OLEH :
STAMBUK : 14220160054
MAKASSAR
2017
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
C. Faktor Risiko
A. Kesimpula
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar II. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai standar
pengukuran resiko jatuh, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun
berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan secara
umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri dari: tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga paramedis non-keperawatan dan tenaga non medis. Tenaga
kesehatan yang bekerja di rumah sakit, dari semua katagori, tenaga perawatan
merupakan tenaga terbanyak dan waktu kontak lebih lama dengan pasien
dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, serta berada pada semua setting
pelayanan kesehatan sehingga tenaga perawatan mempunyai peranan penting
terhadap mutu pelayanan di rumah sakit. Kerja keras perawat tidak dapat mencapai
level optimal jika tidak didukung dengan sarana prasarana, manajemen rumah sakit
dan tenaga kesehatan lainnya.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu
keselamatan pasien (patient safety) , keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit.
Oleh karna itu diperlukan adanya suatu sasaran dari keselamatan pasien yang
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyajikan informasi tentang
standar pengukuran resiko jatuh.
BAB II
PEMBAHASAN
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
Pasien yang akan dipindahkan dari satu unit ke unit yang lain
Pasien yang dirawat inap lebih dari 2 minggu, dilakukan secara regular
C. Faktor Risiko
1. Faktor Intrinsik
2) Demensia
1) Kelemahan otot
2) Artritis
Diare
g) Usia lanjut (> 65 tahun atau usia 50-64 tahun dengan penyakit yang
menyebabkan risiko jatuh meningkat)
2. Faktor Ekstrinsik
b) Lantai yang licin atau tidak aman (karpet yang menggelembung atau kabel
yang berserakan)
a. Usia
b. Riwayat Jatuh
c. Aktivitas ( ADL )
e. Kognitif
g. Mobilitas /motorik
h. Pengobatan :
- Antihipertensi
- Hiploglikemik
- Antidepresan
- Neurotropik
- Sedatif, Diuretik
- Laxative
E. Assesmen Resiko Jatuh
2. Memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi : memberikan
tanda/ alert ( sesuai warna universal
2. Pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda pasien resiko jatuh
3. Tempatkan tanda resiko pasien jatuh pada datar nama pasien (warna kuning)
3) Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan nurse station (jika
memungkinkan.
Fall Morse Scale (FMS) merupakan sebuah metode yang cepat dan sederhana
untuk menilai kemungkinan jatuh klien lansia. Penilaian dengan Fall Morse
Scale terdiri dari 6 bagian yang meliputi riwayat jatuh, diagnosis penyakit,
bantuan berjalan, terapi intravena, gaya berjalan dan status mental.
Ya 25
2. Diagnosis Sekunder Tidak
0
___0_____
Ya 15
3. Bantuan ambulasi
Kruk/tongkat/walker 15
Furnitur 30 ___15____
4. IV or Akses IV Tidak 0
Ya ___0____
20
5. Gaya berjalan
Lemah 10
Gangguan 20 ___10____
6. Status mental
Penjelasan dari setiap variabel adalah sebagai berikut (dikutip dari Beth
Aller RN, HE Clinical Education Manager and Falls Committee Member):
1. Riwayat Jatuh
Riwayat jatuh diberi skor 25 jika klien terjatuh selama dirawat di rumah
sakit atau jika ada riwayat segera secara fisiologis seperti dari serangan
atau gangguan gaya berjalan sebelum dirawat. Jika klien tidak pernah
jatuh, skornya 0. Catatan: jika klien jatuh untuk pertama kali, skornya
kemudian meningkat segera dari 25. Pada kasus, klien memiliki riwayat
jatuh dua kali.
2. Diagnosis sekunder
Diagnosis sekunder diberi skor 15 jika lebih dari satu diagnosis medis
terdaftar pada grafik klien, jika tidak diberi skor 0. Pada kasus, klien tidak
memiliki diagnosis sekunder.
3. Bantuan ambulasi
Poin ini diberi 0 jika klien berjalan tanpa alat bantu (bahkan dengan
bantuan perawat), menggunakan kursi roda atau bed rest dan tidak
beranjak dari tempat tidur. Jika klien menggunakan kruk, tongkat atau
walker, variabel ini diberi skor 15 dan jika klien mencengkeram furniture
untuk mendukung berjalan, skornya menjadi 30. Pada kasus dituliskan
bahwa sebelum jatuh klien menggunakan alat bantu berjalan berupa
tongkat sehingga skornya 15.
4. IV atau akses IV
Variabel ini diberi skor 20 jika klien menggunakan peralatan intravena.
Jika tidak, skornya 0. Pada kasus, klien tidak menggunakan akses IV.
5. Gaya berjalan
Karakteristik dari tiga tipe gaya berjalan dapat dilihat dari tipe
ketidakmampuan fisik dan penyebab dasar.
6. Status mental
Jumlah total skor dari pengkajian Fall Morse Scale dapat dilihat sebagai berikut.
Kebingungan/disorientasi/impulsif 4
Depresisimtomatik 2
Perubahan eliminasi 1
Pusing/vertigo 1
Jenis Kelamin (Laki-Laki) 1
Diberikan obat antiepilepsi (antokonvulsan):
Jika tidak bisa menilai, monitor perubahan level pada aktivitas, nilai faktor risiko lain,
catat pada catatan perkembangan pasien disertai tanggal dan waktu
Mampu berdiri dengan satu pergerakan- tidak kehilangan
0
keseimbangan saat berjalan
Mampu berdiri dengan dorongan (pasien sendiri), berhasil pada
1
satu kali percobaan
Mampu berdiri dengan beberapa kali percobaan namun berhasil 3
Tidak mampu berdiri tanpa bantuan orang lain saat tes.
2. Get Up and Go
Observasi dan ukur waktu pasien berdiri dari kursi, berjalan sejauh 3m, berputar
dan kembali ke kursi lalu duduk kembali
d) Memastikan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin dan ukurannya
sesuai
3. Pencegahan khusus:
a) Gunakan tanda visual untuk memberitahukan risiko jatuh (seperti: tanda yang
dipasang di pintu kamar pasien/di dalam kamar pasien, gelang penanda, kaos
kaki/selimut berwarna, tanda di berkas rekam medis pasien)
c) Tanyakan apakah pasien ingin ke kamar mandi setiap 2 jam sekali (apabila
pasien dalam keadaan sadar)
4. Hourly Rounding
8. Komunikasi
Komunikasi visual (pada rekam medis pasien, gelang pasien diberi tanda “fall
risk”; pemberian kaos kaki atau selimut berwarna)
Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien
CONTOH KASUS :
Ny. S umur 72 tahun datang ke RS. Ibnu Sina pada tanggal 19 september 2014
pukul 09.40 WITA dengan keluhan penglihatannya kabur seperti ada kabut. Ny. S
diantar oleh cucunya yang masih duduk di bangku SMA. Ny. S mengatakan mulai
merasakan penglihatannya kabur sejak ± 7 bulan yang lalu. Awalnya, Ny. S hanya
merasakan kabur pada mata kirinya saja, namun 5 bulan kemudian Ia mulai
merasakan mata kanannya juga sudah mulai kabur seperti berkabut. Cucu Ny. S
mengatakan bahwa 2 hari yang lalu neneknya pernah terjatuh di dapur.
Dari Hasil pemeriksaan fisik yang di lakukan Ns. R, di dapatkan TTV: TD;
150/90 mmHg, N: 74 x/mt, P: 16x/mt. Pada hasil Pemeriksaan Visus di dapatkan
VOD : 4/60 , VOS : 2/60, ke dua mata, kiri maupun kanan sudah tertutupi selaput
berwarna putih. Namun mata kiri hampir keseluruhan tertutupi lapisan berwarna
putih. Dokter menyarankan Ny. S untuk Operasi Katarak, agar dapat mengangkat
lapisan putih yang menutupi pandangan matanya. Ny. S dan cucunya mulai
berdiskusi mengenai saran yang di berikan dokter. Ny. S kemudian menyutujui saran
yang diberikan dokter untuk operasi katarak
Dokter mengatakan bahwa Ny. S di rencanakan Operasi pada hari Selasa, tanggal
23 September 2014. Ns. R memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan di
lalui Ny. S. Ns. R menyarankan agar Ny. S masuk RS. pada hari senin, agar dapat di
kontrol sebelum operasi dilakukan.
Ny. S masuk ke ruang Rawat Inap Mawar Kamar 3 RS. Ibnu Sina pada tanggal
22 September 2014 pukul 11.10 WITA dan di rencanakan untuk operasi katarak.
Ns. A : Oh, Ibu Siti (Membalas senyum Pasien). Ibu yang kemarin
direncanakan dr. Noro untuk operasi katarak, yah??
Ns. A : Bu, saya perawat yang bertugas pagi ini, Nama Saya Ns. Ayu.
(memperkenalkan diri).
Ns. A : (Mendekati Tempat tidur Pasien) Permisi Ibu, Saya tensi dulu, yah.
(sambil memasangkan manset ditangan Pasien).
Ny. S : Pernah, terakhir itu saya tensi, tekanan darah ku sekitar 150/90 mmHg
(sambil menatap perawat)
Ns. A : Oh, iya Bu. Saya Tensi dulu ibu di’ (sambil mengukur Tekanan Darah
pasien). Bu, Tekanan Darah ta’ sekarang 140/80 mmHg.
Ns. A : Bu, jangan kita terlalu stress fikirkan operasi ta’ itu, karena kalau kita
stress nanti naik Tekanan Darah ta’..(sambil menjelaskan ke pasien)
Ns. A : Bu, ada keluarga yang menemani?? (klien tampak sendirian di dalam
kamar)
Ny. S : Ada suster, Cucu saya. Tapi, lagi pulang dulu ambil Sarung, sus.
Ns. A : Oh Iya Bu, saya pasangkan pengaman tempat tidurnya yah. (sambil
menarik pengaman).
Bu, kalau ada sesuatu yang Ibu perlukan, Ibu bisa menekan tombol di
samping tempat tidur, sehingga Perawat bisa mengetahui dan segera
membantu (Memberi Penjelasan kepada Klien)
Ns. A : Bu, Saya mau sampaikan, bahwa saya hari ini bertugas hanya sampai
siang saja, Jadi sebentar akan ada perawat lainnya yang akan bertugas
menggantikan saya. Jadi, jika ibu memerlukan bantuan, perawat yang
bertugas akan membantu ibu.
Ns. A : Baiklah Bu, Ibu bisa Istirahat (sambil menarik selimut pasien). Saya
Permisi dulu yah Bu..
Mahasiswa : (sampai di depan pintu kamar 3). Permisi Bu, ada yang bisa di bantu??
(menghampiri pasien)
Ny. S : Iya, sus.. Saya mau buang air kecil, Bisa kita bantu ke Toilet?? (klien
duduk di tempat tidur)
Mahasiswa: Oh, Iya Bu, Mari saya Bantu (sambil membantu klien turun dari tempat
tidur dan menuju ke Toilet)
Klien masuk ke Toilet. Namun, tanpa di duga mahasiswa meninggalkan klien
sendirian di dalam kamar mandi. Beberapa menit kemudian, klien keluar dari kamar
mandi, dan berjalan sendirian menuju tempat tidurnya. Perawat melihat klien berjalan
sendirian ke Tempat tidurnya, dan langsung masuk membantu klien.
Ns. H : (berjalan menuju pasien) Bu, Mari sini saya bantu ibu ke tempat
tidurnya (memegang tangan klien)
Ny. S : Oh, Iya suster (sambil memegang erat tangan perawat dank lien naik ke
tempat tidurnya)
Ns. H : Bu, bukan kah tadi ada mahasiswa yang membantu ibu?? (sambil
merapikan selimut pasien)
Ny. S : Iya, tadi ada mahasiswa yang membantu saya, tapi sepertinya dia keluar
(menyandarkan kepalanya ke bantal)
Ns. H : Oh, Iya Bu.. Jika Nanti ibu ingin keluar kamar, ibu bisa memencet bel
disamping tempat tidur, sehingga perawat bisa membantu ibu, dan ada
pula pegangan di depan tembok yang mengelilingi kamar ibu, ibu bisa
memegang dan mengikuti jalur sampai ke tempat tidur ibu atau ke pintu
keluar (sambil memperagakan contohnya ke pasien).
Ns. H kembali ke Nurse Station & memanggil mahasiswa yang tadi membantu Ny.S
Ns. H : Ade.. (memanggil mahasiswa yang ke kamar Ny. S tadi) kesini dulu
dek??
Mahasiswa : Maaf Kak, tadi saya kebetulan mau buang air besar, Jadi saya langsung
berlari keluar kamar Ny. S menuju ke Toilet (sambil menunduk)
Ns. H : Itu dek, kalau ada keperluan yang seperti itu dan tidak bisa ditahan lagi,
sebaiknya panggil teman mahasiswa lainnya atau izin ke kakak perawat,
supaya ada yang menggantikan kamu ke kamar Ny. S. (memberi
penjelasan ke mahasiswa).
Dek,. Ny. S itu termasuk pasien yang harus di jaga untuk menghindari
resiko jatuh. Ny. S memiliki penglihatan Kabur, umur yang sudah 72
tahun sehingga sangat besar resiko untuk jatuh jika tidak di perhatikan
dengan baik, yang dimana dapat menimbulkan masalah baru nantinya.
Apalagi Ny. S pernah mengalami riwayat jatuh sebelumnya. Maka dari
itu, Kamar Ny. S di tempatkan di kamar khusus pasien yang beresiko
jatuh dan kamar Ny. S terdapat alat bantu Bel untuk memudahkan
perawat mengetahui hal yang dibutuhkan pasien. Selain itu, lantai kamar
Ny. S itu harus selalu di pastikan kering, tidak ada genangan air untuk
menghindari resiko jatuh.
Ns. H : (melanjutkan penjelasannya) selain itu, tempat tidur pasien itu harus
dipastikan terkunci, pengamannya harus terpasang, dan posisikan pasien
ke tempat terendah untuk menghindari resiko jatuh. Jadi, Jika pasien
masuk dengan resiko jatuh, maka pastikan untuk meminimalisir resiko
tersebut dengan melakukan tindakan tersebut.
Ns. H : Lain kali jangan begitu yah dek, Nanti bisa membahayakan pasiennya.
Mahasiswa : Iya Kak.. Terima Kasih penjelasannya kak.. (sambil berjalan kembali ke
tempat duduknya).
Penjelasan:
2) Pencegahan standar:
d. Tempat tidur pasien disiapkan dalam posisi rendah dan dalam keadaan
terkunci
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa harus lebih banyak lagi belajar dan bertanya agar
lebih bisa mengerti dan memahami tentang keselamatan pasien ini. Karena ini
merupakan salah satu hal pokok yang harus dikuasai.
DAFTAR PUSTAKA
Ebersole, P. et. al. (2005). Gerontological Nursing & Healthy Aging, Second
Edition. Missouri: Mosby Inc.
Miller, C. A. (2004). Nursing for wellness in older adults: Theory and practice.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.