, kemudian keteladanan juga

menjadi pilihan bagi orangtua dalam menerapkan nilai agama Islam bagi

keluarga.

77
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Pernikahan di usia dini di Desa Penompo Kecamatan Jetis

Kabupaten Mojokerto. mulai berkurang di karenakan adanya

pembatasan usia ke matangan dalam pernikahan usia dini.

2. Cara orang tua dalam mendidik nilai agama pada anaknya dengan

cara menanamkan nilai nilai agama yang meliputi, nilai aqidah,

nilai ibadah dan nilai akhlak.

3. Pengaruh orang tua yang menikah di usia dini dalam mendidik

anaknya yaitu di penggaruhi oleh rendahnya Pendidikan orang tua

sehinggah orang tau kurang mampu mendidik anaknya.

B. Saran

1. Diharapkan kepada pasangan yang sudah menikah di usia dini di

Desa Penompo Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. untuk

keturunannya nanti dapat dilanjutkan sekolahnya dan memiliki

pola pikir yang maju dengan cara memberikan arahan yang bak

untuk anak-anaknya nanti.

2. Kepada orang tua di setiap rumah selalu memberikan motivasi

untuk belajar melanjutkan pendidikan yang kuat terhadap anaknya,

apabila ada anaknya yang menikah diusia dini alangkah baiknya

diberikan bimbingan

78
3. Kepala Desa lebih memperhatikan lagi keadaan masyarakat di

Desa Penompo yang memilki pola pikir yang rendah terhadap

pendidikan dan memberikan masyarakat motivasi agar dapat

melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi lagi. jangan dan

arahan yang membuat mereka termotivasi.

79
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghifari, A. Pernikahan Dini, Dilema Generasi Ekstravaganza Bandung

Mujahid, 2003.

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana

Prenada Media Group, 2009, cet.3.

Ary, Donald, dkk. Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1992.

Djamarah, Syaiful, Bakri. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.

Surabaya: Usaha Nasional, 1994

Fadlyana, E dan Larasati, S. Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. 2009.

Ilmu Kesehatan Anak. FK-Universitas Padjajaran

Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eres Co, 1986.

Hakim, L. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini. 2010.

Idris, Zahara, H dan Jamal, Lisma, H. Pengantar Pendidikan. Jakarta:

PT.Gramedia Widiasrana, 1992.

Ihsan Fuad, H. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.

Kartini, Kartono. Peranan Keluarga Memandu Anak Seri Psikologi Terapan I.

Jakarta: CV. Rajawali Pres, 1992.

M. Zein, Metodelogi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra

Buana, 1995).

Nasution Thamrin dan Nasution, Nurhalijah. Peranan Orang Tua

Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: PT. BPK Gunung

Mulia, 1989.

80
Parmono, Ahmadi. Pengukuran dan Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Lembaga

Pembina UGM, 1976.

Perspektif Hukum Islam. Skripsi-Fakultas Syari’ah Dan Hukum Universitas

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Unarsa, Singgih, D. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT.

BPK Gunung Mulia, 1995.

Yusuf, M. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Dini di Pengadilan

Agama Mungkid. Skripsi-Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

81
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
Apa saja problematika yang KEADAAN
NO mempengaruhi penikahan di usia KETERANGAN
dini IYA TIDAK

1 Factor ekonomi

2 Drongan orang tua

3 Factor social

Kurangnya wawas orang tua terhdapa


4
mendidik anak

5 Rendahnya Pendidikan orang tua

PEDOMAN OBSERVASI

Apa saja solusi yang dilakukan dalam KEADAAN


NO mengatasi pengaruh pernikahan di usia KETERANGAN
dini IYA TIDAK

1 Menambah wawas kepada warga

Tidak membiarkan adanya menikah di usia


2
muda

3 Memberi arahan yang benar

4 Membatas usia anak yg menikah muda

5 Menambah motivasi pada orang tua

6 Memberi sanksi

82
Apa saja metode yang sudah di terapkan KEADAAN
NO KETERANGAN
pada cara mendidik anak IYA TIDAK

1 Memberi Nasihat

2 Keteladanan

3 Berdialog

4 Pengawasan

5 Hukuman

6 Cerita

7 Pembiasaan

PEDOMAN DOKUMENTASI
KEADAAN
NO URAIAN KETERANGAN
ADA TIDAK

1 Sejarah berdirinya Desa Penompo

2 Struktur Pemerintahan

3 Saran Jalan

4 Saran Transportasi

5 Saran Komunikasi

6 Sarana dan Prasarana Pendidikan

7 Srarana dan Prasarana Kesehatan

8 Srarana dan Prasarana Pemerintahan

83
PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dengan ibu andin

a. Problem dalam mendidik anak

- Apakah Ibu mengalami kesulitan dalam mendidik anak?

- Apa saja kendala Ibu dalam mendidik anak ?

- Apa saja problem yang ibu hadapi ketika mendidik anak?

- Apa kendala yang ibu hadapi dalam mengajarkan nilai agama pada anak?

b. Problem orang tua menikah di usia dini dalam mendidik anak

- Apa masalah yang ibu hadapi di pernikahan usia muda dalam mendidik anak ?

- Apa saja problem yang ibu hadapi Ketika memberi mendidk anak?

- Bagaimana solusi ibu untuk mengatasi masalah dalam mendidik anak ?

84
Lampiran 2
PEDOMAN OBSERVASI
Apa saja problematika yang KEADAAN
NO mempengaruhi penikahan di usia KETERANGAN
dini IYA TIDAK

Kuarangnya
1 Factor ekonomi 
lapangan pekerjaan

Ekonomi orang tua


2 Drongan orang tua 
melemah

Dorongan dari
3 Factor social 
pergaualan

Kurangnya wawas orang tua terhdapa


4  Orang tua kolot
mendidik anak

Pendidikan yang
5 Rendahnya Pendidikan orang tua 
minimalis

PEDOMAN OBSERVASI

Apa saja solusi yang dilakukan dalam KEADAAN


NO mengatasi pengaruh pernikahan di usia KETERANGAN
dini IYA TIDAK

1 Menambah wawas kepada warga  Belum dilakukan

Tidak membiarkan adanya menikah di usia


2  Belum dilakukan
muda

3 Memberi arahan yang benar  Sudah dilakukan

4 Membatas usia anak yg menikah muda  Sudah dilakukan

5 Menambah motivasi pada orang tua  Sudah dilakukan

6 Memberi sanksi  Belum dilakukan

85
Apa saja metode yang sudah di terapkan KEADAAN
NO KETERANGAN
pada cara mendidik anak IYA TIDAK

1 Memberi Nasihat  Sudah dilakukan

2 Keteladanan  Sudah dilakukan

3 Berdialog  Belum dilakukan

4 Pengawasan  Sudah dilakukan

5 Hukuman  Sudah dilakukan

6 Cerita  Belum dilakukan

7 Pembiasaan  Sudah dilakukan

PEDOMAN DOKUMENTASI
KEADAAN
NO URAIAN KETERANGAN
ADA TIDAK

Tersimpan rapi di
1 Sejarah berdirinya Desa Penompo 
data desa

Tersimpan rapi di
2 Struktur Pemerintahan 
data desa

Tersimpan rapi di
3 Saran Jalan 
data desa

Tersimpan rapi di
4 Saran Transportasi 
data desa

Tersimpan rapi di
5 Saran Komunikasi 
data desa

Tersimpan rapi di
6 Sarana dan Prasarana Pendidikan 
data desa

Tersimpan rapi di
7 Sarana dan Prasarana Kesehatan 
data desa

Tersimpan rapi di
8 Srarana dan Prasarana Pemerintahan 
data desa

86
HASIL WAWANCARA

Nama : AD

Status : Warga Desa Penompo yang melakukan pernikahan dini

Hari / Tanggal : Minggu 03 maret 2019

1. Apa yang anda ketahui tentang perkawinan usia dini.?

Jawab : “pasangan yang menikah di bawah usia 20 tahun “

2. Apa alasan anda menikah pada usia yang relatif muda.?

Jawab : “Pernikahan ini saya lakukan karena suka sama suka, tetapi

sekarang saya menyesal karena saya tidak melanjutkan sekolah.

Pernikahan dini dikarenakan atas kemauan sendiri hal ini dikerenakan oleh

rasa cinta yang membuat mereka melakukan pernikahan dini. Pernikahan

atas dasar cinta tanpa berpikir panjang bagaimana kedepannya dalam

mengurus rumah tangga dan merawat anak-anaknya, sehingga saya

sekarang merasa bosan dirumah, dan melihat orang lain sekolah, timbul

rasa penyesalan.”

3. Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan tentang pernikahan.?

Jawab:”lebih tepatnya kita dapat nasehat dan ilmu mengenai pernikahan

dari para oran tua dan imam mesjid yang menikahkan kami. Sebagai bekal

untuk rumah tangga kami.”

4. Apa makna perkawinan buat anda .?

Jawab: “dengan menikah semua menjadi berubah dari status anak menjadi

istri dan saya sudah jadi orang tua. Berubah pola fikir juga harus kuat

87
mental. Jadi menikah itu tergantung dari kita mau dibikin enak atau

susah..”

5. Bagaimana cara anda mendidik anak.?

Jawab:” saya didik sebisa saya karena dulu saya sekolahnya belum selesai

terus saya kerja dan nikah saya ingin melanjutkan sekolah yang pertama

tidak ada biaya jadi saya ingin anak saya sekolah yang tinggi, Pendidikan

yang selain sekolah luar ya saya daftarkan ke TPQ, soalnya di sekolah

meskipun ada pendidikan agamanya tapi kan perhatian guru itu terbatas

kalau TPQ kan di perhatikan satu-satu dan yang penting anak saya selamat

dunia akhiratnya. Menjadi anak yang sholehah, patuh sama orang tua dan

tidak memalukan orang tuanya.”

6. Bagaimana cara anda membangun keluarga an sakinah,mawadah,

warohmah.?

Jawab:” saya menjalankan sesuai dengan apa yang ada intinya saya

berusaha sebaik mungkin.”

88
Foto penelitian

Wawancara bersama Ibu Andin

Foto penelitian

Wawancara bersama Ibu Dila

89

Anda mungkin juga menyukai