Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan Sosial

1. Pengertian

Bastaman mendefinisikan dukungan sosial sebagai hadirnya orang

orang tertentu yang secara pribadi memberikan nasehat, memotivasi,

mengarahkan, memberi semangat, dan menunjukkan jalan keluar ketika

sedang mengalami masalah dan pada saat mengalami kendala dalam

melakukan kegiatan secara terarah untuk mencapai tujuan (Tentama,

2014).

Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi

individu yang diperoleh dari orang lain yang dipercaya, sehingga seseorang

akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan

mencintainya dan terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non

verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapatkan karena kehadiran

orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak

penerima (Friedman M., Bowdwn V, Jones, 2010; Gottlieb, dalam Smet,

2012).
2. Bentuk Dukungan Sosial

Menurut Kaplan and Saddock (2008), adapun bentuk dukungan sosial

adalah sebagai berikut:

a. Tindakan atau Perbuatan

Bentuk nyata dukungan sosial berupa tindakan yang diberikan oleh

orang di sekitar pasien, baik dari keluarga, teman dan masyarakat.

b. Aktivitas Religius atau Fisik

Semakin bertambahnya usia maka perasaan religiusnya semakin

tinggi. Oleh karena itu aktivitas religius dapat diberikan untuk

mendekatkan diri pada Tuhan .

c. Interaksi atau bertukar pendapat

Dukungan sosial dapat dilakukan dengan interaksi antara pasien

dengan orang-orang terdekat atau di sekitarnya, diharapkan dengan

berinteraksi dapat memberikan masukan sehingga merasa diperhatikan

oleh orang di sekitarnya.

3. Komponen Dukungan Sosial

Dukungan sosial memiliki beberapa komponen diantaranya

(Sarafino dalam Sepfitri, 2011):

a. Dukungan Emosional (emotional support)

Dukungan emosional adalah suatu bentuk dukungan yang

diekspresikan melalui empati, perhatian, kasih sayang dan kepedulian

terhadap individu lain. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan rasa


nyaman, perasaan dilibatkan dan dicintai pada individu yang

bersangkutan. Dukungan ini juga meliputi perilaku seperti memberikan

perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang

lain.

b. Dukungan Penghargaan (esteem support)

Dukungan penghargaan adalah suatu bentuk dukungan yang terjadi

melaui ekspresi seseorang dengan menunjukan suatu penghargaan

positif terhadap individu, dukungan atau persetujuan tentang ide-ide

atau perasaan dari individu tersebut dan perbandingan positif dari

individu dengan orang lain yang keadannya lebih baik atau lebih buruk.

Bentuk dukungan ini bertujuan untuk membangkitkan perasaan

berharga atas diri sendiri, kompeten dan bermakna.

c. Dukungan Instrumental (instrumental support)

Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan langsung yang di

wujudkan dalam bentuk bantuan material atau jasa yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah secara praktis. Contoh

dukungan ini seperti pinjaman atau sumbangan uang dari orang lain,

penyediaan layanan penitipan anak, penjagaan dan pengawasan rumah

yang ditinggal pergi pemiliknya dan lain sebagainya yang merupakan

bantuan nyata berupa materi atau jasa.

d. Dukungan Informasi (information support)

Dukungan informasi adalah suatu dukungan yang diungkapkan

dalam bentuk pemberian nasehat/saran, penghargaan, bimbingan/


pemberian umpan balik, mengenai apa yang dilakukan individu, guna

untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

e. Dukungan Jaringan Sosial (network support)

Dukungan yang berasal dari jaringan ini merupakan bentuk

dukungan dengan memberikan rasa kebersamaan dalam kelompok serta

berbagi dalam hal minat dan aktivitas social.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Menurut Stanley (2012), faktor- faktor yang mempengaruhi

dukungan sosial adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan Fisik

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun

kebutuhan fisik meliputi sandang, dan pangan. Apabila seseorang tidak

tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang

mendapat dukungan sosial.

b. Kebutuhan Sosial

Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh

masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di

masyarakat. Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik

cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan

masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan

penghargaan.
c. Kebutuhan Psikis

Dalam kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya termasuk

rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religius, tidak mungkin terpenuhi

tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang

menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut

akan cenderung mencari dukungan sosial.

5. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Menurut Rook dan Dootey (2009) yang dikutip oleh Kuntjoro

(2012), ada dua sumber dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan sumber

natural.

a. Dukungan Sosial Artifisial

Dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang

ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat

bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

b. Dukungan Sosial Natural

Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi

sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang- orang yang

berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, isteri, suami dan

kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non-

formal.
Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber

dukungan sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan

tersebut terletak dalam hal sebagai berikut:

a. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa

dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan

norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah

berakar lama.

d. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam

penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang- barang

nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan penyampaian salam.

e. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label

psikologis .

B. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

1. Pengertian

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah kecemasan patologis

yang umumnya terjadi setelah seseorang mengalami atau menyaksikan

trauma berat yang mengancam secara fisik dan jiwa orang tersebut (Yosep,

2016).
2. Faktor Penyebab PTSD

Menurut Yosep (2016) terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya

PTSD, antara lain:

a. Trauma yang disebabkan oleh bencana seperti bencana alam,

kecelakaan, kebakaran, menyaksikan kecelakaan atau bunuh diri,

kematian anggota keluarga atau sahabat secara mendadak.

b. Trauma yang disebabkan individu menjadi korban dari interpersonal

attack seperti: korban dari penyimpangan atau pelecehan seksual,

penyerangan, peristiwa kriminal, penculikan.

c. Trauma yang terjadi akibat perang atau konflik bersenjata seperti:

tentara yang mengalami kondisi perang, sandera.

d. Trauma yang disebabkan oleh penyakit berat yang diderita individu.

3. Tanda dan Gejala PTSD

Selama bertahun-tahun penelitian, ditemukan sebanyak 3 kelompok

tanda dan gejala PTSD. Simptom-simptom tersebut ditulis dalam APA

(2000). Ketiga kelompok tersebut, dan simptom-simptom spesifik yang

ada di dalamnya dijelaskan di bawah ini (Erwina, 2010) :

a. Merasakan kembali peristiwa traumatik tersebut (Re-Experiencing

Symptoms)

Tanda dan gejala PTSD adalah merasakan kembali kejadian

traumatis dalam berbagai cara dan hal ini terjadi terus menerus dan

menetap. Dengan munculnya tanda dan gejala tersebut, trauma akan


dirasakan kembali oleh individu yang menderita PTSD melalui mimpi,

memori atau masalah yang merupakan respon karena teringat tenatng

trauma yang dialami (National Center of PTSD, 2009). Menurut

Yehuda (2002), bahwa tanda dan gejala pada kelompok ini merupakan

perwujudan dari kenangan tentang insiden yang tidak diinginkan,

muncul dalam bentuk bayangan atau imajinasi yang mengganggu,

mimpi buruk dan kilas balik. Tanda dan gejala yang timbul adalah:

1) Secara berkelanjutan memiliki pikiran atau ingatan yang tidak

menyenangkan mengenai peristiwa traumatik tersebut.

2) Mengalami mimpi buruk yang terus menerus berulang.

3) Bertindak atau merasakan seakan-akan peristiwa traumatik tersebut

akan terulang kembali, terkadang ini disebut sebagai "flashback".

4) Memiliki perasaan menderita yang kuat ketika teringat kembali

peristiwa traumatik tersebut.

5) Terjadi respon fisikal, seperti jantung berdetak kencang atau

berkeringat ketika teringat akan peristiwa traumatik tersebut.

b. Menghindar (Avoidance Symptoms)

Tanda dan gejala PTSD menurut kelompok ini meliputi penurunan

respon individu secara umum dan perilaku menghindar yang menetap

terhadap segala hal yang mengingatkan klien terhadap trauma. Hal-hal

yang bisa mengingatkan klien terhadap trauma bisa bersumber dari diri

klien sendiri, seperti pikiran atau perasaan tentang trauma yang

dialami, atau bisa juga karena adanya stimulus dari luar atau lingkungan
yang mampu membangkitkan memori atau perasaan yang tidak

menyenangkan. Selain itu, tanda dan gejala PTSD pada kelompok ini

meliputi penurunan kemampuan emosional, merasa jauh dari orang

lain dan tidak memiliki cita-cita atau harapan yang akan dipenuhi untuk

masa depannya (National Center of PTSD, 2009). Tanda dan gejala

pada kelompok ini adalah :

1) Berusaha keras untuk menghindari pikiran, perasaan atau

pembicaraan mengenai peristiwa traumatik tersebut.

2) Berusaha keras untuk menghindari tempat atau orang-orang yang

dapat mengingatkan kembali akan peristiwa traumatik tersebut.

3) Sulit untuk mengingat kembali bagian penting dari peristiwa

traumatik tersebut.

4) Kehilangan ketertarikan atas aktifitas positif yang penting.

5) Merasa "jauh" atau seperti ada jarak dengan orang lain.

6) Mengalami kesulitan untuk merasakan perasaan-perasaan positif,

seperti kesenangan/kebahagiaan atau cinta/ kasih sayang.

7) Merasakan seakan-akan hidup anda seperti terputus ditengah-

tengah - anda tidak berharap untuk dapat kembali menjalani hidup

dengan normal, menikah dan memiliki karir.

c. Waspada (Hyperarousal Symptoms)

Individu yang menderita PTSD akan mengalami peningkatan

pada mekanisme fisiologis tubuh, yang akan timbul pada saat tubuh

sedang istirahat. Hal ini terjadi sebagai akibat dari reaksi yang
berlebihan terhadap stressor baik secara langsung atau tidak yang

merupakan lanjutan atau sisa-sisa dari trauma yang dirasakan. Tanda

dan gejala pada kelompok ini biasanya merupakan salah satu cara untuk

mengatasi trauma yang dirasakan, contohnya adalah gangguan tidur

merupakan akibat dari mimpi buruk yang dialami klien (National

Center of PTSD, 2009). Tanda dan gejala pada kelompok ini adalah :

1) Sulit untuk tidur atau tidur tapi dengan gelisah.

2) Mudah / lekas marah atau meledak-ledak.

3) Memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi.

4) Selalu merasa seperti sedang diawasi atau merasa seakan-akan

bahaya mengincar di setiap sudut.

5) Menjadi gelisah, tidak tenang, atau mudah "terpicu" / sangat

"waspada".

4. Jenis-Jenis PTSD

Menurut APA (2000) dan Ross (1999) jenis-jenis PTSD terbagi atas

tiga, yaitu:

a. PTSD akut; PTSD dikatakan akut tanda dan gejala PTSD berakhir

dalam kurun waktu satu bulan, sangat mempengaruhi kemampuan

individu tersebut dalam menjalankan fungsinya. Jadi rentang waktunya

adalah 1 – 3 bulan dan jika dalam waktu lebih dari satu bulan, individu

tersebut masih merasakan tanda dan gejala PTSD dalam skala berat, itu

tandanya dia harus segera menghubungi pelayanan kesehatan terdekat.


b. PTSD kronik; PTSD kronik timbul jika tanda dan gejalanya berlangung

lebih dari tiga bulan. Jika sudah terdiagnosa dengan PTSD ada baiknya

segera menghubungi pelayanan kesehatan, karena jika tidak ada

treatment yang dilakukan maka tidak ada perubahan kearah yang lebih

baik.

c. PTSD With Delayed Onset; walaupun sebenarnya tanda dan gejala

PTSD muncul pada saat setelah trauma, ada kalanya tanda dan

gejalanya baru muncul minimal enam bulan bahkan bertahun-tahun

setelah peristiwa traumatic itu terjadi. Hal ini timbul pada saat

memperingati hari kejadian traumatis tersebut atau bisa juga karena

individu mengalami kejadian traumatis lain yang akan mengingatkan

dia terhadap peristiwa traumatis masa lalunya (Erwina, 2010).

5. Kriteria PTSD

Seseorang dikatakan menderita PTSD jika memenuhi kriteria berikut

ini dalam waktu minimal 1 bulan (NIMH, 2009; APA, 2000) :

a. Mengalami kejadian atau peristiwa traumatis

b. Minimal memiliki 1 tanda re-experiencing symptoms

c. Minimal memiliki 3 tanda avoding symptoms

d. Minimal memiliki 2 tanda hyper-arousal symptoms

e. Tanda dan gejala yang menyebabkan individu kesulitan dalam

menjalani kehidupan sehari-hari, sekolah atau bekerja, berinteraksi


dengan teman, menyelesaikan tugas-tugas penting lainnya (Erwina,

2010).

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PTSD

Individu yang mempunyai kecenderungan mengalami post-

traumatic stress disorder dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal adalah faktor dalam diri individu yang berpengaruh dalam

hubungannya dengan post-traumatic stress disorder, sedangkan faktor

eksternal adalah faktor di luar diri individu yang mempunyai peran

terhadap kemungkinan individu mengalami post-traumatic stress disorder

(Khabibah, 2018).

a. Faktor Internal

National Institute of Mental Health, mengemukakan bahwa faktor

fisik dan psikologis merupakan sesuatu yang saling berhubungan dan

memengaruhi satu sama lain dan mengatakan bahwa sistem limbik

merupakan serangkaian hubungan internal dari struktur otak yang

berbentuk sirkuit dan mempunyai fungsi utama dalam motivasi dan

emosi.

Menurut Bullman dan Peterson, faktor psikologis lain yang

mempunyai pengaruh penting dalam perkembangan post-traumatic

stress disorder adalah peran kognisi, yaitu cara individu member arti

terhadap pengalamannya. Pemberian arti atau makna terhadap sebuah

peristiwa traumatik akan mengarahkan respons dan reaksi individu

dalam menghadapi stressor.


b. Faktor Eksternal

Menurut Boulware, post-traumatic stress disorder dapat terjadi

setelah peristiwa traumatik yang besar, baik secara emosional maupun

fisik. Sehingga faktor eksternal yang memengaruhi kecenderungan

posttraumatic stress disorder adalah tingkat keseriusan stressor. Tingkat

keseriusan stressor pada dasarnya adalah subjektivitas individu yang

mengalaminya.

Anda mungkin juga menyukai