PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan pemasangan WSD
(Water Seal Drainage)
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi WSD (Water Seal Drainage)
b. Menjelaskan tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
c. Menjelaskan indikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
d. Menjelaskan Kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
e. Menjelaskan komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
f. Menjelaskan macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)
g. Menjelaskan prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
h. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD(Water Seal Drainage)
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan pemasangan
WSD (Water Seal Drainage).
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Tenaga Keperawatan
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang bagaimanaasuhan keperawatan pada
pasien dengan dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
b. Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan pemasangan
WSD (Water Seal Drainage) serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal
untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal
rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura/lubrican.
2.2 Tujuan
a) Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
b) Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
c) Mengembangkan kembali paru yang kolaps
d) Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
e) Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan
negatif rongga tersebut
Keuntungannya:
a) Penyusunannya sederhana
b) Mudah untuk pasien yang berjalan
Kerugiannya:
a) Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan
b) Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol
c) Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran
drainase
Hal yang harus diperhatikan:
a) Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena menyebabkan paru
kolaps.
b) Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk
mengeluarkan cairan atau udara.
c) Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya kinking,
clotting atau perubahan posisi chest tube.
d) Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga
pleura keluar
e) Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
f) Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
Inspirasi akan meningkat
Ekpirasi menurun
Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara,
selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat
dihubungkan dengan suction control. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan
udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2.
Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga
pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD. Biasanya
digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural.
Keuntungannya:
a) Mempertahankan water seal pada tingkat konstan
b) Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik
Kerugiannya:
a) Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke dalam area pleura.
b) Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
c) Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.
2. Fluther valve
Keuntungannya:
Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik.
Kurang satu ruang untuk mengisi
Tidak ada masalah dengan penguapan air
Penurunan kadar kebisingan
Kerugiannya:
Mahal
Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural karena tidak
adanya fluktuasi air pada ruang water seal.
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
4.1.1 Anamnesa
1) Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2) Keluhan Utama
a. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien
b. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat
pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif, sedangkan pada pneumothorak
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah sakit.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit yang
diderita pasien sekarang.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir sebagai
penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.
6) Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.
4.1.2 Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, dan RR.
2) Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor atau
koma. Bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnesa, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
3) ROS (Review of System)
a. B1 (Breath)
Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
Fremitus fokal
Perkusi dada : hipersonor
Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru.
b. B2 (Blood)
Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
Suara jantung III, IV, galop atau gagal jantung sekunder
Hipertensi atau hipotensi
CRT (Caimeppilary Revill Time) untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah
c. B3 (Brain)
Tentukan adanya keluhan pusing
Lamanya istirahat atau tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7 jam.
Ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.
Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada sebelah kanan,
frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri
menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri yang
dirasakan pasien
d. B4 (Bladder)
Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:
Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi, inkontinensia
Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar 500cc/hari dan
berwarna kuning bening
Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake cairan yang normal
setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter
e. B5 (Bowel)
Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
Keadaan mukosa: lembab, kering, stomatitis
Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
Peristaltic usus tiap menitnya
Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
f. B6 (Bone)
Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)
Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur
Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
Keadaan turgor kulit
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan
WSD (Water Seal Drainage) serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga
thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam
keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
1. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,
sebelum penderita jatuh dalam shoks.
1. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of
breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.
1. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” tetap baik.
2.2 TUJUAN
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
2.3 INDIKASI PEMASANGAN WSD
a. Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Hemopneumothorak
d. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
e. Efusi pleura : Post operasi jantung
f. Emfiema :
- Penyakit paru serius
- Kondisi indflamsi
g. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
h. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
2.5 KOMPLIKASI
a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tube
tersumbat
2.6 MACAM-MACAM
· Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks
· Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol.
Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai penampung dan botol penampung
· Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang
menyebabkan kolaps paru
Note:
- Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena menyebabkan paru kolaps.
- Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk mengeluarkan cairan atau udara.
- Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya kinking, clotting atau perubahan posisi
chest tube.
· Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
· Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
· Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
· Inspirasi akan meningkat
· Ekpirasi menurun
BAB 3
PROSEDUR PEMASANGAN WSD
1. Persiapan alat
1. Sistem drainage tertutup
2. Motor suction
3. Slang penghubung steril
4. Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic,
benang catgut dan jarumnya, duk bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor,
set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker.
3.3.2 Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi
dukungan moril pada pasien.
1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris anterior dan media
2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis
4. Pada saat inspirasi:
1. Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
2. Paru- paru mengembang
Note:
Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan tertarik ke atas, namun tidak sampai masuk kembali
ke rongga pleura karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara.
Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
1. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk
memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru
2. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps
3. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada
4. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan
10. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan
10. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
11. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang
12. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
13. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan
14. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif
15. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
16. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
17. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan
WSD
3.3 PERAWATAN WSD
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus
dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll
WSD (Water Seal Drainage)
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
1. Keluhan Utama
1. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien
2. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada,
nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas
serta batuk non produktif, sedangkan pada pneumothorak
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah sakit.
Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien sekarang.
1. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir sebagai penyebab penyakit pasien sekarang.
Contohnya: Ca paru, TBC, dll.
1. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana respon pasien terhadap tindakan
pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.
B1 (Breath)
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Darah lengkap dan kimia darah
3. Bakteriologis
4. Analisis cairan pleura
5. Pemeriksaan radiologis
6. Biopsi
4.1.5 Intervensi
1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan
pengembangan dada, sianosis.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan pola napas normal/efektif
b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya peninggian kepala Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi
tempat tidur (head up) paru dan ventilasi pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dada dipasang :
Mempertahankan tekanan negative intrapleural sesuai yang
1. Periksa pengontrol penghisap, batas cairan diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum dan/
atau drainase cairan
Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang
angin dari pneumothorak. Naik turunnya gelembung udara
menunjukkan ekspansi paru
1. Observasi gelembung udara botol penampung Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat system
Fluktuasi (pasang surut) menunjukkan perbedaan tekanan
inspirasi dan eksprirasi
Berguna dalam menevaluasi perbaikan kondisi/terjadinya
c. Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila komplikasi atau perdarahan yang memerlukan upaya
1. Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti menahan rasa sakit, pasien merasa tidak
nyaman
Tujuan : kenyamanan pasien terpenuhi
Kriteria hasil: - nyeri berkurang bahkan hilang
- RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-100x/menit
Intervensi :
Intervensi Rasional
- Berikan tehnik relaksasi distraksi Mengalihkan perhatian apsien terhadap rasa nyerinya
sehingga nyeri pasien berkurang
- Jika nyeri tidak berkurang,kolaborasikan dengan dokter Mengurangi tingakt nyeri yang dirasakan pasien
untuk pemberian obat analgesik
Observasi skala nyeri setelah intervensi yang telah Sebagai evaluasi terhadap interensi yang telah dilakukan
dilakukan dan untuk merencanakan intervensi selanjutnya
Kemungkina dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu tubuh meningkat, nyeri pada daerah yang
terpasang WSD
Tujuan : tidak terjadi infekasi pada pasien
Kriteria hasil : - tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD
- Tidak timbul rasa nyeri
- Suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Intervensi :
Intervensi Rasional
Rawat daerah yang terpasang WSD secara teratur Untuk menjaga kebersihan daerah yang terpasang WSD
sehingga dapat meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
Ajarkan kepada keluarga untuk merawat daerah WSD dan Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
instruksikan untuk merawatnya secara teratur
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap pasien yang
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu dapat emmicu terjadinya infeksi
masuk dan meninggalkan ruang pasien
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi
dan kapan harus melaporkan ke pusat kesehatan Mendeteksi adanya infeksi sedini mungkin sehingga dapa
segera dilakukan tindakan agar infeksi tidak semakin parah
Kolaborasikan untuk member antibiotik jika diperlukan Mengendalikan factor pemicu infeksi
Batasi jumlah pengunjung jika diperlukan Meminimalkan pemicu infeksi
1. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
Kemungkinan dibuktikan dengan : pasien sering bertanya, ketidakakuratan mengikuti instruksi, pasien tampak gelisah.
Tujuan : pengetahuan pasien dapat terpenuhi
Kriteria hasil: - pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ proses penyakit dan rencana pengobatan
- Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
Intervensi Rasional
Berikan peran aktif pasien/ orang terdekat dalam proses Belajar ditingkatkan bila individu secara aktif berperan
belajar, misalnya: diskusi, partisipasi kelompok
Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai indikasi. Membantu pasien dan orang terdekat membuat pilihan
Masukkan daftar artikel dan buku yang berhubungan berdasarkan informasi tentang masa depan.
dengan kebutuhan pasien/ keluarga dan dorong membaca
dan memdiskusikan apa yang mereka pelajari
Informasikan kepada pasien tentang efek-efek pemasangan Mengurangi ras cemas pasien akibat terpasangnya alat di
WSD tubuhnya
Tinjau ulang pengetahuan pasien akan penyakit dan proses Mengetahui keefektifan intervensi yang telah dilakukan
pengobatannya
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga
thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam
keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Tujuan pemasangan WSD antara lain :
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Askep Pemasangan WSD.www.scribd.com, Diakses 20 Desember 2010 Jam 08.00 WIB
Anonymous. 2008. www.asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com , Diakses 20 Desember 2010 Jam 21.27 WIB
Anonymous. 2008. www.contoh-askep.blogspot.com , Diakses pada 20 Desember 2010 Jam 21.16 WIB
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hudak & Gallo, 1996, Keperwatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Smeltzer, S.C. & Bare. B.G., 2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing 8thEdition Volume I, Jakarta: ECG.
iagnosa,Nanda,Nic,Noc
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akutberhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC Label: Pain Management
denganagen cedera fisik ….x 24 jam diharapkan nyeri terkontrol, 1. Kaji nyeri secara komprehe
(terpasang peningkatan kenyamanan dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kual
WSD)ditandai NOC Label: Pain Control presipitasi).
dengan pasien Klien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri
melaporkan nyeri secara 2-3 2. Observasi reaksi nonverbal
verbal, skala nyeri 5 (1- Ekspresi wajah tenang & dapat istirahat, tidur. nyamanan.
10) 3.
V/S dbn (TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, Gunakan teknik komunikasi ter
RR: 16-20x/mnt). mengetahui pengalaman nyeri klien
4. Berikan lingkungan yang tenang
5. Ajarkan teknik non farmakolog
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analg
mengurangi nyeri.
7. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/k
8. Monitor penerimaan klien tentan
nyeri.
4. Intoleransi aktivitas b.d. Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama NIC Label: Activity Therapy
penurunan produksi ..x24 jam, pasien bertoleransi terhadap aktivitas Energy Management
energi dengan kriteria hasil: 1. Observasi adanya pembatasan
metabolik,ditandaidenga NOC Label: Self Care : ADLs melakukan aktivitas
n keletihan, sesak nafas, NOC Label: Toleransi aktivitas 2. Kaji adanya faktor yang menyebabk
ADL dibantu keluarga Fatigue Level 3. Monitor respon kardiovaskuler terha
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa4. Monitor pola tidur dan lamanya
disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan pasien
RR 5. Bantu pasien untuk mengembangka
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari dan penguatan
(ADLs) secara mandiri 6. Monitor respon fisik, emosi, sosial d
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat 7. Anjurkan klien dan keluarga unt
4. Tidak nampak kelelahan tanda dan gejala kelelahan saat aktiv
5. Tidak nampak lesu 8. Anjurkan klien untuk membatasi
6. Tidak ada penurunan nafsu makan cukup berat seperti berjalan
7. Tidak ada sakit kepala mengangkat beban berat, dll.
8. Kualitas tidur dan istirahat dbn 9. Batasi stimuli lingkungan untuk rela