Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

‘ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS : SISTEM ENDOKRIN :

KEGAWATAN DIABETIK’

DOSEN PENGAMPU : JAKA. P, M. Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

DEWI RIANTI SNR 19214014


ANGGI LITASARI SNR 19214015
FRENKY SNR 19214018
SANDRO SIMANJUNTAK SNR 19214022
DEVI ADRYANA SNR 19214032
ARINI CHASANATI SNR 19214033
FEBIANTY DWI KOZANTI SNR 19214034
LAILA ISTIQOMAH SNR 19214035

PROGRAM STUDI NERS REGULER B KHUSUS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH


PONTIANAK

2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun selama
menempuh pendidikan dan dalam menyusun makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Kritis : Sistem Endokrin : Kegawatan Diabetik.

Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu prasyarat dari
mata kuliah Keperawatan Kritis Program Studi Ners Reguler Khusus
Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) Muhammadiyah
Pontianak.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa/i keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di masyarakat.

Pontianak, 10 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................1
1. Tujuan Umum.....................................................................1
2. Tujuan Khusus....................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
A. Konsep Medik...........................................................................................3
B. Kegawatan Diabetik..................................................................................3
C. Asuhan Keperawatan Kegawatan Diabetik.............................................18
BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP..............................................................................................................23
A. Kesimpulan..............................................................................................23
B. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, atau kedua-duanya (Ernawati, 2012). Terdapat komplikasi akut
yang dapat muncul pada penderita diabetes mellitus salah satunya adalah
hipoglikemi dimana keadaan tubuh dengan kadar glukosa darah sewaktu
dibawah 60 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan tubuh .

Berdasarkan data WHO tahun 2011 jumlah penderita diabetes mellitus


di dunia mencapai 200 juta jiwa. Indonesia menempati urutan ke-empat
terbesar dalam jumlah penderitadiabetes mellitus di dunia, pada tahun 2011
terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.

Tujuan jangka pendek dari manajemen diabetes adalah untuk


menyeimbangkan asupan makanan dengan pengeluaran energi dan
memastikan jumlah insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal. Jika tujuan ini tidak tercapai maka akan terjadi krisis
diabetes. Dimana akan menyebabkan : Kegawatan Hipoglikemia dan
Kegawatan Hipoglikemia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulis yang telah dikemukakan
sebelumnya maka penulis menetapkan sebuah rumusan masalah sebagai
berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan Kritis : Sistem Endokrin :
Kegawatan Diabetik?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Penulisan ini memiliki tujuan umum yaitu mengetahui Asuhan
Keperawatan Kritis : Sistem Endokrin : Kegawatan Diabetik.

1
2

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Kegawatan Diabetik
b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Kegawatan Diabetik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medik
Sistem endokrin merupakan sistem yang mengatur metabolisme,
fungsi jaringan, pertumbuhan, perkembangan , suasana hati dan emosi. Selain
itu, sistem endokrin juga bekerja untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi stress fisiologi. Kelenjar endokrin terdiri dari :

1. Kelenjar hypothalamus
2. Kelenjar Hypofise
3. Kelenjar tyroid
4. Kelenjar Paratyroid
5. Kelenjar Tymus
6. Kelenjar pancreas
7. Kelenjar suprarenal
8. Kelenjar gonad
9. Kelenjar pineal

Apabila terjadi gangguan dalam produksi , suplai, maupun penggunaan


hormon atau elektrolit dapat mengakibatkan keadaan darurat medis yang
membutuhkan penilaian yang cepat, diagnosis, koreksi dan identifikasi
penyebab pemicu. Berikut adalah pembahasan mengenai kegawatdaruratan
yang umumnya terjadi jika ada masalah dalam sistem endokrin

B. Kegawatan Diabetik
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan
hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakadekuatan penggunanan
insulin . Ada dua jenis diabetes mellitus yaitu:

 Tipe 1, disebut diabetes insulin-dependent atau juvenile-onset diabetes


disebabkan karena defisiensi insulin absolut. Diabetes Mellitus tipe ini

3
4

mulai dengan tiba-tiba dan sebelum usia 30 tahun. Ini diyakini berkaitan
dengan virus lain, respon auto imun dimana tubuh mengalami kerusakan
sel beta pancreas atau respon antigen-antibody histokompatibilitas HLA
 Tipe 2, disebut diabetes non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes
ditandai dengan resistensi insulin, peningkatan pelepasan glukosa hati,
rusaknya penyimpanan glukosa dan defisiensi insulin. Tipe 2 ini
merupakan jenis diabetes yang umum ditemukan dan bersifat progresif
yang pada akhirnya akan memerlukan insulin. Terjadi paling sering pada
orang dewasa khususnya pada individu yang kegemukan.

Tujuan jangka pendek dari manajemen diabetes adalah untuk


menyeimbangkan asupan makanan dengan pengeluaran energi dan
memastikan jumlah insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar
glukosa darah mendekati normal. Jika tujuan ini tidak tercapai maka akan
terjadi krisis diabetes. Dimana akan menyebabkan :

1. Kegawatdaruratan Hipoglikemia
a. Pengertian
Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah yang kurang dari 60-70
mg/dl. Hipoglikemia berat didefinisikan sebagai kadar glukosa
darah kurang dari 40 mg/dl. Hipoglikemia merupakan komplikasi
akut yang paling sering terjadi pada diabetes.
b. Etiologi
Tanda dan gejala dapat dilihat pada kadar glukosa darah 60-80
mg/dl. Faktor resiko yang menyebabkan pasien mengalami
hipoglikemia yaitu jika mengonsumsi:
a) Sulfonylurea ( generasi pertama : tolbutamide, generasi
kedua : glipizide, glyburide, generasi ketiga : glimepiride )
b) Meglitinides termasuk repaglinide dan nateglinide
c) Rejimen terapi insulin intensif karena diabetes tipe 1
d) Obat long –action hipoglikemia oral, seperti klorpropamide
karena diabetes tipe 2
5

e) Asupan makanan yang tidak mencukupi termasuk asupan


kalori yang tidak memadai atau melewati waktu makan
f) Terlalu banyak insulin termasuk overdosis insulin baik
disengaja ataupun tidak.
g) Peningkatan latihan atau aktivitas
h) Konsumsi alkohol
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari hipoglikemia ini dibagi menjadi :
1. Ringan
Hipoglikemia ringan, gejala adrenergic merupakan temuan
yang dominan yaitu:
a) Gemetar
b) Berkeringat
c) Takikardi
d) Kelaparan
e) Pucat
f) Kesemutan
g) Palpitasi
h) Gelisah

Namun demikian , gejala-gejala ini tidak terlihat pada


pasien :

a) Dengan diabetes lama


b) Seseorang yang memiliki episode hipoglikemia
berat saat ini.
c) Seseorang yang mengkonsumsi obat beta-blocker
d) Seseorang yang alkholik
2. Sedang
Hipoglikemia sedang ditandai dengan gejala
neuroglycopenia sebagai akibat kurangnya glukosa ke otak
ditandai dengan:
6

a) Perubahan perilaku, mudah marah


b) Kebingungan
c) Sakit kepala
d) Mengantuk
e) Berbicara cadel
f) Kelemahan, gaya berjalan sempoyongan
g) Penglihatan kabur
3. Berat
Hipoglikemia berat merupakan keadaan darurat medis
yang harus segera ditangani karena jika tidak maka akan
menyebabkan kejang , koma , atau kerusakan saraf
permanen.
d. Penanganan
Jika tidak yakin pasien mengalami hipoglikemia atau
hiperglikemia dan kadar glukosa tidak diketahui maka tangani
seolah pasien mengalami hipoglikemia karena memberikan sedikit
glukosa tidak akan membahayakan pasien yang hiperglikemia
namun kurangnya glukosa akan membahayakan jika pasien
hipoglikemia.
Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut karena kondisi hipoglikemia
yang sering dapat menyebabkan terjadinya kerusakan neurologis
permanen. Adapun penanganan untuk pasien hipoglikemia adalah
sebagai berikut:
1. Penanganan hipoglikemia pada pasien sadar.
a) Ukur kadar serum glukosa darah, tes dengar
fingerstick sudah cukup untuk penatalaksanaan
b) Lakukan analisis laboratorium serum glukosa
namun jangan menunda pengobatan ketika harus
menunggu hasil
7

c) Berikan 15 -20 gram rapid acting oral glukosa.


Berikut ini pilihan sumber glukosa yang berisi 15
gram karbohidrat:
i. 1 cangkir susu
ii. 1 tabung kecil gel glukosa
iii. 10 biji jelly
iv. 3 tablet glukosa
v. 8 gula batu kecil atau 4 sdt gula
vi. ½ cangkir soda biasa (hindari pemberian
pada pasien ginjal)
vii. ½ cangkir jus jeruk (hindari pemberian pada
pasien ginjal)
viii. ½ cangkir jus apel
ix. 3 sdt madu atau sirup
x. 8 permen
d) Jika serum glukosa tidak membaik dalam waktu 15
menit , berikan karbohidrat dosis kedua secara oral
e) Setelah serum glukosa mengalami peningkatan ,
lanjutkan dengan pemberian karbohidrat kompleks
secara oral (biasanya kurang dari 2 jam).
2. Penanganan hipoglikemia pada pasien setengah sadar dan
tidak sadar
 Memeriksa kadar glukosa darah
 Berikan 50% dextrose, 25 sampai 50 ml intravena
untuk pasien dewasa. Pada anak-anak berikan 25 %
dextrose dan berikan 10-12,5 % dekstrose untuk
bayi dan neonatus
 Pertimbangkan pemberian infus dextrose 5 % atau
dextrose 10 % secara kontinyu untuk
mempertahankan serum glukosa dalam batas
normal.
8

 Lakukan pencegahan kejang


3. Ketika akses intravena tidak tersedia.
 Berikan glukogan 1 mg intramuskuler ( 0,5 mg pada
anak-anak usia 3 -5 tahun, 0,25 mg pada anak-anak
kurang dari 3 tahun)
 Glukagon harus diresepkan untuk semua orang yang
memiliki resiko hipoglikemia berat.
 Jika tidak ada perbaikan dalam 20 menit, ulangi
dosis glucagon yang sama
 Setelah pasien bisa menelan, berikan 20 gr
karbohidrat melalui mulut untuk menambah
kembali penyimpanan glikogen untuk mencegah
terulangnya hipoglikemia.
e. WOC Hipoglikemia

Obat-obatan Intake kurang Latihan/aktifitas

Glikogenelisis

Deficit glikogen pada hepar

Gula darah menurun <60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan keotak

Respon SSP

Tidak bisa mensintesis glukosa

Resiko ketidakstabilan kadar


glukosa darah
9

ALGORITMA HIPOGLIKEMIA
10
11
12

2. Kegawatdaruratan Hiperglikemia
1) Diabetes ketoasidosis (DKA)
a. Pengertian
DKA merupakan penyebab kegawatdaruratan hiperglikemia
yang sering terjadi. DKA ini terjadi sebagai akibat dari kurang
adekuatnya kadar insulin . DKA merupakan komplikasi akut
dari diabetes khususnya diabetes tipe 1.
b. Etiologi
DKA ini terjadi sebagai akibat dari kurang adekuatnya kadar
insulin dan ditandai oleh : Dehidrasi yang berat, kehilangan
elektrolit, ketonuria dan asidosis. Ketika insulin tdk tersedia
untuk mengangkut glukosa ke dalam sel, hati memetabolisme
asam lemak menjadi keton. Akumulasi dari keton menghasilkan
asidosis metabolic. Penyebab dari DKA ini :
a) Dosis insulin tidak sesuai atau terdapat kesalahan dalam
pemberian insulin
b) Penyakit atau infeksi pada pasien yang diketahui
diabetes
c) Alcohol atau penyalahgunaan narkoba
d) Infark miokard
e) Pankreatitis dan kelainan abdomen.
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari hiperglikemia yaitu :
a) Takikardia , hipotensi
b) Kulit kering , turgor kulit buruk dan membrane mukosa
kering
c) Kelelahan
d) Perubahan status mental akut dari rasa kantuk menjadi koma
e) Napas berbau aseton
f) Pernapasan kusmaul (cepat, dalam)
g) Nyeri perut tanpa kekakuan dan bising usus berkurang.
13

d. Prosedur diagnostik
Prosedur diagnostik yang dilakukan untuk penanganan
hiperglikemia yaitu :
a) Mengukur kadar serum glukosa
b) Uji glukosa dan keton dalam urine
c) Melakukan pemeriksaan urinalisis
d) Melakukan pemeriksaan darah lengkap ; elektrolit, BUN
(Blood Urea Nitrogen), kreatinin, fosfat dan amylase
e) Melakukan pemeriksaan analisa gas darah arteri
f) Melakukan pemeriksaan rontgen dada, EKG dan kultur
darah sesuai indikasi
e. Penanganan
Intervensi terapeutik yang diberikan yaitu:
1) Penggantian cairan
a) Mulailah penggantian cairan sebelum memulai terapi
insulin. Tingkat yang pasti tergantung kondisi dan
respon pasien. Biasanya kehilangan cairan yang sangat
banyak ini terjadi pada DKA
b) Berikan normal salin 1-2 liter/ jam selama 1 sampai 2
jam pertama, kemudian 100-500 / jam untuk orang
dewasa. Untuk pasien anak gantikan dengan 20 ml /kg
BB pada satu jam pertama. Penggantian cairan yang
cepat diindikasikan dalam kondisi syok hipovolemik.
c) Ubah cairan intra vena menjad salin 0.45 % jika
hipovolemia telah teratasi dan tingkat serum natrium
masih tinggi atau normal.
2) Mengatasi ketonemia , hiperglikemia dan pemberian insulin
a) Berikan insulin secara intravena karena insulin yang
disuntikkan penyerapannya tidak teratur dalam
keadaan hipovolemia
14

b) Berikan dalam bolus intra vena 0,1 unit insulin regular


per kilogram berat badan dan kemudian mulai berikan
insulin secara kontinu 0,1 unit / kg /jam.
c) Periksa serum glukosa setiap jam. Penurunan serum
glukosa yang terlalu cepat akan meningkatkan resiko
edema serebral. Protokol pemberian insulin telah
banyak diterapkan di rumah sakit. Ketika kadar serum
glukosa turun menjadi 250 mg/dl, pertimbangkan
untuk mengubah larutan intravena menjadi larutan
dextrose dan turunkan insulin sesuai anjuran dokter
untuk mempertahankan kadar serum glukosa 150-200
mg/dl. Tergantung pada jenis insulin, terapi insulin
subkutan harus dimulai 1-4 jam sebelum penghentian
infus insulin intravena untuk menghindari terulangnya
hiperglikemia dan ketogenesis.
Ketogenesis dianggap teratasi apabila :
I. Serum glukosa kurang dari 200 mg/dl
II. Gap anion 12 mEq/ L atau kurang
III. pH vena lebih dari 7,3/ L atau
IV. kadar serum bikarbonat 18 mEq atau lebih.
3) Penggantian elektrolit
a) Pada saat pasien datang periksa kadar serum elektrolit
dan ulangi tiap 2- 4 jam kemudian. Karena pada
banyak kasus biasanya kadar serium kalium awalnya
meningkat. Namun, terapi insulin, resusitasi cairan dan
koreksi asidosis dapat mengurangi kadar kalium
ekstraseluler.
b) Setelah serum kalium < 5 mEq/L, penggantian kalium
intravena dimulai untuk menjaga kadar kalium darah
antara 4-5 mEq/L. Jika kadar kalium awal < 3,3 mEq/
15

L tunda terapi insulin dan mulai penggantian kalium


segera.

c) Mulailah penggantian kalium hanya setelah ditetapkan


bahwa pasien memiliki urine yang cukup dan tidak
menderita gagal.
d) Lakukan penggantian fosfat jika diperlukan
e) Natrium bikarbonat dapat diberikan secara intravena
jika pH arteri sama dengan atau kurang dari 7.
3. Sindrom atau status Hiperosmolar Hiperglikemia
a. Pengertian
Hiperosmolar hiperglikemia syndrome (HHS) atau
sebelumnya dikenal dengan koma hiperosmolar hiperglikemia
merupakan penyebab dari kegawatdaruratan hiperglikemia dan
menyebabkan 10 % hingga 60 % mortalitas tergantung pada
tingkat keparahan penyakit pencetus.
b. Etiologi
HHS sering dikaitkan dengan diabetes tipe 2 meskipun
setengah dari pasien dengan HHS tidak memiliki diabetes.
Banyak kasus HSS dipicu oleh kondisi medis atau pembedahan
seperti infeksi, infark miokard akut atau stroke .
c. Manifestasi klinis
Temuan klinis yaitu dehidrasi hiperglikemia ekstrim
ketidakseimbangan elektrolit, hiperosmolaritas dan perubahan
status mental
a) Kelemahan
b) Polyuria , polidipsi
c) Penurunan volume yang signifikan dengan mukosa kering ,
kulit kering , hipotensi ortostatik dan takikardi pada kasus
yang berat.
d) Anoreksia mual dan muntah
16

e) Perubahan status mental akut, lesu atau koma.


f) Kejang
d. Prosedur diagnostic
Perbedaan utama antara HHS dan DKA adalah
ditunjukkan dengan peningkatan glukosa serum yang sangat
tinggi dan tidak adanya ketoasidosis. HHS didefinisikan melalui
hasil laboratorium berikut
a) Hiperglikemia lebih dari 600 mg/ dl
b) Peningkatan osmolalitas plasma lebih dari 315 mOsm/kg
c) Serum bikarbonat lebih dari 15 mEq/ l
d) pH arteri dalam batas normal
e) Keton serum negativeGlukosa positif dalam urine namun tidak
ada keton.
e. Intervensi Terapeutik
Pengobatan mirip dengan DKA meskipun insulin kurang
dibutuhkan
1. Penggantian Cairan
Hidrasi dengan intra vena salin normal merupakan terapi
dasar untuk HSS. Adapun prosedur penggantian cairan yaitu :
a) Rata-rata kekurangan cairan yaitu 9-12 L. Mulai
resusitasi cairan dengan 1 L normal salin selama satu jam
pertama untuk mengembalikan tekanan darah dan urine
b) Pasang kateter urine untuk memonitor masukan dan
keluaran . Gabungkan kehilangan urine kedalam
perhitungan penggantian cairan
2. Pengurangan Serum Glukosa
a) Berikan insulin : tujuan terapi insulin pada pasien dengan
HHS adalah untuk mengurangi kadar serum glukosa
sekitar 50-70 mg/dl per jam
b) Ketika glukosa darah turun menjadi 300 mg/ dl, ubah
menjadi larutan intravena yang mengandung dextrose.
17

c) Monitor kadar serum glukosa setiap jam.


3. Penggantian Elektrolit
a) Periksa kimia darah setiap 2-4 jam sampai pasien stabil
b) Ganti kalium 20-30 mEq/ L dalam cairan intravena jika
keluaran urine mencukupi. Jika kalium , 3,3 mEq/ L,
tunda terapi insulin sampai hypokalemia telah diperbaiki

PERBANDINGAN PASIEN DIABETIK KETOASIDOSIS DAN SINDROM


HIPERGLIKEMIK HIPEROSMOLAR

KONDISI DIABETIK SINDROM


KETOASIDOSIS HIPERGLIKEMIK
HIPEROSMOLAR
Usia pasien Biasanya < 40 tahun Biasanya > 60 tahun
Durasi gejala Biasanya < 2 hari Biasanya > 5 hari
Kadar glukosa Biasanya < 600 mg/dl Biasanya > 600 mg / dl
Kadar Natrium Kemungkinan rendah atau Kemungkinan akan normal
normal atau tinggi
Kadar Kalium Tinggi, normal, atau Tinggi, normal, atau rendah
rendah
Kadar Rendah Normal
Bikarbonat
Keton Paling sedikit 4 + dlm 1:1 <2 + dlm 1:1 pengeceran
pengengenceran
pH Rendah, biasanya < 7.3 Normal
Osmolalitas Biasanya < 350 mOsm/kg Biasanya > 350 mOsm/kg
serum
Edema serebral Sering subklinis, sesekali Penurunan glukosa cepat
prognosis klinis meningkatkan resiko
Prognosis 3% - 10 % angka 20% - 60% kematian
kematian
Subsequent Biasannya dibutuhkan Terapi insulin seringkali
course terapi insulin yang tidak diperlukan
berlangsung
Diabetes Paling sering terlihat pada Paling sering terlihat pada
mellitus tipe 1 tipe 2
18

C. Asuhan Keperawatan Kegawatan Diabetik


1. Pengkajian Keperawatan
Primary Survei
a. Danger
Periksa situasi dan kondisi bahaya , pastikan lingkungan aman bagi
pasien dan perawat sebelum melakukan pertolongan
b. Respon
Kaji respon pasien apakah pasien berespon ketika di tanya. Untuk
menentukan kesadaran pasien gunakan skala (Alert,
Verbal,Pain,Unresponsive)
c. Airway
Kaji apakah airway paten atau tidak ada sumbatan
d. Breathing
Cek pernapasan dan cek apakah ventilasinya adekuat
e. Circulation
Kaji nadi pasien apakah nadi positif, tentukan apakah denyut nadi
adekuat. Cek capillary refill dan berikan IV akses
f. Disability
Kaji GCS, laterasi pupil/reflex pupil : Isokor, reflex cahaya, dilatasi.

Secondary Survei

Menurut Queensland Ambulance Service 2016, secondary survey


dilakukan sebagai berikut:

a. History, dilakukan poit penting berikut


a) S : Sign/ symptom (tanda dan gejala)
b) A: Allergic
c) M: Medication
d) P: Past medical history (Riwayat penyakit)
e) L: Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir kali
sebelum sakit)
19

f) E: Events prior to the illness or injury (Kejadian sebelum injury


atau sakit)
b. Ukur tanda- tanda vital: Tekanan darah, pernapasan, nadi dan suhu
tubuh. Pertimbangkan Saturasi oksigen, GCS, ECG 12 leads dan Kadar
glukosa darah
c. Pemeriksaan visik yang lengkap head to toe
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

1. Hipoglikemia

No Diagnosa Noc Nic


keperawatan

1. Resiko Setelah dilakukan Manajemen


ketidakstabilan tindakan keperawatan hipoglikemia
kadar glukosa darah selama 3x24 jam, 1. Kaji tanda & gejala
dengan faktor diharapkan : Resiko hipoglikemia
resiko : asupan diet ketidakstabilan kadar 2. Kaji ulang kejadian
tidak cukup, gukosa darah tidak sebelum terjadinya
manajemen terjadi dengan hipoglikemia unk
medikasi tidak kriteria hasil : mengetahui
efektif, pemantauan 1. Tidak gemetar penyebab
glukosa darah tidak 2. Tidak berkeringat hipoglikemia
adekuat 3. Tidak terjadi 3. Monitor kadar
palpitasi jantung Glukosa darah
4. Tidak terjadi sesuai dengan
kelemahan, pusing indikasi
4. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
5. Berikan sumber
karbohidrat
sederhana sesuai
indikasi
6. Berikan sumber
karbohidrat
kompleks sesuai
indikasi
7. Berikan glukagon
sesuai indikasi
8. Pertahankan akses
intravena
9. Berikan glukosa
20

secara intravena
10. Instruksikan pasien
dan keluarga
mengenai tanda &
gejala , faktor
resiko, dan
penanganan
hipoglikemia

2. Hiperglikemia ( DKA dan HHS)

No Diagnosa Noc Nic

1. Kekurangan Setelah dilakukan Manajemen


volume cairan tindakan keperawatan elektrolit/cairan
b/d kehilangan selama 3x24 jam, 1. Pantau kadar serum
cairan aktif diharapkan : glukosa dan elektrolit
(dehidrasi) Kekurangan volume yang abnormal
cairan teratasi dengan 2. Monitor
kriteria hasil : ketidakseimbangan
1. TTV dalam batas elektrolit
normal 3. Monitor tanda-tanda
vital
TD: 120/80 mmhg 4. Pertahankan kepatenan
N: 60 - 100 X/mnt akses intravena
RR : 20 x / mnt 5. Pantau adanya tanda
T : 36,5 – 37,2° C dan gejala overhidrasi
2. Intake cairan dan yang memburuk atau
out put urine dalam dehidrasi. Pasang
batas normal kateter
3. Tidak terjadi 6. Lakukan pemeriksaan
hipotensi dan darah lengkap ,
takikardi elektrolit< blood urea
4. Turgor kulit elastis nitrogen (BUN),
dan membran kreatinin< fosfat dan
mukosa lembab amilase
7. Pertahankan asupan
dan haluaran yang
akurat
8. Pertahankan pemberian
cairan intravena berisi
elektolit
9. Berikan cairan sesuai
21

resep
10.Monitor respon pasien
terhadap terapi
elektrolit yang
diresepkan
11. Konsultasi dengan
dokter jika tanda dan
gejala
ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
menetap atau
memburuk.

2. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen asam


pertukaran gas tindakan keperawatan basa: asidosis
b/d peningkatan selama 3x24 jam, metabolic
keasaman (pH diharapkan : 1. Kaji pola nafas
menurun ) Keseimbangan 2. Pertahankan
manajemen elektrolit kepatenan jalan nafas
dan asam basa dapat 3. Berikan posisi fowler
dipertahankan. atau semifowler
Dengan kriteria hasil : 4. Monitor penyebab
1. Frekuensi dan kurangnya HCO3
irama pernafasan 5. Monitor
dalam batas normal ketidakseimbangan
2. Nilai serum elektrolit yang
bikarbonat, pH, berhubungan dengan
glukosa darah, asidosis metabolic
BUN mendekati (mis:hiponatrium,
nilai normal hiperkalium atau
3. Tidak terjadi hipokalium)
gangguan 6. Monitor tanda dan
kesadaran gejala rendahnya
HCO3 . Mis :
pernapasan kusmaul
7. Berikan HCO3 oral
dan parenteral sesuai
instruksi dokter
8. Berikan insulin sesuai
resep, hidrasi cairan
9. Kolaborasi pemberian
oksigen dan
pemeriksaan AGD.
22

3. Implementasi Keperawatan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
4. Evaluasi Keperawatan
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yg
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak
dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan
hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakadekuatan
penggunanan insulin . Ada dua jenis diabetes mellitus yaitu: Diabetes
Mellitus tipe 1 dan Diabetes Mellitus tipe 2.

Tujuan jangka pendek dari manajemen diabetes adalah untuk


menyeimbangkan asupan makanan dengan pengeluaran energi dan
memastikan jumlah insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar
glukosa darah mendekati normal. Jika tujuan ini tidak tercapai maka akan
terjadi krisis diabetes. Dimana akan menyebabkan : Kegawatan
Hipoglikemia dan Kegawatan Hiperglikemia.

B. Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai
berikut : selalu berhati – hatilah dalam menjaga pola  hidup. Sering
berolah raga dan istirahat yang cukup serta menjaga pola makan, jangan
terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu manis,
karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi sehingga dapat
tejadi diabetes mellitus, diabetes mellitus yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kegawatan diabetik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Algoritma Tatalaksana Ketoasidosis Diabetik. Diperoleh dari www.slideshare.net


(10 Juni 2020)
Algoritma Hipoglikemia . Diperoleh dari https:// www.scribd.com.> mobile> doc
(10 Juni 2020).
Asuhan Keperawatan Krisis Tiroid. Diperoleh dari www.academia.edu (10 Juni
2020)
Bulechek, Gloria M dkk, 2013. Nursing Interventions Classification Edisi Bahasa
Indonesia. Elsevier
Herdman, T Heather,2017. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Krisanty, Paula dkk, 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : CV
Trans Info Media
Kurniati, Amelia dkk, 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy
Edisi Indonesia 1. Elsevier : Singapore
Moorhead ,Sue dkk, 2013. Nursing Outcome Classification Edisi Bahasa
Indonesia. Elsevier
Smeltzer, Suzanne C, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC

24

Anda mungkin juga menyukai