Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

INFO TERBARU PENAPISAN (SCREENING) PLASMA KONVALESEN DAN


EFEKTIFITAS PLASMA KONVALESEN PADA PASIEN COVID-19

Oleh:

Faizah Nur Narendra G991906013

Muhammad Thoriqur Rohman G991908014

Ratna Kartika Kinasih G991908017

Periode 19 Juli 2021 – 1 Agustus 2021

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


STASE INTERGRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PMI SURAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Referensi Artikel stase PMI dengan judul:

INFO TERBARU PENAPISAN (SCREENING) PLASMA KONVALESEN DAN


EFEKTIFITAS PLASMA KONVALESEN PADA PASIEN COVID-19

Oleh:

Faizah Nur Narendra G991906013

Muhammad Thoriqur Rohman G991908014

Ratna Kartika Kinasih G991908017

Telah disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal :

Sabtu, 31 Juli 2021

dr. Rheza
Info Terbaru Penapisan (Screening) Plasma Konvalesen dan Efektifitas Plasma Konvalesen
pada Pasien COVID-19

Faizah Nur Narendra, Ratna Kartika Kinasih, Muhammad Thoriqur Rohman

Pendahuluan

Plasma konvalesen merupakan salah satu metode imunisasi pasif dengan prinsip
memberikan plasma yang telah mengandung antibodi (neutralizing antibody) kepada
pasien yang sedang mengalami infeksi. Plasma yang diberikan pada umumnya
merupakan plasma dengan tingkat titer antibodi yang tinggi. Pemberian ini diharapkan
akan membantu sistem imun tubuh pasien resipien untuk dapat melawan infeksi yang
berlangsung.

Pemberian plasma konvalesen telah banyak dilakukan dalam sejarah kesehatan.


Pemberian plasma konvalesen telah dilakukan untuk penanganan pasien Spanish Flu,
Ebola, SARS, dan MERS. Berkaitan dengan situasi saat ini yaitu COVID-19 yang
menjadi permasalah kesehatan global, plasma konvalesen juga turut diharapkan dapat
menjadi salah satu terapi bagi penderita COVID-19.

Sampai saat ini, di seluruh negara belum ada terapi yang terbukti efektif pada
pasien COVID-19 selain pengobatan dengan obat antivirus, kortikosteroid,
immunoglobulin dan ventilasi mekanis noninvasif ataupun invasif. Prinsip terapi
pasien COVID-19 di Indonesia yaitu suplementasi oksigen, terapi cairan, obat-obatan
vasopressor, antibiotik empiris, terapi simptomatik, dan dapat diberikan kortikosteroid
sistemik meskipun tidak rutin diberikan. Di Cina, menggunakan terapi plasma
konvalesen merupakan upaya terakhir apabila strategi trapeutik saat ini tidak
memuaskan.
Proses pemberian plasma konvalesen pada pasien COVID-19 masih berada dalam
tahap penggunaan darurat dan dalam penelitian terkontrol, sehingga perlu dianalisis lebih
lanjut tentang alur pemberian dan manfaat pemberiannya.

Saat ini, pemberian plasma konvalesen juga telah banyak diberikan pada kasus
infeksi COVID-19, dengan berbagai pengembangannya. Proses pemberian plasma
konvalesen pada pasien COVID-19 masih berada dalam tahap penggunaan darurat dan
dalam penelitian terkontrol, sehingga perlu dianalisis lebih lanjut tentang alur pemberian
dan manfaat pemberiannya.

Update Screening Plasma Konvalesen

Proses donor plasma konvalesen memerlukan proses yang cukup panjang hingga
dapat diberikan kepada pasien. Proses ini meliputi identifikasi untuk memastikan pasien
telah sembuh dari COVID-19, verifikasi produk darah yang digunakan, pengukuran
antibodi anti–SARS-CoV-2, dan fasilitasi proses donasi plasma. Pemahaman tentang
proses - proses ini dapat membantu mendorong gerakan donor dan memberikan informasi
yang jelas kepada para calon penerima plasma (Wang et al, 2020).

Proses screening (penapisan) secara umum memiliki konsep yang sama di


berbagai wilayah, dengan beberapa pengembangan khusus yang menyesuaikan kondisi
masing - masing daerah penyelenggara donor plasma konvalesen. Pada umumnya, proses
donor plasma konvalesen memiliki beberapa jalur utama, yaitu donor sukarela mandiri
(volunteer), donor sukarela yang diajukan oleh fasilitas kesehatan (referred), dan donor
untuk pasien spesifik. Masing - masing jalur donor memiliki model perekrutan yang
berbeda, walaupun akan menjalani proses yang sama secara umum. Kebanyakan donor
melalui jalur donor sukarela mandiri, dan donor untuk pasien spesifik (Wang et al, 2020;
Körper et al, 2021)

Kriteria calon donor plasma konvalesen pada umumnya sama dengan calon
pendonor darah, namun dengan beberapa tambahan kriteria tertentu. Kriteria ini memiliki
penyesuaian pada masing - masing fasilitas penyelenggara donor. Pada penentuan donor
di Indonesia, kriteria yang digunakan menyesuaikan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
91 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah. Kriteria tersebut meliputi
beberapa syarat berikut :
1. Calon pendonor pernah terinfeksi COVID-19 yang dibuktikan dengan
hasil RT-PCR atau bukti positif swab antigen dengan gejala.
2. Sudah sembuh dari COVID-19. Kondisi ini dibuktikan hasil RT PCR
negative 1 kali atau bukti swab antigen negatif atau 14 hari setelah selesai
isolasi mandiri. Pada umumnya pemeriksaan dilakukan melalui tes usap
nasofaring.
3. pasien dalam keadaan sehat
4. Telah bebas gejala selama 14 hari setelah sembuh (dengan pertimbangan
dokter pemeriksa)
5. Berat badan minimal 55 kg
6. Berusia 18-60 tahun (pada beberapa fasilitas donor, donor kedua memiliki
batas usia 18 - 68 tahun).
7. Disarankan laki-laki atau wanita yang belum pernah hamil. Syarat ini
berkaitan dengan keberadaan antibodi anti HLA class I, class II dan anti
HNA. Pemeriksaan antibodi ini dilakukan pada seluruh calon donor tanpa
memperhatikan jenis kelamin dan riwayat kehamilan, namun pada
umumnya antibodi ini terbentuk pada wanita yang telah hamil.
8. Menandatangani informed consent untuk menjadi donor plasma dengan
ketentuan sesuai masing - masing fasilitas kesehatan.
9. Calon pendonor memiliki antibodi anti-SARS-CoV-2 yang terdeteksi pada
neutralization assay. Kriteria ini menjadi syarat yang akan menjadi tolok
ukur seorang donor dapat mendonorkan kembali plasmanya. Kriteria
minimal yang digunakan adalah neutralizing antibody titers sejumlah 160,
atau minimal 80.
10. Konsentrasi hemoglobin antara 12,5 mg/dl hingga 17,0 mg/dl (pada
beberapa fasilitas donor, memberikan batas minimal 13,5 untuk calon
pendonor laki - laki).
11. Leukosit, eritrosit, trombosit, dan MCV dalam batas normal
12. Total serum protein ≥60 g/L
13. Konsentrasi IgG dalam serum ≥6.0 g/L.
14. Batas tekanan darah sistolik antara 90 - 160 mmHg, diastolik <100
mmHg. (pada beberapa fasilitas donor, memberikan batasan tekanan darah
sistolik antara 100 - 180 mmHg).
15. Denyut nadi antara 50–110/menit. Denyut nadi di bawah 50 kali/menit
dapat diizinkan menjadi donor jika calon pendonor memiliki riwayat
melakukan olahraga/ sebagai atlet.
16. Tidak memiliki lesi pada daerah yang akan dilakukan pengambilan darah
vena.
17. Bebas penyakit infeksi yang meliputi hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C,
dan HIV. Dapat dilakukan juga pemeriksaan HEV, Parvovirus B19, dan
TPHA). Pemeriksaan RT-PCR untuk SARS-CoV-2 dilakukan terhadap
sampel darah pada donasi pertama. Inaktivasi patogen tidak dilakukan.
18. Pasien yang menerima transfusi darah maupun produk imunoglobulin
selama perawatan, baru dapat mendonorkan plasma setelah 3 bulan pasca
sembuh
19. Seorang pendonor dapat mendonorkan kembali plasma darahnya setelah
dua minggu pasca donor sebelumnya, dengan jumlah maksimal donor
plasma sebanyak 12 liter per tahunnya (Wang et al, 2020; Center for
Biologics Evaluation and Research, 2021; Körper et al, 2021; Palang
Merah Indonesia, 2021).

Prosedur donor plasma konvalesen dilakukan melalui prosedur plasmapheresis.


Frekuensi dan interval plasmapheresis dilakukan sesuai prosedur, yang umumnya
mengikuti prosedur “Richtlinie Hämotherapie” (Deutscher Ärzteverlag, 2017). Volume
plasma yang diambil menyesuaikan dengan berat badan pendonor. Pada pasien dengan
berat badan 50 hingga 60 kg, diambil sekitar 650 ml plasma. Plasma diambil sebanyak
750 ml dari pendonor dengan berat badan antara 60 - 80 kg. Plasma sebanyak 850 ml
diambil dari pasien dengan berat badan >80 kg. Pengemasan plasma dalam bentuk unit
terapeutik dengan volume 250 hingga 325 per unit (Körper et al, 2021).
Penapisan donor plasma dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut
meliputi penapisan (screening), pemisahan plasma, penyimpanan plasma,
pengelompokan sesuai golongan darah, isolasi Peripheral Blood Mononuclear Cells
(PBMC), dan pemeriksaan titer antibodi anti-SAR-CoV2 dengan ELISA (enzyme linked
immunosorbent assay). Pemeriksaan ELISA mendeteksi IgG terhadap domain S1 protein
S SARS-COV-2 dan IgA terhadap domain S1 protein S virus SARS-CoV-2 (Körper et al,
2021; Muttamba et al, 2021).

Produk plasma konvalesen harus memenuhi standar keamanan dan efikasi sesuai
dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Tata Laksana dan
Penilaian Obat Pengembangan Baru. Proses dokumentasi plasma konvalesen harus
dilakukan dengan baik dalam sistem pencatatan donor, pemrosesan, penggunaan plasma,
dan sistem pendataan pasien. Seluruh proses ini harus dilakukan untuk memudahkan
pelacakan dari produk plasma konvalesen (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2015).

Plasma konvalesen COVID-19 merupakan produk yang masih dalam tahap


penggunaan darurat dan masih dalam penelitian, maka wadah penyimpanan plasma
konvalesen harus diberi label: "Untuk Uji Klinis - Plasma Konvalesen COVID-19".
Disarankan untuk menggunakan wadah yang seragam dan berlabel berisi informasi
penting, termasuk nomor unik donasi, hasil tes selama pemilihan donor, tanggal
pengumpulan dan pemrosesan, dan suhu penyimpanan (Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, 2020).

Efektivitas Terapi Plasma Konvalesen Pada Pasien COVID-19

Plasma konvalesen telah digunakan sejak abad ke-19 dan telah terbukti menjadi
pengobatan yang efektif untuk infeksi virus lainnya, seperti SARS (Sindrom Pernafasan
Akut Parah), Ebola, dan influenza. Intervensi didasarkan pada kemampuan sistem
kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap virus, ketika melawan infeksi.
Individu yang telah pulih dari infeksi mereka membawa antibodi spesifik virus dalam
plasma darah mereka. Harapannya adalah plasma dari orang yang sembuh – plasma
konvalesen – dapat mengobati penyakit COVID-19 melalui proses yang disebut
imunisasi pasif, yaitu dengan memberikan antibodi terhadap virus corona baru
SARS-CoV-2 dari orang yang sudah sembuh dari COVID- 19, untuk meningkatkan
sistem kekebalan penerima, dan membantu membersihkan dan membuat partikel virus
yang tidak berbahaya (Burhan et al, 2020).

Terapi plasma konvalesen pada kasus COVID-19 hingga kini masih dalam tahap
uji klinis di berbagai negara dengan protokol atau prosedur yang bervariasi. Awalnya
indikasi pemberian terapi plasma konvalesen yaitu pada pasien COVID-19 dengan gejala
berat, namun saat ini uji klinis pemberian pada pasien COVID-19 sedang atau berisiko
menjadi berat sudah/ sedang berjalan di beberapa senter uji klinis di seluruh dunia.

Pada tanggal 4 Februari 2021, The Food and Drug Administration (FDA) telah
merilis revisi dari Emergency Use Authorization (EUA) terhadap penggunaan plasma
konvalesen untuk membatasi otorisasi pada plasma konvalesen COVID-19 titer tinggi
dan hanya untuk pengobatan pasien rawat inap dengan COVID-19 di awal perjalanan
penyakit atau pasien rawat inap yang memiliki gangguan kekebalan humoral. Pada pasien
rawat inap dengan COVID-19 yang tidak memiliki gangguan kekebalan tubuh tidak
direkomendasikan penggunaan plasma konvalesen COVID-19 untuk pengobatan
COVID-19 pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanis serta penggunaan plasma
konvalesen COVID-19 titer tinggi untuk pengobatan COVID-19 pada pasien rawat inap
yang tidak memerlukan ventilasi mekanis juga tidak direkomendasikan, kecuali dalam
penggunaan untuk uji klinis. Sementara pada pasien rawat inap dengan COVID-19 yang
memiliki gangguan kekebalan tubuh, plasma konvalesen titer tinggi diizinkan di bawah
izin dari EUA untuk perawatan pasien rawat inap COVID-19 dengan gangguan
kekebalan tubuh. Sedangkan, tidak terdapat cukup bukti bagi FDA untuk
merekomendasikan atau melarang penggunaan plasma konvalesen COVID-19 titer tinggi
untuk pengobatan COVID-19 pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, kecuali
dalam penggunaan untuk uji klinis (FDA, 2020; FDA,2021).

Penelitian lain juga merekomendasikan bahwa pemberian plasma konvalesen


efektif diberikan pada:
1. pasien imunosupresi (terutama yang diobati dengan antibodi monoklonal
anti-CD20)
2. pasien lansia (≥60 tahun)
3. pasien dengan faktor komorbid: diabetes mellitus, hipertensi,penyakit
jantung koroner, dan obesitas
4. pemberian plasma konvalesen dengan antibodi penetral titer tinggi (≥80),
atau DO tinggi
5. dalam 72 jam dari onset gejala. (De Santis et al., 2021)

Telaah sistematik (systematic review) pada Cochrane Library pada 21 Mei 2021
menyatakan bahwa terapi plasma konvalesen tidak memiliki keuntungan dalam
tatalaksana pasien COVID-19 dengan derajat sedang dan berat/kritis. Serta tidak yakin
(‘very uncertain’) apakah plasma dari pasien yang sembuh merupakan terapi yang efektif
untuk pasien COVID-19 yang dirawat dan sembuhnya pasien dapat berhubungan dengan
perjalanan alamiah penyakit, terapi lain atau karena plasma konvalesen yang diberikan
(Piechotta et al., 2021).

Hasil dari berbagai uji klinis tersebut diharapkan dapat menjawab pertanyaan
mengenai efektivitas, serta mendapatkan mendapatkan dosis dan titer antibodi yang
optimal, waktu pemberian yang tepat hingga pasien mana yang mendapatkan manfaat
klinis yang bermakna dari terapi plasma konvalesen ini.

Daftar Pustaka
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2020. Recommendation On Supervision Of
The Use Of Convalescent Plasma And Immunoglobulin Concentrates In Covid-19
Therapy And Quality Assurance Technical Guidance Of Covid-19 Convalescent Plasma
Processing. Jakarta.
Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, Susilo A, Firdaus I,
et al. 2020. Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta. PDPI - PERKI - PAPDI -
PERDATIN - IDAI
De Santis, G., Mendrone, A., Langhi, D., Covas, D., Fabron, A., Cortez, A.,
Dinardo, C., Ubiali, E., Marques, J., Bordin, J. and Rugani, M., 2021. Suggested
guidelines for convalescent plasma therapy for the treatment of COVID-19. Hematology,
Transfusion and Cell Therapy, 43(2), pp.212-213.
Food and Drug Administration. 2020. Convalescent Plasma Letter of
Authorization. tersedia di: https://www.fda.gov/media/141477/download. Accessed
August 31, 2020.
Food and Drug Administration. 2021. Recommendations for investigational
COVID-19 convalescent plasma. tersedia di:
https://www.fda.gov/vaccines-blood-biologics/investigational-new-drug-ind-or-device-ex
emption-ide-process-cber/recommendations-investigational-covid-19-convalescent-plasm
a. Accessed March 26, 2021.
Körper, S., Jahrsdörfer, B., Corman, V., Pilch, J., Wuchter, P., Blasczyk, R.,
Müller, R., Tonn, T., Bakchoul, T., Schäfer, R., Juhl, D., Schwarz, T., Gödecke, N.,
Burkhardt, T., Schmidt, M., Appl, T., Eichler, H., Klüter, H., Drosten, C., Seifried, E. and
Schrezenmeier, H., 2021. Donors for SARS-CoV-2 Convalescent Plasma for a Controlled
Clinical Trial: Donor Characteristics, Content and Time Course of SARS-CoV-2
Neutralizing Antibodies. Transfusion Medicine and Hemotherapy, 48(3), pp.137-147.
Muttamba, W., Lusiba, J., Namakula, L., Byakika-Kibwika, P., Ssali, F., Ddungu,
H., Mugenyi, L., Kiwanuka, N., Sekibira, R., Kityo, C., Keyune, D., Acana, S.,
Musinguzi, A., Masasi, A., Byamugisha, J., Mpanju, D., Musoki, W., Tukamuhebwa, H.,
Nakwagala, F., Bagaya, B., Kayongo, A., Kimuli, I., Nantanda, R., Katagira, W.,
Buregyeya, E., Byanyima, R., Byarugaba, B., Siddharthan, T., Mwebesa, H., Charles, O.,
Joloba, M., Bazeyo, W. and Kirenga, B., 2021. Feasibility of collecting and processing of
COVID-19 convalescent plasma for treatment of COVID-19 in Uganda. PLOS ONE,
16(6), p.e0252306.
Piechotta, V., Iannizzi, C., Chai, K., Valk, S., Kimber, C., Dorando, E., Monsef, I.,
Wood, E., Lamikanra, A., Roberts, D., McQuilten, Z., So-Osman, C., Estcourt, L. and
Skoetz, N., 2021. Convalescent plasma or hyperimmune immunoglobulin for people with
COVID-19: a living systematic review. Cochrane Database of Systematic Reviews,
2021(5).
Wang, H., Ostrosky‐Zeichner, L., Katz, J., Wanger, A., Bai, Y., Sridhar, S. and
Patel, B., 2021. Screening donors for COVID ‐19 convalescent plasma. Transfusion,
61(4), pp.1047-1052.

Anda mungkin juga menyukai