A DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
DI RUANG MULTAZAM RS PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG
DISUSUN OLEH :
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN HDR.................................................1
A. Definisi .................................................................................................1
B. Jenis ......................................................................................................1
C. Tanda dan Gejala..................................................................................1
D. Penyebab ..............................................................................................2
E. Kondisi Klinis Terkait...........................................................................3
F. Patofisiologi..........................................................................................3
G. Pohon Masalah......................................................................................3
H. Diagnose...............................................................................................3
I. Penatalaksanaan....................................................................................4
J. Rentang Respons ..................................................................................4
K. Konsep Asuhan Keperawatan ..............................................................4
BAB II TINJAUAN KASUS .........................................................................8
A. Identitas Klien.......................................................................................8
B. Alasan Masuk RS..................................................................................8
C. Faktor Predisposisi................................................................................9
D. Faktor Presipitasi..................................................................................9
E. Pengkajian Fisik....................................................................................12
F. Status Mental........................................................................................12
G. Kebutuhan Persiapan Pulang................................................................12
H. Mekanisme Koping...............................................................................13
I. Aspek Medis.........................................................................................13
J. Analisa Data..........................................................................................14
K. Diagnose Keperawatan.........................................................................14
L. Rencana Tindakan Keperawatan...........................................................15
M. Implementasi Keperawatan...................................................................16
N. Evaluasi Keperawatan ..........................................................................22
BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Harga diri rendah adalah Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri,
perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri
(Yosep, 2010).
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi atau perasaan negative
terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respons terhadap situasi
saat ini (PPNI, 2016).
Harga diri rendah situasional adalah munculnya pesrepsi negatif
tentang makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini (NANDA, 2015).
1
b. Objektif
1) Berbicara pelan dan lirih
2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
3) Berjalan menunduk
4) Postur tubuh menunduk
2. Tanda dan gejala minor
a. Subjektif
1) Sulit berkonsentrasi
b. Objektif
1) Kontak mata kurang
2) Lesu dan tidak bergairah
3) Pasif
4) Tidak mampu membuat kebutusan
D. PENYEBAB
Berbagai faktor penyebab terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang
yaitu :
1. Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah
kronik adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. (Fitria, 2009).
2
E. KONDISI KLINIS TERKAIT
Kondisi terkait harga diri rendah situasional menurut standard diagnosis
keperawatan Indonesia (SDKI) (PPNI, 2016) adalah sebagai berikut :
1. Cedera traumatis
2. Pembedahan
3. Kehamilan
4. Kondisi baru terdiagnosis
5. Stroke
6. Penyalahgunaan zat
7. Demensia
8. Pengalaman tidak menyenangkan
G. POHON MASALAH
Ketidak Berdayaan
Effect
3
I. PENATALAKSANAAN
Terapi yang dapat diberikan pada pasien harga diri rendah antara lain :
1. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter (Nurarif dan Hardhi, 2015).
2. Terapi hubungan interpersonal
Menurut Enjang (2009) Hubungan interpersonal adalah komunikasi antar
orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta menangkap
langsung baik secara verbal maupun secara tatap muka.
4
K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Penkajian
Menurut Fitria, (2009) menjelaskan ada beberapa data yang perlu dikaji
untuk membuktikan bahwa seseorang mengalami gangguan konsep diri :
harga diri rendah adalah :
a. Data subyektif
1) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
2) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu.
3) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau
bekerja.
4) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri
(mandi, berhias, makan atau toileting).
b. Data obyektif
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) Berkurang selera makan
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah
2. Diagnose Keperawatan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
5
3. Intervensi keperawatan
Komunikasi yang baik dan kepercayaan adalah kunci keberhasilan
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah Harga
Diri Rendah, diantaranya :
Rencana tindakan untuk pasien
Tujuan :
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan.
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
e. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih
Strategi pelaksanaan utuk pasien :
1. SP 1 Pasien :
Mengenal masalah harga diri rendah dan mendiskusikan kamampuan
dan aspek positif yang dimiliki pasien.
2. SP 2 Pasien :
Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
3. SP 3 Pasien :
Membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan
dilatih.
4. SP 4 Pasien :
Melatih pasien melakukan kegiatan yang telah dipilih.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dapat dilakukan menurut Fitria (2012) pada pasien
harga diri rendah yaitu :
Tindakan keperawatan untuk pasien :
6
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
2. Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3. Membantu pasien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan
sesuai dengan kemampuan.
4. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih.
5. Membantu pasien agar dapat merencanakan kegiatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Kemampuan pasien
1. Menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2. Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
3. Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
pasien.
4. Melatih kemampuan yang telah dipilih.
5. Melaksanakan kemampuan yang telah dilatih.
6. Melakukan kegiatan sesuai jadwal
7
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Sdr. A
Tanggal pengkajian : 26/03/2021
Alamat : Joho 1/1 Adimulyo
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Swasta
RM No. : 4209xx
Dx. Medis : Open fraktur femur dextra
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Biologis
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti DM, dan Hipertensi, dan tidak memiliki kelainan dari sejak
lahir. Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah mengalami
kecelakaan sebelumnya dan belum pernah dirawat di RS. Pasien mengatakan
merasa takut mengendarai sepeda motor setelah mengalami kecelakaan
lalulintas.
Psikologis
keluarga pasien mengatakan pasien menunjukan perubahan sikap saat
berbicara, keluarga mengatakan pasien lebih sering diam dan tatapan matanya
tidak fokus saat berbicara perubahan sikap pasien sejak klien menjalani oprasi
karena kecelakaan lalu lintas. Pasien mengatakan merasa takut dan malu
karena banyak bekas luka di tubuh terutama pada bagian kaki dan tangan.
Pasien mengatakan harus mengikuti pengobatan oprasi agar tangan dan
kakinya bisa digerkan dan bisa untuk berjalan kembali seperti dulu. Pasien
mengatakan pernah jatuh dari motor tetapi hanya lecet dan tidak sampai parah
keadaannya seperti saat ini.
8
Sosial Budaya
Pasien berusia 24 tahun, jenis kelamin laki-laki, dengan tingkat pendidikan
SMA. Keluarga pasien mengatakan biaya pengobatan di RS ditanggung oleh
Jasa Raharja karna biaya RS melebihi cover BPJS dan keluarga juga meminta
uang ganti rugi pada tersangka yang menabrak pasien. Selama sakit pasien
tidak bekerja. Pasien mengatakan kelurga peduli dan mendorong dirinya
untuk sabar selama dirawat di RS. Agama yang dianut pasien adalah agama
Islam. Pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatang yang dilakukan di
sekitar lingkungan rumahnya.
D. FAKTOR PRESIPITASI
Pasien post oprasi ORIF, tampak tangan dan kaki kanan pasien terbalut
dengan perban elastis, pasien mengatakan malu dan tidak mampu melakukan
apapun dengan kondisinya yang saat ini. Kontak mata pasien saat
berkomunikasi berkurang, pasien lebih banyak diam dan berbicara pelan.
E. PENGKAJIAN FISIK
Keadaan Umum
Pasien tampak lemas, pucat, dan membatasi rentang gerak.
Vital Sign
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36O C
RR : 20x/m
Nadi : 80x/m
9
P : Sonor
A : Vesikuler
3. Abdomen
I : Tidak ada jejas maupun lesi pada abdomen
A : Bising usus (+)
P : Timpani
P : Tidak ada nyeri tekan
4. Ekstremitas
Ekstremitas atas : kekuatan otot 2/5
Ekstremitas bawah : kekuatan otot 2/5
5. Genetalia
Bersih, urin tampung 500cc
Pengkajian Psikososial
1. Konsep diri
a. Citra tubuh
Pasien mengatahan menyukai seluruh anggota tubutnya terutama
wajahnya, namun klien merasa malu kaki dan tangannya banyak
bekas luka dan ada bekas oprasi.
b. Identitas diri
Pasien adalah seorang laki-laki. Pasien anak pertama dari dua
bersaudara. Pasien mengatakan pendidikan terakhir SMA dan
pekerjaan swasta. Status perkawinan pasien belum menikah.
c. Peran
Pasien mengatakan anak pertama laki-laki. Sebelum sakit pasien
mengatan sebagai seorang pekerja swasta.
d. Ideal diri
Pasien berharap bisa segera sembuh dan bisa berjalan atau
beraktivitas seperti sebelumnya.
e. Harga diri
Pasien mengatakan merasa malu dan merasa bersalah merepotkan
kedua orngtuanya. Semenjak sakit pasien merasa menjadi beban
untuk orang tuanya karna tidak bisa memenuhi kebutuhan secara
mandiri dan harus dibantu oleh keluarga.
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Orang yang berari bagi pasien adalah keluarga khususnya orang tua.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien memang jarang
aktiv dalam kegiatan di dalam masyarakat karena kesibukan bekerja.
10
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki hambatan dalam
berhubungan baik dengan keluarga, saudara maupun teman-
temannya, tetapi semenjak sakit pasien tampak malu bertemu dengan
saudaranya.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan sosial
Pasien beragama Islam, pasien merasa mengapa Allah memberikan
ujian yang tidak diharapkannya.
b. Kegiatan ibadah
Keluarga pasien mengatakan selama sakit dirumah sakit pasien
melakukan ibadah sholat, dan mengaji dengan cara berbaring.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
11
F. STASTUS MENTAL
1. Penampilan umum
Penampilan umum klien kurang rapi, tidak memakai baju, dan
berkeringat.
2. Pembicaraan
Nada bicara pasien pelan dan lebih banyak diam.
3. Aktivitas motorik
Pasien terlihat lemah, dan lesu. Pasien tapak lebih sering menunduk.
4. Alam perasaan
Pasien merasa malu dan minder karena perawatan tubuh dan untuk
bergerak dibantu oleh keluarga.
5. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata pasien kurang, pasien lebih sering
mengalihkan pandangan.
6. Tingkat kesadaran dan orientasi
Tinkat kesadaran pasien masih bisa beroriantasi terhadap waktu, tempat
dan orang. Pasien masih bisa mengenali keluarga, dan perawat.
7. Memori
Pasien tidak memiliki gangguan terkait ingatannya.
8. Daya tilik diri
Pasien merasa sedih dan masih merasa menyalahkan orang lain yang
menyebabkan dirinya mengalami kecelakaan.
12
H. MEKANISME KOPING
Pasien mengatakan merasa cemas dengan kondisi saat ini, tetapi pasien
meyakini pasti suatu hari bisa sembuh dan bisa berjalan dengan normal
kembali, tetapi pasien mengatakan malu dengan kondisi saat ini yang dalam
beraktivitas masih dibantu oleh keluarga.
I. ASPEK MEDIS
Diagnose Medis
Open Fraktrur Cruris (D), Open Fraktur Femur (D)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Leboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Eritrosit 2,47 (L) 4,4-5,9 Juta/Ul
Hemoglobin 6,7 (kritis) 13,2-17,3 gr/dL
Hematrokit 21,2 (L) 40-52 %
MCH 31,8 (L) 32-36 gr/dL
Trombosit 149 (L) 150-440 rb/ul
2. Pemeriksaan RO
RO Femur dan Cruris Dextra
a. Femur Dextra
Tampak terpasang 1 plat dan screw pada soft os femur dextra dengan
kedudukan baik. Fraktur kominutif shoft os femur dextra 1/3 distal
tengah dengan aposisi dan aligement baik.
b. Cruris Dextra
Tampak terpasang 1 plat dan screw pada os tibia dextra proksimal
hingga tengah dengan kedudukan baik. Fraktur complete os tibia dan
fibula 1/3 proximal, dengan aposisi dan aligement baik.
13
J. ANALISA DATA
DO :
Pasien Nampak sedih dan kontak
mata berkurang.
Pasien tampak menghindari
berkomunikasi dengan petugas
kesehatan.
Pasien bicara dengan pelan dan
lebih banyak diam.
DO :
Pasien tampak menahan sakit.
Pasien berfokus pada diri sendiri.
Pasien post op ORIF femur dan
cruris dextra.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah situasional
14
15
L. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Tgl/Jam Diagnosis Rencana Keperawatan
Tujuan Tindakan Rasional
1. 26/03/21 Gangguan konsop 1. Klien mampu mengenal 5. SP 1 Pasien : 1. Untuk mengetahui
09.30 WIB diri : Harga diri masalah harga diri rendah. Mengenal masalah harga penyebab HDR pasien
rendah situasional 2. Klien mampu diri rendah dan dan untuk menggali
mengidentifikasi kemampuan mendiskusikan kemampuan positif
dan aspek positif yang kamampuan dan aspek yang dimiliki pasien.
dimiliki. positif yang dimiliki 2. Membantu pasien
3. Klien mampu menilai pasien. menentukan
kemampuan yang digunakan. 6. SP 2 Pasien : kemampuan yang masih
4. Klien mampu menetapkan Membantu pasien menilai bisa diterapkan di RS.
atau memilih kegiatan yang kemampuan yang masih 3. Untuk memilihkan
sesuai kemampuan. dapat digunakan. kegiatan yanga akan
7. SP 3 Pasien : dilatih sesuai dengan
Membantu pasien kemampuan yang
memilih atau menetapkan dimiliki.
kemampuan yang akan 4. Untuk membatu pasien
dilatih. mengalihkan fokus
8. SP 4 Pasien : harga diri rendah
Melatih pasien dengan melakukan
melakukan kegiatan yang kegiatan yang dapat
telah dipilih. diterapkan di dalam RS.
2. 26/03/21 Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) menurun Manajemen Nyeri (L.08238): 1. Untuk mengetahui
09.30 WIB berhubungan dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, lokasi yang
dengan agen Keluhan nyeri cukup karakteristik, durasi, menyebabkan nyeri,
cedera fisik. menururn. frekuensi, kualitas dan skala, kualitas nyeri dan
Sikap protektif cukup menuru. intensitas nyeri. faktor pencetu serta
Kesulitan tidur menurun. faktor yang
16
2. Berikan teknik meringankan nyeri.
nonfarmakologis untuk 2. Untuk memeandirikan
mengurangi rasa nyeri. pasien mengontrol nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tanpa menggunakan
tidur. obat.
4. Anjurkan memonitor 3. Untuk mengalihkan
nyeri secara mandiri. fokus nyeri pasien
5. Ajarkan teknik terhadap nyeri yang
nonfarmakologis untuk dirasakan.
mengurangi rasa nyeri. 4. Untuk memudahkan
6. Kolaborasi pemberian pasien untuk
analgetik, jika perlu. melakukan.
5. Memberikan contoh
teknik terapi, agar
pasien bisa
mempraktikan teknik
tersebut untuk
mengurangi nyeri.
6. Penatalaksannan medis
untuk mengurangi rasa
nyeri.
17
M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Tgl/Jam Diagnosis/TUK/SP Implementasi Respon Paraf
2. 26/03/21 Gangguan konsep diri : Membina hubungan saling S :
10.00 WIB Harga diri rendah percaya. Pasien mengatakan merasa malu
situasional dengan kondisinya saat ini, karena
tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasanya.
SP 1 Pasien : Pasien mengatakan mengerti
Mengenal masalah harga diri tentang masalah harga diri rendah.
rendah dan mendiskusikan
kamampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien. O:
Kontak mata pasien berkurang.
Pasien lebih banyak diam dan
berbicara dengan pelan.
Memilih aspek positif yang
dimiliki pasien
Menganjurkan pasien memasukan
pikiran-pikiran yang positif
Daftar kegiatan kemampuan yang
akan dilatih.
Membina hubungan interpersonal
O:
18
Jumlah jam tidur pasien 5 jam.
Pasien post op ORIF
Pasien tampak berfous pada diri
sendiri.
TD : 110/80, N : 82x/m, RR :
22x/m, S : 36C
Pemberian obat IV:
Ketorolac 20 mg/8 jam
19
1. 27.03.21 Nyeri akut Manajemen nyeri S:
19.00 WIB Pasien mengatakan masih merasakan
nyeri saat bergerak, rasa nyeri seperti
tertusuk jarum pada aki kanan, tetapi
skala nyeri sudah berkurang (4).
O:
Pasien masih tampak menahan
sakit
Fokus diri sendiri pasien sudah
berkurang.
Pasein mampu melakukan relaksasi
napas dalam.
TD : 120/80, N : 80x/m, RR :
20x/m, S : 36,4C
Pemberian obat IV : Ketorolac :
30mg/8 jam.
O:
Kontak mata pasien baik.
Pasien mampu melakukan kegiatan
sholat dengan berbaring.
20
Pasien mampu menyebutkan
pikiran positif yang dimasukan.
Pasien sudah tampak lebih aktiv
berkomunikasi dengan keluarga
maupun dengan petugas kesehatan.
O:
Pasien masih tampak menahan
sakit
Pasien tampak meringis saat
dilakukan perawatan luka.
Pasein mampu melakukan relaksasi
napas dalam.
TD : 110/80, N : 84x/m, RR :
20x/m, S : 36,7C
Pemberian obat IV : Ketorolac :
30mg/8 jam.
21
N. EVALUASI KEPERAWATAN
No. Tgl/Jam Diagnosis/TUK/SP Evaluasi Paraf
1. 27.03.2021 Gangguan konsep diri : Harga diri S:
13.50 WIB rendah situasional. Pasien mengatakan masih sedikit malu karna belum bisa
beraktivitas seperti sbelumnya.
Pasien mengatakan masih memiliki kemampuan positif.
Pasein mengatakan hari ini sudah melakukan sholat dan mengaji
atau mendengarkan ceramah dengan cara berbaring.
O:
Kontak mata pasien baik.
Pasien mampu melakukan kegiatan yang sudah dipilih
Pasien mampu menyebutkan pikiran positif yang dimasukan.
Pasien sudah tampak lebih aktif berkomunikasi dengan keluarga
maupun dengan petugas kesehatan.
Pasien mampu menyebutkan 2 kampuan positif yang masih
dimiliki
Pasien pasien mampu menyebutkan kemampuan positif yang
masih dimiliki.
P : lanjutkan Intervensi
Anjurkan pasien untuk tetap melakukan pemikiran yang positif
Anjurkan pasien untuk tetap melakukan aktivitas yang sudah
dipilih.
Anjurkan pasien untuk tetap menilai dan melakukan aspek positif
yang lain.
22
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut Hanley & Belfus (2009), klien yang mengalami gangguan pada
fraktur akan menimbulkan respons dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya dan lingkungan disekitarnya serta mempengaruhi diri
dalam berinteraksi dengan orang lain. Pelayanan komprehensif merupakan
pelayanan klien secara total dan pelayanan kesehatan holistik berkembang bagi
konsep holisme. Kesehatan holistik melibatkan individu secara total, keseluruhan
status kehidupannya dan kualitas hidupnya dalam berespons terhadap perubahan
yang terjadi pada diri dan lingkungannya (Kozier & Erb, 2012). Sehingga perawat
dapat memberikan pelayanan secara tepat dan efektif untuk membantu klien
dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi disekitarnnya.
Harga diri rendah adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang
menganggap bahwa dirinya itu negatif. Harga diri yang tinggi dapat ditunjukkan
dengan seseorang mampu menghadapi lingkungan secara aktif, beradaptasi secara
efektif untuk berubah dan cenderung merasa aman (Eni, 2020).
Dalam mengurangi tanda gejala harga diri rendah situasional dengan
diagnosa medis fraktur femur salah satu teknik yang dapat digunakan adalah
afirmasi positif. Afirmasi merupakan kata serapan dari bahasa inggris
(Affirmation) afirmasi secara harfiah diartikan penegasan atau penguatan.
Afirmasi hampir sama seperti doa, harapan atau cita-cita, hanya saja afirmasi lebih
terstruktur dibandingkan dengan doa dan lebih spesifik (Nabahan, 2010). Afirmasi
bisa juga merupakan kalimat pendek yang berisi pikiran positif yang bisa
mempengaruhi pikiran bawah sadar untuk membantu mengembangkan persepsi
yang positif (Abdurrahman, 2012).
Tindakan yang akan dilakukan pada klien harga diri rendah menurut
(Sukesih & Rosa, 2017) yaitu dengan afirmasi positif yang akan dilakukan selama
5 kali pertemuan dengan waktu 30 menit setiap pertemuannya, waktu untuk
mengucapkan afirmasi positif yaitu selama 10 menit pada saat bangun tidur,
setelah istirahat atau meditasi dan sebelum tidur agar pernyataannya lebih sugestif
karena berada pada saat gelombang otak sedang reseptif, kondisinya dengan
penuh harapan seperti dalam doa. Kata-kata afirmasi positif tersebut didapatkan
melalui identifikasi aspek dan kemampuan positif dalam diri klien.
Masalah harga diri rendah situasional dengan diagnosa medis fraktur
femur perlu diintervensi dengan tepat karena jika tidak mendapat penanganan
yang baik, bukan hanya mempengaruhi kualitas hidup pasien tetapi juga dapat
berkembang menjadi masalah psikologis yang lebih serius. Harga diri rendah
situasional dengan diagnosa medis fraktur femur yang tidak ditangani dapat
berkembang menjadi risiko bunuh diri dan keputusasaan (Rebecca et al (2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2017) yang
dilakukan pada 5 orang pasien fraktur femur post operasi yang mengalami
gangguan konsep diri harga diri rendah situasional di ruang rawat inap teratai
RSUD dr. Soedirman Kebumen, didapatkan hasil seluruh responden mengalami
peningkatan kemampuan sesudah dilakukan perlakuan penerapan terapi afirmasi
positif dimana P1, mengalami peningkatan kemampuan sesudah dilakukan
perlakuan penerapan terapi afirmasi positif sejumlah 60%. P2, mengalami
peningkatan kemampuan sesudah dilakukan perlakuan penerapan terapi afirmasi
positif sejumlah 100%. P3, mengalami peningkatan kemampuan sesudah
dilakukan perlakuan penerapan terapi afirmasi positif sejumlah 60%. P4,
mengalami peningkatan kemampuan sesudah dilakukan perlakuan penerapan
terapi afirmasi positif sejumlah 20%, dan P5, mengalami peningkatan kemampuan
sesudah dilakukan perlakuan penerapan terapi afirmasi positif.
Afirmasi positif merupakan sebuah tindakan untuk mengatasi
permasalahan harga diri rendah yang cukup efektif. Evaluasi yang dilakukan pada
hari terkahir, menunjukkan adanya perubahan dari klien. Klien merasa dirinya
mempunyai sesuatu yang dapat dibanggakan, masih memiliki kemampuan positif
setra telah melakukan hal-hal positif seperti sholat dan mengaji. Hal ini
menunjukkan adanya penurunan dari tanda gejala harga diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA