Anda di halaman 1dari 26

STANDAR PENGUKURAN RESIKO JATUH

(FALL RISK ASSESSMENT)

OLEH :

NAMA : DEWI ULFANI

STAMBUK : 14220160054

KELAS/JURUSAN : B2/ILMU KEPERAWATAN

MATA KULIAH : KEPERAWATAN DASAR II

DOSEN PEMBIMBING : WA ODE SRI ASNANIAR, S.Kep, Ns, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pengukuran Resiko Jatuh

B. Penggunaan Pengukuran Resiko Jatuh

C. Faktor Risiko

D. Hal Yang Harus Diperhatikan

E. Assesmen Resiko Jatuh

F. Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Keparahan

G. Standar Pengukuran Resiko Jatuh Pasien

H. Pencegahan Pasien Jatuh

BAB III PENUTUP

A. Kesimpula

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar II. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai standar
pengukuran resiko jatuh, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun
berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Kami menyadari sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum


seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih
baik dan berdaya guna. Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan secara
umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri dari: tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga paramedis non-keperawatan dan tenaga non medis. Tenaga
kesehatan yang bekerja di rumah sakit, dari semua katagori, tenaga perawatan
merupakan tenaga terbanyak dan waktu kontak lebih lama dengan pasien
dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, serta berada pada semua setting
pelayanan kesehatan sehingga tenaga perawatan mempunyai peranan penting
terhadap mutu pelayanan di rumah sakit. Kerja keras perawat tidak dapat mencapai
level optimal jika tidak didukung dengan sarana prasarana, manajemen rumah sakit
dan tenaga kesehatan lainnya.

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu
keselamatan pasien (patient safety) , keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit.

Oleh karna itu diperlukan adanya suatu sasaran dari keselamatan pasien yang
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyajikan informasi tentang
standar pengukuran resiko jatuh.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pengukuran Resiko Jatuh

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

Fall risk assessment adalah penilaian faktor-faktor risiko yang menyebabkan


pasien jatuh.

B. Penggunaan Pengukuran Resiko Jatuh

Fall risk assessment di gunakan pada:

 Pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit

 Pasien yang akan dipindahkan dari satu unit ke unit yang lain

 Pasien yang dirawat inap lebih dari 2 minggu, dilakukan secara regular

 Pasien dengan riwayat jatuh sebelumnya

 Pasien yang kondisinya berubah menjadi lebih buruk

 Setelah pergantian perawat

C. Faktor Risiko

1. Faktor Intrinsik

a) Kelainan kognitif (termasuk depresi)

1) Delirium (hipoaktif dan hiperaktif)

2) Demensia

3) Proses berpikir lambat

4) Depresi (observasi tanda-tanda depresi, seperti: suasana perasaan yang


tertekan sepanjang hari (afek depresi), kehilangan minat dan gairah pada
hamper segala aktifitas yang dirasakan sepanjang hari, mudah lelah dan
aktivitas menurun, berkurangnya nafsu makan, dan lain-lain)

b) Riwayat jatuh sebelumnya

c) Penurunan atau gangguan penglihatan

d) Pasien dengan penyakit kronis (stroke, Parkinson, osteoporosis)

e) Mobilitas pasien yang terbatas

1) Kelemahan otot

2) Artritis

3) Gangguan keseimbangan dan gaya berjalan (gait)

4) Penggunaan alat bantu untuk berjalan

f) Peningkatan penggunaan toilet

 Diare

 Inkontinensia urin (sering BAK)

g) Usia lanjut (> 65 tahun atau usia 50-64 tahun dengan penyakit yang
menyebabkan risiko jatuh meningkat)

h) Penggunaan obat-obatan (4 atau lebih dari obat-obatan: Benzodiazepines, anti


konvulsan, anti psikotik, opioid, anti aritmia, anti hipertensi, anti histamin,
diuretik)

2. Faktor Ekstrinsik

a) Pencahayaan yang kurang

b) Lantai yang licin atau tidak aman (karpet yang menggelembung atau kabel
yang berserakan)

c) Alas kaki yang tidak adekuat

d) Anak tangga yang tidak adekuat atau tanpa pengaman

3. Risiko tinggi jatuh dengan injuri: ABCs


Age :usia ≥ 85 tahun

Bones :osteoporosis, riwayat fraktur,


penggunaan kortikosteroid jangka lama,
metastase tulang

Coagulation abnormalities :kelainan pembekuan darah, kondisi


yang menyebabkan koagulopati,
penggunaan antikoagulan

Surgery :amputasi ekstemitas, operasi besar


abdomen atau thorax.

D. Hal Yang Harus Diperhatikan

a. Usia

b. Riwayat Jatuh

c. Aktivitas ( ADL )

d. Defisit (Penglihatan, pendengaran )

e. Kognitif

f. Pola BAB dab BAK

g. Mobilitas /motorik

h. Pengobatan :

- Antihipertensi

- Hiploglikemik

- Antidepresan

- Neurotropik

- Sedatif, Diuretik

- Laxative
E. Assesmen Resiko Jatuh

1. Memonitor pasien sejak masuk

2. Memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi : memberikan
tanda/ alert ( sesuai warna universal

3. Libatkan pasien atau keluarga dalam upaya pencegahan risiko jatuh

4. Laporan peristiwa pasien jatuh

Contoh Assesment yang diberikan yaitu :

Self Assesment Resiko Jatuh.


F. Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Keparahan

a. Resiko Rendah (skor 0-5)

1. Pastikan bel mudah dijangkau oleh pasien

2. Roda tempat tidur dalam keadaan terkunci

3. Posisikan tempat tidur pada posisi terendah

4. Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan

b. Resiko Sedang (6-13)

1. Lakukan senua pedoman pencegahan untuk resiko rendah

2. Pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda pasien resiko jatuh

3. Tempatkan tanda resiko pasien jatuh pada datar nama pasien (warna kuning)

4. Beri tanda resiko pasien jatuh pada pint kamar pasien

c. Resko Tinggi (>= 14)

1) Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko rendah dan sedang

2) Kunjungi dan monitor pasien setiap satu jam

3) Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan nurse station (jika
memungkinkan.

G. Standar Pengukuran Resiko Jatuh Pasien

 Pasien Dewasa Rawat Inap

1. Fall Morse Scale (FMS)

Fall Morse Scale (FMS) merupakan sebuah metode yang cepat dan sederhana
untuk menilai kemungkinan jatuh klien lansia. Penilaian dengan Fall Morse
Scale terdiri dari 6 bagian yang meliputi riwayat jatuh, diagnosis penyakit,
bantuan berjalan, terapi intravena, gaya berjalan dan status mental.

Variabel Nilai numerik Skor


1. Riwayat jatuh Tidak
0 ___25____

Ya 25
2. Diagnosis Sekunder Tidak
0
___0_____
Ya 15
3. Bantuan ambulasi

Tidak ada/bed rest/ bantuan perawat 0

Kruk/tongkat/walker 15

Furnitur 30 ___15____
4. IV or Akses IV Tidak 0

Ya ___0____
20
5. Gaya berjalan

Normal/bed rest/kursi roda 0

Lemah 10

Gangguan 20 ___10____
6. Status mental

Orientasi pada kemampuan sendiri 0

Overestimates atau forgets limitations ___0____


15
Fall Morse Scale Skor = Total __50____

Penjelasan dari setiap variabel adalah sebagai berikut (dikutip dari Beth
Aller RN, HE Clinical Education Manager and Falls Committee Member):

1. Riwayat Jatuh
Riwayat jatuh diberi skor 25 jika klien terjatuh selama dirawat di rumah
sakit atau jika ada riwayat segera secara fisiologis seperti dari serangan
atau gangguan gaya berjalan sebelum dirawat. Jika klien tidak pernah
jatuh, skornya 0. Catatan: jika klien jatuh untuk pertama kali, skornya
kemudian meningkat segera dari 25. Pada kasus, klien memiliki riwayat
jatuh dua kali.

2. Diagnosis sekunder

Diagnosis sekunder diberi skor 15 jika lebih dari satu diagnosis medis
terdaftar pada grafik klien, jika tidak diberi skor 0. Pada kasus, klien tidak
memiliki diagnosis sekunder.

3. Bantuan ambulasi

Poin ini diberi 0 jika klien berjalan tanpa alat bantu (bahkan dengan
bantuan perawat), menggunakan kursi roda atau bed rest dan tidak
beranjak dari tempat tidur. Jika klien menggunakan kruk, tongkat atau
walker, variabel ini diberi skor 15 dan jika klien mencengkeram furniture
untuk mendukung berjalan, skornya menjadi 30. Pada kasus dituliskan
bahwa sebelum jatuh klien menggunakan alat bantu berjalan berupa
tongkat sehingga skornya 15.

4. IV atau akses IV
Variabel ini diberi skor 20 jika klien menggunakan peralatan intravena.
Jika tidak, skornya 0. Pada kasus, klien tidak menggunakan akses IV.

5. Gaya berjalan

Karakteristik dari tiga tipe gaya berjalan dapat dilihat dari tipe
ketidakmampuan fisik dan penyebab dasar.

1. Gaya berjalan normal ditandai dengan klien berjalan dengan kepala


tegak, tangan berayun dengan bebas di sisi dan melangkah tanpa ragu-
ragu.gaya berjalan ini diberi skor 0.
2. Gaya berjalan lemah (skor 10). Klien dihentikan tetapi mampu
menangkat kepala tanpa kehilangan keseimbangan. Langkah pendek
dan klien mungkin menyeret kakinya.
3. Gaya berjalan terganggu (skor 20). Klien mungkin kesulitan bangun
dari kursi, menekan lengan kursi ketika bangun. Kepala klien
menunduk dan klien melihat ke tanah. Karena keseimbangan klien
buruk, klien menggenggam furniture, bantuan orang lain dan alat bantu
jalan dan tidak dapat berjalan tanpa bantuan. Langkah pendek dan klien
mungkin menyeret kakinya. Jika klien menggunakan kursi roda, klien
diberi skor berdasarkan gaya berjalan yang digunakan ketika ia
berpindah dari kursi roda ke tempat tidur.

Gaya berjalan klien sebelum jatuh yaitu pincang dengan menyeret


kaki kanan sehingga skornya 10.

6. Status mental

Ketika menggunakan skala ini, status mental diukur dengan mengecek


pengkajian diri klien dari kemampuan dirinya untuk ambulasi. Tanyakan
klien “Apakah Anda mampu pergi ke kamar mandi sendiri atau butuh
bantuan? Jika jawaban klien konsisten dengan apa yang tertulis di Kardex,
berarti klien normal dan skornya 0. Jika jawaban klien tidak konsisten
dengan aktivitas yang diminta atau respon klien tidak realistic, klien
dipertimbangkan menjadi overestimates dan forgetful limitation dan diberi
skor 15. Pada kasus klien tidak memiliki gangguan status mental.

Jumlah total skor dari pengkajian Fall Morse Scale dapat dilihat sebagai berikut.

Level Risiko Skor Morse Fall Scale Tindakan


Tidak ada 0 – 24 Tidak ada
risiko
Risiko 25 – 50 Lakukan intervensi pencegahan
Rendah risiko rendah jatuh
Risiko Tinggi 51 dan lebih Lakukan intervensi pencegahan
risiko tinggi jatuh

2. Hendrich II Fall Risk Model

FaktorResiko PoinResiko Skor

Kebingungan/disorientasi/impulsif 4
Depresisimtomatik 2
Perubahan eliminasi 1
Pusing/vertigo 1
Jenis Kelamin (Laki-Laki) 1
Diberikan obat antiepilepsi (antokonvulsan):

(Carbamazepine, Divalproex Sodium, Ethotoin, Ethosuximide, Felbamate,


Fosphenytoln, Gabapentin, Lamotringe, Mephenytoin, Methsuximide, 2
Phenobarbital, Phenytoin, Primidone, Topiramate, Trimethadione,
Valproic Acid)

Diberikan obat benzodiazepines:

(Arprazolam, Chloridiazepoxide, Clonazepam, ClorazepateDipotassium, 1


Diazepam, Flurazepam, Halazepam, Lorazepam, Midazolam,
Oxazepam,Temazepam, Triazolam)

Get-Up-and-Go Test: Berdiri dari kursi

Jika tidak bisa menilai, monitor perubahan level pada aktivitas, nilai faktor risiko lain,
catat pada catatan perkembangan pasien disertai tanggal dan waktu
Mampu berdiri dengan satu pergerakan- tidak kehilangan
0
keseimbangan saat berjalan
Mampu berdiri dengan dorongan (pasien sendiri), berhasil pada
1
satu kali percobaan
Mampu berdiri dengan beberapa kali percobaan namun berhasil 3
Tidak mampu berdiri tanpa bantuan orang lain saat tes.

Jika tidak dapat menilai, catat halter sebut pada catatan 4

perkembangan pasien disertai tanggal dan waktu

Jika skor ≥5 maka dikatakan Risiko Tinggi SKOR TOTAL

 Pasien Dewasa Rawat Jalan

1. Anamnesa riwayat jatuh

2. Get Up and Go

3. Timed Get Up and Go

Observasi dan ukur waktu pasien berdiri dari kursi, berjalan sejauh 3m, berputar
dan kembali ke kursi lalu duduk kembali

 Pasien Anak-Anak Rawat Inap


1. Schmid “Little Schmidy”
2. Humpty Dumpty untuk Pediatri

H. Pencegahan Pasien Jatuh

1. Mengevaluasi faktor risiko

2. Pencegahan standar:Mengenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya

a) Menempatkan tombol panggilan di tempat yang mudah dijangkau pasien dan


mengajari pasien bagaimana cara menggunakannya

b) Meletakkan benda-benda penting yang dibutuhkan pasien di tempat yang


mudah dijangkau pasien
c) Tempat tidur pasien disiapkan dalam posisi rendah dan dalam keadaan
terkunci

d) Memastikan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin dan ukurannya
sesuai

e) Menyediakan pencahayaan yang cukup, terutama pada malam hari

f) Pastikan lantai dalam keadaan bersih dan kering

g) Sediakan pengaman (handrails) di kamar mandi dan kamar pasien, serta di


lorong rumah sakit

3. Pencegahan khusus:

a) Gunakan tanda visual untuk memberitahukan risiko jatuh (seperti: tanda yang
dipasang di pintu kamar pasien/di dalam kamar pasien, gelang penanda, kaos
kaki/selimut berwarna, tanda di berkas rekam medis pasien)

b) Dampingi pasien saat pasien ke kamar mandi

c) Tanyakan apakah pasien ingin ke kamar mandi setiap 2 jam sekali (apabila
pasien dalam keadaan sadar)

d) Gunakan tempat tidur yang rendah

e) Bila diperlukan, observasi pasien secara berkala

4. Hourly Rounding

 Meliputi 4P: Position, Pain assessment, Personal needs (BAK/BAB),


Placement

5. Tempat tidur yang rendah

6. Pemasangan alarm bila ada pasien yang jatuh

7. Observasi secara berkala

8. Komunikasi

 Komunikasi visual (pada rekam medis pasien, gelang pasien diberi tanda “fall
risk”; pemberian kaos kaki atau selimut berwarna)
 Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien

- Jelaskan bahwa pasien memiliki risiko untuk jatuh

- Jelaskan program pencegahan pasien jatuh yang dimiliki rumah sakit

- Libatkan pasien dan keluarganya dalam program pencegahan dan beri


kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk memberi masukan.

CONTOH KASUS :

Ny. S umur 72 tahun datang ke RS. Ibnu Sina pada tanggal 19 september 2014
pukul 09.40 WITA dengan keluhan penglihatannya kabur seperti ada kabut. Ny. S
diantar oleh cucunya yang masih duduk di bangku SMA. Ny. S mengatakan mulai
merasakan penglihatannya kabur sejak ± 7 bulan yang lalu. Awalnya, Ny. S hanya
merasakan kabur pada mata kirinya saja, namun 5 bulan kemudian Ia mulai
merasakan mata kanannya juga sudah mulai kabur seperti berkabut. Cucu Ny. S
mengatakan bahwa 2 hari yang lalu neneknya pernah terjatuh di dapur.

Dari Hasil pemeriksaan fisik yang di lakukan Ns. R, di dapatkan TTV: TD;
150/90 mmHg, N: 74 x/mt, P: 16x/mt. Pada hasil Pemeriksaan Visus di dapatkan
VOD : 4/60 , VOS : 2/60, ke dua mata, kiri maupun kanan sudah tertutupi selaput
berwarna putih. Namun mata kiri hampir keseluruhan tertutupi lapisan berwarna
putih. Dokter menyarankan Ny. S untuk Operasi Katarak, agar dapat mengangkat
lapisan putih yang menutupi pandangan matanya. Ny. S dan cucunya mulai
berdiskusi mengenai saran yang di berikan dokter. Ny. S kemudian menyutujui saran
yang diberikan dokter untuk operasi katarak

Dokter mengatakan bahwa Ny. S di rencanakan Operasi pada hari Selasa, tanggal
23 September 2014. Ns. R memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan di
lalui Ny. S. Ns. R menyarankan agar Ny. S masuk RS. pada hari senin, agar dapat di
kontrol sebelum operasi dilakukan.

Ny. S masuk ke ruang Rawat Inap Mawar Kamar 3 RS. Ibnu Sina pada tanggal
22 September 2014 pukul 11.10 WITA dan di rencanakan untuk operasi katarak.

Ns. A masuk ke kamar 3.


Ns. A : (Mengucapkan Salam) Permisi Ibu (sambil menghampiri pasien), Atas
Nama syapa bu??

Ny. S : Ibu Siti (sambil tersenyum ke perawat)

Ns. A : Oh, Ibu Siti (Membalas senyum Pasien). Ibu yang kemarin
direncanakan dr. Noro untuk operasi katarak, yah??

Ny. S : Iya sus..

Ns. A : Bu, saya perawat yang bertugas pagi ini, Nama Saya Ns. Ayu.
(memperkenalkan diri).

Ny. S : Oh Iya suster.

Ns. A : (Mendekati Tempat tidur Pasien) Permisi Ibu, Saya tensi dulu, yah.
(sambil memasangkan manset ditangan Pasien).

Ny. S : Iya, Sus.. Silahkan (sambil berbaring di tempat tidurnya)

Ns. A : Pernah kita tensi sebelumnya bu?

Ny. S : Pernah, terakhir itu saya tensi, tekanan darah ku sekitar 150/90 mmHg
(sambil menatap perawat)

Ns. A : Oh, iya Bu. Saya Tensi dulu ibu di’ (sambil mengukur Tekanan Darah
pasien). Bu, Tekanan Darah ta’ sekarang 140/80 mmHg.

Ny. S : (Bertanya ke perawat). Bagus ji itu suster???

Ns. A : Iya Bu, Normal itu Bu.

Ny. S : (sambil menghela nafas) Alhamdulillah.

Ns. A : Bu, jangan kita terlalu stress fikirkan operasi ta’ itu, karena kalau kita
stress nanti naik Tekanan Darah ta’..(sambil menjelaskan ke pasien)

Ibu berdoa saja, mudah-mudahan Operasinya nanti berjalan Lancar, dan


ibu bisa melihat dengan baik lagi (Memberi Dukungan Pada Pasien)

Ny. S : Iya Suster. Amin Semoga Lancar

Ns. A : Bu, ada keluarga yang menemani?? (klien tampak sendirian di dalam
kamar)
Ny. S : Ada suster, Cucu saya. Tapi, lagi pulang dulu ambil Sarung, sus.

Ns. A : Oh Iya Bu, saya pasangkan pengaman tempat tidurnya yah. (sambil
menarik pengaman).

Bu, kalau ada sesuatu yang Ibu perlukan, Ibu bisa menekan tombol di
samping tempat tidur, sehingga Perawat bisa mengetahui dan segera
membantu (Memberi Penjelasan kepada Klien)

Ny. S : Iya suster. (sambil menganggukkan kepala)

Ns. A : Bu, Saya mau sampaikan, bahwa saya hari ini bertugas hanya sampai
siang saja, Jadi sebentar akan ada perawat lainnya yang akan bertugas
menggantikan saya. Jadi, jika ibu memerlukan bantuan, perawat yang
bertugas akan membantu ibu.

Ny. S : Oh, Iya Sus..

Ns. A : Baiklah Bu, Ibu bisa Istirahat (sambil menarik selimut pasien). Saya
Permisi dulu yah Bu..

Ny S : Iya, Suster.. Terima Kasih Banyak.

Pergantian Shift Pagi dengan Shift Siang.

Pukul 15.10 WITA, Tiba-tiba Bel di ruang Perawatan Ny. S berbunyi :

Ns. H : Dek.. (memanggil mahasiswa praktek) Tolong periksa dulu kamar 3,


apa yang pasien butuhkan (sambil menunjuk kamar 3)

Mahasiswa : Iye Kak. (sambil berjalan menuju kamar 3).

Mahasiswa menuju kamar 3 tempat Ny. S berada

Mahasiswa : (sampai di depan pintu kamar 3). Permisi Bu, ada yang bisa di bantu??
(menghampiri pasien)

Ny. S : Iya, sus.. Saya mau buang air kecil, Bisa kita bantu ke Toilet?? (klien
duduk di tempat tidur)

Mahasiswa: Oh, Iya Bu, Mari saya Bantu (sambil membantu klien turun dari tempat
tidur dan menuju ke Toilet)
Klien masuk ke Toilet. Namun, tanpa di duga mahasiswa meninggalkan klien
sendirian di dalam kamar mandi. Beberapa menit kemudian, klien keluar dari kamar
mandi, dan berjalan sendirian menuju tempat tidurnya. Perawat melihat klien berjalan
sendirian ke Tempat tidurnya, dan langsung masuk membantu klien.

Ns. H : (berjalan menuju pasien) Bu, Mari sini saya bantu ibu ke tempat
tidurnya (memegang tangan klien)

Ny. S : Oh, Iya suster (sambil memegang erat tangan perawat dank lien naik ke
tempat tidurnya)

Ns. H : Bu, bukan kah tadi ada mahasiswa yang membantu ibu?? (sambil
merapikan selimut pasien)

Ny. S : Iya, tadi ada mahasiswa yang membantu saya, tapi sepertinya dia keluar
(menyandarkan kepalanya ke bantal)

Ns. H : Oh, Iya Bu.. Jika Nanti ibu ingin keluar kamar, ibu bisa memencet bel
disamping tempat tidur, sehingga perawat bisa membantu ibu, dan ada
pula pegangan di depan tembok yang mengelilingi kamar ibu, ibu bisa
memegang dan mengikuti jalur sampai ke tempat tidur ibu atau ke pintu
keluar (sambil memperagakan contohnya ke pasien).

Ny. S : Oh iya suster.. (sambil melihat kembali tempat yang di tunjukkan


perawat)

Ns. H : Baiklah ibu, saya permisi dulu…

Ny. S : Iya suster, Terima Kasih atas bantuannya.

Ns. H : (Menuju ke pintu, dan keluar kamar pasien)

Ns. H kembali ke Nurse Station & memanggil mahasiswa yang tadi membantu Ny.S

Ns. H : Ade.. (memanggil mahasiswa yang ke kamar Ny. S tadi) kesini dulu
dek??

Mahasiswa : (menghampiri kakak perawat) Iye kak..

Ns. H : Dek, Kamu tadi yang bantu Ny. S ke kamar mandi?


Mahasiswa: (dengan wajah tertunduk) Iya kak, saya tadi yang membantu Ny. S ke
kamar mandi.

Ns. H : Kenapa tadi kamu tinggalkan Ny. S sendirian di kamar mandi?

Mahasiswa : Maaf Kak, tadi saya kebetulan mau buang air besar, Jadi saya langsung
berlari keluar kamar Ny. S menuju ke Toilet (sambil menunduk)

Ns. H : Itu dek, kalau ada keperluan yang seperti itu dan tidak bisa ditahan lagi,
sebaiknya panggil teman mahasiswa lainnya atau izin ke kakak perawat,
supaya ada yang menggantikan kamu ke kamar Ny. S. (memberi
penjelasan ke mahasiswa).

Mahasiswa: Iye Kak.. Maaf Sebelumnya…

Ns. H : (memberi penjelasan ke mahasiswa mengenai kondisi Ny. S sekarang


ini)

Dek,. Ny. S itu termasuk pasien yang harus di jaga untuk menghindari
resiko jatuh. Ny. S memiliki penglihatan Kabur, umur yang sudah 72
tahun sehingga sangat besar resiko untuk jatuh jika tidak di perhatikan
dengan baik, yang dimana dapat menimbulkan masalah baru nantinya.
Apalagi Ny. S pernah mengalami riwayat jatuh sebelumnya. Maka dari
itu, Kamar Ny. S di tempatkan di kamar khusus pasien yang beresiko
jatuh dan kamar Ny. S terdapat alat bantu Bel untuk memudahkan
perawat mengetahui hal yang dibutuhkan pasien. Selain itu, lantai kamar
Ny. S itu harus selalu di pastikan kering, tidak ada genangan air untuk
menghindari resiko jatuh.

Mahasiswa : Oh, begitu kak (sambil mengangguk mengerti)

Ns. H : (melanjutkan penjelasannya) selain itu, tempat tidur pasien itu harus
dipastikan terkunci, pengamannya harus terpasang, dan posisikan pasien
ke tempat terendah untuk menghindari resiko jatuh. Jadi, Jika pasien
masuk dengan resiko jatuh, maka pastikan untuk meminimalisir resiko
tersebut dengan melakukan tindakan tersebut.

Mahasiswa : Oh iye Kak.. Maaf sebelumnya.,.

Ns. H : Lain kali jangan begitu yah dek, Nanti bisa membahayakan pasiennya.
Mahasiswa : Iya Kak.. Terima Kasih penjelasannya kak.. (sambil berjalan kembali ke
tempat duduknya).

Penjelasan:

Pasien dengan resiko jatuh sangat membutuhkan perhatian khusus guna


menghindari dan meminimalisir resiko jatuh yang dapat mengakibatkan kejadian
yang tidak diharapkan (KTD) dan dapat mengancam keselamatan pasien. Tindakan
untuk mencegah hal tersebut sangat di butuhkan. Adapun metode pencegahan yang
bisa di berikan pada pasien dengan resiko jatuh di antaranya yaitu:

1) Mengevaluasi faktor risiko

2) Pencegahan standar:

a. Mengenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya

b. Menempatkan tombol panggilan di tempat yang mudah dijangkau pasien


dan mengajari pasien bagaimana cara menggunakannya

c. Meletakkan benda-benda penting yang dibutuhkan pasien di tempat yang


mudah dijangkau pasien

d. Tempat tidur pasien disiapkan dalam posisi rendah dan dalam keadaan
terkunci

e. Memastikan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin dan


ukurannya sesuai

f. Menyediakan pencahayaan yang cukup, terutama pada malam hari

g. Pastikan lantai dalam keadaan bersih dan kering

h. Sediakan pengaman (handrails) di kamar mandi dan kamar pasien, serta


di lorong rumah sakit.

i. Gunakan tanda visual untuk memberitahukan risiko jatuh (seperti: tanda


yang dipasang di pintu kamar pasien/di dalam kamar pasien, gelang
penanda, kaos kaki/selimut berwarna, tanda di berkas rekam medis
pasien)
j. Dampingi pasien saat pasien ke kamar mandi. Tanyakan apakah pasien
ingin ke kamar mandi setiap 2 jam sekali (apabila pasien dalam keadaan
sadar)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Memberikan keselamatan kepada pasien merupakan hal yang sangat penting.


Dan untuk mencapai keselamatan pasien diperlukan sasaran-sasaran keselamatan
pasien, salah satunya adalah mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh. Bila
resiko pasien cedera karna jatuh ini bisa dikurangi, maka proses penyembuhan klien
akan lebih cepat. Tanggung jawab sasaran ini terutama ada pada rumah sakit selaku
penyedia fasilitas, namun segala komponen yang terkait juga punya tanggung jawab
yang besar terhadap keselamatan pasien

B. Saran

Sebagai seorang mahasiswa harus lebih banyak lagi belajar dan bertanya agar
lebih bisa mengerti dan memahami tentang keselamatan pasien ini. Karena ini
merupakan salah satu hal pokok yang harus dikuasai.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Morse fall scale. Februari 24, 2012. Sage Publication.


http://alameda.networkofcare.org/library/Morse%20Fall%20Scale.pdf
diambil tanggal 05 Maret 2012.
Morse, J.M. (2008). Preventing Patient Falls: Establishing a Fall Intervention
Program 2nd Edition. New York: Springer Publishing Company.
Aller, B. “Morse Falls Scale Assessment”.
www.mnhospitals.org/...Falls.../Morse_Fall_Scale (diunduh pada 29 Februari
2012)

Ebersole, P. et. al. (2005). Gerontological Nursing & Healthy Aging, Second
Edition. Missouri: Mosby Inc.

Miller, C. A. (2004). Nursing for wellness in older adults: Theory and practice.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Stanley, M.dan Beare, P. G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik Ed. 2


(Terjemahan Nety Juniarti et. al.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai