Anda di halaman 1dari 10

Dakwah Pencerahan

&
Membangun Keluarga Indonesia

Kelompok 11
Novia Zahrothun Nissa /2002015065
Idham Nurrahman / 2002015035
Muhammad Miqdad / 2002015095
Sallya Andestia /2002015070
Olin Mahersa / 2002015055
DAFTAR ISI

DAFTAR
ISI ..............................................................................................  i
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah .........................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN
1.      Pengertian dakwah pencerahan bagi keluarga
Indonesia ................  2
2.      Konversi agama karena
miskin. .......................................................  3
3.      Keluarga sebagai pondasi bangsa Indonesia.................................... 4
4.      Konsep keluarga ideal menurut
Islam .............................................  5
5.      Potret keluarga Indonesia ...............................................................  6
6.      Konsep dan strategi dakwah pencerahan......................................... 7
7.      Dakwah pencerahan sebagai solusi strategis keluarga
Indonesia berkemajuan.................................................................... 8
BAB III
PENUTUP ...................................................................................  11
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................. 12
B.  Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dakwah pencerahan bagi keluarga Indonesia ?
2.      Konversi agama karena miskin.
3.      Keluarga sebagai pondasi bangsa Indonesia.
4.      Bagaimana konsep keluarga ideal menurut Islam?
5.      Bagaimana potret keluarga Indonesia?
6.      Konsep dan strategi dakwah pencerahan.
7.      Dakwah pencerahan sebagai solusi strategis keluarga Indonesia
berkemajuan.
1. DEFINISI

Dakwah dalam pandangan Muhammadiyah merupakan proses islamisasi


berbagai aspek kehidupan melalui kegiatan menyeru umat manusia menuju kepada
jalan Allah (Q.S. Yusuf: 108) atau jalan menuju Islam (Q.S. Ali Imran: 19). Dakwah
juga dimaknai sebagai aktualisasi fungsi kerisalahan (meneruskan tugas kerasulan)
menyampaikan ajaran din al-Islam kepada seluruh umat manusia (Q.S. Ali Imran:
104), 110, 114) dan aktualisasi fungsi kerahmatan, yaitu menjadikan, mengaktualkan,
dan mengoperasionalkan Islam sebagai agama rahmat (mampu menyejahterakan,
membahagiakan, dan menjadi solusi) bagi seluruh umat manusia (Q.S. al-Anbiya’:
107). Jadi, di samping berdimensi alih nilai-nilai normatif keislaman (transfer of
Islamic values) guna membangun dan mengubah karakter manusia ke arah yang lebih
baik menurut tolak ukur ajaran Islam, gerakan dakwah juga berdimensi pembangunan
kehidupan sosial-budaya umat manusia ke arah perubahan yang lebih baik secara
terus-menerus. Menurut Prof. Dr. Din Syamsuddin, dakwah pencerahan (da’wah
tanwiriyyah) yaitu dakwah yang membebaskan (tahrir), memberdayakan (taqwiyah),
dan memajukan (taqdim). Inilah tiga kunci dakwah pencerahan gerakan
Muhammadiyah. Dakwah Islam itu, pertama-tama harus berorientasi kepada
pembebasan manusia dari kegelapan hidup (zhulumat) menuju cahaya pencerahan
(nur), yaitu dari kegelapan kekufuran menuju cahaya iman; dari kemaksiatan menuju
cahaya ketaatan; dan dari kebodohan menuju cahaya ilmu pengetahuan. Kedua,
dakwah Islam diaktualisasikan dalam bentuk penyampaian misi Islam secara
sempurna kepada umat manusia. Ketiga, menjaga dan melindungi agama Islam dari
kesia-siaan dan penakwilan orang-orang yang tidak memahaminya dengan baik.
Keempat, dakwah Islam juga berperan mewujudkan rasa aman, perdamaian, dan
stabilitas sosial politik di negeri Muslim maupun non-Muslim.
2. Konversi Agama Karena Miskin
2.1. Pengertian Kemiskinan
Salah satu masalah yang dipunyai oleh manusia, yang sama tuanya dengan
usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan
keseluruhan aspek kehidupan manusia, tetapi sering tidak disadari kehadirannya
sebagai masalah, ialah kemiskinan. “Kemiskinan” asal kata dari “miskin” bararti
melarat lawan dari kaya. Jadi Kemiskinan berarti kemelaratan, tidak kaya dan
sebagainya.
Kemiskinan adalah suatu penyakit yang dapat dijumpai pada setiap
masyarakat disepanjang sejarah. Kemiskinan mungkin terjadi karena beberapa sebab,
seperti tidak adanya sistem ekonomi dan pemerintahan yang baik, terjadi penindasan
satu golongan terhadap golongan yang lain, atau timbulnya. kemalasan dan hilangnya
semangat untuk berusaha. Kemiskinan dengan segala penyebabnya, juga tidak dapat
dipisahkan dari adanya pengaruh setiap individu atau masyarakat yang sangat lemah
nilai akhlak dan spiritualnya.
Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, kemiskinan adalah sesuatu yang
nyata adanya, bagi mereka yang tergolong miskin, mereka sendiri merasakan dan
menjalani kehidupan dalam kemiskinan tersebut. Kemiskinan itu akan lebih terasa
lagi apabila mereka telah membandingkannya dengan kehidupan orang lain yang
lebih tinggi tingkat kehidupannya. Dalam buku karangan Muh. Yusuf Qardhawi
dalam bukunya Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, membahas antara lain bahwa
kemiskinan dapat membuat orang menjadi tunduk, hina dan dapat menjerumuskan
umat kelembah kemusrikan dan penderitaan, sehingga Islam menghendaki agar
manusia senantiasa berada pada martabat yang tinggi dan luhur. Michel Mollat
dalam bukunya berpendapat bahwa orang miskin adalah mereka yang tetap atau
sementara dalam keadaan lemah, tergantung dan remeh, dalam keadaan kekurangan
yang berbeda-beda menurut zaman dan pola masyarakat, serta dalam tak berdaya dan
terhina.

Hakikat kemiskinan dapat ditelusuri antara lain dari makna kata “miskin”.
Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik, orang miskin adalah “orang yang
memiliki harta setengah dari kebutuhan hidupnya atau lebih tapi tidak mencukupi”.
Jadi, kemiskinan menunjuk kepada ketidakmampuan yang dialami manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang pokok. Kemiskinan diartikan sebagai suatu
keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan
taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental
maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

2.2. Pengertian Konversi Agama Karena Miskin


Konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses
yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan; proses itu bisa terjadi
secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba. Sangat boleh jadi, konversi agama
mencakup perubahan keyakinan terhadap beberapa persoalan agama tetapi hal ini
akan dibarengi berbagai perubahan dalam motivasi terhadap perilaku dan reaksi
terhadap lingkungan sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemiskinan merupakan
penyakit yang sangat berbahaya bukan hanya bagi negara tetapi juga bagi
keselematan dan keutuhan aqidah. Kemiskinan menyebabkan kekufuran, terutama
jika si miskin hidup di tengah-tengah orang kaya yang tidak memperdulikan nasib
mereka.
Sebagai contoh seperti yang terjadi di Kampung Balangbuki Desa Tonasa
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kristen yang ada di
Balangbuki lebih banyak mempergunakan bidang ekonomi untuk mempengaruhi
umat Islam supaya tertarik pada agamanya dan selanjutnya meninggalkan agama
Islam. Jumlah jemaat gereja bala keselamatan adalh 35 orang 10 orang diantaranya
adalah merupakan pelaku konversi agama. Hal ini disebabkan karena kondisi
masyarakat di balangbuki mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ada
akhirnya agama kristen datang dan memberikan bantuan berupa makanan, pakaian,
jalan pengerasan dan pipa air.

3. Keluarga Sebagai Pondasi Bangsa Indonesia.


Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, peran keluarga sangat menentukan
kualitas bangsa, ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama dalam pembinaan tumbuh kembang, menanamkan nilai-nilai moral dan
pembentukan kepribadian individu. Kalau di ibaratkan keluarga merupakan sebuah
pondasi untuk tumbuh dan berkembanganya sebuah bangsa. Jika pondasinya kuat
dan kokoh, maka bangunan diatasnya dapat berdiri tegak, awet dan tahan terhadap
guncangan. Pondasi yang kuat haruslah berawal dari keluarga-keluarga yang
berkualitas dan tangguh, sehingga tercipta ketahanan nasional dalam mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurut Mukti Ali, cara untuk membangun negara yang makmur adalah
dengan membangun keluarga yang makmur. Rumah tangga merupakan unit
terkecil dari negara. Oleh karena itu dalam pembangunan negara, rumah tangga
harus mendapat perhatian yang istimewa. 
Dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) dijelaskan
bahwa keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa, tempat
sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif untuk mewujudkan keluarga sakinah
sehingga  terbentuk gerakan jamaah dan dakwah jamaah.

4. Konsep Keluarga Ideal Menurut Islam


Keluarga ideal biasa disebut juga dengan istilah keluarga sakinah.
Keluarga sakinah dapat didefinisikan sebagai “Bangunan keluarga yang dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah dan tercatat di Kantor Urusan Agama yang
dilandasi rasa saling menyayangi dan menghargai dengan penuh rasa tanggung
jawab dalam menghadirkan suasana kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat yang diridhai Allah SWT”.
Dalam membangun keluarga sakinah perlu dilandaskan pada lima asas yaitu :
”Asas karamah insaniyah, asas pola hubungan kesetaraan, asas keadilan, asas
mawaddah wa rahmah, serta asas pemenuhan kebutuhan hidup sejahtera dunia
akhirat (al-falah).

Untuk mewujudkan masyarakat yang berkemajuan, memerlukan kehadiran


satuan-satuan keluarga sakinah sebgai modal terwujudnya qaryah thayyibah yang
memiliki karakeristik sebagai  berikut:
1) Mesjid sebagai pusat ibadah, pelayanan sosial dan menjadi pusat kegiatan
masyarakat.
2) Masyarkat memiliki tingkat pendidikan yang maju.
3) Masyarkat memiliki berbagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi  keluarganya.
4) Masyarkat memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
5) Masyarkat memiliki hubungan sosial yang harmonis.
6) Masyarkat memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
7) Masyarkat memiliki kesadaran hukum dan politik yang tinggi.
8) Masyarkat memiliki kehidupan kesenian dan kebudayaan yang Islami yang
tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
9) Masyarakat mampu memanfaatkan tekologi dan informasi yang ada untuk
kemajuan dan kemakmuran masyarakat.

5. Potret Keluarga Indonesia


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2017 jumlah penduduk miskin,
yakni penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan
di lndonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 persen dari jumlah total penduduk).
Ditengarai bahwa angka tersebut bertambah 6,90 ribu orang dibandingkan dengan
kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen).

Meski secara presentase angka kemiskinan mengalami penurunan, namun secara


jumlah angka tersebut mengalami kenaikan.2
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tasikmalaya, kemiskinan
di Kota Tasikmalaya mencapai 17,19 persen dari jumlah penduduk 651.676 jiwa.
Kemudian, di 2014 catatan BPS menunjukkan angka kemiskinan menurun dari 17,19
persen menjadi 15,95 persen dari 654.794 jiwa. Selain itu, rata-rata lama sekolah
(RLS) masyarakat Kota Tasikmalaya hanya 8.89 tahun pada 2013, 8.90 tahun pada
2014 dan 8.93 tahun pada 2015.3

6. Konsep dan Strategi Dakwah Pencerahan


Muhammadiyah mengelompokkan objek dakwah menjadi empat kelas
masyarakat yaitu kelas elit, menengah, bawah dan marjinal sehingga Muhammadiyah
mengajukan konsep dakwah sosial.
Konsep dakwah sosial yaitu kegiatan dakwah dalam kegiatan-kegiatan sosial
yang tidak hanya berupaya memperkuat pemahaman keagamaan masyarakat terkait
dengan hal-hal ibadah mahdlah, melainkan juga kegiatan yang memberikan ruang
bagi mereka untuk memperkuat kohesi sosial, mengembangkan diri dan kepercayaan
diri, meningkatkan optimisme, serta serta kegiatan keagamaan yang dirasakan
dampak sosial dan ekonominya secara lebih nyata.
Salah satu bentuk dakwah yang dapat dilakukan untuk kelompok marjinal yaitu
dengan menjadikan dan memasukan mereka sebagai bagian dari program-program
sosial lembaga keagamaan, seperti dalam pendistribusian zakat infak dan sedekah
(ZIS), santunan serta beasiswa khusus anak-anak jalanan atau anggota dari keluarga
kelompok marjinal tersebut.
Menurut M. Din Syamsudin, bahwa dakwah Muhammadiyah disebut sebagai
dakwah pencerahan, karena Muhammadiyah membawa konsep Islam Berkemajuan
dalam tiga tahap yaitu membebaskan manusia, memberdayakan, dan memajukan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dakwah diartikan sebagai penyiaran
agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk,
mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.
Muhammadiyah memahami kata dakwah sebaagai panggilan atau seruan bagi
umat manusia menuju jalan Allah, yaitu jalan menuju Islam. Dakwah juga dimaknai
sebagai upaya tiap muslim untuk merealisasikan fungsi kerisalahan dan kerahmatan.
7. Dakwah Pencerahan sebagai Solusi Strategis Keluarga Indonesia Berkemajuan
Menurut Dr. H. Haedar Nashir, M.Si dalam usaha mengimplementasikan
pandangan Islam yang berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah dapat dilakukan
langkah-langkah berikut: 8
1. memahamkan pandangan Islam yang berkemajuan. Artinya meningkatkan usaha-
usaha untuk memahami dan memasyarakatkan Risalah Islamiyah dan berbagai
pemikiran resmi dalam Muhammadiyah, yang mengandung pandangan Islam yang
berkemajuan. Konsep Risalah Islamiyah telah mulai disusun dan penting untuk
dilanjutkan.
2. mengembangkan tradisi keilmuan. Artinya melakukan berbagai ikhtiar untuk
meningkatkan tradisi keilmuan dan melakukan kajian-kajian pemikiran melalui
berbagai diskusi, halaqah, seminar, dan berbagai forum sejenis untuk memperdalam
dan memperluas wawsan pemikiran di lingkungan Muhammadiyah.
3. memasyarakatkan pandangan Islam yang berkemajuan ke luar. Anggota
Muhammadiyah penting untuk mengkomunikasikan, mendialogkan, dan memperluas
sebaran pemikiran atau pandangan Islam yang berkemajuan ke masyarakat luas.
Melalui tulisan di media massa, jejaring sosial, pengajian, pengkajian, seminar,
diskusi, dan berbagai media publikasi lainnya hendaknya senantiasa dipopulerkan dan
dikembangkan pandangan Islam yang berkemajuan.
4. al-ishlah fi al-’amal, yakni selalu memperbarui amaliah Islam. Artinya baik yang
sudah dilaksanakan selama ini maupun yang hendak dikembangkan hendaknya
pengelolaan dan model yang dikembangkan dalam amal usaha, program, dan kegiatan
seluruh institusi di lingkungan Muhammadiyah harus lebih baik, unggul, dan utama
daripada gerakan-gerakan lain.
5. Implementasi dalam praksis gerakan. Terkait dengan langkah keempat, bagaimana
Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan mewujudkan amaliah
praksis. Istilah praksis (praxis) dalam ilmu sosial kritis yakni tindakan emansipatoris
atau tindakan pembebasan yang berbasis pada refleksi. Karena itu praksis bukanlah
tindakan praktis semata, tetapi praktis yang berbasis pemikiran. Dalam tradisi
pemikiran Muhammadiyah, praksis berarti perpaduan antara “ilmu amaliah” dan
“amal ilmiah”. Dalam pemikiran Qurani, praksis ialah perpaduan antara “iman dan
amal shaleh” yang begitu banyak disebut dalam ayat-ayat Al-Quran, yang
menunjukkan bahwa Islam itu agama yang mempertautkan hablu-minallah  dan halu-
minannas secara menyatu dan menyeluruh.

Penutup
Muhammadiyah itu memiliki paham dan mendakwahkan Islam yang
berkemajuan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang melaksanakan fungsi
utama dakwah dan tajdid dapat dikatakan sebagai Gerakan Islam yang berkemajuan.
Dalam pandangan keislaman Muhammadiyah menyeimbangkan antara pemurnian
atau peneguhan dan pengembangan atau pembaruan, sehingga seimbang tetapi kaya
dengan nilai kemajuan. Inilah karakter utama Muhammadiyah, yakni ideologi Islam
yang berkemajuan.
Bahwa Muhammadiyah memandang Islam merupakan agama yang
mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang
tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama,
yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Adapun da’wah dan tajdid
bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai
agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Dalam perspektif
Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan, yang kehadirannya
membawa rahmat bagi semesta kehidupan.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan,
maka Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan
makna tentang ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus
melakukan pembaruan dalam mu’amalat dunyawiyah yang membawa perkembangan
hidup sepanjang kemauan ajaran Islam. Paham Islam yang berkemajuan semakin
meneguhkan perspektif tentang tajdid yang mengandung makna pemurnian
(purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan Muhammadiyah, yang
seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah untuk
menghadapi perkembangan zaman.

Anda mungkin juga menyukai