Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“TREND DAN ISSUE DALAM PERAWATAN LUKA


BERDASARKAN EVIDENCE BASED”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perawatan Luka

Disusun Oleh:
KELOMPOK 7
Anggi Putri U.B
Erick Nirwana
Fitria Suryaningsih
Nadia Silpiana H.
Rini Wahyuni
Sukayena

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah swt. Karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Trend dan Issue dalam Perawatan Luka Berdasarkan Evidence Based”.
Tak lupa shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga para sahabat dan pengikutnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Perawatan Luka. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan
saran, dorongan, serta keterangan-keterangan dari berbagai sumber yang
merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, sesungguhnya
pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru terbaik bagi kami sebagai
penyusun. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati
perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
mungkin kami sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan.
Semoga amal baik yang telah mereka berikan kepada penyusun mendapat
imbalan yang setimpal bahkan berlipat dari Allah SWT. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.

Sukabumi, Mei 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1 : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
1. Tujuan Umum 2
2. Tujuan Khusus 2

BAB 2 : PEMBAHASAN 3

A. Peningkatan Pengetahuan & Skill dalam Merawat Luka 3


B. Perawatan Luka dengan Modern Dressing 5
C. Perawatan Luka dengan Menggunakan Madu 7
D. Perawatan Luka dengan Menggunakan Infusa Daun Jambu Biji 10
E. Perawatan Luka dengan Menggunakan Minyak Zaitun 12

BAB 3 : PENUTUP 15

A. Kesimpulan 15
B. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Carville K, luka merupakan suatu kerusakan yang abnormal
pada kulit yang menghasilkan kematian dan kerusakan sel-sel kulit. Wound
Care Solutions Telemedicine menyatakan bahwa luka diartikan sebagai
interupsi kontinuitas jaringan, biasanya akibat dari suatu trauma atau cedera
(Rohmayanti & Sodiq Kamal, 2015).
Menurut Bryant & Nix, perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk merawat luka supaya mencegah terjadinya trauma pada kulit,
membran mukosa, dan jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma,
fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Serangkaian
kegiatan tersebut meliputi pembersihan luka, mengganti balutan, memasang
balutan, pengisian luka, memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa nyaman
yang meliputi membersihkan kulit pada daerah drainase, irigasi luka,
pembuangan drainase, dan pemasangan perban (Usiska, 2015).
Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat
untuk menunjang praktek perawatan luka ini (Rahim, dkk., 2019). Perawat
dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat
terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan,
evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang
sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan
dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat
mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya
inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam
merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-
produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan
2

keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan


produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan
(comfort), keamanan (safety). Secara umum, perawatan luka yang
berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi
klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan social
(Fatmadona, Elvi Oktarina, 2016).
Melihat betapa pentingnya masalah di atas, maka kami merasa tertarik
dan perlu untuk mempelajari lebih jauh dan membuat makalah tentang
“Trend dan Issue dalam Perawatan Luka Berdasarkan Evidence Based”.

B. Rumusan Masalah

Atas dasar penentuan latar belakang di atas, maka kami dapat


mengambil perumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana cara meningkatan Pengetahuan & Skill dalam Merawat Luka?
2. Bagaiamana Perawatan Luka dengan Modern Dressing, Madu, Infusa
Daun Jambu Biji dan Minyak Zaitun ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Tujuan umum disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui


tentang trend dan issue dalam perawatan luka berdasarkan evidence based.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan Pengetahuan & Skill
dalam merawat luka
b. Untuk mengetahui bagaiamana Perawatan Luka dengan Modern
Dressing, Madu, Infusa Daun Jambu Biji dan Minyak Zaitun.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peningkatan Pengetahuan & Skill dalam Merawat Luka


Berdasarkan jurnal penelitian dari Alva Cherry Mustamu, Hilarry L
Mustamu dan Nur Hafni Hasim (2020) menyatakan bahwa luka adalah
terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan. Luka bisa
diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan,
dan lama penyembuhan. Berdasarkan sifat, yaitu: abrasi, kontusio, insisi,
laserasi, terbuka, penetrasi, puncture,sepsis, dan lain-lain. Klasifikasi
berdasarkan struktur lapisan kulit, meliputi: superfi sial, yang melibatkan
lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan
dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak,
fascia, dan bahkan sampai ke tulang.
Berdasarkan proses, penyembuhan dapat dikategorikan menjadi tiga,
yaitu: (1) Penyembuhan primer (healing by primary intention) yaitu tepi luka
bisa menyatu kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan yang hilang,
biasanya terjadi setelah suatu insisi, penyembuhan luka berlangsung dari
internal ke eksternal. (2) Penyembuhan sekunder (healing by secondary
intention) yaitu sebagian jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung
mulai dari pembentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya. (3)
Delayed primary healing (tertiary healing) yaitu penyembuhan luka
berlangsung lambat, sering disertai infeksi, diperlukan penutupan luka secara
manual (Han & Ceilley, 2017).
Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan
prinsip moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode
konvensional (Sarabahi, 2012; Theoret, 2004). Perawatan luka menggunakan
prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing. Selama
ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut
telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang kelembapannya
4

seimbang memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam


matriks nonseluler yang sehat.
Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni
mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka
bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa balutan lama,
debridement jaringan nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari
permukaan luka. Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain
kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip
menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti hydrogel.
Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembap,
melunakkan serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan
sehat, yang kemudian terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama
pembalut (debridemen autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama
tiga sampai lima hari, sehingga tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri
pada saat penggantian balutan.6 Jenis modern dressing lain, yakni Ca Alginat,
kandungan Ca-nya dapat membantu menghentikan perdarahan.
Kemudian ada hidroselulosa yang mampu menyerap cairan dua kali lebih
banyak dibandingkan Ca Alginat. Selanjutnya adalah hidrokoloid yang
mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri, dapat digunakan untuk
balutan primer dan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing disesuaikan
dengan jenis luka (Fernandez et al., 2004; Sarabahi, 2012). Untuk luka yang
banyak eksudatnya dipilih bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam,
sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel untuk
membuat suasana lembap yang akan membantu mempercepat penyembuhan
luka.
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini adalah workshop yang meliputi diskusi interaktif dan praktik langsung
antara pengabdi dengan perawat yang tersebar di Kota dan Kabupaten
Sorong. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari. Jumlah peserta sebanyak 41
orang. Sebelum kegiatan workshop dilakukan diberikan pre test dan setelah
kegiatan diberikan post test dengan menggunakan instrument kuisioner dan
5

lembar observasi berisi 20 pertanyaan tentang pengetahuan perawatan luka


dan 17 item langkah perawatan luka modern. Kegiatan ini dilakukan di
Rumah Sakit Sele Be Solu Kota Sorong.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, Papua
Barat memiliki insidensi penyakit yang beresiko komplikasi luka seperti
diabetes melitus sebesar (1,2%) (Litbang Kemenkes, 2018). Hal ini
menyebabkan tenaga perawat harus mampu melaksanakan perawatan luka
yang baik dan benar. Perawatan luka yang baik dan benar harus mengikuti
trend terbaru berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah
dilakukan bertahun-tahun.
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek
perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan
manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien,
dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic
semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar
proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang
dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang
tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu lain yang harus
dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness (Mustamu,
dkk., 2020).

B. Perawatan Luka dengan Modern Dressing


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Angriani, S., dkk.,
(2019) menyatakan bahwa perawatan luka modern dengan metode moist
wound healing efektif terhadap proses penyembuhan luka ulkus diabetikum.
6

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik


dengan karakteristik hiperglikiemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Luka diabetes adalah infeksi, ulkus
dan/atau kerusakan jaringan yang lebih dalam yang terkait dengan gangguan
neurologis dan vaskuler pada tungkai (Black, 2009). Jumlah kejadian diabetes
yang meningkat, menyebabkan meningkatnya angka kejadian komplikasi
diabetes adalah luka kaki diabetik. Luka bisa teratasi secara optimal jika
penanganan luka dilakukan dengan tepat. Oleh karena itu, digunakan salah
satu metode untuk mengatasi hal tersebut.
Moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban
luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga
penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.
Penelitian Angriani, S, dkk (2019) menunjukkan efektifitas perawatan luka
menggunakan balutan modern. Pada saat ini metode perawatan luka yang
berkembang adalah menggunakan prinsip moisture balance, yang disebutkan
lebih efektif dibandingkan metode konvensional. Perawatan luka
menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern
dressing. Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika
luka tersebut telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang
kelembapannya seimbang memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi
kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat. Prinsip moisture dalam
perawatan luka antara lain adalah untuk mencegah luka menjadi kering dan
keras, meningkatkan laju epitelisasi, mencegah pembentukan jaringan eschar,
meningkatkan pembentukan jaringan dermis, mengontrol inflamasi dan
memberikan tampilan yang lebih kosmetis, mempercepat proses autolysis
debridement, dapat menurunkan kejadian infeksi, cost effective, dapat
mempertahankan gradien voltase normal, mempertahankan aktifitas neutrofil,
menurunkan nyeri, memberikan keuntungan psikologis dan mudah
digunakan.
Perawatan luka modern ini dikenal juga dengan istilah evidence-based
wound care adalah perawatan terkini yang mempertahankan prinsip lembab.
7

Di Indonesia perawatan luka modern berdasarkan bukti dan data klinis


(evindence-based) merupakan perawatan luka terkini yang mulai berkembang
di Indonesia sejak tahun 1997 ketika dimulai ada perawat spesialis luka.
Stoma dan kontinensia pertama di Indonesia, yaitu enterostomal theraphy
nurse (ETN) atau wound ostomy continence nurse (WOC).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
quasy eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian
ini adalah semua pasien ulkus diabetes melitus yang didapatkan pada data
rekam medik di Klinik Perawatan Luka ETN Centre pada bulan Januari
sampai februari 2018 sebanyak 30 penderita. Tehnik pengambilan sampel
dilakukan menggunakan accidental sampling. Penelitian dilaksanakan di
klinik perawatan luka ETN centre Makassar pada bulan april - mei 2018.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari 2 responden yang terlibat
jumlahnya sama antara laki-laki dan perempuan. responden laki-laki berumur
50 tahun dan responden perempuan yang berumur 60 tahun. Lokasi luka yang
terdapat pada kaki kiri pada responden laki-laki dan kaki kanan pada
responden perempuan. Berdasarkan skala bates jansen wound total skor yaitu
52 dan responden perempuan dengan total skor yaitu 37. Setelah dilakukan
perawatan selama 3 minggu 2 responden yang terlibat dalam penelitian ini
adalah responden laki-laki dengan derajat luka diabetes melitus yaitu derajat
5 dan responden perempuan dengan derajat luka diabetes mellitus yaitu
derajat 4. berdasarkan skala bates jansen wound total skor yaitu 42 dan
responden perempuan dengan total skor yaitu 30. dalam penelitian ini adalah
responden laki-laki dengan derajat luka diabetes melitus yaitu derajat 4 dan
responden perempuan dengan derajat luka diabetes mellitus yaitu derajat 4.
Jadi, perawatan luka modern dengan metode moist wound healing efektif
terhadap proses penyembuhan luka ulkus diabetikum.

C. Perawatan Luka dengan Menggunakan Madu


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al Anshori, dkk.,
(2014) menunjukkan bahwa ratarata kolonisasi Staphylococcus aureus setelah
8

dilakukan perawatan luka adalah 178,71 cfu/ml. Kolonisasi pada posttest


menunjukkan adanya penurunan rata-rata jumlah kolonisasi Staphylococcus
aureus setelah dilakukan perawatan luka menggunakan madu. Madu
merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan
luka Diabetes Mellitus.
Madu dapat digunakan untuk terapi topikal sebagai dressing pada luka
ulkus kaki, luka dekubitus, ulkus kaki diabet, infeksi akibat trauma dan pasca
operasi, serta luka bakar. Sebagai agen pengobatan luka topikal, madu mudah
diserap kulit, sehingga dapat menciptakan kelembaban kulit dan memberi
nutrisi yang dibutuhkan. Madu terbukti mempunyai kemampuan membasmi
sejumlah bakteri di antaranya bakteri gram positif dan gram negatif. Madu
menyebabkan peningkatan tekanan osmosis di atas permukaan luka. Hal
tersebut akan menghambat tumbuhnya bakteri kemudian membunuhnya.
Aktivitas antibakteri madu terjadi karena adanya hidrogen peroksida,
flavonoid, dan konsentrasi gula hipertonik. Hidrogen peroksida dibentuk di
dalam madu oleh aktivitas enzim glucose oxide yang memproduksi asam
glukonat dan hidrogen peroksida dari glukosa. Enzim ini akan aktif apabila
madu diencerkan. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan terakumulasi
dalam medium biakan yang akan menginhibisi pertumbuhan bakteri.
Hidrogen peroksida pada madu merupakan antiseptik karena sifatnya sebagai
antibacterial. Hidrogen peroksida dapat menghambat sekitar 60 jenis bakteri
aerob maupun anaerob serta bakteri gram positif dan bakteri gram negative.
Efek madu pada penyembuhan luka menghasilkan semacam zat kimia
untuk debridemen, jaringan rusak dan mati. Proses debridemen luka pada
pasien yang dirawat menggunakan madu sangat mudah diangkat atau
dibersihkan, jaringan nekrotik berupa gumpalan debris berwarna putih
kekuningan dan berserabut sangat mudah terangkat dari dasar luka
Penelitian dilakukan di tempat tinggal masing-masing responden.
Intervensi untuk setiap responden dilakukan satu kali dalam sehari sebanyak
4 kali dan membutuhkan waktu sekitar 30 sampai 60 menit untuk setiap
perawatan. Pengambilan sampel untuk pretest dilakukan passda hari pertama
9

sebelum perawatan dan untuk posttest dilakukan pada hari keenam setelah
perawatan. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah colony counter dan lembar observasi jumlah kolonisasi
Staphylococcus aureus. Pengolahan dan analisa data melalui program SPSS
menggunakan uji statistik dependent t-test atau paired t-test dengan derajat
kepercayaan 95% (α=0,05).
Karakteristik responden dalam penelitian yaitu rata-rata usia responden
adalah 63 tahun, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan,
berpendidikan sekolah dasar (SD) dan bekerja sebagai petani. Hasil rata-rata
jumlah kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus sebelum dilakukan
perawatan luka menggunakan madu adalah 306 cfu/ml dan hasil rata-rata
jumlah kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus setelah dilakukan perawatan
luka menggunakan madu adalah 178,71 cfu/ml. Terdapat pengaruh perawatan
luka menggunakan madu terhadap kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus
pada luka diabetik pasien Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas
Rambipuji Kabupaten Jember dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) dan rata-rata
penurunan jumlah kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus sebesar 127,286
cfu/ml.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nabhani & Yuli
Widiyastuti (2017) yang menyatakan cara perawatan luka gangren dengan
madu secara rutin akan lebih baik, dari jaman dulu madu sangat dipercaya
oleh masyarakat untuk berbagai jenis pengobatan termasuk luka madu juga
mudah didapat selain itu efektif dalam proses penyembuhan luka karena
kandungan air rendah, juga PH madu yang asam serta kandungan hydrogen
proxsida nya mampu membunuh bakteri dan mikroorganisme yang masuk
kedalam tubuh kita. Selain itu madu juga mengandung antibotika sebagai
antibakteri dan antiseptik menjaga luka.
Dari analisis bivariat diperoleh hasil t hitung 5.000 dan p value 0.015
karena hasil t hitung 5.000 diatas harga atau > table t: 2.35 dan p < dari 0.05,
maka disimpulkan ada manfaat madu untuk mempercepat proses
penyembuhan luka gangrene sehingga hipotesis yang berbunyi ada manfaat
10

madu terhadap penyembuhan luka gangrene di terima. Dan keeratan pengaruh


paired sample correlation 0,577 (57%) sehingga mempunyai pengaruh yang
sedang. Seperti telah di jelaskan di bagian atas bahwa dari jaman dulu madu
sangat dipercaya oleh masyarakat untuk berbagai jenis pengobatan termasuk
luka, madu mengandung vitamain, asam amino, mineral, antibiotik dan
bahan-bahan aroma terapi. Sehingga perawatan luka gangren dengan madu
secara rutin akan lebih baik, madu juga mudah didapat selain itu efektif dalam
proses penyembuhan luka karena kandungan airnya rendah, juga PH madu
yang asam serta kandungan hidrogen peroxidanya mampu membunuh bakteri
dan mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh kita.

D. Perawatan Luka dengan Menggunakan Infusa Daun Jambu


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pradika (2016)
menyimpulkan bahwa Infusa daun jambu biji 20% pada group 1 memiliki
hasil paling signifikan dalam menurunkan skor Bates Jensen Wound
Assessment Tools (BJWAT) dibanding air ozon dan NaCl 0.9% pada group 2
dan group 3 pada Ulkus Kaki Diabetik. Ulkus kaki diabetik (UKD)
merupakan komplikasi dari diabetes mellitus (DM) yang kronis dan sulit
sembuh yang menjadi penyebab utama morbiditas, mortalitas dan kecacatan
penderita diabetes.
Managemen luka yang baik yang terdiri dari cleansing, debridement &
dressing merupakan bentuk penanganan dalam menekan laju angka kejadian
mortalitas yang diakibatkan oleh UKD. Cleansing luka merupakan tahapan
awal dalam perawatan luka yang berperan penting dalam menjaga kebersihan
luka, melepas debris, meminimalkan kolonisasi bakteri dan memfasilitasi
penyembuhan luka. Cleansing luka terdiri dari metode yang berhubungan
dengan teknik dan solusi yang berhubungan dengan cairan yang digunakan.
Teknik cleansing yang paling mudah dan efektif diterapkan adalah teknik
showering sedangkan cairan yang paling umum digunakan adalah NaCl 0.9%.
Cairan NaCl 0,9% merupakan cairan netral yang tidak mengiritasi dan tidak
11

bersifat toksik terhadap jaringan namun tidak mempunyai daya anti-bakteri


khusus sehingga kurang tepat jika diterapkan pada UKD yang terinfeksi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Klinik Perawatan Luka Kitamura
Pontianak didapatkan data bahwa teknik cleansing yang diterapkan sudah
menggunakan teknik showering namun belum menggunakan tekanan yang
terukur dan cairan yang digunakan yaitu NaCl 0.9% untuk semua jenis luka.
Hal ini menunjukkan teknik showering dengan tekanan terukur yang
berdasarkan referensi tekanan 15 Psi merupakan tekanan terbaik diperlukan
untuk cleansing luka dan dibutuhkan cairan alternatif yang mengandung anti-
bakteria salah satunya yaitu infusa daun jambu biji 20% yang kandungan
senyawa didalamnya memiliki khasiat anti-inflamasi, anti-mutagenik, anti-
mikroba dan analgesik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh
cleansing luka dengan teknik showering tekanan 15 Psi menggunakan infusa
daun jambu biji dengan komposisi 20gr/100ml (20%) sebagai kelompok
intervensi, air ozon sebagai kontrol positif dan NaCl 0,9% sebagai kontrol
negatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien ulkus kaki
diabetik yang melakukan perawatan luka secara aktif di Klinik Kitamura
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara consecutive
sampling yang didapat 22 orang untuk tiap-tiap kelompok. Cleansing luka
pada tiap-tiap kelompok dilakukan setiap dua hari sekali dan penghitungan
jumlah skor luka dilakukan sebelum (pre-test) dan setelah (post-test)
cleansing luka dengan menggunakan Bates Jensen Wound Assessment Tools
(BJWAT).
Hasil regresi linear menunjukkan hanya variabel infusa daun jambu biji
20% dan koloni bakteri yang mempunyai pengaruh dalam menurunkan skor
BJWAT pada UKD. Penurunan skor BJWAT tanpa ada kontribusi dari
variabel lain diinterpretasikan sebagai faktor yang paling mempengaruhi
penyembuhan UKD. Ekstrak air daun jambu biji mempunyai efek signifikan
dan merupakan antimikroba alami yang mampu menghambat perkembangan
bakteri gram positif dengan memecah dinding sel dan membran bakteri
dibandingkan penggunaan antibiotik komersial dan infusa daun jambu biji
12

khususnya konsentrasi 20 % paling efektif dalam menurunkan jumlah koloni


bakteri pada UKD. Ekstrak daun jambu biji juga memiliki aktivitas
antimikroba terhadap bakteri yang sering menyebabkan infeksi pada luka
bedah, infeksi kulit dan jaringan lunak lainnyadan diteliti secara in vitro
mempunyai efek penghambatan pada pertumbuhan Staphylococcus aureus,
Streptococcus mutans, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella enteritidis,
Bacillus cereus, Proteus spp., Shigella spp. dan Escherichia coli yang
merupakan agen penyebab infeksi pada manusia. Secara fitokimia daun
jambu biji menunjukkan adanya flavonoid, tanin, alkaloid, glukosida, saponin
dan steroid/terpen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu
biji memiliki aktivitas antibakteri yang sangat kuat untuk infeksi bakteri pada
kulit manusia dan bentuk lain dari infeksi bakteri.
Cleansing luka menggunakan infusa daun jambu biji 20% juga
menurunkan skor BJWAT pada UKD. Penurunan skor BJWAT dipercepat
oleh adanya penurunan jumlah koloni bakteri. Jumlah koloni bakteri yang
rendah tidak mengganggu proses inflamasi dan mempercepat pertumbuhan
epitelisasi dan granulasi pada UKD. Intervensi infusa daun jambu biji 20% ini
secara langsung maupun tidak langsung mempunyai efek menurunkan skor
BJWAT pada UKD.

E. Perawatan Luka dengan Menggunakan Minyak Zaitun


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yolanda Oktari, Utomo
Wasisto dan Sabrian F (2014) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara skor ulkus dekubitus setelah pemberian minyak zaitun
pada kelompok eksperimen dan kelompok control.
Gangguan integritas kulit dan dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama,
iritasi kulit, atau immobilisasi dan berdampak timbulnya luka dekubitus
(Potter & Perry, 2005). Faktor – faktor penyebab ulkus dekubitus akan timbul
karena pasien pasien tersebut harus tinggal di tempat tidur dalam jangka
waktu yang lama (beberapa hari, bulan bahkan tahun). Beberapa diagnosa
medis yang menyebabkan tirah baring lama adalah perdarahan intra kranial,
13

aneurisma, infark kranial (stroke), kontusio serebri, abses otak, hidrosefalus,


paraplegi, kuadriplegi, kolostomi, multiple fracture dan ensepalopati hati
(Hendicap International, 2008).
Tahap awal dalam melakukan pencegahan ulkus dekubitus adalah
mengidentifikasi pasien yang beresiko ulkus dekubitus menggunakan skala
pengukuran Norton, Braden atau Gosnell, Skala Braden terdiri dari 6 variabel
faktor resiko terbentuknya ulkus dekubitus yang meliputi persepsi-sensori,
kelembaban, aktifitas, mobilitas, nutrisi, dan friction dan shear. Skor berada
dalam rentang 6 – 23. Pasien berada pada resiko terkena ulkus dekubitus
(skala Braden 15-18), beresiko sedang (13-14), beresiko tinggi (10-12), dan
beresiko sangat tinggi (≤ 9) (Leir, 2010). selanjutnya cara pencegahan ulkus
dekubitus yaitu dengan manajemen tekanan (termasuk shear dan friction),
dengan cara perubahan posisi minimal setiap 2 jam, permukaan yang
mendukung (support surfaces), manajemen status nutrisi pasien, dan
perawatan kulit. Menurut Registered Nurse’s Association of Ontorio (RNAO)
(2005), Salah satu intervensi dalam menjaga integritas kulit adalah dengan
cara memberikan pelembab lubrikan seperti lotion, krem dan saleb rendah
alcohol. Integritas kulit yang normal dapat dipertahankan dengan memberikan
minyak zaitun. Minyak zaitun mengandung asam lemak yang dapat
memelihara kelembapan, kelenturan, serta kehalusan kulit (Khadijah, 2008).
Minyak zaitun dengan kandungan asam oleat hingga 80% dapat
mengenyalkan kulit dan melindungi elastis kulit dari kerusakan (Surtiningsih,
2005).
Untuk mengetahui efektifitas minyak zaitun terhadap pressure ulcers
pada pasien tirah baring lama di RSUD arifin Achmad Pekanbaru. Tahap
awal responden dibagi menjadi 2 kelompok. Penomoran ganjil untuk
responden kelompok kontrol dan penomoran genap untuk responden
kelompok eksperimen. Setelah itu responden yang dicari yang sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah dibuat peneliti. Untuk kelompok eksperimen
pertama di jelaskan kepada keluarga tentang intervensi yang akan dilakukan
14

setelah keluarga mengerti lalu peneliti melakukan pengisian utnuk lembar


data umum responden.
Setelah itu responden di berikan posisi miring kiri atau miring kanan lalu
di lakukan pengukuran pretest dengan menggunakan lembar observasi
pressure ulcer data dengan modifikasi di 15 titik area potensial ulkus
dekubitus. Setelah itu dibalurkan 20ml minyak zaitun di 15 titik area
potensial ulkus dekubitus dengan sekali usapan. Intervensi pembaluran ini
pada kelompok eksperimen akan dialkukan selama 7 hari dan pada hari ke 8
dilakukan post-test. Untuk kelompok control sama tahap awalnya yakni
meberikan penjelasan kepada keluarga tentang penelitian yang dilakukan dan
meminta persetujuan responden jika menyetujui setelah itu melakukan pre-
test dengan pasien yang diberikan posisi miring kiri atau kanan lalu di
observasi dengan pressure ulcer data modifikasi. Pada kelompok kontrol tidak
diberikan perlakuan dan akan diperiksa selama 7 hari dan pada hari ke 8
dilakukanpost-test.
Hasil uji Wilcoxon Sebelum diberi perlakuan, skor ulkus dekubitus
responden yang paling tinggi adalah 7 dan yang paling rendah adalah 0.
Sedangkan skor ulkus dekubitus responden setelah pemberian minyak zaitun
yang paling tinggi adalah 0 dan yang paling rendah adalah 0. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p (0,042) < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara skor ulkus dekubitus sebelum dan
setelah pemberian minyak zaitun pada kelompok eksperimen. Sehingga Ha
diterima yakni minyak zaitun efektif dalam mencegah terjadinya ulkus
dekubitus. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hidratantes dalamTorra i Bou et al (2005) menyatakan bahwa minyak
essensial memiliki manfaat dalam melindungi kulit terhadap penekanan dan
gesekan, memberikan hidrasi yang optimal dan mencegah anoksia sel. Asam
lemak yang terkandung di dalam minyak meningkatkan daya kohesifstratum
korneumdan mencegah terjadinya transcunaneous water loss dan proliferasi
sel yang berlebihan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
merawat luka agar mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran
mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat merusak
permukaan kulit. Serangkaian kegiatan itu meliputi pembersihan luka,
memasang balutan, mengganti balutan, pengisian (packing) luka, memfiksasi
balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan kulit
dan daerah drainase, irigasi, pembuangan drainase, pemasangan perban.
Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat,
sehingga perawat juga dituntut untuk menambah pengetahuan dan skill
tentang perawatan luka. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan
kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka salah
satunya manajemen perawatan luka dengan modern dressing, hasil penelitian
dari Angriani, S., dkk., (2019) menyatakan bahwa perawatan luka modern
dengan metode moist wound healing efektif terhadap proses penyembuhan
luka ulkus diabetikum. Selain itu terdapat beberapa penelitian yang
menyatakan bahwa beberapa bahan alami dapat membantu dalam proses
perawatan luka seperti madu, daun jambu biji dan minyak zaitun.

B. Saran
Semoga makalah dari kelompok kami dapat berguna bagi rekan-rekan
dan semoga makalah kami dapat menjadi suatu acuan untuk kedepannya.
Untuk Kritik dan saran akan kami terima untuk membentuk makalah yang
lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Al Anshori, dkk. 2014. Pengaruh Perawatan Luka Menggunakan Madu terhadap


Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus pada Luka Diabetik Pasien
Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten
Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 2 No 3, hal 499-506.

Angriani, S., dkk. 2019. Efektifitas Perawatan Luka Modern Dressing dengan
Metode Moist Wound Healing pada Ulkus Diabetik di Klinik Perawatan
Luka ETN Centre Makassar. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik
Kesehatan Makassar, Vol. 10 No.1, hal 19-24.

Fatmadona & Elvi Oktarina. 2016. Aplikasi Modern Wound Care Pada Perawatan
Luka Infeksi di RS Pemerintah Kota Padang. NERS JURNAL
KEPERAWATAN, Volume 12, No.2, Oktober 2016, hal.159-165.

Mustamu, A.C., Hillary L.M & Nur Hafni Hasim. 2020. Peningkatan Pengetahuan
& Skill dalam Merawat Luka. Jurnal Pengamas Kesehatan Sasambo, Vol.
1 No. 2, hal 103-109.

Nabhani & Yuli Widiyastuti. 2017 Pengaruh Madu Terhadap Proses


Penyembuhan Luka Gangren pada Pasien Diabetes Mellitus. PROFESI
(Profesional Islam) Media Publikasi Penelitian, Vol. 15 No.1, hal 65-69.

Pradika, Jaka. 2016. Efektivitas Cleansing Luka Menggunakan Infusa Daun


Jambu Biji 20% dengan Teknik Showering Tekanan 15 Psi Terhadap
Penyembuhan Ulkus Kaki Diabetik di Klinik Kitamura Pontianak.
Yogyakarta: Tesis, Program Studi Magister Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Rahim, dkk. 2019. Hubungan Antara Pengetahuan Perawatan Luka Pasca Bedah
Sectio Caesarea (SC) dengan Tingkat Kemandirian Pasien di Ruang
Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit
Bhayangkara Manado. e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, hal 1-
7.

Rohmayanti & Sodiq Kamal. 2015. Implementasi Perawatan Luka Modern di RS


Harapan Magelang. The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN
2407- 9189.

Usiska, Y.S. 2015. Pengaruh Metode Rawat Luka Modern dengan Terapi
Hiperbarik Terhadap Proses Penyembuhan Luka Ulkus Diabetik pada
Pasien Diabetes Mellitus di Jember Wound Center (JWC) Rumah Sakit
Paru Jember. Jember: Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember.
Yolanda, O., dkk. 2014. Efektifitas Minyak Zaitun Terhadap Pressure Ulcers
pada Pasien dengan Tirah Baring Lama. Diakses melalui
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4120/jurna
l%20ook.pdf?sequence=1 pada Tanggal 21 Mei 2020.

Anda mungkin juga menyukai