Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN ASPEK KEPRIBADIAN (PSIKOLOGI

PERKEMBANGAN) DENGAN KESEPIAN PADA


LANSIA DI PANTI PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA (POTROYUDAN)
JEPARA TAHUN 2020

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan (S-1)
Oleh :
SITI NOR AISAH
NIM : 820163094

PEMBIMBING :
1. ANNY ROSIANA M.M.Kep.Ns. Sp.Kep.J
2. MUHAMMAD PURNOMO, M.HKes

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul “HUBUNGAN ASPEK KEPRIBADIAN


(PSIKOLOGI PERKEMBANGAN) DENGAN KESEPIAN PADA LANSIA DI
PANTI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (POYROYUDAN) JEPARA” telah
mendapat persetujuan oleh pembimbing Skripsi S1 Keperawatan untuk diajukan
dihadapan tim penguji proposal skripsi pada :
Nama : SITI NOR AISAH
NIM : 820163094
Hari :
Tanggal :

Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Anny Rosiana M,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J Muhammad Purnomo, S.Kep.,M.HKes


NIDN : 0616087801 NIDN : 0624077002

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,

Rusnoto, SKM.,M.Kes.,(Epid)
NIDN : 0621087401

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul “HUBUNGAN ASPEK KEPRIBADIAN


(PSIKOLOGI PERKEMBANGAN) DENGAN KESEPIAN PADA LANSIA DI
PANTI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (POYROYUDAN) JEPARA”,
initelah diuji dan disahkan oleh Tim Penguji Proposal Skripsi Jurusan S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, pada :
Hari :
Tanggal :
Nama : SITI NOR AISAH
NIM : 820163094

Menyetujui,
Penguji Utama Penguji Anggota

Anny Rosiana M,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J Umi Faridah, S.Kep.,Ns.,MNS


NIDN : 0616087801 NIDN : 0604058601

Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor,

Rusnoto, SKM.,M.Kes.,(Epid)
NIDN : 0621087401

HALAMAN PERNYATAAN

iii
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SITI NOR AISAH
NIM : 820163094
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Aspek Kepribadian
( Psikologi Perkembangan ) Dengan Kesepian Pada Lansia Di Panti
Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( Potroyudan ) Jepara” Merupakan :
1. Hasil karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri
2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelas S-1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Kudus
Oleh karena itu pertanggung jawaban skripsi ini sepenuhnya berada pada diri
saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Kudus, April 2020


Penyusun,

SITI NOR AISAH

iv
MOTTO

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut


oleh manusia ialah menundukan diri sendiri”. (Ibu Kartini)

“Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan
atau diperbuatnya”. (Ali Bin Abi Thalib)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”. (Aristoteles)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh”. (Confusius)

“Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda”.
(Heather Pryor)

“Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu”. (bobby Unser)

“Saat dimana kita harus fokus pada cahaya adalah pada masa tergelap kita”.
(Aristotle Onassis)

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. INDETITAS
Nama : Siti Nor Aisah
Nim : 820163094
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 22 Maret 1999
Agama : Islam
Alamat : Desa Kalirejo RT 01/04 Kecamatan
Undaan Kabupaten Kudus
Institusi : Universitas Muhammadiyah Kudus

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK PERTIWI : Lulus Tahun 2004
2. MI DARUL HIKAM : Lulus Tahun 2010
3. MTS NAHDLOTUL MUSLIMIN : Lulus Tahun 2013
4. MA NAHDLOTUL MUSLIMIN : Lulus Tahun 2016
5. Tahun 2016 – sekarang tercatat sebagai mahasiswa angkatan ketujuh
prodi S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke-hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal Skripsi dengan judul “HUBUNGAN ASPEK KEPRIBADIAN
(PSIKOLOGI PERKEMBANGAN) DENGAN KESEPIAN PADA LANSIA DI
PANTI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (POYROYUDAN) JEPARA”
dengan lancer.
Dalam penyusunan proposal Skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
proposal Skripsi ini.
Adapun rasa terima kasih penulis ucapkan pada:
1. Rusnoto, SKM., M.Kes (Epid) selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kudus serta yang telah memberikan izin dan membantu terselesaikan
penelitian ini.
2. Yuli Setyaningrum,S.Kep.,Ners.,M.Si.Med, selaku ketua Prodi S1 Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, serta yang telah
memberikan izin dan membantu terselesaikan penelitian ini.
3. Ibu Indanah, Ns.,SP.Kep.An selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Kudus yang telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Anny Rosiana M,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyusun proposal Skripsi.
5. Bapak Muhammad Purnomo, S.Kep.,M.HKes selaku pembimbing II dan
penguji anggota yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam
menyusun proposal Skripsi.
6. Amalia Rahmawati,M,Pd selaku pembimbing akademik yang telah banyak
membantu dan memberikan bimbingan selama menjalani perkuliahan di
Universitas Muhammadiyah Kudus.
7. Kepada Kedua Orang Tuaku terutama ibuku yang selalu mendoakanku dan
mendukungku, dan kepada (Alm) bapak yang telah berjasa mendidik anak-
anaknya, dan kepada ayah terimakasih atas kasih sayangnya.
8. Sahabat-sahabatku tercinta (lissa, wahyu, manan, ahmad, faoriza, alvian,
ivan, fairuzza, ulya arba, dek fina, silvy, hanifah) yang selalu memberikan
dukungan, bantuan dan do’anya.

vii
9. Teman-teman seangkatan 2016 S1 Keperawatan yang telah memberikan
dukungan kepada penulis yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis telah berusaha dengan
kemampuan yang penulis miliki, namun penulis menyadari bahwa penyusunan
proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Kudus, …………… 2020


Penulis

Siti Nor Aisah

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN.....................................................................................iv
MOTTO ............................................................................................................v
RIWAYAT HIDUP...................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...............................................................................................vii
DAFTAR ISI............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiv
PERSEMBAHAN....................................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN
A . Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..................................................................................6
E. Keaslian Penelitian..................................................................................7
F. Ruang Lingkup........................................................................................8
1. Ruang lingkup tempat penelitian......................................................8
2. Ruang lingkup waktu........................................................................8
3. Ruang lingkup keilmuan...................................................................8
4. Ruang lingkup sasaran....................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori.............................................................................................9
1. Konsep dasar lansia........................................................................9
a. Definisi......................................................................................9
b. Batasan - batasan.....................................................................9
c. Teori – teori proses penuaan....................................................10
d. Tugas perkembangan lansia.....................................................12
e. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia.....................12
2. Konsep kesepian.............................................................................16
a. Definisi kesepian.......................................................................16

ix
b. Tipe kesepian............................................................................18
c. Penyebab kesepian...................................................................18
d. Ciri – ciri kesepian.....................................................................19
e. Faktor –faktor kesepian.............................................................19
f. Dampak kesepian.....................................................................20
g. Kesepian di panti.......................................................................20
h. Penanganan kesepian...............................................................21
i. Skala tingkat kesepian..............................................................21
3. Psikologi perkembangan.................................................................22
4. Konsep dasar kepribadian...............................................................23
a. Definisi kepribadian....................................................................23
b. Pola dan struktur kepribadian....................................................23
c. Tipologi kepribadian carl gustav jung.........................................24
d. Sikap introversi (introversion) dan ekstraversi (extraversion).....27
e. Struktur kepribadian...................................................................28
f. Faktor – faktor kepribadian........................................................31
g. Tes kepribadian atau personality...............................................33
B. Penelitian terkait..........................................................................................36
C. Kerangka teori.............................................................................................38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian ...............................................................................39
1. Variabel independen..................................................................39
2. Variabel dependen.....................................................................39
B. Hipotesis Penelitian ...............................................................................39
C. Kerangka Konsep Penelitian...................................................................40
D. Rancangan penelitian............................................................................40
1. Jenis penelitian................................................................................40
2. Pendekatan waktu pengumpulan data.............................................40
3. Metode pengumpulan data..............................................................41
a. Jenis data.............................................................................41
1) Data primer...............................................................41
2) Data sekunder..........................................................41
4. Populasi penelitian...........................................................................42
5. Prosedur sampel dan sampel penelitian..........................................42
6. Definisi operasional variable penelitian dan skala pengukuran........43

x
7. Instumen penelitian dan cara penilaian data penelitian....................44
8. Uji validitas dan reliabilitas
a. Uji validitas...........................................................................46
b. Uji reliabilitas........................................................................47
9. Tekhnik pengolahan data dan analisa data......................................47
a. Langkah-langkah pengolahan data......................................47
b. Analisis data.........................................................................48
1) Analisis univariat.......................................................48
2) Analisis bivariat.........................................................48
D. Etika Penelitian.................................................................................................49
E. Jadwal Penelitian..............................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
HALAMAN DAFTAR TABEL

Nomor tabel Judul tabel Halaman


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian..................................................................................7
Tabel 2.1 Indikator Aspek Kepribadian...................................................................34
Tabel 2.2 Interpretasi Pemberian Skore .................................................................35
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel..................................................................43
Tabel 3.2 Kisi – kisi Kuesioner Aspek Kepribadian.................................................45
Tabel 3.3 Kisi – kisi Kuesioner Tentang Kesepian Pada Lansia..............................45
Tabel 3.4 Kategori Hasil ScoreUCLA.....................................................................45

xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar Judul gambar Halaman


Gambar 2.1 Kerangka Teori....................................................................................38
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...............................................................40

xiii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Calon Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Jadwal Penelitian
Lampiran 4 Surat Permohonan Pengambilan Data Awal
Lampiran 5 Lembar Kuesioner Kesepian
Lampiran 6 Lembar Kuesioner Kepribadian

xiv
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah tak henti – hentinya ku ucapkan rasa terimakasihku atas


petunjukmu disetiap hidupku yang mengiringi setiap usaha dan doaku dalam
usaha menyelesaikan Skripsi ini.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.
Adapun rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Kedua orang tuaku, bapak dan ibu yang selalu mendoakanku disetiap
sholatnya dan bekerja keras demi anak-anaknya tanpa lelah. Aku bangga
punya orang tua seperti kalian.
2. Bapak Rusnoto, SKM., M.Kes. (Epid) yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah
Kudus.
3. Yuli Setyaningrum,S.Kep.,Ners.,M.Si.Med, selaku ketua Prodi S1 Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus, serta yang telah
memberikan izin dan membantu terselesaikan penelitian ini.
4. Ibu Indanah, Ns.,SP.Kep. An selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Kudus yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Anny Rosiana M,M.Kep., Ns.Sp.Kep.J pembimbing utama yang telah
sabar membimbing penulis dalam menyusun Skripsi sehingga tugas ini bisa
terselesaikan.
6. Bapak Muhammad Purnomo, S.Kep.,M.HKes selaku pembimbing ke dua
yang telah sabar membimbing penulis dalam menyusun Skripsi sehingga
tugas ini bisa terselesaikan.
7. Bapak dan ibu Dosen yang telah mengajarkanku ilmu duniawi dan ukhrawi
demi jalan kesuksesanku, terutama ibu Amalia Rahmawati selaku
Pembimbing Akademik yang senantiasa selalu mengingatkan dan
menasehati semua anak-anaknya.
8. Teman-teman yang membantuku baik secara langsung maupun tidak
langsung.
9. Teman sekaligus sahabat-sahabat terbaikku yang senantiasa mendukung
dan mensuportku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Aku
menyayangi kalian dengan caraku.

xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia merupakan orang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Lansia sering diidentikkan dengan masa penurunan dan
ketidakberdayaan.[ CITATION PSu11 \l 1057 ]
Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat
dicegah dan merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap orang. Semua
lansia berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta
menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh
kasih sayang. Namun, tidak semua lansia dapat merasakan kondisi ini.
[ CITATION Roh12 \l 1057 ]
Kesepian adalah perasaan terasing, tersisihkan, terpencil dengan
orang lain. Kesepian akan muncul jika seseorang merasa tersisih dari
kelompoknya, tidak diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya, terisolasi
dari lingkungan, dan tidak ada seseorang yang bisa dijadikan tempat
berbagi rasa dan pengalaman.[ CITATION PSu11 \l 1057 ] Banyak lansia
yang mengalami kesepian disebabkan karena perasaan kehilangan dan
kurangnya dukungan sosial. Akibat dari perasaan kesepian ini lansia akan
merasa terasing, tersisihkan, terpencilkan dari orang lain karena merasa
berbeda dengan orang lain.[ CITATION Ari15 \l 1057 ]
Prevalensi lansia di Amerika yang mengalami kesepian
menunjukkan angka yang cukup tinggi sebanyak 62% lansia. Di
Indonesia, penelitian yang dilakukan Ikasi dkk (2014) di kelurahan
Limbungan Rumbai Pesisir Riau menunjukkan hasil kesepian berat 42
responden (56,0%), kesepian rendah 33 responden (44,0%). Penelitian
yang dilakukan oleh Lestari 2014 di Padukuhantiwir Sumber Sari
Moyudan Sleman Yogyakarta menunjukkan hasil bahwa sebagian besar
lansia berada pada kesepian rendah sebesar 24 responden (57,1%),
kesepian sedang sebanyak 11 responden (26,2%) dan kesepian berat
sebanyak 7 responden (16,7%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar lansia mengalami kesepian, dari kesepian ringan
hingga berat.
2

Menurut [ CITATION Hay09 \l 1057 ] kesepian sering terjadi pada lansia


dimana keterpisahan menimbulkan permasalahan tersendiri bagi orang
tua atau lansia. Kesepian akan semakin meningkat ketika pasangan
hidup dari lansia meninggal dunia. Dan secara umum, kehilangan yang
paling sulit yang dilalui adalah kehilangan pasangan hidup. Hal ini pun
terjadi pada lansia yang tinggal di dalam panti werdha atu panti jompo.
Kebanyakan para lansia ini sudah tidak mempunyai pasangan hidup lagi.
Hal ini akan mengakibatkan munculnya perasaan kesepian pada lansia
tersebut.
Masalah yang sering dihadapi oleh lansia yang tinggal di panti
menurut [ CITATION Wre13 \l 1057 ] adalah: a. Lansia yang tinggal di panti
umumnya kurang merasa hidup bahagia, banyak lansia yang merasa
kesepian tinggal di panti padahal banyak lansia atau penghuni panti di
sekeliling mereka. b. Lansia yang tinggal di panti merasa sedih karena
keterbatasan ekonomi, meskipun kebutuhan mereka sehari-hari
terpenuhi. c. Lansia yang tinggal di panti tercukupi kebutuhan fisik
(sandang, pangan, papan) namun mereka tetap merindukan dapat
menikmati sisa hidupnya dengan tinggal bersama keluarga. d. Lansia
yang tinggal di panti, pada umumnya adalah lansia terlantar yang jauh
dari anak dan cucu, akan cenderung kurang dapat memaknai hidup,
mereka menjalani hidup kurang semangat, merasa hampa atau kesepian,
kurang memiliki tujuan yang jelas baik jangka pendek maupun jangka
panjang, kurang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, lingkungan, dan
masyarakat. e. Lansia yang tinggal di panti cenderung merasa kurang
bebas menentukan pilihan dalam hidupnya, mereka merasa tertekang,
dan mereka merasa tidak dapat bertindak sesuai keinginannya. f. Para
lansia yang tinggal di panti kurang beraktivitas, baik aktivitas fisik maupun
aktivitas kognitif dan juga kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat. g. Beberapa hasil penelitian di luar negeri menunjukkan
bahwa lansia yang tinggal di panti lebih beresiko mengalami gangguan
kognitif.
Jumlah populasi lansia di Indonesia diprediksi akan meningkat lebih
tinggi dibandingkan dengan wilayah Asia dan negara lain setelah tahun
2050[ CITATION KementrianRIK131 \l 1057 ]. Berdasarkan hasil Susenas
tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau
3

sekitar 8,05% dari seluruh penduduk Indonesia, dan pada tahun 2014
jumlahnya meningkat menjadi 20,24 juta jiwa atau sekitar 8,03% dari
seluruh penduduk Indonesia[CITATION Sta14 \m RIK16 \t \l 1057 ].
Bappenas menjelaskan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia akan
meningkat menjadi 29,1 juta pada tahun 2020 dan menjadi 36 juta pada
tahun 2025[CITATION RIK12 \t \l 1057 ].
Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah populasi
lansia dengan proporsi paling tinggi adalah Jawa Tengah[ CITATION
Sta14 \l 1057 ]. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2013 sampai 2015,
jumlah penduduk lansia di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2013, jumlah lansia di Jawa Tengah sebesar 3,37 juta jiwa
atau sekitar 10,34% dari seluruh penduduk Jawa Tengah dan meningkat
menjadi 3,93 juta jiwa atau sekitar 11,68% pada tahun 2015[CITATION
Ten14 \t \l 1057 ][CITATION Ten16 \l 1057 ]. Beberapa data tersebut
menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia termasuk provinsi Jawa
Tengah cukup besar dan akan terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2010) menyatakan bahwa
penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal
6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia.
[ CITATION Muh16 \l 1057 ]
Erikson dalam teori perkembangan psikososial menyebutkan bahwa
orang pada masa lanjut usia berada dalam tahap mencapai perasaan
integritas diri, dengan menerima hidup yang telah mereka lalui tanpa ada
rasa penyesalan berarti menerima ketidaksempurnaan yang ada pada diri
sendiri, keluarga dan juga kehidupan.[ CITATION Pap09 \l 1057 ] Lanjut usia
yang dapat menerima kenyataan atau berada dalam tahap integritas
dengan baik dan dapat memahami kebermaknaan hidup, mereka akan
dapat menyesuaikan diri dan menyelesaikan tugas perkembangannya
dengan baik sehingga dapat mencapai kepuasan hidup.
[ CITATION Ali13 \l 1057 ] menunjukkan hasil bahwa kepuasan hidup
dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor yang salah satu faktornya
adalah ciri-ciri kepribadian. Penelitian lainnya yang dilakukan [ CITATION
Sup11 \l 1057 ] menunjukkan kepribadian ekstrovert (karakteristik positif)
4

mempunyai tingkat depresi yang ringan , sedangkan kepribadian introvert


(karakteristik negatif) mempunyai tingkat depresi berat, hal ini
menunjukan karakteristik negatif menghasilkan efek yang negative dan
sebaliknya karakteristik positif akan menghasilkan efek yang positif pada
kehidupan individu seperti kebahagiaan dan kepuasan akan hidup.
Menurut Jung dalam [ CITATION Alw11 \l 1057 ] kepribadian adalah
mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkah laku, kesadaran dan
ketidak sadaran. Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan,
kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk kesatuan.
Ketika mengembangkan kepribadian, orang harus berusaha
mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen
kepribadian. Kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang beroperasi
dalam tiga tingkat kesadaran, ego beroperasi pada tingkat sadar,
kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan asertip
beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif. Di samping sistem-sistem yang
terikat dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap
(introvert-ekstrovert) dan fungsi (fikiran-perasaan-persepsi-intuisi) yang
beroperasi pada semua tingkat kesadaran. Juga ada self yang menjadi
pusat kepribadian.
Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Endang Mei Yunalia, 2015
dengan judul “Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Kejadian
Isolasi Sosial:Menarik Diri Pada Lansia di UPT Panti Sosial Lanjut Usia”
yang hasilnya dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki tipe kepribadian ekstrovert tidak mengalami kejadian
isolasi sosial: menarik diri (84,4%). Berdasarkan uji korelasi Chi-Square
p-value yang diperoleh sebesar 0,000 yang berarti p < α (0,05), yang
artinya H0 ditolak dan H1 diterima berarti ada hubungan antara tipe
kepribadian dengan kejadian isolasi sosial: menarik pada lansia di UPT
Panti Sosial Lanjut Usia Blitar [ CITATION Yun15 \l 1057 ].
Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan yaitu Aimmatu Nur
Azizah &Siti Azizah Rahayu, 2016 dengan judul “Hubungan Self-Esteem
Dengan Tingkat Kecenderungan Kesepian Pada Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan Di Lamongan” dengan jumlah
sampel 55 orang, yang terdiri dari 8 laki-laki dan 47 perempuan yang
5

berusia kurang lebih 65 tahun, yang hasilnya dari penelitian ini


menunjukkan harga koefisien korelasi sebesar –0,267 dengan signifikan
sebesar 0,147 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
Self-Esteem terhadap tingkat kecenderungan kesepian pada lansia di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruhan Di Lamongan.[ CITATION
Azi16 \l 1057 ]
Survey pendahuluan yang dilakukan penelitian di Panti Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (Potroyudan) di Jepara pada tanggal 26 November
2019 didapatkan jumlah lansia ada 63 orang meliputi 29 lansia laki-laki
dan 34 lansia perempuan Salah satu penyebab lansia tinggal di panti
adalah karena terlantar di jalanan. Pengurus panti menggatakan lansia
yang diketahui identitas keluarganya namun dari pihak keluarga tidak
mau mengakui lansia tersebut sebagai anggota keluarga tersebut.
Menurut penuturan pengurus Panti Masalah terkait kepribadian dari
Lansia di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia (POTROYUDAN) Jepara
berupa kurang bersosialisasi, antisoisal, cenderung memurung, berdiam,
sering menyendiri (kesendirian), kurang komunikasi sesama teman,
sering bergantung kepada orang lain, mengalami kecemasan, penurunan
ingatan.
Berdasarkan penguraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Hubungan Aspek Kepribadian Pada Psikologi Perkembangan Dengan
Kesepian Pada Lansia di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia
(Potroyudan) di Jepara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan belum adanya


penelitian yang terkait dengan aspek kepribadian pada psikologi
perkembangan dengan kesepian pada lansia peneliti tertarik untuk
mengambil judul tentang “Hubungan Aspek Kepribadian Pada Psikologi
Perkembangan dengan Kesepian Pada Lansia di Panti Pelayanan Sosial
Lanjut Usia (Potroyudan) di Jepara”
Adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana aspek kepribadian pada psikologi perkembangan di Panti
Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Potroyudan) di Jepara?
6

2. Bagaimana kesepian pada lansia di Panti Pelayanan Sosial Lanjut


Usia (Potroyudan) di Jepara?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan aspek kepribadian pada psikologi
perkembangan dengan kesepian pada lansia di Panti Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (Potroyudan) di Jepara.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui aspek kepribadian di Panti Pelayanan Sosial
Lanjut Usia (Potroyudan) di Jepara.
2. Untuk mengetahui psikologi perkembangan dengan kesepian
pada lansia di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Potroyudan) di
Jepara.
3. Untuk mengetahui hubungan aspek kepribadian pada psikologi
perkembangan dengan kesepian pada lansia di Panti Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (Potroyudan) di Jepara.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi Keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dalam
pengabdian di masyarakat, menambah informasi, pengetahuan
khususnya terkait hubungan aspek kepribadian pada psikologi
perkembangan dengan kesepian pada lansia di Panti Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (Potroyudan) di Jepara, sehingga institusi
keperawatan dapat menemukan intervensi terbaru terkait penanganan
kesepian yang terjadi pada individu melalui riset maupun studi literatur
dan sejenisnya.
2. Manfaat Bagi Lembaga (Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia
“Potroyudan” Jepara)
Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak
panti wredha mengenai aspek kepribadian pada psikologi
perkembangan dengan kesepian pada lansia yang tinggal di Panti
7

Wredha, sehingga penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan


pihak panti untuk mengatasi masalah psikologis bukan hanya fisik dan
memberikan kegiatan atau aktifitas yang bermanfaat bagi lansia.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Meningkatkan kemampuan berfikir ktitis, kemampuan alamiah
peneliti dalam proses penelitian serta dapat menambah pengetahuan
dan wawasan peneliti terkait hubungan aspek kepribadian pada
psikologi perkembangan dengan kesepian pada lansia di Panti
Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Potroyudan) di Jepara.
4. Manfaat Bagi Lansia
Memberikan pengetahuan terkait hubungan aspek kepribadian
pada psikologi perkembangan dengan kesepian pada lansia di
kalangan lanjut usia sehingga lansia mengetahui keadaannya dan
diharapkan dapat melakukan upaya pencegahan dalam mengatasi
masalah kesepian pada lansia.

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
keaslian penelitian
Peneliti/ Judul Jenis
Hasil Penelitian Perbedaan
Tahun Peneliti Penelitian
Endang Hubungan Penelitian Hasil penelitian 1. Variabel
Mei Antara Tipe Analitik didapatkan ada Terikat
Yunalia Kepribadian Korelasi hubungan antara tipe Kesepian
(2015) Dengan dengan kepribadian dengan Pada Lansia
Kejadian menggunakan kejadian isolasi 2. Lokasi
Isolasi pendekatan sosial:menarik pada Penelitian di
Sosial:Menar cross lansia dengan uji Panti
ik Diri Pada sectional. korelasi Chi-Square Pelayanan
Lansia di diperoleh nilai sig (2- Sosial Lanjut
UPT PSLU tailed) sebesar 0,000 Usia
Blitar tahun sehingga H0 ditolak (Potroyudan)
2015 dan H1 diterima. Jepara
Aimmat Hubungan Metode Hasil diperoleh harga 1. Variabel
u Nur Self-esteem pengumpulan koefisien korelasi bebas aspek
Azizah, (Harga Diri) data yang sebesar -0,267 kepribadian
Siti Dengan dipakai dalam dengan signifikan pada psikologi
Azizah Tingkat penelitian ini sebesar 0,147 yang perkembanga
Rahayu Kecenderung menggunakan berarti tidak ada n
(2016) an Kesepian skala model hubungan yang 2. Lokasi
Pada Lansia likert untuk signifikan antara self- Penelitian di
kedua Esteem terhadap Panti
variabel, tingkat Pelayanan
analisis data kecenderungan Sosial Lanjut
menggunakan kesepian pada lansia Usia
korelasi (Potroyudan)
sperman Jepara
8

Anny Pengaruh Sampel Hasil penelitian Desain


Rosiana latihan penelitian menunjukkan penelitian ini
Masitho ketrampilan adalah 27 perbedaan signifikasi adalah quasi
h, Achir sosial lansia skor kemampuan experimental,
Yani S terhadap kelompok sosialisasi lansia pre-post test
Hamid, kemampuan intervensi dan setelah dan sebelum with control
Luknis sosialisasi 28 lansia dilakukan latihan group.
Sabri pada lansia sebagai ketrampilan sosial.
(2011) dengan kelompok Terdapat
kesepian di kontrol yang peningkatan
panti wredha memenuhi kemampuan
di kabupaten kriteria inklusi sosialisasi pada
semarang lansia kelompok
intervensi.
Rekomendasi
penelitian ini adalah
latihan ketrampilan
sosialisasi
direkomendasikan
pada lansia dengan
kesepian.
F. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia
(Potroyudan) di Jepara.
2. Ruang Lingkup Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2019
3. Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam bidang Ilmu Keperawatan Gerontik
khususnya kesepian pada lansia.
4. Ruang Lingkup Sasaran
Sasaran penelitian ini adalah pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Lansia ( Lanjut Usia )
a. Definisi Lansia
Menurut WHO dan undang-undang No 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah awal permulaan tua. Menua bukan merupakan
suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan dari luar tubuh yang berakhir kematian.
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup
yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiyah yang
berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu
neonatus, toodler, prasekolah, school, remaja, dewasa dan lansia.
Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun
psikologis[ CITATION Pad13 \l 1057 ].
b. Batasan-batasan lansia menurut WHO, ada empat tahapan
yaitu:
1) Usia pertengahan (midle age) usia 45-59tahun.
2) Lanjut usia (elderly) usia60-74.
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) usia >90tahun.
Sedangkan menurut Kemenkes RI pengelompokkan lansia dibagi
menjadi:
1) Virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).
2) Usia lanjut dini yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia
lanjut dini (usia 60-64 tahun).
3) Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia .65 tahun).
10

c. Teori-Teori Proses Penuaan


Menurut [ CITATION Mar11 \l 1057 ] ada beberapa teori yang berkaitan
dengan proses penuaan yaitu :
1) Teori biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatik mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat
dari perubahan biokimia yang terprogram oleh molekul-
molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
b) Teori radikal bebas
Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-
oksidasi bahan organik yang menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
c) Teori autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan
gangguan pada keseimbangan regulasi sistem imun. Sel
normal yang telah menua dianggap benda asing, sehingga
sistem bereaksi untuk membentuk antibodi yang
menghancurkan sel tersebut. Selain itu atripu tymus juga turut
sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan
organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh. Teori
meyakini menua terjadi karena berhubungan dengan
peningkatan produk autoantibodi.
d) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e) Teori telomer
Dalam pembelahan sel, DNA membelah dengan satu
arah. Setiap pembelahan akan menyebabkan panjang ujung
telomere berkurang panjangnya saat memutuskan duplikat
kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer
itu memendek dan akhirnya tidak mampu membelah lagi.
11

f) Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri sel jika
lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri
ini diperlukan pada perkembangan persarafan dan juga
diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor.
Pada teori ini lingkungan yang berubah, termasuk didalamnya
oleh karena stres dan hormon tubuh yang berkurang
kosentrasinya akan memacu apoptosis diberbagai oragan
tubuh.
2) Teori kejiwaansosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak kegiatan sosial.
b) Kepribadian lanjut (continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia yang sangat dipengaruhi tipe
personality yang dimilikinya.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-
angsur melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik
diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas.
3) Teori lingkungan
a) Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat
mengakibatkan percepatan proses penuaan
b) Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar X dan ultrafiolet dari alat-
alat medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein
dan mutasi DNA
c) Polution theory: Udara, air, dan tanah yang tercemar polusi
mengandung subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi
epigenetik yang dapat mempercepat proses penuaan
d) Stress theory: stres fisik maupun psikis meningkatkan kada
kortisol dalam darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat
mempercepat proses penuaan
12

d. Tugas dan Perkembangan Lansia


Perkembangan lansia lebih banyak mengenai dirinya sendiri
dibandingkan dengan orang lain, Adapun tugas perkembangan lansia
adalah :
1. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik yang sekarang.
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun
3. Menyesuaikan akhir hidup dengan pasangan
4. Membentuk hubungan dengan orang yang di rasa sesuai.
5. Membentuk kondisi fisik yang memuaskan
6. Menyesuaikan perana sosial secara luwes.
e. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan Fisik
a) Perubahan Sel
(1) Jumlah lebih sedikit dan ukurannya lebih besar.
(2) Berkurangnya cairan tubuh dan cairan intraseluler, proporsi
protein otak menurun.
(3) Jumlah sel otak menurun serta mekanisme perbaikan sel
terganggu.
b) Perubahan sistem kardiovaskuler
(1) Menurunnya elastisitas arteri dan aorta sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada lansia.
(2) Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah
menuju jantung terganggu.
(3) Perubahan struktural dan fungsional jantung pada proses
penuaan menyebabkan rawan terjadinya disritmia atrial dan
ventrikular.
(4) Lemak sub edoicard menurun : fibrosis, menebal, dan
sclerosis.
(5) Respon baroreseptor menurun
c) Perubahan sistem respirasi
Gerakan pernafasan dangkal, sesak dan lemah. Terjadi
penumpukan gas pada laveolus, volume dan kapasitas paru
menurun serta gangguan transportasi gas.
d) Perubahan sistem gastrointestinal
Terjadi atropi mukosa, atropi sel kelenjar, sel parietal dan sel
13

chief sehingga menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin,


dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung pada lansia
menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan menjadi
lebih berkurang. Proses perubahan protein menjadi pepton
terganggu, karena sekresi asam lambung berkurang dan rasa
lapar juga berkurang.
e) Perubahan sistem muskuloskeletal
Terjadi penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh
penurunan massa otot (atropi otot). Ukuran otot mengecil dan
penurunan massa otot lebih banyak terjadi pada eksremitas
bawah serta kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang
sebesar 40% antara usia 30 sampai 80 tahun. Density tulang
menurun, makin rapuh dan terjadinya osteoporosis. Rentan
terserang penyakit persendian, serta menjadi kaku dan mudah
merasa nyeri sehingga pergerakan tubuh menjadi lebih lambat.
f) Perubahan sistem sensori (panca indra)
Terjadi penurunan ketajaman penglihatan, dan daya
akomodasi jarak jauh atau dekat berkurang. Lensa mata
kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lemah dan
kehilangan tonus serta indra pengecap, perasa, penciuman
berkurang sensitivitasnya.
g) Perubahan sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering
dan kurang keelastisitasannya karena menurunnya cairan dan
hilangnya jaringan adipose. Kelenjar-kelenjar keringat mulai tak
bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap
panas dengan temperatur yang tinggi. Kulit pucat dan terdapat
bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen. Menurunnya
aliran darah juga menyebabkan penyembuhan luka kurang
baik, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh
serta temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme
yang menurun.
h) Perubahan sistem neurologi
Berat otak menurun, hubungan persyarafan cepat
14

menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk berfikir,


kurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan
suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang
sensitif terhadap sentuhan, reflek tubuh akan semakin
berkurang serta terjadi kurang koordinasi tubuh, dan membuat
dewasa lanjut menjadi cepat pikun dalam mengingat sesuatu.
i) Perubahan sistem genetourinari
Pada lansia yang berusia 65 tahun akan mengalami
kelemahan dalam kontrol kandung kemih (urinary
incontinence). Incontinense dapat disebabkan oleh beragam
masalah kesehatan, seperti obesitas, konstipasi dan batuk
kronik. Otot-otot pengatur fungsi saluran kencing menjadi
lemah, frekuensi buang air kecil meningkat, terkadang menjadi
ngompol, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi
tubulus berkurang akibatnya kurang kemampuan
mengkonsentrasi urine.
j) Perubahan sistem endokrin
Hampir semua produksi hormon mengalami penurunan,
fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan
hormon pituitari ada terapi lebih rendah dan ahnya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH,FSH,dan LH, menurunnya produksi adolsteron,
menurunnya sekresi hormon gonads, progesteron, estrogen,
dan testosteron, dan defisiensi hormonal dapat menyebabkan
hipotiroidisme.
2) Perubahan Mental Lansia
Perubahan kepribadian secara drastis pada lansia jarang
terjadi. Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasan
seseorang, kekakuan mungkin terjadi karena faktor lain seperti
penyakit yang di derita [CITATION Nug08 \m Fit \l 1057 ].
Sudah diketahui banyak orang bahwa semua orang dengan
usia lanjut tanpa melihat dari kepribadiannya di usia muda perlahan
berubah menjadi pribadi yang menjengkelkan dan sangat mudah
marah, banyak menuntut, egois dan sulit untuk menyesuaikan diri.
15

Lambat tahun kepribadian seorang lansia akan berubah menjadi


seperti kepribadian anak-anak (pikun) dan meminta mereka untuk di
perlakukan seperti anak-anak. Menurut Neurgaten dalam riset yang
dilakukan oleh [ CITATION Fit \l 1057 ] perubahan yang terjadi pada
lansia adalah perubahan yang lebih bersifat kuantitatif dari pada
kualitatif. Hal ini berarti pola dasar kepribadian lansia menjadi lebih
terbentuk seiring bertambahnya usia. Meskipun orang-orang lanjut
usia menjadi lebih kaku dalam memandang sesuatu, lebih
konservatis dalam bertindak, lebih bersifat berprasangka buruk
dalam bersifat dan lebih berfokus pada diri sendiri, namun semua itu
bukanlah sifat baru yang berkembang saat mereka berusia lansia.
Perubahan ini merupakan sikap yang berkembang dan berubah
menjadi lebih berlebihan dan semakin terlihat karena banyaknya
tekanan terjadi di usia lansia. Berbagai perubahan pada kepribadian
di usia lanjut datang dari berbagai inti pola kepribadian yaitu konsep
diri[ CITATION Hur05 \l 1057 ].
a) Memori jangka panjang : memori berjam-jam bahkan berhari-
hariyang lalu mencakup bebrapaperubahan.
b) Memori jangka pendek : 0 – 10 menit, kenangan buruk I.Q
(Intellegentia Quantion).
c) Tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataanverbal.
d) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilanpsikomotor.
3) Perubahan Psikososial
a) Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila
seseorang pensiun ia akan mengalami kehilangan, diantaranya:
(1) Kehilanganfinansial
(2) Kehilanganstatus
(3) Kehilangan teman, kenalan ataurelasi
(4) Kehilangan pekerjaan ataukegiatan
b) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness
ofmortality)
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan, ruang gerak lebihsempit.
16

d) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatnya


biayahidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya
biayapengobatan.
e) Penyakit kronis danketidakmampuan.
f) Gangguan syaraf pancaindra, timbul kebutaan danketulian.
g) Gangguan gizi akibat kehilanganjabatan.
h) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan
terhadapgambaran diri, perubahan konsepdiri.
4) Perkembangan Spiritual
a) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi
dalamkehidupannya.
b) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal
initerlihat dalam berfikir dan bertindak dalamsehari-hari.
c) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun, Universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan
keadilan[ CITATION Nug08 \l 1057 \m Fit].
5) Perubahan emosi dan kepribadian
Setiap ada kesempatan lansia selalu mengadakan instropeksi
diri. Terjadi proses kematangan bahkan terjadi pemeranan gendre
yang terbalik.lansia wanita biasa menjadi lebih tegar dibandingkan
lansia pria, apa lagi dalam hal memperjuangkan hak mereka.
Sedangkan pada pria tidak segan-segan memerankan peran yang
sering distreotipekan sebagai pekerjaan wanita, seperti mengasuh
cucu, menyiapkan sarapan, membersihkan rumah dan
sebagainya[ CITATION Mas15 \l 1057 ].

2. Konsep Kesepian
a) Definisi Kesepian
Suatu keadaan dimana seseorang merasa jauh atau tersisih dari
lingkungan sosial yang berdampak pada gangguan kesehatan yang
komplek[CITATION Rah15 \l 1057 ]. Kesepian merupakan kondisi
yang sering mengancam kehidupan para lansia, ketika anggota
17

keluarga hidup terpisah dari mereka, kehilangan pasangan hidup,


kehilangan teman sebaya, dan ketidakberdayaan untuk hidup
mandiri[ CITATION Gun09 \l 1057 ]. Kesepian dialami oleh lansia
saat pasangan hidup atau teman dekatnya meninggal, tidak memiliki
partner seksual dan terpisah dengan keluarga, tidak adanya kegiatan
dalam mengasuh anak-anaknya yang sudah dewasa dan bersekolah
tinggi sehingga, tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit,
berkurangnya teman atau relasi akibat kurangnya aktivitas di luar
rumah, anak- anaknya yang meninggalkan rumah karena menempuh
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, anak-anaknya yang
meninggalkan rumah untuk bekerja, anak-anaknya telah dewasa dan
membentuk keluarga sendiri. Masalah diatas akan menimbulkan rasa
kesepian bagi usia lanjut.
Kesepian dapat mengakibatkan munculnya berbagai masalah-
masalah kesehatan fisik dan psikologis mulai dari depresi, gangguan
tidur, stress, keinginan bunuh diri, dan system kekebalan tubuh
menurun[ CITATION Dam13 \l 1057 ]. kesepian yang bisa dilakukan
oleh lanjut usia dalam menghadapi kesepian yaitu bersikap ramah,
mengunjungi teman sebaya, melakukan kegiatan atau kesibukan yang
bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, melaksanakan ibadah
sesuai agama masing-masing dengan rajin dan tekun [ CITATION
Nas12 \l 1057 ]. Kesepian adalah perasaan terasing, tersisihkan,
terpencil dengan orang lain. Kesepian akan muncul jika seseorang
merasa tersisih dari kelompoknya, tidak diperhatikan oleh orang-orang
disekitarnya, terisolasi dari lingkungan, dan tidak ada seseorang yang
bisa dijadikan tempat berbagi rasa dan pengalaman[CITATION
Placeholder1 \t \l 1057 ].
Kesepian adalah dengan merasa terasing dari sebuah kelompok,
tidak dicintai oleh sekeliling, tidak mampu untuk berbagi kekhawatiran
pribadi, berbeda dan terpisah dari mereka yang ada disekitar kita.
Kesimpulan dari definisi diatas adalah dimana seseorang merasa jauh
atau tersisih dari lingkungan sosial. Kesepian sering mengancam
kehidupan para lansia ketika meraka hidup terpisah dengan
keluarga,ataupun ketidakberdayaan untuk hidup mandiri, dan tidak ada
seseorang yang bisa dijadikan tempat berbagi rasa dan pengalaman.
18

b) Tipe Kesepian
Sears et al dalam[ CITATION Lua08 \l 1057 ] membedakan dua tipe
kesepian, berdasarkan hilangnya ketetapan sosial tertentu yang dialami
oleh seseorang yaitu:
1) Kesepian emosional
Timbul dari ketiadaan figure kasih sayang yang intim, seperti yang
biasa diberikan oleh orang tua kepada anaknya atau yang bisa
diberikan tunangan atau teman akrab kepada seseorang.
2) Kesepian sosial
Terjadi bila orang kehilangan rasa terintegrasi secara sosial atau
teritegrasi dalam suatu komunikasi, yang bisa diberikan oleh
sekumpulan teman atau rekan kerja.
Bentuk kesepian dapat terjadi ketika seseorang mengalami salah
satu kesepian tanpa mengalami yang lain. Kesepian berkaitan
dengan usia. Stereotipe yang popular menggambarkan usia tua
sebagai masa kesepian besar.
c) Penyebab Kesepian
Penyebab kesepian diawali karena rasa malu dan terlalu takut
untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan[ CITATION IKA10
\l 1057 ]. Selain itu, dukungan sosial memiliki hubungan yang erat
dengan perasaan kesepian, sehingga kurangnya dukungan sosial juga
merupakan salah satu penyebab kesepian pada lansia. Kurangnya
dukungan sosial pada lansia antara lain ketiadaan teman dekat,
kehilangan pasangan hidup, jaringan dukungan sosial yang terbatas
dan rendahnya kualitas hubungan dengan orang lain[ CITATION
IKA10 \l 1057 \m Luo12]. Penyebab lainnya adalah proses penuaan,
kondisi penyakit ketidakmampuan dalam melakukan pemenuhan activity
daily living (ADL), tidak memiliki saudara atau sanak keluarga,
ditinggalkan oleh anak, lingkungan tempat tinggal yang baru serta
hubungan yang tidak harmonis dengan orang terdekat. Dapat
disimpulkan penyebab kesepian adalah ketidakadekuatan hubungan
baik interpersonal maupun sosial. Menurut [ CITATION Rah15 \l 1057 ]
penyebab umum terjadinya kesepian ada 3 faktor, yaitu:
1) Faktor psikologis
19

Harga diri rendah pada lansia disertai dengan munculnya perasaan-


perasaan negatif seperti perasaan takut, cemas, dan berpusat pada
diri sendiri.
2) Faktor kebudayaan dan situasional
Terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya
dimana keluarga yang seharusnya merawat para lansia kini banyak
yang lebih memilih untuk menitipkan lansia kepanti dengan alasan
sibuk dan tidak mampu merawat lansia.
3) Faktor spiritual
Kekosongan spiritual pada lansia, terutama lansia yang sudah tidak
banyak beraktifitas, seringkali berakibat kesepian.
d) Ciri-ciri Kesepian
Orang yang kesepian mempunyai masalah dalam memandang
eksistensi dirinya, seperti merasa tidak berguna atau tidak berharga,
merasa gagal dan bosan dalam menjalani hidup, merasa terpuruk,
merasa sendiri atau terasing, merasa tidak ada yang mengerti, merasa
tidak diperhatikan dan dicintai, serta perasaan negatif
lainnya[ CITATION Dam13 \l 1057 \m War16] . Selain perasaan negatif
tersebut, ciri-ciri lansia yang mengalami kesepian adalah kurangnya
hubungan yang bermakna dengan orang lain[ CITATION Rah15 \l 1057
].
e) Faktor- faktor Kesepian
Menurut Gottileb faktor yang menyebabkan timbulnya kesepian
yaitu:
1) Situasi. Berpisah dengan keluarga, teman lama merupakan
sebab utama kesepian dan menimbulkan suatu kebutuhan
akan orang lain.
2) Kepercayaan. Pikiran-pikiran yang menyatakan diri sendiri
tidak berguna dan tidak disukai oleh orang lain akan
memburuk kesepian.
3) Kepribadian. Adanya korelasi antara kesepian dengan
sejumlah karakteristik personal, yang meliputi rendahnya
harga diri, rasa malu yang besar, merasa diasingkan, dan
kepercayaan bahwa dunia bukanlah tempat yang
menyenangkan.
20

f) Dampak Kesepian
Kesepian pada lansia dipandang hal yang unik karena berdampak
pada gangguan kesehatan yang komplek[ CITATION Rah15 \l 1057 ].
Meskipun kesepian pada lansia dianggap sebagai hal normal, namun
kesepian dapat mengakibatkan munculnya berbagai masalah-masalah
kesehatan fisik dan psikologis mulai dari depresi, gangguan tidur, stres,
keinginan bunuh diri, dan sistem kekebalan tubuh menurun[ CITATION
Ama15 \l 1057 ]. Adapun dampak dari kesepian menurut [ CITATION
Okt09 \l 1057 ] yaitu :
1) Lansia akan mengalami rendahdiri
2) Tidak ingin terlibat pada kegiatan sosial
3) Mengalami kesulitan dalam pengambilankeputusan
4) Takut bertemu orang lain dan menghindari situasibaru
5) Mempunyai persepsi negatif tentang dirisendiri
6) Merasakan keterasingan, kesendirian, dan perasaan
tidakbahagia terhadap lingkungansekitar
g) Kesepian di Panti
Kesepian lansia lebih banyak terjadi pada lansia yang tinggal di
panti werdha. Berpisah dengan keluarga atau khususnya berpisah
dengan anak-anak, ketika keluarga tidak mampu untuk merawat lansia,
hal tersebut membuat para lansia pada akhirnya harus tinggal di panti
wredha. Keadaan tersebut dapat menimbulkan perasaan hampa pada
diri lansia dan membuat lansia semakin merasa kesepian[ CITATION
Mar12 \l 1057 ]. Selain itu kehilangan pasangan hidup, teman sebaya,
tidak memiliki hubungan sosial, secara bertahap keadaan tersebut juga
menambah perasaan kesepian pada lansia.
Kondisi fisik lansia di panti lebih lemah dari pada lansia yang tinggal
di rumah, karena lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga
mendapat dukungan sosial dari keluarga dan dapat melakukan kegiatan
sesuai keinginan lansia dengan bebas sehingga kondisi fisik lansia yang
tinggal di rumah lebih baik dari pada lansia yang tinggal di panti. Lansia
yang tinggal di panti tidak dapat menggunakan sarana dan prasarana
panti dengan bebas, kurangnya aktifitas lansia di panti yang membuat
waktu luang bertambah banyak, kondisi tersebut juga semakin memicu
21

timbulnya rasa kesepian pada lansia.

h) Penanganan Kesepian
Cara untuk mengatasi kesepian pada lansia dapat dilakukan oleh
diri sendiri atau oleh orang lain. Beberapa hal yang bisa dilakukan
lansia dalam menghadapi kesepian oleh diri sendiri adalah bersikap
ramah, mengunjungi teman sebaya, melakukan kegiatan atau kesibukan
yang bermanfaat, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, dan
membina hubungan baru dengan orang lain[ CITATION Nas12 \l
1057 \m Ind08]. Upaya lain yang dapat dilakukan dalam menghadapi
kesepian antara lain[ CITATION Nas12 \l 1057 ]:
1) Berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain.
2) Memperhatikan dan menghibur orang yang mengalami kesusahan.
3) Bagi lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana, upaya ini
dapat dilakukan melalui berhubungan dengan orang lain melalui
telepon.
4) Membuka diri untuk bergaul.
5) Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianutnya dengan
tekun.
6) Menciptakan kegiatan atau kesibukan yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan yangdimiliki.
i) Skala Tingkat Kesepian
Tingkat kesepian seseorang dapat diukur dengan The UCLA
Loneliness Scale. Agung Sanjaya telah memodifikasi dan mengadopsi
kuesioner tentang kesepian milik [ CITATION Rus96 \l 1057 ] yang di
namakan The UCLA Loneliness Scale yang di namakan The UCLA
Loneliness Scale. kuesioner ini terdapat 20 pertanyaan yang terdiri dari
11 pertanyaan yang bersifat negatif atau menunjukkan kesepian dan 9
pertanyaan yang bersifat positif atau tidak menunjukkan kesepian.
Pertanyaan negatif tersebut yaitu pertanyaan nomor 2, 3, 4, 7, 8, 11, 12,
13, 14, 17, dan 18 sedangkan pertanyaan positif yaitu nomor 1, 5, 6, 9,
10, 15, 16, 19, dan 20. Skor untuk pertanyaan negatif yaitu, tidak pernah
skor 1, jarang skor 2, sering skor 3, selalu skor 4, dan untuk pertanyaan
positif memiliki skor sebaliknya yaitu tidak pernah skor 4, jarang skor 3,
sering skor 2, selalu skor 1. Tingkat kesepian dapat dikategorikan
22

berdasarkan jumlah skor dari seluruh pertanyaan sebagai berikut :


1) Nilai 20 - 40 =rendah
2) Nilai 41 - 60 =sedang
3) Nilai 61 - 80 =berat

3. Psikologi Perkembangan
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata Yunani ‘psyche’
yang berarti jiwa dan ‘ogos’yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi
berarti ilmu jiwa. Namun, mengenai pengertian jiwa sejak dahulu tidak
pernah ada kesepakatan. Di antara pendapat para ahli, jiwa bisa berarti
ide, karakter atau fungsi mengingat, persepsi akal atau kesadaran.
Psikologi adalah ilmu yang sedang berkembang dan pada hakikatnya
psikologi dapat diterapkan pada setiap bidang dan segi kehidupan.
Sedangkan psikologi perkembangan yaitu ilmu yang khusus mempelajari
perilaku manusia secara bertahap. Dari sejak konsepsi, sampai manusia
mati[ CITATION Tin17 \l 1057 ].
Ada empat faktor yang memengaruhi perkembangan manusia, di
antaranya pengaruh keturunan, pengaruh lingkungan yang melingkupi
kebudayaan atau pengaruh masyarakat, dan faktor kematangan yang
memengaruhi psikologis manusia itu sendiri.
Psikologi perkembangan sebagai cabang ilmu psikologi menelaah
berbagai perubahan intraindividual yang terjadi di dalam perubahan
intravidual. Tugasnya, seperti yang dikatakan oleh La Bouvie dalam buku
Elizabeth B. Hurlock, “tidak hanya mendeskripsikan tetapi juga
menjelaskan atau mengekspikasikan perubahan-perubahan perilaku
menurut tingkat usia sebagai masalah hubungan anteseden (gejala yang
mendahului) dan konsekuensinya”.
Psikologi perkembangan menjelaskan perubahan perilaku, bukan
hanya saat perubahan itu terjadi melainkan proses sebab-akibat terjadinya
perubahan tersebut. Sebab-akibat perubahan perilaku manusia dapat
digambarkan berdasarkan tingkatan usia manusia. Tingkat usia manusia
terbagi atas usia bayi, usia akhir kanak-kanak, usia remaja, dan usia lanjut.
Penelitian yang penulis teliti merupakan perubahan tingkah laku manusia
dalam masa usia lanjut. Teori-teori perkembangan usia lanjut sangat
dibutuhkan untuk menganalisis adanya perubahan-perubahan kejiwaan
23

pada masa akhir usia lanjut.

4. Konsep Dasar Kepribadian


a. Definisi Kepribadian
Menurut Allport Dalam [ CITATION Sob11 \l 1057 ] menyatakan
bahwa kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-
sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya
yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kepribadian terletak dibalik tindakan tertentu dan dalam individu dan
sistem yang menyusun kepribadian dalam segala hal adalah
kecenderungan yang menentukan. Jika didefinisikan seperti itu,
kepribadian adalah :
1) Seperangkat kecenderungan kecondongan internal yang
terorganisasi untuk berperilaku dengan carater tentu.
2) Keberadaan tersendiri yang disimpulkan dari perilaku, bukanyang
langsung dapat diamati.
3) Agak stabil dan konsisten dalam perjalanan waktu dan dipicuoleh
rangsangan yang fungsinya sepadan.
4) Kekuatan yang menjadi penengah diantara penghargaan
seseorang kepada dunia dan kegiatan dalam suatu situasi.
5) Membantu individu dalam menyaring realitas, mengungkapkan
perasaan, dan mengidentifikasi diri kepada orang lain.
b. Pola dan Struktur Kepribadian
Pola kepribadian yang dimaksud adalah gambaran tentang garis-
garis besar (bentuk) kepribadian manusia pada umumnya menurut ahli
psikologi, pola kepribadian terdiri dari dua bagian yaitu sebagian
menyebutnya dengan “the concept of self” yang merupakan core atau
terasnya bentuk kepribadian manusia, dan sebagian lainnya
menyebutnya “Trait” yang merupakan kemudi kepribadian itu. “Trait”
berhubungan erat dan dipengaruhi oleh bagian pusat (self concept).
Jadi konsep diri manusia terbentuk dari respon penerimaan orang
terhadap dirinya sendiri. Sedangkan “Ideal self concept” adalah
gambaran orang mengenal apa yang mereka cita-citakan dari diri
seseorang. “Trait” atau sifat-sifat pribadi merupakan pola penyesuaian
diri individu yang sudah menjadi sifat atau tingkah lakunya, sebagai
24

contoh reaksi seseorang terhadap frustasi, cara menanggapi masalah


dan sebagainya. Sifat-sifat kepribadian menyatu dan dipengaruhi oleh
self concept. Para ahli psikologi mencoba menunjukkan karakteristik
dan ciri-ciri terpenting dari tingkah laku individu yang tampak dalam
kehidupan sehari-hari. Ciri khas dan tingkah laku individu ini disebut
ciri kepribadian (Personality Trait).
Menurut Jung dalam [ CITATION Alw14 \l 1057 ] kepribadian
adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkah laku,
kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian membimbing orang untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
Sejak awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi
membentuk kesatuan. Ketika mengembangkan kepribadian, orang
harus berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua
elemen kepribadian. Kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang
beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran, ego beroperasi pada tingkat
sadar, kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan asertip
beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif. Di samping sistem-sistem
yang terikat dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap
(introvert-ekstrovert) dan fungsi (fikiran-perasaan-persepsi-intuisi) yang
beroperasi pada semua tingkat kesadaran. Juga ada self yang menjadi
pusat kepribadian.
c. Tipologi Kepribadian Carl Gustav Jung
Jung memakai kombinasi sikap dan fungsi ini untuk
mendiskripsikan tipe-tipe kepribadian manusia yang pada dasarnya
mengembangkan teori dalam paradigma psikoanalisis pada colaborasi
konsep sikap dan fungsi memakai paradigma tipe. Dari kombinasi
sikap (ekstravers dan introvers) dengan fungsi (fikiran, perasaan,
pengindraan, intuisi) akan diperoleh delapan macam tipe manusia,
yakni tipe ekstraversi-fikiran, ekstraversi-perasaan, ekstraversi-
pengindraan, ekstraversi-intuisi, introversi-fikiran, introversi-perasaan,
introversi- pengindraan, dan introversi-intuisi. Setiap orang memiliki
dua tipe kepribadian, satu beroprasi di kesadaran dan lainnya tidak di
kesadaran. Kedua tipe itu saling bertentangan. Kalau tipe sadarnya
fikiran ekstravert tipe taksadarnya perasaan introvert, kalau tipe
sadarnya ekstraversi-pengindraan maka tipe taksadarnya introversi-
25

intuisi, atau sebaliknya.

1) Introversi-fikiran adalah orang yang emosinya datar, mengambil


jarak dengan orang lain, cenderung menyenangi ide-ide abstrak
alih-alih menyenangi orang dan benda konkrit lainnya. Mereka
mengembara dengan fikirannya sendiri, tidak peduli apakah ide-
idenya bisa diterima oranglain. Terkesan keras kepala, kurang
perhatian, arogan, dan dingin atau tidak ramah. Kata kuncinya
adalah sifat mengambil jarak-intelektual-tidak praktis, tipe
kepribadian dari filsuf, teoritis.
2) Ekstraversi-fikiran adalah orang yang cenderung tampil seperti
tidak kenal orang (impersonal), dingin atau angkuh, menekan
fungsi perasaannya, orang yang berprinsip kenyataan obyektif,
bukan hanya untuk dirinya tetapi juga mengharap orang lain
seperti dirinya. Tidak semua fikiran obyektif bersifat produktif.
Kalau sama sekali tidak ada interpretasi individu, yang muncul
adalah paparan fakta, tanpa orisinilitas atau kreatifitas. Kata
kuncinya adalah sifat obyektif-kaku-dingin, tipe kepribadian dari
matematikawan, peneliti, ahli mesin,akuntan.
3) Introversi-perasaan adalah orang yang mengalami perasaan
emosional yang kuat tetapi menyembunyikan perasaan itu. Orang
yang menilai segala hal dengan memakai persepsi-subyektif alih-
alih fakta-obyektif, mengabaikan padangan dan keyakinan
tradisional, pendiam, sederhana, tidak dapat diduga. Terkesan
memiliki rasa percaya diri dan kehidupan jiwa yang harmonis,
tetapi perasaannya tiba-tiba hancur oleh badai emosi.
Mengabaikan dunia obyektif, membuat orang di sekitarnya merasa
tidak nyaman, atau bersikap dingin kepadanya. Kata kuncinya
adalah sifat pendiam, kekanak-kanakan, tidak acuh, tipe
kepribadian dari seniman- pengarang, dan kritikus seni.
4) Ekstravers-perasaan adalah tipe orang yang perasaannya mudah
berubah begitu situasinya berubah. Emosional dan penuh
perasaan, tetapi juga senang bergaul dan pamer. Mudah bergaul
akrab dalam waktu yangpendek, mudah menyesuaikan diri. Kata
kuncinya adalah sifat bersemangat-periang- sosiabel, tipe
26

kepribadian dari aktor penaksir harga realestate, politisi,


pengacara.
5) Introversi-pengindraan adalah tipe orang yang cenderung
terbenam dalam sensasi-sensasi jiwanya sendiri, dan memandang
dunia sebagai sesuatu yang tidak menarik. Orang yang tampil
kalem, bisa mengontrol diri, tetapi juga membosankan. Dia bukan
tidak dipengaruhi fakta atau kenyataan, tetapi fakta atau
kenyataan itu diterima dan dimaknai secara subjektif, yang bisa
saja tidak ada hubungannya dengan fakta aslinya. Introversi-
pengindraan yang ekstrim ditandai oleh halusinasi, bicara yang
tidak bisa difahami, atau esoteris (hanya bisa difahami oleh
tertentu saja). Kata kuncinya adalah sifat pasif-kalem-artistik, tipe
kepribadian dari pelukis impresionis, pemusik klasik.
6) Ektraversi-pengindraan adalah tipe orang yang realistik, praktis
dan keras kepala. Menerima fakta apa adanya tanpa fikiran
mendalam. Terkadang merak juga sensitif, menikmati cinta dan
kegairahan. Sensasi indranya tidak dipengaruhi oleh sikap
subyektif, mampu membedakan fakta secara rinci. Kata kuncinya
adalah sifat realistis-merangsang-menyenangkan, tipe kepribadian
dari pekerja kuliner, pencicip anggur, ahli cat, pemusik pop, tetapi
juga bisabisniman.
7) Introversi-intuisi adalah tipe terisolir dalam dunia gambaran
primordial yang mereka sendiri kadang tidak tahu maknanya.
Mereka mungkin juga tidak mampu berkomunikasi dengan orang
lain secara efektif. Cenderung tidak praktis, memahami fakta
secara subyektif. Namun persepsiintuitif sering sangat kuat dan
mampu mendorong orang lain mengambil keputusan yang
istimewa. Kata kuncinya adalah sifat mistik-pemimpi-unik, tipe
kepribadian dari dukun supranatural atau peramal nasib, pemeluk
agama yang fanatik.
8) Ektraversi-intuisi adalah tipe orang yang orientasinya faktual,
tetapi pemahamannya sangat dipengaruhi oleh intuisi, yang
mungkin sekali bertentangan dengan fakta itu. Data sensori justru
menjadi sarana untuk menciptakan data baru secara intuitif, untuk
memecahkan suatu masalah. Selalu mencari dunia baru untuk
27

ditaklukan. Mereka sangat hebat dalam mendirikan dan


mengembakan usaha baru, tetapi minatnya terus-menerus
bergerak atau berubah. Kata kuncinya adalah sifat efektif-
berubah-kreatif, tipe kepribadian dari penaanman modal,
wiraswastawan, penemu(inventor).
d. Sikap Introversi (Introversion) dan Ekstraversi
(Extraversion)
Menurut Jung dalam [ CITATION Alw14 \l 1057 ] Sikap
introversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan
diri pada dunia dalam dan privat dimana realita hadir dalam bentuk
hasil amatan, cenderung menyendiri, pendiam atau tidak ramah,
bahkan antisosial. Umumnya orang introvertif itu senang instrospektif
dan sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri. Tentu saja
mereka juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya
secara selektif, dan memakai pandangan subjektif mereka sendiri.
Sikap ekstraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif,
memusatkan perhatiannya ke dunia luar alih-alih berfikir mengenai
persepsinya, cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif
dan ramah. Orang yang ekstravertif sangat menaruh perhatian
mengenai orang lain dan dunia disekitarnya, aktif, santai, tertarik
dengan dunia luar. Ekstravert lebih terpengaruh oleh dunia
disekitarnya, alih-alih oleh dunia dalamnya sendiri.
Kedua sikap yang berlawanan itu ada dalam kepribadian, tetapi
biasanya salah satunya dominan dan sadar, sedangkan yang lainnya
kurang dominan dan taksadar. Apabila ego lebih bersifat ekstravert
dalam dunia luar, maka tak sadra pribadi akan bersifat introvert.
Sebaiknya kalau ego introvert, maka tak sadar pribadinya ekstravert.
Hanya sedikit orang yang murni introvert atau murni ekstravert.
Umungnya orang memiliki beberapa elemen dari dua sisi itu, artinya
manusia umunya dipengaruhi oleh dunia dalam dan dunia luar secara
bersamaan. Keduanya juga mempunyai nilai yang sama, masing-
masing mempunyai kelemahan dan kekuatan. Orang yang sehat
psikisnya adalah orang yang mencapai keseimbangan antara dua
sikap itu, merasa sama-sama nyamannya dengan dunia dalam dan
dunialuarnya.
28

e. Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran,
yakni sadar, prasadar, dan tak sadar. Pada tahun 1923 Freud
mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego dan
superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama tetapi
melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam
fungsi dan tujuannya.
1) Tingkat Kehidupan Mental
a) Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita
cermati pada saat tertentu. Menurut Freud hanya sebagian
kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan,
dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).
b) Prasadar (Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory),
yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar
dan tak sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian,
semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan
ditekan pindah ke daerah prasadar.
c) Taksadar (Unconscious)
Taksadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur
kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting
dri jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa
ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah
kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls,
dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalam-pengalaman
traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh
kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.
2) Wilayah Pikiran
a) Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir.
Dari id ini kemudian akan muncul ego dan superego. Saat
dilahirkan, id berisi semua aspek psikologi yang diturunkan,
29

seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi


dalam daerah tak sadar, mewakili subjektivitas yang tidak
pernah sisadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan
proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan
untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian
lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure
principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan
menghindari rasa sakit. Plesure principle diproses dengan dua
cara :
(1) Tindak Refleks (Refleks Actions)
Adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir
seperti mengejapkan mata dipakai untuk menangani
pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera
dapat dilakukan.
(2) Proses Primer (Primery Process)
Adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu
yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan –
dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi
yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu
membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang
benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu
menilai atau membedakan benar-benar salah, tidak tahu
moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id
memunculkan ego.
b) Ego (Das Ich)
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani
realita sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita
(reality principle) usaha memperoleh kepuasan yang dituntut
id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda
kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat
memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian,
yang memiliki dua tugas utama ; pertama, memilih stimuli
30

mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan
dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua,
menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan
sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.
Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu
ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh
energi dari id.
c) Superego (Das Ueber Ich)
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari
kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik
(edialistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id
dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego,
dan seperti ego, ia tak punya sumber energinya sendiri. Akan
tetapi, superego berbeda dari ego dalam satu hal penting –
superego tak punya kontak dengan dunia luar sehingga
tuntutan superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak
realistis.
Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip yakni suara
hati (conscience) dan ego ideal. Freud tidak membedakan
prinsip ini secara jelas tetapi secara umum, suara hati lahir
dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas
perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal
yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal
berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas
perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang
sebaiknya dilakukan.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut
kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego,
baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Ada tiga
fungsi superego:
(1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik
dengan tujuan moralistik.
(2) merintangi impuls id terutama impuls seksual dan agresif
yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat.
(3) mengejar kesempurnaan.
31

e. Faktor-faktor Kepribadian
1) Faktor Genetik
Dari berbagai penelitian bayi baru lahir mempunyai
tempramen yang berbeda, perbedaan ini terlihat jelas pada usia 3
bulan. Perbedaan tersebut meliputi tingkat aktivitas, rentang
atensi, adaptabilitas pada perubahan lingkungan. Menurut hasil
riset[ CITATION Fit \l 1057 ] di jepang menunjukkan bahwa gen
Dorman bisa di stimulasi dan diaktivitasi pada diri seseorang
dalam bentuk potensi baik dan potensiburuk.
2) Faktor Lingkungan
Perlekantan (attachment) : kecenderungan bayi untuk
mencari kedekatan dengan pengasuhnya dan untuk merasa lebih
aman dengan kehadiran pengasuhnya dapat mempengaruhi
kepribadiannya. Teori perlekatan (Jhon Bowlby) menunjukkan :
kegagalan anak membentuk perlekatan yang kuat dengan satu
orang atau lebih dalam tahun pertama kehidupan berhubungan
dengan ketidakmampuan membentuk hubungan dengan orang
lain pada masa dewasa.
3) Faktor Stimulasi Gen dan Cara Berfikir
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Fit
\l 1057 ] dalam bukunya The Divine message of the DNA. Dapat
disimpulkan bahwa kepribadian dikendalikan sepenuhnya oleh
gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gen tersebut ada yang
bersifat Dorman (tidur) atau tidak aktif dan ada yang bersifat aktif.
Bila kita sering menyalakan gen yang tidur dengan cara positif
thinking maka kepribadian dan nasib kita akan lebih baik. Jadi
genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan tidak
dapatdirubah.
4) Faktor Lain-lainnya
Perubahan kepribadian tidak dapat terjadi secara spontan,
tetapi merupakan hasil pengamatan, pengalaman, tekanan dari
lingkungan sosial budaya, rentang usia dan faktor-faktor dari
individu seperti :
32

a) Pengalaman awal : Sigmund Freud menekankan tentang


pentingnya pengalaman awal (masa kanak kanak) dalam
perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan
dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dariingatan.
b) Pengaruh budaya : dalam menerima budaya anak mengalami
tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang
sesuai dengan standar yang ditentukanbudayanya.
c) Kondisi fisik : kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap kepribadian seseorang. Kondisi tubuh
meentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak
dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang
akan merasakan tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi
oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Kondisi fisik
yang mempengaruhi kepribadian antara lain adalah kelelahan,
malnutrisi, gangguan fisik, penyakit menahun, dan gangguan
kelenjar endokrin ke kelenjar tiroid (membuat gelisah,
pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas, curiga,
dansebagainya).
d) Daya tarik : orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik
biasanya memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian yang
diinginkan dari pada orang yang dinilai kurang menarik, dan
bagi mereka yang memiliki karakteristik menarik akan
memperkuat sikap sosial yangmenguntungkan.
e) Intelegensi : Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat
menjadikan ia sombong, dan anak yang kurang pandai
merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang
pandai tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan
yang kurangbaik.
f) Emosi : ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinali
sebagai orang yang tidak matang. Penekanan ekspresi
emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar,
tidak mau bekerja sama dan sibuksendiri.
g) Nama : walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit
pengaruh terhadap konsep diri, namun pengaruh itu hanya
terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu
33

mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama


yang dipakai memanggil ,mereka (karena nama itu
mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai
penilainya orang terhadap dirinya.
h) Keberhasilan dan Kegagalan : Keberhasilan dan kegagalan
akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak
konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep
diri itu.
i) Penerimaan sosial : anak yang diterima dalam kelompok
sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan
kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam
lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut,
dan mudahtersinggung.
j) Pengaruh keluarga : pengaruh keluarga sangat
mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak
anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan
sendi sendi dasar kepribadian.
k) Perubahan fisik : perubahan kepribadian dapat di sebabkan
oleh adanya perubahan kematangan fisik yang mengarah
kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik
yang mengarah pada klimakterium dengan meningkatnya
usia dianggap sebagai suatu kemunduran menuju ke arah
yang lebihburuk.
f. Tes Kepribadian atau Personality
Jung’s Type Indicator (JTI) Test yaitu tes kepribadian yang di
gunakan untuk mengukur kepribadian seseorang, yang digunakan
untuk mengungkapkankan kecenderungan kepribadian individu
apakah ekstrovert atau introvert. Untuk memperoleh data tipe
kepribadian ekstrovert, intovert menggunakan alat ukur dari Jung’s
Type Indicator Test dari Jungian Tipologi Theory yang sudah di
translite kedalam bahasa indonesia menggunakan metode back
translation, dengan 2 alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”, tes dengan
tipe Yes or No seperti ini adalah tes yang butir soalnya terdiri dari
pertanyaan yang benar dan yang salah atau Ya atau
34

Tidak[ CITATION Uto13 \l 1057 ].

Jung Type Indicator Test adalah sebuah tes untuk


mengungkapkan tipe kepribadian individu apakah seseorang yang
ekstrovert dan introvert berdasarkan dari pemikiran C.G Jung
[ CITATION Uto13 \l 1057 ] yang dikembangkan oleh penulis sesuai
dengan kondisi lansia di masyarakat dan agar mudah di pahami oleh
lansia. Yang disusun dalam 28 item dan terdiri dari 14 soal ekstrovert
dan 14 soal introvert. Dengan penjabaran komponen tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert yang meliputi aktivitas (activity), kesukaan
bergaul (sociabllity), keberanian mengambil risiko (risk taking),
penurutan dorongan kata hati (impulsiveness), pernyataan perasaan
(ekstressiveness), kedalaman berfikir (reflectiveness), dan tanggung
jawab (respondibility), seperti di lihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Indikator aspek kepribadian
Ekstrovert dan Introvert menurut schultz (1994)
Karakteri Ekstr Introver
stik overt t
Aktivitas Memiliki aktivitas Cenderung tidak
(activity) tinggi, umumnya aktif aktif secara fisik,
dan energik, menyukai lesu, mudah
aktifitas fisik letih, santai dan
lebih menyukai
hari libur yang
tenang.
Kesukaan Menyukai kegiatan Lebih menyukai
bergaul sosial, mencari teman, beberapa teman
pesta, bergaul, dan khusus saja,
merasa berada di menyenangi
keramaian kegiatan yang
menyendiri
seperti
membaca,
merasa sukar
mencari hal-hal
yang hendak
dibicarakan
dengan orang
lain dan
cenderung
menarik diri dari
kontak sosia
Keberanian Menyukai kegiatan Menyukai
mengambil resiko yang memberikan keakraban dan
(risk taking) tantangan yang baik hal-hal yang
dengan hanya sedikit dirasa aman
menghiraukan serta tidak
35

konsekuensi yang menyukai


mungkin merugikan mengambil
dan berani mengambil resiko
resiko
Penuruna Cenderung bertindak Mempertimbang
n tanpa pikir terlebih kan berbagai
dorongan dahulu atau spontan, masalah dengan
kata hati membuat keputusan sangat hati-hati
(impulsiv terburu-buru, gegabah dan banyak
eness) dan tidak berpendirian pertimbangan
tetap. sebelum
membuat
keputusan,
teratur,
merencanakan
kehidupan
mereka lebih
dahulu dan
berfikir sebelum
berbicara.
Pernyata Cenderung lebih Sangat pandai
an mempertlihatkan menguasai diri,
perasaan emosinya kearah luar tenang, dan tidak
(ekspress dan secara terbuka memihak, dan
iveness) seperti kemarahan, pada umumnya
ketakutan, kecintaan terkontrol dalam
dan kebencian. menyatakan
pendapat dan
perasaan.
Kedalam Dalam bekerja lebih Memiliki pola
berfikir tertarik untuk pikir yang
(reflective melakukan berbagai bersifat teoritis,
ness) hal dari pada cenderung
memikirkan hal-hal tertarik pada ide-
tersebut. Kepribadian ide, diskusi,
ekstrovert cenderung spekulasi,
memiliki pola pikir mereka suka
terarah dan praktis. ber[ikir dan
introspeksi.
Tanggun Cenderung terlambat, Cenderung
g jawab tidak menepati janji, berhati-hati, teliti,
(respondi serta kurang sungguh-
bility) bertanggung jawab sungguh,
dan konsisten. konsisten dan
bertanggung
jawab.

Teknik skoring untuk mengungkapkan tipe kepribadian ekstrovert


atau introvert pada subjek penelitian adalah dengan cara memberikan
skor 1 untuk setian jawaban “Ya” pada pertanyaan ekstrovert dan
memberikan skor 0 untuk jawaban “Tidak” bagi pertanyaan yang
terdapat pada pernyataan introvert, demikian pula sebaliknya nilai 0
untuk jawaban “Ya” pada introvert dan nilai 1 pada jawaban “Tidak”
36

pada ekstrovert.
Tabel 2.2 interpretasi pemberian skor
Pe Y T Ʃ
rta a i
ny d
aa a
n k

Ek 1 0 ≥
str
ov 1
ert 4
Intr 0 1 ≤
ov
ert 1
4

Semakin tinggi skor yang diperoleh individu maka dapat


diinterpretasikan bahwa individu tersebut cenderung mempunyai tipe
kepribadian ekstrovert dan sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh maka semakin individu mengarah pada tipe kepribadian
introvert.

B. Penelitian Terkait
1. Isolasi sosial: menarik diri adalah suatu pengalaman menyendiri
dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain. salah
satu penyebab menarik diri adalah faktor kepribadian. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tipe
kepribadian dengan kejadian isolasi sosial: menarik diri pada
lansia.Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Tekhnik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 48 responden. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tipe
kepribadian ekstrovert tidak mengalami kejadian isolasi sosial: menarik
diri (84,4%). Berdasarkan uji korelasi Chi – Square diperoleh nilai sig (2
37

– tailed) sebesar 0,000 sehinggan H0 ditolak dan H1 diterima berarti ada


hubungan antara tipe kepribadian dengan kejadian isolasi sosial:
menarik pada lansia. Berdasarkan hasil penilitian tersebut diharapkan
bagi unit pelaksana teknis panti sosial lanjut usia dan juga keluarga
dapat melakukan antisipasi agar kejadian isolasi sosial: menarik diri
pada lansia ini tidak terjadi, misalkan dengan melibatkan lansia pada
berbagai terapi kelompok (Endang Mei Yunalia, 2015).
2. kesepian adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tingkatan
dari keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Kesepian juga
didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang
dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang kita
inginkan dan jenis hubungan sosial yang kita miliki. Orang yang
kesepian cenderung untuk menjadi tidak bahagia dan tidak puas dengan
diri sendiri, tidak mau mendengar keterbukaan intim dari orang lain dan
cenderung membuka diri mereka baik terlalu sedikit atau terlalu banyak,
merasakan kesia-siaan (hopelessness), dan merasa putus asa (Basuki,
2015).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Self-
Esteem (harga diri) dan kesepian. Populasi dalam penelitian ini adalah
para lansia yang tinggal di Dinas Sosial “UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Pasuruan di Lamongan. Para lansia di tempat tersebut berjumlah
55 orang, yang terdiri dari 8 laki-laki dan 47 perempuan yang berusia
kurang lebih 65 tahun. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam
penelitian ini menggunakan skala model likert untuk kedua variabel,
analisis data menggunakan korelasi sperman. Hasil diperoleh harga
koefisien korelasi sebesar -0,267 dengan signifikansi sebesar 0,147
yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara Self-Esteem
terhadap tingkat kecenderungan Kesepian pada Lansia (Aimmatu Nur
Azizah,Siti Azizah Rahayu, 2016).
3. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh Latihan Ketrampilan
sosial terhadap kemampuan sosialisasi pada lansia yang mengalami
kesepian di Panti wredha. Desain penelitian ini adalah quasi
experimental, pre-post test with control group. Tempat penelitian di Panti
Wredha A (Intervensi) dan Panti Wredha B (Kontrol) di Kabupaten
Semarang. Sampelpenelitian adalah 27 lansia kelompok intervensi dan
28 lansia sebagai kelompok kontrol yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil
38

penelitian menunjukkan perbedaan signifikasi skor kemampuan


sosialisasi lansia setelah dan sebelum dilakukan latihan ketrampilan
sosial. Terdapat peningkatan kemampuan sosialisasi pada lansia
kelompok intervensi. Rekomendasi penelitian ini adalah latihan
ketrampilan sosialisasi direkomendasikan pada lansia dengan kesepian
(Anny Rosiana Masithoh, Achir Yani S Hamid, Luknis Sabri, 2011).

C. Kerangka Teori
Gambar 2.1
Kerangka Teori

Lansia

Aspek Kepribadian pada psikologi Faktor terjadinya


perkembangan kesepian yaitu :
Kesepian pada
Menurut Jung sepeti yang dikutip dalam lansia 1. Situasi
Alwisol (2011) kepribadian mencakup 2. Kepercayaan
keseluruhan fikiran, perasaan dan 3. Kepribadian
tingkah laku, kesadaran dan ketidak
sadaran. Alat ukur:

Jung’s Type Indicator (JTI) yaitu sebuah


tes untuk mengungkapkan tipe
kepribadian individu apakah seseorang
yang ekstrovert dan introvert
berdasarkan dari pemikiran C.G Jung
(Utomo, 2013), terdiri dari 28 item dan
terdiri dari 17 soal ekstrovert dan 17 soal
introvert.
39

Komponen kesepian

Tingkat kesepian dapat diukur


dengan The UCLA Loneliness Scale
yang terdiri 20 pertanyaan dalam
bentuk pertanyaan, dimana
pertanyaan yang menggunakan kata
negatif menunjukkan kesepian.
(Sumber,Agung Sanjaya,2012).

Komponen Kepribadian

1. aktivitas (activity)
2. kesukaan bergaul (sociabllity)
3. keberanian mengambil risiko (risk
taking)
4. penurutan dorongan kata hati
(impulsiveness)
5. pernyataan perasaan
(ekstressiveness)
6. kedalaman berfikir (reflectiveness)
7. tanggung jawab (respondibility)

Sumber:Alwisol (2011), Utomo (2013), Agung Sanjaya (2012)


Keterangan :
: Ditelit
: Tidak teliti
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep dari berbagai level abstrak yang
didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau
manipulasi suatu penelitian[ CITATION Nur16 \l 1057 ].
Dalam penelitian ini dibedakan antara variabel independen dan
dependen.
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
nilainya menentukan variabel lain[ CITATION Nur16 \l 1057 ]. Dalam
penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah Aspek
Kepribadian Pada Psikologi Perkembangan.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya
ditentukan oleh variabel lain[ CITATION Nur16 \l 1057 ]. Dalam
penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah Kesepian Pada
Lansia.

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan
antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu
pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau
bagian dari permasalahan [ CITATION Nur16 \l 1057 ].
Bersadarkan pengertian tersebut hipotesa yang diharapkan adalah
ada Hubungan Aspek Kepribadian pada Psikologi Perkembangan dengan
Kesepian Pada Lansia di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia
(POTROYUDAN) Jepara.
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Hipotesa alternatif (Ha)
Hipotesa Kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan
Y atau adanya perbedaaan antara dua kelompok.
41

Ha : Adanya Hubungan Aspek Kepribadian pada Psikologi


Perkembangan dengan Kesepian Pada Lansia di Panti Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (POTROYUDAN) Jepara.
42

2. Hipotesa nol (H0)


Hipotesa Nol menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variable
atau tidak adanya pengaruh variable X dan Y.
H0 : Tidak ada Hubungan Aspek Kepribadian pada Psikologi
Perkembangan dengan Kesepian Pada Lansia di Panti Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (POTROYUDAN) Jepara.

C. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan
keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak
diteliti)[ CITATION Nur16 \l 1057 ].
Variabel independent (Bebas) Variable Dependent (Terikat)
Aspek Kepribadian Kesepian Pada Lansia

(Psikologi Perkembangan)

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu
analitik korelasional. Penelitian korelasional adalah jenis penelitian
yang digunakan untuk mencari, menjelaskan suatu hubungan,
memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada. Peneltian
ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel.
Pada rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal
dua variabel [ CITATION Nur16 \l 1057 ].
2. Pendekatan Waktu
Berdasarkan penelitian ini maka peneliti menggunakan
pendekatan cross sectional. cross sectional adalah jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
independen dan dependen hanya pada satu saat. Pada jenis ini,
variabel independen dan dependen dinilai secara stimultan pada
suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut [ CITATION Nur16 \l 1057 ].
43

3. Metode Pengumpulan Data


Berdasarkan sumber data, maka data dalam penelitian ini dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber
pertama, atau dengan kata lain data yang pengumpulannya
dilakukan sendiri oleh peneliti secara langsung seperti hasil
wawancara dan hasil pengisian instrument, angket atau kuisioner [
CITATION Wid12 \l 1057 ].
Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung melalui
hasil wawancara langsung terhadap responden yang sudah
dilakukan penelitian pada lansia di Panti Sosial Pelayanan Lanjut
Usia Potroyudan Jepara dengan menggunakan kuisioner sebagai
alat pengumpulan data.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang
tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip.
Adapun langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1) Peneliti meminta surat keterangan melakukan penelitian
kepada institusi pendidikan, yaitu Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus.
2) Peneliti meminta izin kepada ketua Panti Sosial Pelayanan
Lanjut Usia Potroyudan Jepara.
3) Peneliti meminta izin melakukan wawancara terhadap
responden.
4) Mencatat lansia yang mengalami gangguan aspek
kepribadian.
5) Kemudian mengambil responden sesuai kriteria inklusi.
6) Memberikan penjelasan kepada responden mengenai maksud
dan tujuan penelitian.
7) Membagikan kuisioner sebelum dilakukan perlakuan untuk
diisi.
8) Mengumpulkan kuisioner yang telah dikerjakan oleh
responden.
44

9) Menilai hasil kuisioner yang sudah dikumpulkan.


10) Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan
dan analisa data.
4. Populasi Penelitian
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan[CITATION Nur17 \t \l 1057 ]. Populasi dalam penelitian ini
adalah sebanyak 63 lansia, terdiri dari 29 laki-laki dan 34 perempuan
yang ada di Panti Sosial Pelayanan Lanjut Usia Potroyudan Jepara,
data tersebut sesuai dengan catatan dari Panti Sosial Pelayanan
Lanjut Usia Potroyudan Kabupaten Jepara tahun 2020.
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang di pilih dengan
sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili
populasi[CITATION Nur17 \t \l 1057 ]. Sampling adalah suatu proses
dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi[CITATION Nur08 \t \l 1057 ]. Dalam penelitian ini pemilihan
sampel dengan cara Non Probability Sampling dengan metode
Purposive Sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karateristik populasi
yang telah dikenal sebelumnya[CITATION Nur08 \t \l 1057 ].
Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah lansia yang tinggal
di Panti wredha Sultan Fatah Demak sebanyak 22 orang yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi adah berikut ini :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
dari populasi target dan terjangkau yang akan diteliti[CITATION
Nur08 \t \l 1057 ].
1) Lansia yang tinggal di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia
(POTROYUDAN) Jepara.
2) Lansia yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
3) Lansia yang sehat.
b. Kriteria ekslusi
45

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan


subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi[CITATION
Nur08 \t \l 1057 ].
1) Lansia yang mengundurkan diri saat berjalanya proses
pengambilan quosioner.
2) Lansia yang mengalami penurunan kondisi sehingga
memerlukan perawatan selanjutnya
Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, dapat
menggunkan rumus Slovin sebagai berikut :
N
n= 2
1+ N ( d)
Keterangan :
N : besar populasi
n : besar sampel
d : tinggi kesalahan
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :
63
n=
1+63 ( 0,1 )2
n : 39 lansia
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 39 responden lansia.
6. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Menjelaskan semua variabel dan istilah yang akan digunakan
dalam penelitian secara operasional sehingga memudahkan pembaca
maupun penguji dalam mengartikan makna penelitian[CITATION
Nur17 \t \l 1057 ].
Tabel 3.1
Definisi Oprasional Variabel Penelitian
Definisi Alat Ukur & cara
Variabel Kategori Skala
Oprasional ukur
Variabel Pola Menggunakan Skala Nominal
Independ tingkah TesJTI (Jung’s Guttman :
ent laku Type Indicator) Ya = 1
(bebas) individu dengan kuesioner Tidak = 0
Aspek dalam Closed Ended Kriteria:
Kepribadi bertindak Dichotomy Ekstrovert =
an dan Question yaitu 15 –28
(Psikologi berinteraksi pernyataan tertutup Introvert = 1-
perkemba dengan terdiri 28 14
46

ngan) lingkungan pertanyaan dengan


sehari-hari 14 soal ekstovert
dan 14 soal
introvert kategori:
- Ya
- Tidak
Variabel Seseorang Kuesioner Setiap item Ordinal
Depende yang UCLALoneliness pertanyaan
nt (terikat) merasa Scaleversion 3 diberikan
Kesepian kehilangan disusun oleh Rusell nilai 1-4
Pada orang- (1996) dengan 20 dengan nilai
Lansia orang pertanyaan dengan yang lebih
terdekat menggunakan tinggi
atau skala likert. mencermink
ditinggal dengankategori: an kesepian.
pasangan - Selalu
hidup. - Kadang-
kadang
- Jarang
- Tidak
pernah

7. Instrument Penelitian dan Cara Penelitian


Adalah alat bantu yang dipilih oleh peneliti dalam kegiatan
tersebut menjadi sitematis dan mudah[CITATION Nur08 \t \l 1057 ].
Sedangkan kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti kepada responden, dimana responden bisa menjawab secara
bebas tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan secara terbuka
oleh peneliti[CITATION Nur16 \t \l 1057 ].
Pada penelitian ini menggunakan instrumen dalam bentuk
kuesioner yang berisi :
a. Tes JTI (Jung’s Type Indicator). yang dijadikan instrument aspek
kepribadian pada Lansia.
kuesioner Closed Ended Dichotomy Question yaitu
pernyataan tertutup dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Jung’s
Type Indicator Test terdiri dari 28 soal yang mengandung 7 sub
konsep yang berisi Aktivitas, Mengambil Resiko, Kedalaman
Berfikir, Tanggung Jawab, Kesukaan Bergaul, Pernyataan
Perasaan dan Penurunan Dorongan Hati. Masing – masing dibagi
menjadi dua kelompok soal yaitu 14 soal untuk tipe kepribadian
Ekstrovert dan 14 soal untuk tipe kepribadian Introvert. Pada tipe
kepribadian ekstrovert jika jawaban “Ya” diberikan nilai 1 dan jika
jawaban “Tidak” diberikan nilai 0, begitu juga sebaliknya dengan
47

tipe kepribadian introvert diberikan nilai 0 pada jawaban “Ya” dan


nilai 1 pada jawaban “Tidak”. jika jumlah nilai lebih > 14 maka
individu tersebut masuk ke dalam tipe kepribadian ekstrovert
begitu juga sebaliknya jika jumlah nilai < 14 maka individu
tersebut masuk ke dalam tipe kepribadian introvert.
3.2 Kisi – Kisi Kuesioner Aspek Kepribadian
Variabel Parameter Indikator Favorable Unfav Jumlah
orable

Aspek Aktivitas Ekstrovert : 1,2 2 28


kepriba Aktivitas cepat, suka
dian keramaian
Ekstrov Introvert :
ert dan Aktivitas lambat, suka 3,4 2
Introvert ketenangan

Mengambil Ekstrovert : 5,6 2


resiko Berani mengambil resiko,
menyukai hal-hal yang
baru (perubahan)
Introvert :
Kurang berani mengambil 7,8 2
resiko, suka hal-hal yang
teratur (tetap)
Kedalaman Ekstrovert : 9,10 2
berfikir Melakukan sesuatu dari
pada memikirkan,
cenderung santai
Introvert :
Tertarik pada ide-ide 11,12 2
cenderung serius
Tanggung Ekstrovert : 13,14 2
jawab Kurang bertanggung
jawab, tidak menepati janji
Introvert :
Bertanggung jawab,
menepati janji 15,16 2
Kesukaan Ekstrovert : 17,18 2
bergaul Menyukai kegiatan sosial,
mudah bergaul, merasa
nyaman berada dalam
kelompok
Introvert :
Suka menyendiri, tidak 19,20 2
mudah bergaul, tidak
nyaman berada dalam
kelompok
Pernyataan Ekstrovert : 21,22 2
perasaan Memperlihatkan emosi
(cinta, marah)
Introvert :
Terkontrol dalam 23,24 2
menyatukan perasaan
48

Penurutan Ekstrovert : 25,26 2


dorongan Bertindak tanpa dipikirkan
kata hati sebelumnya, membuat
keputusan seketika
Introvert :
Merencanakan sebelum 27,28 2
bertindak, membuat
keputusan dengam hati-
hati

b. Kuosioner UCLA Loliness untuk instrument tingkat kesepian


Lansia.
Skor untuk pertanyaan negatif yaitu, tidak pernah skor 1, jarang
skor 2, sering skor 3, selalu skor 4, dan untuk pertanyaan positif
memiliki skor sebaliknya yaitu tidak pernah skor 4, jarang skor 3,
sering skor 2, selalu skor 1. Tingkat kesepian dapat dikategorikan
berdasarkan jumlah skor dari seluruh pertanyaan sebagai berikut : 20
– 40 = Rendah, 41 – 60 = Sedang, 61 – 80 = Berat.
Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner tentang kesepian pada lansia
Interpr Posit Nega
etasi if tif
Tidak 4 1
Perna
h
Jarang 3 2
Sering 2 3
Selalu 1 4

Tabel 3.4 Kategorisasi Hasil Skor UCLA Loneliness Scale


Rentang Skor Katagorisasi
20-40 Rendah
41-60 Sedang
61-80 Berat

1) Uji Validitas
Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang
berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data.
Instrument harus dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur[CITATION Nur16 \t \l 1057 ].
Uji validitas yang digunakan adalah “Korelasi Pearson Productt
Moment” dengan rumus :
rhitung= n ¿ ¿
Keterangan:
49

rhitung = koefisiensi korelasi


ƩXi = jumlah skor item
ƩYi = jumlah skor total (item)
n = jumlah responden

jika r hitung ≥ koefisien nilai table yaitu taraf signifikan 0,1 %, maka
instrumen yang diuji dinyatakan valid[ CITATION Sug10 \l 1057 ].
2) Uji Reliabilitas
Reabilitas adalah kestabilan pengukuran, alat dikatakan
reliabel jika dilakukan berulang-ulang nilai sama. Sedangkan
pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan stabil dari waktu kewaktu.
Teknik uji yang digunakan adalah uji alpha cronbach dengan
rumus (Sugiyono, 2010).

k S2i
ri = {1 }
(k −1) S2t
Keterangan :
ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya item
2
ƩS i = jumlah varian item

S2t = varian total


8. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Setelah data terkumpul dari lembar kuisioner yang ada maka
dilakukan pengolahan data. Pengolahan data tersebut dengan tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Teknik pengolahan data
1) Pemeriksaan Data (Editing)
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan
dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa
kesinambungan data, dan keseragaman data.
2) Pemeriksaan Code (Coding)
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua
jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu dengan symbol-
simbol tertentu, untuk setiap jawaban (pengkodean).
50

Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman,


daftar pertanyaan, nomor variabel, nama variabel dan kode.
3) Pemeriksaan Score (Scoring)
Scoring adalah memberi skor pada setiap responden dengan
melakukan pemberian nilai terhadap jawaban kuesioner tipe
kepribadian dan kesepian pada lansia [ CITATION Sar10 \l
1057 ].
4) Tabulasi (Tabulating)
Data yang ada disusun dalam bentuk tabel atau grafik
distribusi frekuensi dan diolah dengan menggunakan program
komputer
5) Cleaning
Pembersihan data yaitu upaya pengecekan kembali data yang
dimasukkan dalam program computer apakah ada kesalahan
dalam memasukkan data ke komputer.
b. Teknik Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa univariat dan analisa bivariat.
1) Analisa Univariat
Analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel [ CITATION
Not10 \l 1057 ].
Rumus analisa univariat :
f
χ = ×100 %
n
Keterangan:
χ = hasil presentasi
f = frekuensi hasil penelitian
N = total seluruh observasi
2) Analisa Bivariat
Analisa Bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan
terikat dengan menggunakan uji statistik Spearmen Rank.
51

Tehnik pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan


software statistical product and service solutions (SPSS).
Asumsi korelasi spearman adalah: (1) data tidak berdistribusi
normal dan (2) data ukur dalam skala ordinal.
ρ=1−¿
ρ = Koefisien korelasi Spearman Rank
bi = Beda antara dua pengamatan berpasangan
N = Total pengamatan
Untuk mengetahui taraf signifikan observasi digunakan nilai p,
bila dihitung <p table maka hipotesa penelitian ditrima.

E. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memerlukan beberapa etika dalam penelitian
diantaranya :
1. Lembar Persetujuan (Inform Consent)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan yang
diberikan sebelum dilakukan penelitian.Tujuannya adalah lansia
mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
selama pengumpulan data. Jika lansia bersedia untuk diteliti maka
harus menandatangani lembar persetujuan dan jika lansia menolak
untuk diteliti maka tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas lansia, peneliti tidak akan
mencantumkan nama pada lembar kuesioner. Lembar tersebut hanya
diiberi kode nomor tertentu.
3. Kerahasiaan (Privacy)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh lansia dijamin oleh
peneliti.

F. Jadwal Penelitian
Terlampir
52
DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. H., & Taher, M. (2013). The Relationship Between Personality Traits With
Life Satisfaction. Sociology Mind, 3(1), 99-105.

Alwisol. (2011). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.

Alwisol. (2014). Psikologi Kepribadian. Cetakan XII. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang.

Amalia, A. (2015). Kesepian Dan Isolasi Sosial Yang Dialami Lanjut


Usia:Tinjauan Dari Perspektif Sosiologis.Jurnal.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerial Sosial RI. Diambil
kembali dari <https://media.neliti.com.(Diakses tanggal 26 Desember
2017)

Aristawati. (2015). Pengalaman Kesepian pada Lansia yang Tinggal di Rumah


Sendiri di Desa Tunggul Wulung Pandaan.The Indonesian Journal Of
Health Science. 5(2), 181-188.

Azizah, A. N., & Rahayu, S. A. (2016). HUBUNGAN SELF-ESTEEM DENGAN


TINGKAT KECENDERUNGAN KESEPIAN PADA LANSIA. Jurnal
Penelitian Psikologi, 07(02), 40-58.

Damayanti, Y., & Sukmono, A. (2013). Perbedaan Tingkat Kesepian Lansia Yang
Tinggal Di Panti Werdha dan Dirumah Bersama Keluarga. Jurnal. Diambil
kembali dari <www.stikeshangtuahsby.ac.id/V1/download.php?
F=MANUSKRIP%20YULIA.pdf>.(Diakses tanggal 1 Januari 2018)

Donsu, D. J. (2017). Psikologi Keperawatan. Dalam S. M. Dr. Jenita Doli Tine


Donsu, Aspek-Aspek Psikologi, Konsep Dasar Psikologi, Teori Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Fitri, N. (2012). Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Tingkat Kepuasan Hidup


Lansia Studi Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasruan Babat. Skripsi
(Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang).
Gunarsa, S. D. (2009). Dari anak sampai usia lanjut:bunga sampai psikologi
perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hayati, M. L. (2009). Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kesepian pada Lansia


di Perkumpulan Lansia Habibi dan Habibah. Medan: Fakultas Psikologi
Universitas Sumatra Utara.

Hurlock, E. B. (2005). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.

IKAPI, A. (2010). Whole Brain Training For Social Intelligent:Menggunakan


Seluruh Otak Supaya Lepas Dari Kesepian dan Pola Pikir Primitif.
Jakarta: PT Gramedia.

Indriana, Y. (2008). Gerontologi:memahami kehidupan usia lanjut. Semarang:


Penerbit Universitas Diponegoro.

Luanaigh, C., & Lawlor, B. (2008). Loneliness and the health of older people.
International Journal Of Geriatric Psychiatry. jurnal. Diambil kembali dari
<http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/gps,2054/abstract>.(Diakses
tanggal 14 Desember 2017)

Luo, Y., Hawkley, L., Waite, L., & Cacioppo, J. (2012). Loneliness,health,and
mortality in old age:a national longitudinal study. Elsevier. Social Science
& Medicine.

Maryam, S. (2011). Mengenal Usia Lnajut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika.

Maryatun, S., & Herawati, D. (2012). Pengaruh Pendekatan Spiritual Terhadap


Tingkat Kesepian Kelurahan Timbangan Kecamatan Indralaya
Utara.Jurnal. Prodi Keperawatan Universitas Sriwijaya. Diambil kembali
dari <http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/JK-sriwijaya/article/view/2338>.
(Diakses tanggal 12 Desember 2017)

Mashitoh, A. R. (2015). Hubungan Berpikir Positif Dengan Motivasi Pemeriksaan


Tanda-tanda Vital Lansia dengan Hipertensi Di Desa Tlogorejo
Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. Jurnal, JIKK VOL.6(NO.2).
Muhith, A., & Siyono, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Andi Offset.

Nasional, B. K. (2012). Seri 4 Mental Emosional:Pembinaan Mental Emosional


Bagi Lansia. Jurnal. Diambil kembali dari <http://digilib.bkkbn.go.id>.
(Diakses tanggal 12 Desember 2017)

Notoatmodjo, S. (2010). Dalam Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Dalam Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Dalam Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Pendekatan


Praktis Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2017). Dalam Metode Penelitian dan Ilmu Keperawatan (4th ed.).
Jakarta: Salemba Medika.

Oktaria, R. (2009). Kesepian Pada Pria Usia Lanjut Yang Melajang. Universitas
Gunadarma.

Padila. (2013). Dalam Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Yogyakarta: Nuha


Medika.

Papalia, E. W., & Feldman, D. R. (2009). Human Development ( 10 edition ). New


York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Rahmi. (2015). Gambaran Tingkat Kesepian Pada Lansia Di Panti Tresna


Werdha Pandaan. Jurnal. Diambil kembali dari
<http://mpsi.umm.ac.id/Files/File/257-261%20Rahmi.pdf>(Diakses
Tanggal 12 Desember 2017)

RI, K. (2012). Sehat dan aktif di usia lanjut. Diambil kembali dari
http://www.depkes.go.id/article/view/2143/sehat-dan-aktif-di-usia-lanjut.

RI, K. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Pusat


Data dan Informasi Kementrian RI.
RI, K. (2016). Menkes : Lansia yang sehat, lansia yang jauh dari demensia.
Diambil kembali dari
http://www.depkes.go.id/article/view/16031000003/menkes-lansia-yang-
sehat-lansia-yang-jauh-dari-demensia.

Rohmah, A. I., & Khoridatul, B. (2012). Quality Of Life Eldely. 3(4), 8-16.

Saryono. (2010). Dalam Kumpulan Instrument Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Sobur, A. (2011). Psikologi Umum Dalm Lintas Sejarah. Bandung: Cv Pustaka


Setia.

Statistik, B. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2013.

Suardiman, S. P. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Sugiyono. (2010). Dalam Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung:


Afabeta.

Supriani, A. (2011). Tingkat depresi lansia ditinjau dari tipe kepribadian Dan
dukungan sosial. Tesis (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.

Tengah , B. (2016). Statistik sosial dan kependudukan Jawa Tengah : Hasil


susenas 2015.

Tengah, B. (2014). Statistik sosial dan kependudukan Jawa Tengah:Hasil


susenas 2013.

Utomo, A. B. (2013). Perbedaan Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert


Dengan Frekuensi Terkena Bulliying. Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga. Diambil kembali dari <https://www.slideshare.net/JuniorVicente
1/jurnal-skripsi-2013>.(Diakses tanggal 14 Maret 2017)

Wardani, D. P., & Septiningsih, D. S. (2016). Kesepian Pada Middle Age (masa
dewasa pertengahan) Yang Melajang. Dalam Jurnal. Psikologi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Diambil kembali dari
<jurnal.nasional.ump.ac.id/index.php/PSYCHOIDEA/article/view/2118/165
0>(Diakses tanggal 2 Desember 2017)

Widiyoko, E. P. (2012). Dalam Teknik Penyusunan Instrument Penelitian.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wreksoatmodjo, B. R. (2013). Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia yang Tinggal


di Keluarga dengan yang Tinggal di Panti di Jakarta Barat. 40(10).

Yunalia, E. M. (2015). HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN


KEJADIAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI PADA LANSIA. Jurnal
Care, 3(3), 30-35.
LAMPIRAN
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Siti Nor Aisah

NIM : 820163094

Alamat : Desa Kalirejo Rt 01 Rw 04 Kec. Undaan Kab. Kudus

Judul penelitian : HUBUNGAN ASPEK KEPRIBADIAN (PSIKOLOGI


PERKEMBANGAN) DENGAN KESEPIAN PADA LANSIA DIPANTI PELAYANAN
SOSIAL LANJUT USIA POTROYUDAN JEPARA
Saya akan memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya demi kepentingan
penelitian. Dengan ketentuan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan
hanya semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat.

Responden,

( )
Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Lansia (Lanjut usia)

Di Dinas Sosial Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Potroyudan

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Prodi S1


Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus :

Nama : Siti Nor Aisah

NIM : 820163094

Alamat : Desa Kalirejo Rt 01 Rw 04 Kec. Undaan Kab. Kudus

Bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ASPEK


KEPRIBADIAN (PSIKOLOGI PERKEMBANGAN) DENGAN KESEPIAN PADA
LANSIA DIPANTI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA POTROYUDAN
JEPARA”. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, saya mohon kepada Lansia
(Lanjut Usia) untuk berpartisipasi dengan cara mengisi kuesioner yang terlampir.
Dalam pengambilan data, peneliti menggunakan etika penelitian yaitu peneliti
menjaga kerahasiaan responden, menjamin keamanan selama proses penelitian
berlangsung, dan mahasiswa boleh keluar atau mengundurkan diri jika merasa
kurang nyaman dengan proses penelitian

Atas perhatian dan kesediaanya, peneliti mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,
Siti Nor Aisah
Lampiran 3
Jadwal Penelitian
Bulan

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli


Kegiatan 2019 2019 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
4
1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan & ACC


Judul

Studi Pendahuluan
Konsul BAB I, II, III
(Penyusunan
Proposal)
Pegajuan Ujian
Proposal

Ujian Proposal
Pengumpulan
Proposal
Lampiran 4
Lampiran 5
LEMBAR KUOSIONER
Kuosiener Kesepian (UCLA Lolliness Scale)
Kuosioner Kesepian
Petunjuk Pengisian:
1. Berikut terdapat butir aitem – aitem pernyataan yang harus
anda jawab dengan jujur sesuai dengan kondisi diri anda.
2. Baca dan fahamilah setiap pernyataan dibawah ini dengan
teliti dan seksama.
3. Pada lembar jawaban terdapat 4 kolom alternatif jawaban
atas respon anda. Berikan tanda centang (√) pada setiap
jawaban atas pernyataan pada buku soal yang sesuai
dengan keadaan yang anda rasakan yaitu:
TP = jika pernyataan tersebut tidak pernah
anda rasakan .
J = jika pernyataan tersebut jarang anda
rasakan.
S = jika pernyataan tersebut sering anda
rasakan.
SS = jika pernyataan tersebut sangat sering anda rasakan.
4. Jangan sampai ada butir pernyataan di bawah ini yang
terlewati.
DATA DEMOGRAFI
Petunjuk Pengisian :
1. Berilah tanda chek lict (√) pada tempat yang disediakan.
2. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban
1. Demografi Responden
a. Usia :............................tahun
b. Jenis kelamin
Laki - laki Perempuan

c. Pendidikan terakhir
SD SLTP SMU

Diploma Sarjana
d. Status perkawinan

Tidak Menikah Menikah Janda

No. Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Selalu


pernah kadang
1. Seberapa sering anda merasa cocok
dengan orang - orang di sekitar anda?
(Menapa asering panjenengan ngraosaken
cocok/ selaras kaliyan tiyang sekitar
panjenengan?)

2. Seberapa sering anda tidak punya teman


dekat?
(Menapaasering panjenengna ngraosaken
kirang kagungan konco?)

3. Seberapa sering anda tidak ada orang untuk


berbagi bila ada masalah?
(Menapa asering panjenengan menawi
mboten wonten tiyang ingkang saged dipun
andalaken?)

4. Seberapa sering anda merasa tidak pernah


sendirian?
(menapa asering panjenengan ngraosaken
piyambakan (dhewekan)?

5. Seberapa sering anda merasa menjadi


bagian dari teman - teman?
(Menapa asering panjenengan ngraosaken
dados bagian saking kelompok konco- konco
panjenengan?)

6. Seberapa sering anda merasa memiliki


banyak kesamaan dengan orang - orang
disekitar anda?
(Menapa asering panjenengan ngraosaken
gadhah kathah persamaan kaliyan tiyang
sekitar?)

7. Seberapa sering anda merasa tidak ada satu


orangpun yang dekat dengan anda?
(Menapa asering panjenenga ngraosaken
mboten wonten kareketan kaliyan tiyang
sanes?)

8. Seberapa sering ide/usulan anda tidak


ditanggapi oleh orang lain disekitar anda?
(Menapa asering ide panjenengan mboten
sami kaliyan tiyang sekitar panjenengan?)
9. Seberapa sering anda merasa menjadi orang
yang mudah bergaul dan ramah ? (Menapa
asering panjenengan ngraos gampil srawung
kaliyan tiyang sanes?)

10. Seberapa sering anda merasa dekat


dengan orang orang disekitaranda?
(Menapa asering panjenengan ngraos
gadhah kareketan kaliyan tiyangsanes?)

11. Seberapa sering anda merasa jauh dari


orang–orang?
(Menapa asering panjenengan ngraos
dipuntilaraken tiyang sanes?)

12. Seberapa sering hubungan sosial anda


dengan orang lain tidak berarti?
(Menapa asering panjenengan ngraosaken
hubungan panjenengan kaliyan tiyang sanes
mboten wonten artosipun?)
13. Seberapa sering anda
merasa tidak
seorangpun menganal anda dengan baik?
(Menapa asering ngraosaken
mboten wonten tiyang
ingkangmngangertosi
panjenengan kanthi sae?)
14. Seberapa sering anda merasa dijauhkan
(terisolasi) dari orang lain?
(Menapa asering panjenengan ngraosaken
dipunasingaken saking tiyang sanes?)

15. Seberapa sering anda mendapatkan bantuan


orang lain ketika anda membutuhkan?
(Menapa asering panjenengan
nemokaken konco menawipanjenengan
nembe ngarsakaken?)
16. Seberapa sering anda merasa ada orang
yang benar–benar memahami anda?
(Menapa asering panjenengan
ngraos wonnten tiyang ingkang
saestupaham
dhumateng panjenengan?)
17. Seberapa sering anda merasa tidak malu?
(Menapa asering panjenengan ngraosaken
isin?)

18. Seberapa sering anda merasa kesepian


ketika ada banyak orang disekitar anda?
(Menapa asering panjenengan
ngraos menawi kathah tiyang
sekitarananging
panjenengan ngraos piyambak?)
19. Seberapa sering anda merasa ada orang
yang mau diajak bicara bila anda ada
masalah?
(Menapa asering panjenengan ngraos
menawi wonten tiyang ingkang saged
dipunajak ngendikan?)
20. Seberapa sering anda merasa ada orang
yang bisa jadikan sebagai tempat mengadu?
(Menapa asering panjenengan ngraos
menawi wonten tiyang ingkang dipun suwuni
tulung?)

Nilai 20 - 40 = Rendah
Nilai 41 - 60 = Sedang
Nilai 61 - 80 = Berat
Lampiran 6
LEMBAR KUOSIONER
Kuosiener Kepribadian (Jung’s Type Indicator (JTI))
Kuosioner Kepribadian
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah pernyataan dengan hati-hati sehingga dapat dimengerti
2. Harap mengisi semua pernyataan yang ada di kuesioner ini, pastikan
tidak ada yang terlewatkan. Setiap nomer hanya di isi satu dengan satu
jawaban.
3. Isilah data demografi lansia.
4. Beri tanda checklist (√) pada jawaban yang anda anggap benar.
5. Lansia dapat bertanya langsung kepada peneliti jika ada kesulitan dalam
menjawab is kuesioner.
Kode responden :
1. Pendidikan
SD/sederajat

SMP/sederajat

SMA/sederajat

Perguruan Tinggi

Dll

2. Umur

60 – 74 tahun
75 – 90 tahun
Di atas 90 tahun

3. Jenis Kelamin

Laki – laki
Perempuan
4. Status Perkawinan

Tidak kawin

Janda/duda

Kawin
No. Pernyataan Ya Tidak

1. Saya mudah berkomunikasi dengan lingkungan


disekitar saya

2. Saya selalu bersemangat menjalani aktifitas


sehari-hari

3. Saya menyukai suasana yang tenang

4. Saya lebih suka menghabiskan waktu luang


Sendirian

5. Saya berani menyatakan pendapat saya ketika


sedang berdiskusi dengan orang lain
(keluarga/teman)

6. Saya selalu tegas dalam mengambil keputusan

7. Saya memegang teguh prinsip yang saya miliki

8. Saya selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang


sama setiap hari dan tepat pada waktunya

9. Perhatian saya mudah sekali teralihkan

10. Saya selalu mempertimbangkan situasi yang saya


hadapi saat ini

11. Dalam berfikir saya dapat menempatkan diri

dengan baik

12. Saya cenderung memikirkan masa depan dari pada

masa lalu

13. Saya sering menunda- nunda pekerjaan

14. Saya cenderung mengabaikan janji yang telah saya


Buat

15. Saya tidak pernah terlambat dalam menepati janji

Saya

16. Saya membantu orang lain tanpa meminta imbalan

17. Saya suka terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan

sosial seperti pengajian, dan gotong-royong

18. Saya merasa nyaman berbicara di depan banyak

Orang

19. Saya merasa tidak nyaman berada di tengah

banyak orang

20. Saya tidak menyukai keramaian

21. Saya adalah tipe orang yang mudah marah

22. Saya cenderung lebih terbuka kepada orang lain

dalam mengungkapkan perasaan yang saya

Rasakan

23. Saya cenderung menggunakan perasaan dalam

setiap tindakan yang saya lakukan

24. Saya merasa mudah untuk berbicara mengenai

perasaan saya dengan orang lain

25. Saya sering melakukan pekerjaan dengan terburu-

Buru

26. Saya cenderung mengambil keputusan seketika pada


saat itu juga tanpa mempertimbangkannya lebih dahulu
27. Saya selalu berhati-hati dalam berbicara

28. Saya cenderung mempertimbangkan masak- masak


setiap keputusan yang saya ambil.

Anda mungkin juga menyukai