Anda di halaman 1dari 26

ANALISA SOP TINDAKAN KEPERAWATAN

“PEMASANGAN KATETERISASI URINE”

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

NAMA : DEWI ULFANI

NIM : 14420202175

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
1. Defenisi
Pemasangan katetererisasi urine adalah proses memasukkan selang yang terbuat dari
plastik atau karet melalui saluran uretra menuju kandung kemih.
2. Tujuan
a. Meningkatkan rasa nyaman klien akibat distensi abdomen
b. Menghitung sisa urin (residu) dalam kandung kemih
c. Sebagai media pemeriksaan specimen urin
d. Mengosongkan kandung kemih secara optimal sebelum tindakan pembedahan
e. Memfasilitasi pengukuran output urin yang lebih akurat. Hal ini biasanya dibutuhkan
pada klien yang membutuhkan pengukuran urin tiap jam.
f. Mencegah urin mengkontaminasi bekas insisi bedah setelah operasi perineal
g. Membantu klien yang mengalami inkontinensia ketika cara lain gagal dilakukan
(seperti mengurangi minum di malam hari atau menawarkan urinal lebih sering).
3. Indikasi
Untuk dekompresi bladder pada pasien dengan retensi urine yang akut atau kronik
akibat dari keadaan seperti intravesicular obstruction dari traktus urinarius atau neurogenic
bladder.
4. SOP Tindakan
No. TINDAKAN
A. PRAINTERAKSI
1. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
2. Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
3. Cuci tangan (handrub) sebelum menyiapkan alat
4. Persiapan alat :
- Gunting - Kasa gulung
- Foley catheter
- Perban/plester - Bak instrument
- Urine bag
- Pinset anatomis - Spuit 10 cc 1 buah
- Sarung tangan
- Pinset sirurgis - Spuit 3 cc 1 buah
steril
- Perlak dan - Lydocain jelly
- Kom steril
pengalas - Aquabidest 3o ml
- Plester/Hypavix
- Chlorhexidiene
- Bengkok
- Kapas/kassa steril
- Duk steril
5. Buka 1 spuit 3 cc, masukan kedalam bak instrument dengan menjaga kesterilan
6. Tampung jelly kedalam kom steril yang ada di bak instrument, jaga kesterilan
saat mengeluarkan jelly dari tube dan menampung dalam bak instrument
7. Buka 1 spuit 10 cc dan isu dengan aquadest untuk fiksasi folley catheter
letakan diluar bak instrument
7. Cuci tangan sebelum kepasien
B. ORIENTASI
1. Ucapkan Assalamua’alaikum Wr. Wb dan perkenalkan diri
2. Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau nama dan alamat
pasien, serta cek gelang identitas pasien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien/keluarga
4. Berikan edukasi pengurangan rasa nyeri (nonfarmakologis) pada saat
pemasangan kateter
5. Kontrak waktu
6. Beri kesempatan kepada pasien/keluarga untuk bertanya
7. Minta persetujuan klien/keluarga
8. Dekatkan alat didekat pasien
9. Jaga privasi, keamanan dan keselamatan pasien
C. INTERAKSI
Perempuan
1. Mencuci tangan
2. Mengatur posisi klien supine dan lithotomie
3. Menyiapkan tempat steril berisi alat-alat steril
4. Menyiapkan alat tempat untuk alat-alat non steril
5. Menekuk lutut klien
6. Memasang sarung tangan
7. Menutup area yang tidak digunakan
8. Menyambung kateter dengan urine bag sebelum kateter dimasukan ke urethra
9. Memakai sarung tangan steril
10. Siapkan kasa steril yang basah 4/5 untuk membersihkan labia mayora, minora
dan meatus
11. Meletakan duk lubang steril diatas disekitar perineal
12. Melakukan vulva hygiene
13. Mengolesi kateter dengan jelly pelumas
14. Memasukan kateter kedalam urethra sampai dengan pangkal kateter
15. Menggelembung balon kateter dengan menggunakan spuit berisi air/NaCl 0,9%
sebanyak yang ditentukan oleh pabrik kateter
16. Menarik sedikit kateter urine sampai dengan ada hambatan (Tarik secara pelan)
17. Memfiksasi kateter
18. Plester kateter di paha atas
19. Rapikan alat
20. Mencuci tangan
Laki-laki
1. Mencuci tangan
2. Mengatur posisi klien supine dan kedua kaki dilebarkan
3. Melakukan perineal hygiene
4. Menempatkan penutup diatas kedua paha
5. Memasang urine bag di sisi tempat tidur
6. Memasang sarung tangan steril
7. Meletakan duk lubang steril di sekitar perineal
8. Menyambung kateter dengan urine bag sebelum kateter di masukan keuretra
9. Memegang penis (tangan kiri) dan menegakannya
10. Masukan jelly menggunakan spoit kedalam meatus
11. Menarik penis sedikit kebaah jika agak sulit memasukan kateter
12. Memasukan kateter kedalam uretra sampai denga pangkal kateter
13. Menggelembung balon kateter dengan menggunakan spuit berisi air/NaCl 0,9%
sebanyak yang ditentukan oleh pabrik kateter
14. Menarik sedikit kateter urine sampai dengan ada hambatan (Tarik secara pelan)
15. Memfiksasi kateter keabdomen bawah
16. Merapikan klien dan peralatan
17. Mencuci tangan
D. TERMINASI
1. Simpulkan hasil kegiatan
2. Manajemen post prosedur
Edukasi pada pasien : tidak meninggikan urine bag di atas paha ketika berjalan,
menjaga kebersihan
3. Evaluasi respon pasien
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
5.. Doakan kesembuhan pasien
6. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
7. Akhiri kegiatan dengan menggucapkan Wassalamua’alaikum Wr. Wb
8. Buang sampah/bahan yang sudah tidak terpakai pada tempat sampah
9. Cuci tangan (handwash) 6 langkah
E. DOKUMENTASI
1. Tanggal dan jam pelaksanaan
2. Data (DS dan DO sebelum tindakan)
3. Action/tindakan keperawatan yang dilakukan : pemasangan kateter
4. Respon (DS dan DO sesudah tindakan)
(DS : Respon klien
DO : Jumlah urine yang keluar, arna cairan pada urine bag)
5. Nama dan tanda tangan ners

5. Lampirkan URL
https://youtu.be/p470MUGiSOU

6. Lampirkan screenshoot video


ANALISA SOP TINDAKAN KEPERAWATAN

“PEMASANGAN KATETERISASI INTRAVENA”

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

NAMA : DEWI ULFANI

NIM : 14420202175

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
1. Defenisi
Pemasangan kateter intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum
langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium,
kalium), nutrien (biasanya glukosa), vitamin atau obat.
2. Tujuan
a. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
b. Memberikan obat-obatan
c. Transfuse darah dan produk darah
d. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi.
3. Indikasi
Indikasi pada pemberian terapi intravena:
Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung
masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam
peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan
memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena
hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini
tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada
kebanyakan pasien dirawat di rumah sakit dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan
antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi rumah
sakit, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika
dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena
(sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan
kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur
gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan
ke dalam pembuluh darah langsung.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan
obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan
pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan
(di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi
obat dalam darah tercapai, misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan
mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan
untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak
antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat
dalam darah untuk membunuh bakteri
4. SOP Tindakan
No. Tindakan
A. PRAINTERAKSI
1. Baca catatan keperawatan atau catatan medis pasien
2. Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat
3. Persiapan alat
- Kapas alcohol - Cairan infus sesuai instruksi dokter
- Sarung tangan - Infus set
- Tourniquet - Kanul/kateter IV (abocath)dengan no. 18
- Hypafix atau no 20 untuk dewasa, no. 24 untuk anak-
- Pengalas infus anak
- Bengkok - Baki untuk menyimpan peralatan tindakan
B. ORIENTASI
1. Ucapkan Assalamua’alaikum Wr. Wb dan perkenalkan diri
2. Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau nama dan alamat
pasien, serta cek gelang identitas pasien serta validasi perasaan klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga
4. Kontrak waktu
5. Minta persetujuan pasien/keluarga
6. Dekatkan alat
7. Jaga privasi (tutup tirai), keamanan (pasang/lepas side rail), dan kenyamanan pasien
(posisi dan lingkungan)
C. INTERAKSI
1. Mencuci tangan
2. Berdoa
3. Memasang sarung tangan
4. Menyiapkan set infus :
a. Membuka set infus, pertahankan sterilisasi pada kedua ujungnya
b. Memasang klem rol pada selang infus pada posisi off (tertutup) yaitu sekitar
2-4 cm di baah chamber
c. Membuka tutup botol cairan infus, membuka tutup tube infus set lalu tusukan
tube set ke dalam botol cairan infus
d. Isi chamber dengan cairan sebanyak 1⁄2 dari bagian chamber dengan cara
menekan chamber, lalu buka klem rol pada posisi on dan kosongkan udara
dalam selang infus dengan cara mengalirkan cairan infus sampai keluar dari
ujung selang infus kemudian klem kembali
5. Menyiapkan fiksasi infuse menggunting plester sesuai kebutuhan
6. Menyiapkan daerah penusukan
a. Membebaskan daerah yang akan ditusuk dari pakaian dan meletakan posisi
tangan pada posisi di baah jantung
b. Memilih tempat penusukan, dimulai pada vena distal dan pada tangan yang
tidak dominan, pilih vena yang besar, tidak bercabang, bukan di daerah
persendian.
7. Memasang alas infuse dan lakukan pembendungan dengan memasang tourniquet ±15-
20 cm dari tempat yang akan ditusuk.
8. Melakukan penusukan jarum
a. Desinfeksi kulit pada tempat yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
b. Gunakan ibu jari untuk menegangkan kulit pada daerah yang akan ditusuk
c. Pegang jarum dengan posisi jarum membentuk sudut 20º-30º dan lubang
jarum mengarah ke atas
d. Tusukan jarum abocath/cateter infus, setelah masuk (darah keluar), masukan
catether sampai kepangkal sambal mengeluarkan mandarin dengan
menariknya secaaraa perlahan
9. Setelah mandrin keluar lakukan penekanan di bawah daerah penusukan sambal
menyambungkan ujung catheter IV dengan ujung selang infus,
10. Membuka touniquet dan membuka klem roll selang infus, biarkan cairan infus
mengalir
11. Memfiksasi kateter jarum infus dengan menggunakan plester dengan cara
melintang/menyilang di daerah pangkal jarum dan menutup
12. Mengatur tetesan infus
13. Merapikan klien dan berikan posisi nyaman bagi klien
14. Mencuci tangan
D. TERMINASI
1. Menginformasikan hasil tersebut kepada klien
2. Validasi perasaan klien setelah tindakan selesai
3. Kontak pertemuan berikutnya dan mengucapkan salam teraupeutik
4. Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula (ruang penyimpanan)
5. Mencuci tangan
E. DOKUMENTASI
1. Tanggal dan jam pelaksanaan
2. Action /tindakan keperawatan yang dilakukan
3. Nama dan tanda tangan ners
5. Lampirkan URL
https://youtu.be/tSt9GunDovM

6. Lampirkan screenshoot video


ANALISA SOP TINDAKAN KEPERAWATAN

“PEMASANGAN NGT”

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

stase Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

NAMA : DEWI ULFANI


NIM : 14420202175

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
7. Defenisi
Pemasangan NGTatau nasogastric tube adalah pemasangan selang lunak dan lentur
yang terbuat dari plastik melalui hidung untuk membantu orang yang sulit menelan agar
tetap mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
8. Tujuan
Tujuan pemasangan selang nasogastrik adalah untuk membantu pemberian makanan
dan obat-obatan kepada pasien yang tidak bisa mengonsumsi makanan atau obat dari
mulut, misalnya bayi prematur atau pasien koma
9. Indikasi
a. Pasien tidak sadar
b. Pasien kesulitan menelan
c. Pasien yang keracunan
d. Pasien muntah darah
e. Pasien pre atau post operasi esophagus

10. SOP Tindakan


No. Tindakan
A. PRAINTERAKSI
1. Baca catatan keperawatan atau catatan medis pasien
Baca catatan keperawatan atau rekam medis pasien mengenai kondisi pasien
khususnya terkait kebutuhan dilakukan pemasangan NGT
2. Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat
3. Persiapan alat
- Spuit 10-20 cc, isi dengan udara 10 cc
- Selang NGT steril
- Penlight
- Sarung tangan bersih
- Bak instrument berisi :
- Jelly
Pinset anatomi 1 buah dan kain kasa
- pH steril/kertas lakmus
secukupnya
- Perlak dan atasannya
- Spatel lidah
- Handuk
- Stetoskop
- Gelas bersih berisi air putih dan
- Plester(siapkan model kupu-kupu untuk
sedotan
NGT di hidung dan Panjang untuk pipi)
- Bengkok
- Gunting
- Tissue
B. ORIENTASI
1. Ucapkan Assalamua’alaikum Wr. Wb dan perkenalkan diri
2. Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau nama dan alamat
pasien, serta cek gelang identitas pasien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga
4. Kontrak waktu
5. Beri kesempatan pasien untuk bertanya
6. Minta persetujuan pasien/keluarga
7. Dekatkan alat
8. Jaga privasi (tutup tirai), keamanan (pasang/lepas side rail), dan kenyamanan pasien
(posisi dan lingkungan)
C. INTERAKSI
1. Mencuci tangan
2. Membantu klien pada posisi fowler tinggi
3. Bersama dengan klien membantu menentukan kode yang akan digunakan, misalnya
mengangkat telunjuk untuk mengatakan tunggu sejenak karena rasa tidak nyaman dan
sebagainya
4. Memasang serbet atau handuk diatas dada klien, meletakan bengkok dalam jangkauan
klien
5. Mencuci tangan
6. Memasang sarung tangan
7. Mengecek lubang hidung untuk pemasukan selang NGT
8. Mngukur Panjang selang yang akan dimasukan, menandai dengan spidol. Pengukuran
selang nasogatrik : ukur jarak dari puncak lubang hidung kedaun telinga baah dan ke
prosesus xifoideus di sternum
9. Memberi pelumas pada selang sepanjang 10-20 cm. bagian pangkal selang/pipa di
klem
10. Mengingatkan klien bahwa selang akan segera dimasukan. Masukan pipa dengan
cermat melalui lubang hidung sampai kebelakang tenggorokan
11. Menekuk kepala klien kedada setelah pipa meleati nasofaring. Memberi klien waktu
untuk relaks sejenak
12. Memasukan selang perlahan-lahan sambal klien disuruh menelan
13. Menekankan perlunya bernapas dengan mulut dan menelan selama prosedur
berlangsung. Memeriksa letak selang betul-betul masuk kedalam lubang dengan cara
sebagai berikut :
Masukan udara dengan spoit 3-5 cc kedalam lambung, sambal mendengarkan dengan
stetoskop. Bila terdengar bunyi berarti selang masuk ke dalam lambung kemudian
udara dikeluarkan kembali
Aspirasi 10 cc cairan lambung, klem ditutup, masukan dalam kom. Cek dengan kertas
lakmus (warna orange : cairan lambung)
14. Setelah yakin bahwa selang masuk ke lambung, pasang corong atau spuit pada
pangkal selang
15. Memfiksasi selang dengan plester dan hindari tekanan pada hidung. Pasang model
kupu-kupu untuk selang di hidung dan panjang untuk pipi
16. Klien dirapikan
17. Mencuci tangan
D. TERMINASI
1. Evaluasi respon pasien
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
4. Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang NGT
5. Doakan kesembuhan pasien
6. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
7 Mengakhri kegiatan dengan cara memberi salam
E. DOKUMENTASI
1. Tanggal dan jam pelaksanaan
2. Data (DS/DO sebelum tindakan)
3. Action /tindakan keperawatan yang dilakukan
4. Respon (DS/DO sesudah tindakan)
5. Nama dan tanda tangan ners
11. Lampirkan URL
https://youtu.be/lAkCMHpepkg
12. Lampirkan screenshoot video
ANALISA SOP TINDAKAN KEPERAWATAN

“PENGHISAPAN LENDIR (SUCTION)”

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

NAMA : DEWI ULFANI

NIM : 14420202175

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021

1. Defenisi
Penghisapan lendir adalah suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran nafas
dengan menggunakan suatu catheter suction yang dimasukkan melalui hidung atau rongga
mulut ke dalam pharing atau sampai trachea. Suctioning atau penghisapan merupakan
tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak
mampu mengeluarkannya sendiri.
2. Tujuan
Tujuan penghisapan lendir adalah untuk membersihkan lendir dari jalan nafas,
sehingga patensi jalan nafas dapat dipertahankan dan meningkatkan ventilasi serta
oksigenasi. Penghapusan sekresi tersebut juga meminimalkan risiko atelektasis
3. Indikasi
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya sekret yang
menyumbat jalan nafas, ditandai dengan : hasil auskultasi : ditemukan suara crackels atau
ronkhi, nadi dan laju pernafasan meningkat, sekresi terlihat di saluran napas atau rangkaian
ventilator, permintaan dari klien sendiri untuk dilakukan penghisapan lender dan
meningkanya peak airway pressure pada mesin ventilator
4. SOP Tindakan
NO. TINDAKAN
A. PRAINTERAKSI
1. Membaca laporan atau program terapi medik/program terapi keperawatan
2. Menulis/mengecek identitas klien
3. Mengecek laporan klien dengan focus data : apakah terdapat mucus/lender pada
brongkus, peningkatan produksi lender
4. Persiapan alat
- Handscoon
- Masker
- Suction
- Kateter pengisap
- Jelly
- Tissue
- Spatel lidah
5. Mencuci tangan
B. ORIENTASI
1. Ucapkan Assalamua’alaikum Wr. Wb dan perkenalkan diri
2. Validasi data : nama klien, keluhan, data lain terkait
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
4. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan
C. INTERAKSI
1. Mencuci tangan
2. Posisikan pasieon semi fowler
3. Memberikan oksigen sebelum memulai prosedur
4. Pasang pengalas/handuk keatas dada klien
5. Memakai handscoon
6. Memastikan fungsi mesin penghisap berfungsi dengan baik
7. Memasukan kateter perlahan-lahan sampai faring tanpa menghisap
8. Dengan kateter menghisap, kateter dikeluarkan secara memutar (lama
penghisapan 10-15 detik), berikan istirahat
9. Melepas sarung tangan
10. Mencuci tangan
5. Lampirkan URL
https://youtu.be/9HJZGvRjmcA
6. Lampirkan screenshoot video
ANALISA SOP TINDAKAN KEPERAWATAN

“TERAPI OKSIGEN”

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

stase Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

NAMA : DEWI ULFANI


NIM : 14420202175

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
1. Defenisi
Terapi oksigen adalah tindakan medis untuk menyalurkan oksigen ke dalam tubuh
lewat alat bantu.
2. Tujuan
Tujuannya adalah kadar oksigen di dalam tubuh tercukupi sehingga fungsi organ
berjalan lancar.
3. Indikasi
a. Hipoksemia: penurunan PaO2 pada darah di bawah nilai normal. PaO2 <60 atau SaO2
<90% pada pasien yang menghirup udara ruangan, atau dengan PaO2 dan atau SaO2
di bawah nilai yang dinginkan pada situasi klinis spesifik
b. Terapi jangka pendek seperti pada keracunan karbon monoksida atau pemulihan
setelah anestesi
c. Absorbsi pneumothorax
d. Pasien sesak napas (laju napas di atas 20 x/menit) yang saturasi oksigennya masih
normal
e. Pasien dengan risiko hipoksia jaringan, misalnya pasien asidosis metabolik atau sepsis
4. SOP Tindakan
No. TINDAKAN
A. PRAINTERAKSI
1. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
2. Menyebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
3. Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat
4. Persiapan alat
- Nasal kanul
- Selang oksigen
- Humidifier
- Stril water
- Tabung oksigen dengan flowmeter
- Oksimetri
5. Cuci tangan 6 langkah sebelum ke pasien
B. ORIENTASI
1. Ucapkan Assalamua’alaikum Wr. Wb dan perkenalkan diri
2. Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau nama dan alamat
pasien, serta cek gelang identitas pasien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien/keluarga
5. Lakukan kontrak waktu
6. Beri kesempatan kepada pasien/keluarga untuk bertanya
7. Minta persetujuan klien/keluarga
8. Dekatkan alat didekat pasien
9. Jaga privasi (tutup tirai), keamanan (pasang/lepas side rail), dan kenyamanan
pasien (posisi dan lingkungan)
C. INTERAKSI
1. Mencuci tangan
2. Memberikan posisi tidur fowler/semi fowler/kepala ekstensi
3. Mengecek kepatenan jalan nafas dengan menutup salah satu lubang hidung dan
lubang hidung lainnya menarik nafas dan hembuskan
4. Pasang oksimeter
5. Menghubungkan kanal nasul dengan selang oksigen ke humidifier dengan aliran
oksigen yang rendah
6. Cek aliran oksigen di punggung tangan sebelum di pasang ke pasien
7. Matikan oksigen
8. Masukan kedua ujung kanul kedalam lubang hidung
9. Mengatur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika perlu dengan
kain kasa pada daerah yang tertekan
10. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan dosis yang dipesankan
11. Mencuci tangan
D. TERMINASI
1. Simpulkan hasil kegiatan
2. Manajemen post prosedur untuk tindakan invasive
(seperti edukasi yang perlu diperhatikan pasien dngan terpasangnya alat tersebut)
3. Evaluasi respon pasien
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
5. Doakan kesembuhan pasien
6. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
7. Akhiri kegiatan dengan menggucapkan Wassalamua’alaikum Wr. Wb
8. Cuci tangan 6 langkah setelah keluar dari ruangan pasien
E. DOKUMENTASI
1. Nama, umur, alamat
2. Tanggal dan jam pelaksanaannya
3. Data (DS/DO sebelum tindakan)
4. Action/tindakan keperawatan yang dilakukan
5. Respon (DS dan DO sesudah tindakan)
6. Nama dan tanda tangan ners
5. Lampirkan URL
https://youtu.be/PMc9hFpHNmw
6. Lampirkan screenshoot video
ANALISA SOP TINDAKAN KEPERAWATAN

“PERAWATAN LUKA”

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

NAMA : DEWI ULFANI

NIM : 14420202175

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
13. Defenisi
Perawatan luka adalah tindakan merawat luka dengan upaya untuk mencegah
infeksi, membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman/bakteri pada kulit dan jaringan
tubuh lainnya.
14. Tujuan
Tujuan dari peraawatan luka adalah untuk menghentikan perdarahan, mencegah
infeksi, menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena dan untuk
menyembuhkan luka. Tekanan langsung pada luka akan menghentikan perdarahan
15. Indikasi
a. Perdarahan dari luka tidak dapat dihentikan dengan bebat tekan atau memposisikan
lebih tinggi daerah yang mengalami luka.
b. Luka yang dialami disebabkan oleh trauma berat.
c. Luka terbuka yang membutuhkan jahitan.
16. SOP Tindakan
No. Tindakan
A. PRAINTERAKSI
1. Baca catatan keperawatan atau catatan medis pasien
2. Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat
3. Persiapan alat
- Pinset anatomis
- Sarung tangan non steril
- Pinset sirugis
- Sarung tangan steril
- Cotton bad
- Perlak
- Penggaris
- Bengkok
- Hypafix
- NaCl
- Gunting
- Spoit 50 cc
- Set medikasi
- Kasa steril
- Gunting jaringa
- Sabun antiseptic
B. ORIENTASI
1. Ucapkan Assalamua’alaikum Wr. Wb dan perkenalkan diri
2. Cuci tangan
3. Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur pasien atau nama dan alamat
pasien, serta cek gelang identitas pasien
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga
5. Kontrak waktu dan kesepakatan pelaksanaan tindakan
6. Dekatkan alat
7. Jaga privasi (tutup tirai), keamanan (pasang/lepas side rail), dan kenyamanan pasien
(posisi dan lingkungan)
C. INTERAKSI
1. Mencuci tangan
2. Membantu klien pada posisi fowler tinggi
3. Memasang sarung tangan non steril
4. Meletakan pengalas dibaah area luka
5. Meletakan nierbeken di dekat pasien
6. Membuka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka), dengan
menggunakan cairan NaCl dan pinset anatomis dan buang balutan kedalam nierbeken
7. Mengkaji kondisi luka : grade, lokasi, ukuran, nyeri dan kondisi luka
8. Membersihan luka dengan sabun antiseptik
9. Membuka sarung tangan memasukan kedalam nierbeken
10. Mencuci tangan
11. Membuka set steril
12. Memakai sarung tangan steril
13. Membersihkan luka normal (NaCl) mulai dari pusat luka kea rah luas/ dari area yang
sedikit terkontaminasi ke area yang paling terkontaminasi secara perlahan-lahan.
Hindari merusak jaringan granulasi
14. Keringkan luka dengan kasa kering
15. Balut luka dengan balutan primary dressing dan secondary dressing, dan tutup luka
16. Membuka sarung tangan dan masukan dalam nierbeken
17. Mngatur dan merapikan pasien
18. Mencuci tangan
D. TERMINASI
1. Evaluasi respon pasien
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhri kegiatan dengan cara memberi salam
E. DOKUMENTASI
1. Tanggal dan jam pelaksanaan
2. Data (DS/DO sebelum tindakan)
3. Action /tindakan keperawatan yang dilakukan
4. Respon (DS/DO sesudah tindakan)
5. Nama dan tanda tangan ners
17. Lampirkan URL
https://youtu.be/e0LecJqzAzE

18. Lampirkan screenshoot video

Anda mungkin juga menyukai