Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1

“APA YANG HARUS AKU LAKUKAN ?”

KELOMPOK 7

BLOK 4.4

Anggota:

1. Aulia Zahra Rasyida (15228)


2. Jessica Claudia A A (15229)
3. Nia Anggraeni (15235)
4. Rochma Dwi Rahayu (15237)
5. Rizky Fadhilah (15240)
6. Ratna Dwi Wijayanti (15244)
7. Yuninda Kurniawati (15246)
8. Jeki Rahmawati (15255)
9. Nanang Arif K (15257)
10. Redita Elva F (15262)
11. Wahyu Nitari (15264)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
2

Tutor : Sutono, S.Kp., M.Sc., M.Kep

Ketua Diskusi : Jeki Rahmawati

Sekretaris 1 : Rochma Dwi Rahayu

Sekretaris 2 : Yuninda Kurniawati

Pertemuan I : Selasa, 16 Februari 2016

Pertemuan II : Jumat, 19 Februari 2016

Skenario

Apa Yang Harus Aku Lakukan ?

Ns. Ika perawat yang bekerja di Puskesmas, ditugaskan oleh Dinas Kesehatan wilayah
setempat untuk melakukan pendidikan atau penyuluhan dimasyarakat tentang Kesiapsiagaan
Bencana. Ns. Ika sebelum memberikan penyuluhan merencanakan pengkajian masalah
kesehatan untuk mengurangi risiko bencana di masyarakat. Dari hasil pengkajian Ns. Ika
merencanakan untuk melibatkan masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana dan Ns. Ika
merencanakan agar penyuluhan yang akan diberikan mampu melibatkan masyarakat dalam
bidang kesehatan untuk mengurangi risiko bencana.

STEP 1 (Identifikasi Kata-Kata Sulit)


-
STEP 2 (Merumuskan Pertanyaan)
1. Bagaimana pengkajian risiko bencana terkait kesehatan?
2. Apa saja tanggung jawab puskesmas terkait bencana?
3. Apa saja peran dan tugas masyarakat dalam pengkajian kesiapsiagaan bencana?
4. Apa saja hambatan dalam pemberian penyuluhan kesiapsiagaan bencana dan
penanganan?
5. Apa saja materi penyuluhan yang dapat diberikan kepada masyarakat terkait
kesiapsiagaan bencana?
6. Bagaimana cara penyuluhan kesiapsiagaan terkait kesehatan yang efektif?
7. Apa saja kualifikasi perawat yang dapat melaksanakan penyuluhan kesiapsiagaan?
8. Apa perbedaan isi materi penyuluhan pada mitigasi dan kesiapsiagaan bencana?
3

STEP 3 (Brain Storming)


1. Pengkajian risiko bencana
 Data demogarfi
 Riwayat penyakit tiap individu di wilayah tersebut
 Menganalisis bahaya
 Mengkaji kapasitas masyarakat
 Sanitasi wilayah tersebut
 Mengkaji pengetahuan masyarakat terkait PHBS
 Mengkaji sumber daya yang ada di wilayah tersebut
2. Tanggung jawab puskesmas
 Pengkajian risiko bencana ke masyarakat
 Penyuluhan secara rutin terkait KLB
 Memberi sumber data yang lengkap terkait kesehatan masyarakat
 Evaluasi kebijakan yang sudah ditetapkan maupun yang sudah dijalankan
 Mengadakan pelatihan untuk tenaga kesehatan
 Kerjasama lintas sector terkait penanggulangan bencana
 Menyusun sistem penanganan penyebaran wabah
 Membuat dokumen disaster plan
 Membuat peta rawan bencana di wilayah setempat
 Melakukan rapid health assessment
3. Tugas dan peran masyarakat dalam pengkajian risiko bencana
 Memberi informasi yang diperlukan untuk mengoptimalkan penanggulangan
bencana
 Memiliki kesadaran yang tinggi untuk menerapkan hal-hal terkait penanggulangan
bencana
 Dilibatkan dalam evaluasi kebijakan
 Membantu menyusun kebijakan
 Memberi informasi terkait program yang sudah dijalankan di wilayah tersebut
4. Hambatan penyuluhan dan penanganan
 Tingkat pengetahuan masyarakat masih rendah
 Tingkat kesadaran masyarakat rendah
 Tingkat ekonomi rendah
4

 Sikap dan perilaku masyarakat masih acuh


 Budaya yang berbeda-beda
 Tingkat truma akan kejadian bencana lalu yang berbeda-beda
 Kurangnya pendanaan yang jelas
Penanganan :
 Tingkatkan pengetahuan masyarakat
 Pendekatan terhadap tokoh masyarakat
 Acara penyuluhan dibuat menark
 Meningkatkan penggunaan alat tradisional seperti kentongan untuk sistem
peringatan dini
 Memberi penyuluhan saat pertemuan warga atau saat hari libur
5. Isi materi penyuluhan
 Disesuaikan dengan hasil analisis risiko bencana
 Kenalkan kepada masyarakat terkait:
 Early warning system
 Jalur evakuasi
 Badan penanggulangan bencana
 Tanda-tanda terjadi bencana
 Telepon yang dapat dihubungi segera
 Apa yang harus disiapkan dirumah untuk persediaan makanan
 Cara menolong diri sendiri maupun orang lain
6. Cara penyuluhan efektif
 Mengetahui karakteristik masyarakat
 Lakukan analisis bencana terlebih dahulu
 Memberi aturan-aturan yang jelas dan tertulis agar mendapatkan dana
 Komunikatif
 Tidak hanya ceramah tapi metode lain seperti pelatihan dan simulasi diperlukan
secara rutin
 Melibatkan tokoh masyarakat maupun kader kesehatan
 Beri penjelasan detail kepada masyarakat mengenai kegiatan yang akan
berlangsung
 Mencari waktu luang agar seluruh masyarakat dapat terlibat
7. Kualifikasi perawat
5

 Pernah mengikuti pelatihan kesiapsiagaan bencana maupun PPGD


 Pernah menjadi relawan dalam penanggulangan bencana
 Pernah bergabung dalam organisasi penanggulangan bencana
 Mampu menganalisis dengan cepat setiap perubahan kondisi yang ada
8. Penyuluhan mitigasi
 Struktural : pentingnya EWS, pengetahuan mengenai jalur evakuasi
 Non struktural : mencegah dampak, pentingnya pemberantasan sarang
nyamuk, pentingnya penggunaan kelambu
Penyuluhan kesiapsiagaan
 Melakukan simulasi bencana
STEP 4 (Mind Mapping)

Pengkajian Mitigasi dan Penyuluhan


Kesiapsiagaan
Bencana

BNPB
Puskesmas
Perawat

Peran dan
Tugas

STEP 5 (Merumuskan LO)


Setelah mengikuti kegiatan tutorial skenario 1 blok 4.4, mahasiswa dapat mengetahui:
1. Aplikasi perencanaan pengelolaan bencana berbasis komunitas
2. Pengkajian risiko bencana terkait kesehatan

STEP 6 (Belajar Mandiri)


6

STEP 7
1. Aplikasi perencanaan pengelolaan bencana berbasis komunitas
CBDRM (Community Based Disaster Risk Management) suatu bentuk
penanggulangan bencana dimana masyarakat yang berisiko secara aktif terlibat dalam
identifikasi, analisis, pengobatan, pemantauan, dan evaluasi resiko bencana untuk
mengurangi kerentanan mereka dan meningkatkan kapasitas mereka. Semua
masyarakat dan penduduk memiliki modal yang penting untuk menangani bencana.
Termasuk pengetahuan tentang tanda-tanda peringatan bencana, keamanan dan
kerawanan daerah, pengalaman masa lalu, cara bertahan hidup dan hubungan sosial
yang penting dalam menghadapi krisis (Asian Disaster Preparedness Center, 2006).
Center for Leadership in Public Health Practice (2013) menyebutkan prinsip
dalam penanggulangan bencana berbasis komunitas yaitu:
 Memahami masyarakat dengan memperkuat komunikasi. Komunikasi ini
merupakan kebutuhan sebagai bahan dalam perencanaan penanggulangan
bencana.
 Mengikutsertakan dan memberdayakan semua bagian di komunitas
 Mengkaji dan memperkuat hal-hal yang sudah baik dilakukan di masyarakat.
Menurut IDEP (2007), penanggulangan bencana berbasis masyarakat diwujudkan
dengan membentuk Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB).
Kelompok ini bertujuan untuk menyiapkan masyarakat dalam menghadapi bencana
dimulai dari mengurangi ancaman, melakukan kegiatan pengurangan dampak
ancaman, kesiapsiagaan dan meningkatkan kemampuan dalam penanggulangan
bencana.
Berdasarkan Kemenkes RI (2006), Indonesia juga melakukan upaya
penanggulangan bencana di masyarakat dengan membentuk Desa Siaga Bencana.
Pembentukan Desa Siaga Bencana ini memiliki beberapa tujuan diantaranya:
 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan
 Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menmbulkan gangguan kesehatan 9bencana, wabah,
kegawatdaruratan dan sebagainya)
 Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri
sendiri di bidang kesehatan
7

Menurut Roger, Scott, & Wooster (2016), untuk meningkatkan kapasitas


manajemen penurunan resiko bencana dapat dilakukan hal berikut:
 Melakukan proses dengan benar sesuai dengan SOP yang telah dibuat terutama
pada fase emergency. Hal yang dilakukan pada fase komunitas adalah dengan
mengembangkan local-scale leadership untuk membangun pengetahuan, mengerti
ancaman yang ada, dan mencari referensi penelitian pada konteks kebencanaan
yang sama. Teknik yang digunakan untuk membangun kesadaran seperti mengkaji
kerentanan dan kapasitas serta membuat peta bahaya.
 Meningkatkan kapasitas fungsi (functional capacity) dengan melibatkan banyak
elemen, diantaranya material (akses alat dan teknologi), struktur (organisasi dan
kebijakan), proses (pembuatan keputusan, koordinasi, dan delivery), teknis
(pelatihan, cara evakuasi), serta mekanis (dukungan politik dan advokasi). Pada
level komunitas, penguatan kapasitas bisa meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk merencanakan, membuat keputusan, memprioritaskan aktivitas dan dana
dalam pengurangan resiko bencana.
 Menghubungkan setiap level organisasi dengan koordinasi dan komunikasi yang
baik.
 Membangun kapasitas pada kelompok rentan, serta menyediakan fasilitas atau
sistem peringatan dini yang mudah mereka pahami.

Berdasarkan Center for Leadership in Public Health Practice (2013), tenaga


kesehatan komunitas memiliki peran dalam fase mitigasi dan kesiapsiagaan.
 Fase Mitigasi
Peran tenaga kesehatan di komunitas yaitu :
a. Melibatkan dalam komite manjaemen bencana local
b. Berpartisipasi dalam kegiatan mitigasi tertentu
c. Partisipasi dalam pelatihan kesiapsiagaan bencana di komunitas
d. Monitor dan support upaya mitigasi
e. Mengembangkan struktur dan komponen
 Fase Kesiapsiagaan
Peran Tenaga kesehatan komunitas:
a. Menyediakan pelatihan, edukasi dan orientasi.
8

b. Melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi pada rencana upaya manajemen


bencana
c. Membuat dan meng-update pedoman manajemen bencana bagi masyarakat
d. Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat bekerjasama

Sesuai dengan Introduction to Preparedness Capabilities, kemampuan kesiapsiagaan


di komunitas dapat ditingkatkan dengan hal berikut:
 Membangun kesiapsiagaan komunitas (community preparedness):
a. Mengidentifikasi risiko (potensi bahaya, kerentanan, dan risiko dalam
komunitas)
b. Membangun kerjasama dengan komunitas untuk mendukung upaya
kesiapsiagaan (dengan mitigasi pada risiko yang teridentifikasi)
c. Mengikutsertakan oganisasi masyarakat (services)
d. Mengkoordinasi pelatihan dan membimbing komunitas untuk pelibatan
didalam upaya kesiapsiagaan (mengkoordinasikan manjemen kebencanaan,
organisasi msyarakat, business, dan yang lainnya untuk menyediakan
pelatihan atau bimbingan kesiasiagaan dan respon terhadap identifikasi risiko
sesuai dengan aturan yang berlaku)
 Membangun community recovery
a. Kolaborasi dengn masyarakat untuk melakukan perencanaan dan melakukan
advokasi kegiatan pembangunan kembali pada sistem dengan level seperti
sebelum kejadian, dan meningkatkan level apabila memungkinkan.
b. Mengidentifikasi dan monitor kebutuhan dalam recovery (mengkaji dampat
dari kejadian dengan melibatkan pemerintahan dan komunitas untuk
menentukan dan memprioritaskan kebutuhan dalam upaya pemulihan)
c. Mengkoordinasikan community coalition operation (memfasilitiasi interaksi
antara masyarkat dengan organisasi-organisasi seperti dunia usaha maupun
pemerintah dan yang lain, untuk membangun jaringan dalam mendukung
pelayanan menurunkan atau meminimalkan efek buruk dari kejadian)
d. Menimplementasikan tidakan yang benar (perlu observasi dan dokumentasi
sehingga tindakan yang baik dapat dilakukan)
9

Beberapa aplikasi yang dapat dilakukan dalam fase mitigasi dan kesiapsiagaan:
Berdasarkan Asian Disaster Preparedness Center (2006), beberapa aktivitas
masyarakat dalam fase mitigasi dan kesiapsiagaan banjir yang dapat dilakukan :
a. Membangun rumah dengan konstruksi yang tahan banjir
b. Menanam tanaman bamboo dan tanaman lain untuk menghindari erosi
c. Tidak menebang pohon sembarangan
d. Tidak membuang sampah di sungai
e. Tidak membuang putung rokok, plastic, atau benda lain yang tidak bisa
didegradasi oleh tanah
f. Menanam tananaman yang tahan banjir
g. Mengembangkan sistem peringatan dini
h. Memastikan semua anggota keluarga dan komunitas memahami bahaya banjir
i. Mengetahui riwayat banjir di daerah tersebut
j. Memahami pesan peringatan banjir dan area yang rentan terkena banjir
k. Dalam cuaca yang buruk, selalu memantau perkembangan berita di media seperti
televise atau radio local
l. Menyiapkan emergency kit
m. Menyiapkan secara rinci peta rawan banjir dan mendiskusikan dengan anggota
komunitas
n. Memperkirakan aliran banjir dan dampak yang akan terjadi selanjutnya
o. Mempersiapkan rencana evakuasi
p. Jika di komunitas memiliki perahu, sebaiknya perahu tersebut selalu dirawat
dengan baik
q. Melindungi sumber mata air komunitas
r. Menyimpan persediaan makanan dan dokumen-dokumen di tempat yang lebih
aman
s. Memeriksa jalur evakuasi, rumah, dan bangunan lainnya sebelum banjir dating
t. Jika banjir dating secara cepat, maka diskusikan dengan komunitas cara untuk
menyampaikan informasi secara cepat agar tersampaikan pada semua komunitas
u. Mengelola tim SAR dan mengidentifikasi area yang akan diisolasi selama banjir
v. Mengelola tim pertolongan pertama dan memastikan tim tersebut memiliki
peralatan dan obat-obatan pertolongan pertama yang mencukupi
10

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan saat keadaan darurat selama banjir :
a. Radio komunikasi beserta baterai yang masih penuh
b. Baterai dengan daya penuh
c. Lilin dan peralatan tahan air
d. Persediaan air minum dan makanan, serta mie instan
e. Persedian obat-obatan untuk batuk, diare, pusing, demam, dan penyakit yang
berhubungan
f. Tas tahan air untuk menyimpan pakaian, dokumen, dan segala hal yang berharga
g. Tempat air minum untuk mendapatkan air bersih sebelum mendapatkan pasokan
air
h. Nomor atau alamat darurat yang dapat dihubungi selama terjadi banjir

Berikut adalah contoh adopsi proses pengorganisasian masyarakat dari Kambodja


(Asian Disaster Preparedness Center, 2006):
a. Menentukan lokasi dengan target yang paling rentan
b. Memilih anggota masyarakat sebagai relawan dam melakukan pelatihan
c. Menyusun panitia penanggulangan bencana yang terdiri dari 4 desa
d. Mengidentifikasi, memperkirakan, dan tingkat resiko bencana melalui pemetaan
resiko bencana

Aplikasi perencanaan penanggulangan bencana pada lansia (Florida Department of


Health, 2014):
Populasi lansia menduduki presentasi tertinggi di negara Florida. Sehingga
membutuhkan penanganan dan rencana penanggulangan bencana bagi lansia.
Community-based continuum of healthcare yang dilakukan pada lansia terdiri dari
perawatan, dukungan dan pelayanan. Tindakan tersebut dilakukan saat bencana dan
kehidupan sehari-hari baik secara formal maupun informal.
Berikut beberapa komunitas yang terlibat dalam perawatan lansia:
a. Area agency of aging
b. penyedia kesehatan berperilaku
c. alzheimer'a caregiver support organization
d. penyedian pelayanan kesehatan dan rumah sakit
11

e. nursing homes
f. pharmacies
g. penyedia transportasi
h. dll
Kriteria lansia yg diberi pelayanan tidak hanya dipandang dr segi umur saja, namun
juga dilihat dari status kesehatan, lingkungan tempat tinggal dan situasi sosial.
Contoh aplikasi disaster plan dikomunitas terkait kesiapsiagaan dalam
mengantisipasi bencana tanah longsor di Gunung Pati, Semarang (Windraswara &
Widowati, 2010). Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas
(PRBBK) dengan metode CBDP (Community Based Disaster Preparadness) dipandang
sebagai metode yang sesuai untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
mengelola resiko bencana yang ada di wilayahnya sendiri.

Tujuan dari kegiatan penerapan CBDP ini antara lain sebagai berikut.
Mengurangi kerentanan masyarakat terhadap kondisi lingkungan sekitar. Meningkatkan
kapasitas dan kemampuan komunitas masyarakat dalam mengatasi dan mengurangi
risiko bencana yang ada di sekitar mereka. Mengurangi dan meminimalkan kerugian
apabila suatu saat terjadi bencana. Untuk tujuan dalam Penanganan Bencana yang
Berbasis Komunitas (CBDM), sebuah komunitas dapat ditentukan sebagai group yang
memiliki kesamaan dalam satu atau lebih kebersamaan seperti hidup pada lingkungan
yang sama, menghadapi paparan risiko bencana yang sama, atau sedang mengalami
pengaruh dari sebuah bencana yang sama.

Proses CBDP dilakukan secara langsung (direct observation) pada saat


simulasi/implementasi dilaksanakan, proses pelaporan dilakukan setelah proses
pemantauan selesai dilaksanakan sebagai suatu sarana untuk melihat hasil dari
simulasi/implementasi dan membantu proses evaluasi, evaluasi dilakukan melalui
laporan yang dihasilkan yaitu dengan cara membandingkan antara implementasi yang
riil dilaksanakan saat simulasi/implementai dengan standar program yang seharusnya
diimplementasikan saat simulasi/implementasi dilaksanakan, sehingga dapat diperoleh
gap diantara keduanya untuk kepentingan pembuatan rekomendasi untuk proses
perbaikan di simulasi/implementasi selanjutnya.
12

Penerapan Community Based Disaster Preparedness (CBDP) di Dukuh Deliksari RW 6


sangat tepat karena selama ini masyarakat hanya pasif menerima bantuan dan kurang
dilibatkan dalam menentukan keputusan.

Penilaian kapasitas, kerawanan dilakukan oleh komunitas sendiri dengan dibantu


fasilitator yang berasal dari relawan PMI Kota Semarang dan mahasiswa IKM
Universitas Negeri Semarang. Rencana Aksi Komunitas (RAK) saat ini masih dalam
proses penyusunan karena masyarakat Deliksari masih membutuhkan beberapa
tahapan seperti pemetaan lapangan dan pembentukan organisasi mitigasi bencana.
Walaupun demikian, terdapat beberapa draft RAK yang dapat dipertimbangkan sesuai
dengan kondisi di Deliksari sebagai berikut:
a. Mengurangi resiko bencana tanah longsor dengan teknik-teknik tertentu
seperti:
1) Menyumbat atau menimbun retakan tanah ataupun retakan jalan tersebut
dengan sesuatu yang kedap air (misalnya lempung yang dipadatkan).
Tujuan penimbunan retakan adalah untuk mencegah agar air (misalnya air
hujan) tidak akan meresap masuk ke dalam retakan tersebut, yang
akhirnya akan mendorong lereng untuk bergerak longsor. Apabila retakan
pada jalan, diusahakan kendaraan besar dan berat yang dapat memicu
longsoran dilarang masuk dengan memasang rambu-rambu.
2) Mengatur drainase lereng sehingga tingkat kejenuhan air dalam lereng
setelah hujan turun dapat dikurangi. Hal ini dapat dilakukan misalnya
dengan membuat parit yang berfungsi untuk menyalurkan air limpasan
hujan ke arah menjauhi lereng yang rawan longsor.
3) Membuat saluran drainase dalam lereng dengan cara menusukkan pipa-
pipa bambu yang dilubangi kedua ujungnya. Pipa ini ditusukkan pada
bagian bawah lereng kurang lebih 1 m di atas titik-titik rembesan air yang
keluar dari lereng. Panjang pipa minimal 2 meter. Untuk menghindari
penyumbatan oleh butir-butir tanah yang ikut terbawa air, di dalam pila
dapat diberi filter berselang-seling berupa ijuk dan pasir. Cara ini efektif
pada tumpukan tanah yang tebal.
4) Mengurangi tebal tanah atau merubah geometri kemiringan lereng yang
rentan longsor
5) Melakukan rekayasa vegetatif.
13

b. Mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan air bersih secara


permanen dan saluran pembuangan drainase serta air kotor.
Dari hasil penerapan CBDP, didapatkan kesimpulan kerawanan masyarakat yang
utama meliputi kondisi lingkungan yang rawan longsor, fasilitas air bersih dan saluran
pembuangan yang kurang, dan tingkat pendidikan yang rendah. Kapasitas masyarakat
yang utama antara lain adalah prosentase masyarakat dengan kelompok usia produktif
yang tinggi 64,8%, motivasi masyarakat untuk bergotong-royong yang tinggi dan
adanya kelompok-kelompok seperti arisan dan pengajian yang dapat digerakkan untuk
dapat mendukung mitigasi bencana.

Contoh aplikasi disaster plan lain dapat dilihat pada penelitian Pandey, Bishnu &
Okazaki, Kenji (2005) yang menyatakan bahwa, United nation Centre for Regional
Development (UNCRD) bekerja sama dengan UN Departement of Economic and
Social Affairs (UNDESA) saat ini sedang gencar mempromosikan School Earthquake
Safety Initiative melalui proyek “Reducing Vulnerability of School Children to
Earthquake”. Proyek ini bertujuan untuk membuat sekolah aman terhadap
gempabumi dan untuk mendirikan komunitas tanggap bencana melalui self-help,
kooperasi, dan edukasi. Proyek ini terdiri dari penataan gedung sekolah dengan
bantuan partisipasi dari komunitas lokal, pemerintah dan institusi lokal; pelatihan
pembuatan konstruksi yang aman bagi teknisi, pendidikan kebencanaan di sekolah
dan komunitas.

Ada 3 aspek besar dalam penguatan komunitas pada managemen risiko bencana
gempabumi pada inisiasi ini:

1. Seismic safety of school buildings: merupakan analisis kerentanan sekolah


terhadap gempa sesuai dengan tipologi masing-masing sekolah yang terpilih
untuk menghasilkan panduan konstruksi aman yang spesifik pada sekolah
tertentu.
2. Capacity building communities: memberikan pelatihan dan demonstrasi teknologi
kegempabumian, serta pelatihan pembuatan desain dan konstruksi bangunan yang
tahan gempa bagi tekniasian.
3. Disaster education and awareness: pengembangan dan pendistribusian booklet,
poster, dan panduan kesiapsiagaan dan respon bencana pada guru dan murid.
14

2. Pengkajian risiko bencana terkait kesehatan


Pengkajian risiko bencana terkait kesehatan menurut (United States Environmental
Protection agency, 2015)
a. Human Health Risk Assessment
Pengkajian risiko kesehatan terdiri dari 4 langkah:
1) Hazard Identification
Mengkaji stresor yang berpotensi meyebabkan kerusakan/yang
membahayakan manusia/ekologi.
2) Dose-Response Assessment
Mengkaji besaran hubungan antara paparan dengan efek yang ditimbulkan
3) Exposure assessment
Mengkaji tentang frekuensi, waktu, level kontakdengan stresor
4) Risk Characterization
Mengkaji bagaimana supor akhir mengenai risiko yang mungkin timbul
Di bawah ini merupakan salah satu contok beberapa pertanyaan terkait
pengkajian risiko kesehatan.
 Types of Questions Human Health Assessments Address
To explain this better, a human health risk assessment addresses questions such
as:

1) What types of health problems may be caused by environmental stressors such


as chemicals and radiation?
2) What is the chance that people will experience health problems when exposed
to different levels of environmental stressors?
3) Is there a level below which some chemicals don't pose a human health risk?
4) What environmental stressors are people exposed to and at what levels and for
how long?
5) Are some people more likely to be susceptible to environmental stressors
because of factors such as age, genetics, pre-existing health conditions, ethnic
practices, gender, etc.?
6) Are some people more likely to be exposed to environmental stressors because
of factors such as where they work, where they play, what they like to eat,
etc.?
15

7) The answers to these types of questions helps decision makers, whether they
are parents or public officials, understand the possible human health risks from
environmental media.
b. Pengkajian kebutuhan kesehatan dan nutrisi
Menurut Asian Disaster Preparedness Center (2006), kebutuhan kesehatan dan
nutrisi dapat dilihat menggunakan sebuah tools untuk mengetahui gambaran
kebutuhan kesehatan dan nutrisi secara singkat pada gender dan umur. Aspek
yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Status nutrisi anak dan wanita (usia, BB, TB, kuantitas dan kualitas makanan)
2) Keamanan/jaminan pasokan bahan makanan yang tersedia (kesediaan,
stabilias)
3) Pelayanan kesehatan apa saja yang ada di komunitas
4) WASH (Water, Sanitation, Hygine)
5) Penyakit apa saja yang sering muncul
6) Adanya pencegahan/imunisasi
7) Kesehatan ibu hamil
8) Obat tradisional yang tersedia.
c. Pengkajian risiko bencana terkait kesehatan pada fase mitigasi dan kesiapsiagaan
bencana
WHO (2010) telah mengeluarkan suatu tools pengkajian terkait kesehatan untuk
mengurangi risiko bencana seperti tabel di bawah ini:

1. Mitigation

Components Key Elements Sub-elements Indicators Questions1

1.1 Risk 1.1.1 Hazard Hazard  Availability, adequacy and usefulness of 1


Identification Assessment Knowledge hazard information.

1.1.2 Health Sector  Availability of a national vulnerability  3.a-b


Vulnerability National (macro) assessment.
Assessment
Health Sector  Evidence that health sector vulnerability  3.c-h
Facilities (micro) assessment is based on and considers
priority hazards, and considers all health
sector stakeholders, facilities, services,
resources and systems.
 Evidence of health sector critical  3.j
infrastructure catalogued and mapped.
 Number, types and location of health  2&4
16

1. Mitigation

Components Key Elements Sub-elements Indicators Questions1


sector facilities.
 3.i
 Evidence that health sector vulnerability
assessment considers community
vulnerability.
1.1.3 Risk Health Sector  Existence of a national risk assessment.  5.a-b
Assessment National (macro)  Existence of a health sector-wide risk
assessment.
Health Sector  Evidence that a health sector-wide risk  5.c-g
Facilities (micro) assessment is based on and considers
priority hazards, and considers all health
sector components, facilities, services,
resources and systems.
 Evidence of a Hazard Risk Vulnerability  6.a
Assessment (HRVA) methodology/tool for
health sector facilities.
 #/% of health sector facilities having  6.a-c
conducted an HRVA.

1.2 Soft 1.2.1 Land-use National  Level at which land-use planning takes place  7.a-b
Mitigation Planning Standards

Application in  Participation of health sector in land use  7.c


Health Sector planning.
 Evidence of land use regulations  7.d
enforcement in health sector facility locations.

1. Mitigation

Components Key Elements Sub-elements Indicators Questions1

1.2 Soft 1.2.2 National  Evidence of national building codes and  8.a
Mitigation Building Codes Standards regulations.

Application in  Evidence of provisions for health sector  8.b


Health Sector facilities in the building codes.
 Participation of health sector in development  8.c
of the building codes and regulations.
 Evidence of enforcement of building code  8.d
17

regulations.
 8.e & 9
 #/% of health sector facilities conforming to
building codes.
1.3 Hard 1.3.1 Planning Process  # of planned new health sector facilities and  10
Mitigation New Facilities stage of planning.
 Evidence that planning process adheres to
land use plans, HRVAs, building codes, and
includes check consultants.
1.3.2 Retrofitting  Evidence of a policy, programme and  13.f
Old Facilities planning process to make older health sector
facilities more resilient.
Safe Hospital
Initiative  Comprehensiveness of resiliency  11
improvement programme.
 Level of participation of health sector facilities  12.a-b
in the resiliency improvement programme.
 Existence of funding for evaluating structural  13
and non-structural vulnerability of health
sector facilities and for retrofitting.
 Level of health sector facilities’ yearly  14
investment (in %) of replacement.
 # and type of facilities identified for safety/  12.c & 14
resiliency improvements.
 Evidence of and level of implementation of  13 & 14
Safe Hospital Initiative.

2. Preparedness

Components Key Elements Sub-elements Indicators Questions1

2.1 DRM 2.1.1 Legal National DRM  Existence of national disaster legislation  15.a-c
Governance Framework Legislation that has health sector related provisions and
Mandating mandates the Ministry of Health (MoH) with
Responsibilities responsibilities, and establishes a disaster
risk management system and committee.
Health Sector
 Existence of health legislation that is
Legislation  16.a-d
congruent with disaster legislation, contains
Mandating DRM
disaster risk management provisions, and
Responsibilities
provides the MoH with sufficient authority/
power to lead the health sector in disaster
risk management.

2.1.2 Policy National DRM  Existence of national disaster management  17.a-e


Framework Policy policy that is congruent with disaster &18.a-d
18

legislation, has health sector related


Health Sector
provisions (including their representation on
DRM Policy
the Disaster Management Committee (DMC))
and provides the Minister of Health with
sufficient authority/power to lead the health
sector in disaster risk management.
 Existence of Health policy with health sector
 19.a
related provisions.
 Comprehensiveness of disaster risk
management areas covered in the health
 19.a-o
sector policy or by separate policies related
to health sector disaster risk management
(such as policies on mass casualties, shelter
health management, safe hospitals, Business
Continuity Plans (BCPs), identification/
handling of bodies, etc).
2.1.3 Structural/ Inter-sector  Existence of a national DMC that includes the  20.a-c &
Systemic Structure/System health sector and where responsibilities are 21.a
Framework clearly defined.
Intra-Sector  Participation in, level of functionality of the  20.b &
Structure/System DMC and level of frequency of meetings. 21.b & 22
 Existence of an HDC.  23.d
 Adequacy of funding provided for HDC.  23.f
 Existence of a Health Sector Disaster  23.a-c & f
Management Committee (sub-committee of
the DMC) with clearly defined responsibilities.
 Participation in, level of functionality of the  24
Health Sector DMC and level of frequency of
DMC meetings.
 Comprehensiveness of functions covered  23.b-c &
by the Health Sector DMC (including 25
coordination of response).

2. Preparedness

Components Key Elements Sub-elements Indicators Questions1

2.2 Health 2.2.1 Planning General Health  Status of the national health disaster plan  26.a
Sector DRM Framework Sector Planning  Participation of health sector in development  27.a
Planning Regime of national health disaster plan
 Evidence that national health disaster plan  27.b-h
has been coordinated with and endorsed
by the NDO and DMC, subject to exercises/
tests/ simulations, and modified based on
lessons learned.
 Status of the National Influenza/Pandemic  26.b
Preparedness Plan.
 Evidence that National Influenza/Pandemic  28
Preparedness Plan has been coordinated
with and endorsed by PAHO/WHO, NDO and
DMC, subject to exercises/tests/ simulations,
and modified based on lessons learned.
 Status of health annexes (or support plans) to  26.c
other hazard specific national disaster plans.
 Status of model health institution disaster  26.d
plan
 Status of model health institution BCP.  26.e

2.2.2 Health Health Support  Evidence that national health disaster plan is  29.a-d
Sector National Plan to the based on national hazard and health sector
Level Plans National Disaster risk assessments, involves all health sector
19

Plan (including private sector/NGOs), addresses


foreign medical personnel, treatment of
casualties, identification/handling of bodies,
disease control, basic sanitation, shelters/
temporary settlements, designates a location
and details standard operating procedures
(SOPs) for Health DMC and addresses
resources for the DMC.
 Number and types of exercises/simulations  30.a-b
conducted for the national health disaster
plan

Health Disaster  Evidence that National Pandemic  31.a-l


Plan (pandemic) Preparedness Plan (NPPP) is based on
WHO guidance, involves all health sector
(including private sector/NGOs), addresses
foreign medical personnel, treatment of
casualties, identification/handling of bodies,
disease control, basic sanitation, shelters/
temporary settlements, designates a location
and details SOPs for NPPP committee,
addresses resources for the NPPP
committee and contains a public awareness
component.
 # and types of exercises/simulations  32.a&b
conducted for the National Pandemic
Preparedness Plan.

2. Preparedness

Components Key Elements Sub-elements Indicators Questions1

2.2 Health 2.2.3 Health Health Institution/  Status of model health sector institution/  33
Sector DRM Sector Facility facility emergency plan.
Planning Institution / Emergency Plans  #/% of health sector facilitates (by type) that  33
Facility Level have an emergency plan.
Plans  #/% that exercised their plan in the last year.  33

Health Institution/  Status of model health sector institution/  34


Facility Business facility BCP.
Continuity Plans  #/% of health sector facilitates (by type) that  34
have a BCP.
 #/% which exercised their plan in the last  34
year.

2.3 Health 2.3.1 Material Health Sector  #/% of health sector facilities with emergency  35.b, d
Sector DRM Resources Facilities power and water supplies. &e
Resources  #/% of health sector facilities with patient  35.a
(The focus surge capacity.
is not on  #/% of health sector facilities with established  35.c
resources pandemic protocols.
available to
deliver the Ambulances  Availability of ambulance surge capacity  36.a
health sector
program. Logistical  Existence and evidence of central control of  36.b-c
Rather it is Resources medical supplies stockpiles.
on additional  Existence of mechanism/system for  36.d
specialized redistribution of supplies.
resources to  Existence of mechanism/system for rapid  36.e
deliver the
20

disaster risk resource mobilization post-event.  36.f


management  Existence of a resilient communication
program). system and evidence of access to it by health
sector stakeholders.
2.3.2 Human DRM Specialists  # and type of MoH personnel with capacity  37 & 38
Resources and responsibility to manage health sector
disaster risk management.
 Adequacy of human resources for health  37 & 39
sector disaster risk management.
 Existence of a MoH HDC and evidence of  37.a-c
support and budget to implement health
sector disaster risk management program (or
equivalent).
 Existence of a funded health sector disaster  37.c
risk management program and level of
implementation.
 Evidence, size, budget and composition  37.b-c &
of health sector disaster risk management 38
office/unit.

DRM Training  # and type of health sector disaster risk  40.a-i


management related courses conducted in
the past year.
 # and type of persons attending the courses  40.a-i
in the past year.
 Evidence that disaster risk management is  41.a-b
included in the training curricula for health
sectors practitioners and in the education
curricula for health sector professionals.

2. Preparedness

Components Key Elements Sub-elements Indicators Questions1

2.4 Health 2.4.1 Pre-event Disaster Health  Evidence of health disaster risk management  42.a
Sector DRM- related Preparedness information disseminated to the public.
DRM Public Health Public Information  Evidence, # and type of mass media means  42.b-e.
Awareness Awareness utilized.
 # of materials produced and disseminated.  43
 Evidence that the level of health disaster risk
management awareness of the general public  42.j-k
is being measured by the MoH.
 Accessibility and availability of information  42.g
to different ethnic/cultural groups in relevant
languages.
 Evidence that gender and vulnerable  42.h-i
groups are adequately addressed in public
information materials.

Pandemic  Evidence of compliance with current WHO  42.f


Advisory/ pandemic guidelines.
Information

2.4.2 Post- Disaster Health  Evidence of protocols for control/coordination  44.a


event Advisories of health-related public information.
DRM-  Evidence of availability of health information  44.b
related for dissemination in shelters.
Health Public  Accessibility and availability of information
Information to different ethnic/cultural groups in relevant  44.c
21

languages.
 44.d-e
 Evidence that gender and vulnerable
groups are adequately addressed in public
information materials.
DAFTAR PUSTAKA

Asian Disaster Preparedness Center. 2006. Community-based Disaster Risk Management


for Local Authorities. Bangkok: Asian Disaster Preparedness Center

Center for Leadership in Public Health Practice. 2013. Community Based Disaster
Coalition Training-Participant's Manual, Paper 1. University of South Florida

Continuum of Care Model: Caring for Elders During Disaster. A Guide for Community-
Based Planning. 2014. Florida Department of Health.

Few. Roger, Zoe Scott, Kelly Wooster. 2016. Strengthening Capacities for Disaster Risk
Management II: Lesson for Effective Support. Sciencedirect: International Journal of
Disaster Risk Reduction.

IDEP. 2007. Penanggulangan bencana berbasis Masyarakat.


www.idepfoundation.org/pbbm

Introduction to Preparedness Capabilities: National Standard or State and Local Planning

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman pelaksanaan pengembangan Desa


siaga. Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Pandey, Bishnu & Okazaki, Kenji. 2005. Community Based Disaster Management:
Empowering Communities to Cope with Disaster Risks. United Nations Center for
Regional Development, Japan.

United States Environmental Protection agency. 2015. Human Health Risk Assessment.
www.epa.gov/risk/human-health-risk-assessment

Windraswara & Widowati. 2010. Penerapan CBDP (Community Based Disaster


Preparedness) Dalam Mengantisipasi Bencana Tanah Longsor Di Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang. Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang

WHO. 2010. Health Sector Self-Assessment Tool For Disaster Risk Reduction. Barbados:
Pan American Health Organization

Anda mungkin juga menyukai