Anda di halaman 1dari 23

Laporan Pendahuluan

Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

NAMA : DEWI ULFANI


NIM : 14420202175

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
A. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Defenisi cairan dan elektrolit
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusikan ke seluruh tubuh
(Haswita & Sulistyowati, 2017).
Cairan dan elekteolit merupakan komponen tubuh yang berperan
dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita
terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar dalam sel maupun luar sel.
Namun demikian, besarnya kandungan air tergantung usia, jenis kelamin,
dan kandungan lemak (Black & Hawks, 2016).
2. Etiologi cairan dan elektrolit
a. Etiologi cairan
Rata-rata asupan cairan harian individu dewasa adalah sekitar
1.500-2.000 ml. Di samping itu, sekitar 800 ml cairan di konsumsi
melalui makanan padat. Keseimbangan cairan dipertahankan dalam
tubuh karena asupan cairan sama dengan ekskresinya dari tubuh.
Konsep sederhana ini dapat digunakan untuk menjelaskan sebab-
sebab umum dari gangguan keseimbangan cairan. Kurangnya asupan
cairan, pengeluaran cairan yang berlebih, atau keduanya dapat
menyebabkan dehidrasi. Sebaliknya, asupan cairan yang berlebih dan
kurangnya ekskresi cairan dapat berujung pada overhidrasi. Lebih
lanjut, perubahan pada berbagai pengatur keseimbangan cairan-
sensasi haus, hormone, system limfatik, ginjal-meningkatkan resiko
atau dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.
b. Etiologi elektrolit
Elektrolit mempertahankan tegangan disepanjang membrane sel,
dan sel menggunakan elektrolit untuk mengonduksikan impuls ke
elektrik (impuls saraf, kontraksi otot) ke sel-sel lain. Ginjal bekerja
mempertahankan konsentrasi elektrolit didarah dalam kadar tetap
meskipun terjadi perubahan dalam tubuh. Elektrolit yang hilang
tersebut harus diganti untuk menjaga konsentrasi elektrolit cairan
tubuh konstan.
(Black & Hawks, 2016)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme
yang diperlukan dan berat badan.
b. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-3- gram/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energy, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstial ke
intraseluler.
d. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikosis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
(A. A. Hidayat, 2015)
4. Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis karena memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir
90% 10 dari berat badan total berbentuk cairan. Sementara itu, sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh. Air merupakan 75% dari total berat
badan bayi, 70% dari total berat badan pria dewasa, dan 55% dari total
berat badan pria lanjut usia. Pada wanita, kandungan air di dalam
tubuhnya 10% lebih sedikit dibandingkan pria karena umumnya wanita
memiliki simpanan lemak yang lebih banyak.

Kebutuhan Air
Umur
Jumlah air dalam 24 jam ml/kg berat badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
(Saputra, 2013)
5. Pergerakan cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak di antara ketiga
tempat cairan yaitu intraseluler, Interstitial, dan intravaskuler. Pergerakan
cairan dan elektrolit harus dipertahankan dalam keadaan seimbang.
Secara garis besar, pergerakan cairan dan elektrolit terbagi atas beberapa
aspek, antara lain :
a. Plasma, yang di dalamnya antara lain mengandung oksigen dan
nutrient, bergerak ke seluruh tubuh dalam sirkulasi
b. Cairan Interstitial beserta komponennya bergerak di antara kapiler
darah dan sel
c. Cairan dari Interstitial bergerak ke dalam sel

Mekanisme pergerakan cairan dan elektrolit tubuh berlangsung


dalam tiga proses, yaitu :

a. Difusi
Difusi adalah perpindahan larutan atau gas dari daerah yang
berkonsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah, di dalam
tubuh, Difusi berlangsung melalui membran kapiler yang permeable.
Kecepatan Difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :
1) Ukuran Molekul
Molekul yang berukuran besar cenderung bergerak lebih lambat
daripada molekul berukuran kecil.
2) Konsentrasi Larutan
Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul sehingga proses Difusi berjalan lebih cepat.
3) Suhu Larutan
Makin tinggi suhu larutan, makin tinggi kecepatan Difusi.
Molekul-molekul besar tidak dapat melintas dengan cara Difusi
(misalnya glukosa), tetapi sebagian molekul tersebut dapat
melintas dengan bantuan carrier atau bahan pembawa melalui
proses Difusi terbantu (dengan kemudahan). Contoh proses Difusi
adalah pergerakan oksigen dari kapiler darah ke sel. Difusi
oksigen ini terjadi karena perbedaan konsentrasi oksigen antara di
kapiler dengan di sel. Arah perpindahan yang terjadi pada proses
Difusi bisa timbal balik.
b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan air melintasi membran semipermeable
dari daerah berkonsentrasi rendah ke daerah berkonsentrasi tinggi.
Pada proses ini, air yang berpindah akan mengencerkan larutan
berkonsentrasi tinggi hingga mencapai keseimbangan pada kedua sisi
membran. Perpindahan air ini menyebabkan volume larutan
berkonsentrasi rendah akan berkurang, sedangkan volume larutan
berkonsentrasi tinggi akan bertambah. Tekanan osmotik larutan
disebut juga osmolalitas. Tekanan osmotik ini antara lain dipengaruhi
oleh jumlah albumin dan natrium. Proses osmosis ini sering terjadi
antara cairan intravaskuler dengan ekstravaskuler. Misalnya, osmosis
air dari Interstitial ke venule bersamaan dengan perpindahan
karbondioksida, urea, dan sampah metabolisme lainnya untuk
diekskresikan oleh tubuh.
c. Filtrasi
Tekanan filtrasi merupakan cara lain dimana air dan partikel-partikel
bergerak melewati membran. Gerakan ini terjadi akibat bobot atau
tekanan cairan lebih besar pada satu sisi membran dibandingkan
dengan sisi lain. Bobot atau tekanan cairan ini disebut dengan tekanan
hidrostatik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa filtrasi terjadi
dari daerah yang tekanan hidrostatiknya tinggi ke daerah yang tekanan
hidrostatiknya rendah. Bergeraknya air dan solute seperti dari
intravaskuler ke Interstitial, terjadi karena tekanan hidrostatik pada
intravaskuler lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan pada
Interstitial. Dengan demikian, air beserta oksigen, nutrient, glukosa,
dan solute lainnya dapat keluar dari intravaskuler masuk ke
Interstitial, lalu ke sel.
d. Transport Aktif
Transport aktif adalah perpindahan larutan atau molekul melintasi
membran dari daerah berkonsentrasi rendah ke daerah berkonsentrasi
tinggi. Pada transport aktif terjadi pemompaan melewati membran
yang melawan gradient konsentrasi. Proses ini membutuhkan energi
dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP). Ini berguna untuk
keseimbangan elektrolit. Contoh proses yang menggunakan Transport
aktif adalah pompa natrium-kalium yang berfungsi mempertahankan
konsentrasi ion natrium dan kalium di dalam ruang ekstrasel dan
intrasel.
(Tarwoto & Watonah, 2015)
6. Keseimbangan cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan
antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan Cairan
Asupan (Intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa
adalah ±2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan
atau ditambah dari makanan lain. Apabila terjadi ketidakseimbangan
volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya
perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah.
b. Pengeluaran Cairan
Pengeluaran (Output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi
asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300
cc. pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ, misalnya
ginjal, kulit, paru-paru, dan organ-organ saluran pencernaan
(gastrointestinal).
1) Ginjal
Ginjal merupakan organ pengekskresi cairan utama didalam tubuh.
Peranannya cukup besar dalam mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit. Dalam sehari, ginjal menerima sekitar 170 liter darah
untuk kemudian disaring menjadi urine. Penyaringan darah terjadi
didalam glomerulus. Dari setiap satu liter darah yang masuk ke
dalam glomerulus, 10% nya disaring keluar. Secara umum, urine
diproduksi sekitar 1 mL/kg BB/jam. Pada individu dewasa, urine
diproduksi sekitar 1,5 L/hari. Produksi urine ini dapat berubah
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain asupan cairan,
suhu, ADH, dan aldosteron.
2) Kulit
Kulit berperan dalam pengeluaran cairan karena pada kulit terdapat
kelenjar keringat. Hal ini juga terkait dengan proses pengaturan
panas. Pengeluaran keringat oleh kelenjar keringat berada dibawah
pengendalian saraf simpatik. Perangsangan kelenjar keringat untuk
14 mengeluarkan keringat dihasilkan melalui aktivitas otot, suhu
lingkungan yang tinggi, dan kondisi demam. Pada kondisi normal,
pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 300-450 mL/hari. Jumlah
keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam
plasma.
3) Paru
Peningkatan jumlah cairan yang keluar melalui paru merupakan
bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman nafas
karena pergerakan atau kondisi demam. Jumlah cairan yang
dikeluarkan melalui paru adalah sekitar 400 mL/hari.
4) Organ Saluran Pencernaan (gastrointestinal)
Organ saluran pencernaan berperan dalam pengeluaran cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Air tersebut
dikeluarkan bersama dengan feses. Dalam kondisi normal, cairan
yang hilang dengan cara ini adalah sekitar 100-200 mL.

Pengeluaran cairan dalam tubuh manusia dapat dilakukan melalui


tiga cara, yaitu :

1) Insensible water loss (IWL), yaitu pengeluaran cairan melalui


penguapan diparu-paru.
2) Notikable water loss (NWL), yaitu pengekskresian cairan
melalui keringat dan urine.
3) Melalui feses, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

(Saputra, 2013)

7. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


a. Ketidakseimbangan cairan
Gangguan volume cairan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
kekurangan volume cairan (Hipovolemia atau dehidrasi) dan
kelebihan cairan (Hipervolemia).
1) Hipovolemia atau dehidrasi adalah hilangnya air dari volume cairan
ekstraseluler, kehilangan terjadi dari cairan vascular dan interstitial.
Dehidrasi merupakan gangguan keseimbangan cairan yang umum
terjadi dan serius yang dapat menyebabkan hypovolemia.
Kehilangan cairan dapat bersifat ringan, dengan kehilangan 1-2 L
air (2% BB), sedang dengan kehilangan 3-5 L air (5% BB) dan
berat dimana terjadi kehilangan 5-10 L air (8% BB). Dehidrasi juga
disebut deficit volume cairan ekstraseluler/
2) Hipervolemia adalah overdosis/kelebihan cairan atau kelebihan
volume ekstraseluler. Kelebihan cairan terjadi disistem vascular
atau diruang interstisial yang biasanya disebut sebagai pergeseran
cairan keruang ketiga. Air dan natrium yang diretensi berada dalam
proporsi yang sma dengan proporsinya di ruang CES lain, sehingga
gangguan ini disebut sebagai kelebihan cvolume cairan iso-osmolar
(isotonic).
b. Ketidakseimbangan elektrolit
1) Hipokalemia adalah kadar kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/L.
2) Hiperkalemia adalah peningkatan kadar kalium melebihi 5 mEq/L.
3) Hipokalsemia adalah kadar kalsium plasma kurang dari 4,5 mEq/L
atau 9 mg/dl.
4) Hiperkalsemia adalah kadar kalsium plasma melebihi 5,5 mEq/L
atau 11 mg/dl.
5) Hipofosfatemia adalah kadar fosfor plasma kurang dari 1,2 mEq/L.
6) Hiperfosfatemia adalah kadar fosfor plasma melebihi 3 mEq/L.
7) Hypomagnesemia adalah kadar magnesium plasma kurang dari 1,5
mEq/L atau 1,8 ,g/dl.
8) Hypermagnesemia adalah kadar magnesium plasma melebihi 2,5
mEq/L atau 3 mg/dl.
(Black & Hawks, 2016)
B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan
1. Defenisi aspek legal keperawatan
Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan
kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk
ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa
diandalkan. Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh,
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus
mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan
kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi
altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik
profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada
jenjang pendidikan tinggi.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka
kerja kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu
(1)bidang Professional, Ethical and Legal Practice, (2)bidang Care
Provision and Management (3)dan bidang Professional
Development. Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu
kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen
intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan
pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan
izin melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas dari undang-
undang dan peraturan tentang praktik keperawatan, fungsi hokum dari
aspek legal dalam praktik kewperawatan merupakan suatu pedoman atau
kerangka dalam menjelaskan praktik keperawatan. Kewenangan
memiliki dua aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan formal.
Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi
dan kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin
Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya
adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk
melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila
bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila
bekerja secara perorangan atau berkelompok (Ariga, 2020).
2. Dasar hukum keperawatan
Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO.
1239 TAHUN 2001 sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan :
a. Pasal 32 (ayat 4) : Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokterandan atau ilmu keperawatan, hanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyaikeahlian dan
kewenangan untuk itu.
b. Pasal 153 (ayat 1 dan 2) : (ayat 1) : ³ Tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindunganhukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya´. Sedangkan (ayat 2) : ³tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan menghormati hak pasien.
Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam
melaksanakan kewenangannya perawat berkewajiban untuk:
a. Menghormati hak pasien
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
d. Memberikan informasi
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
f. Melakukan catatan perawatan dengan baik
Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan
bahwa perawat yang sengaja :
a. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
b. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan/adaptasi
c. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal
16
d. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17
Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23
1992 tentang kesehatan, barang siapa dengan sengaja:
a. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan
dalam pasal 4 ayat 1
b. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5ayat 1
c. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi
tenaga kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dmaksud dalam
pasal 21 ayat 1
d. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal
22 ayat 1
e. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
(Ariga, 2020)
3. Prinsip etik keperawatan
Menurut Mendri & Prayogi (2018) , prinsip etik keperawatan
adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan berubah.
Prinsip dasar keperawatan antara lain :
a. Autonomy (otonomi) adalah suatu bentuk respek terhadap seseorang
dan sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional.Otonomi juga diartikan sebagai kemandirian dan kebebasan
individu untuk menuntut perbedaan diri.
b. Beneficience (berbuat baik) adalah suatu bentuk wujud
kemanusiawian dan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejadian yang disebabkan oeh diri sendiri dan orang lain.
c. Justice (keadilan) adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain
yang menjunjung tinggi prinsip moral, legal dan kemanusiaan, prinsip
keadilan juga diterapkan pada pancasila Negara Indonesia pada sila ke
5 yakni keadilan sosial bagi seluruh Indonesia. Dengan ini
menunjukkan bahwa prinsip keadilan merupakan suatu bentuk prinsip
yang dapat menyeimbangkan dunia.
d. Non maleficience (tidak merugikan) adalah sebuah prinsip yang
mempunyai arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada seseorang
tidak menimbulkan secara fisik maupun mental.
e. Veracity (kejujuran) Merupakan suatu nilai yang menjunjung tinggi
untuk menyampaikan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi
f. Fidelity (loyalitas/ketaatan), Pada prinsip ini dibutuhkan orang yang
dapat menghargai janji dan berkomitmen kepada orang lain.
g. Confidentiality (kerahasiaan), Prinsip yang harus dilakukan oleh
semua manusia yang ada dibumi ketika mengiyakan suatu rahasia
yang diberikan oleh orang lain.
h. Accountability (akuntabilitas) Prinsip ini berhubungan dengan fidelity
yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan
dapat digunakan untuk menilai orang lain. Prinsip ini juga diartikan
sebagai standar pasti yang mana tindakan seseorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Menurut Muttaqin & Sari (2012) hasil pengkajian yang dapat ditemukan
pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
meliputi :
a. Keluhan Utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine
output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan
pola napas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, dan perubahan
pemenuhan nutrisi. Kaji sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan
apa.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, penggunaan obat-obatan nefrotoksik, benign prostatik
hiperplasia, dan prostatektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu
saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit
diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang
menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap
jenis obat.
e. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik yang menyeluruh harus dilakukan karena
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat memengaruhi seluruh
sistem tubuh. Data yang didapatkan selama pengkajian fisik
memberikan validasi dan memberikan tambahan informasi yang
dikumpulkan melalui riwayat kesehatan klien.
f. Mengukur Intake dan Output Cairan
Pengertian : Pengukuran Intake dan Output cairan merupakan suatu
tindakan yang dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk
kedalam tubuh (Intake) dan jumlah cairan yang keluar dari tubuh
(Output).
Tujuan :
1) Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien.
2) Menentukan tingkat dehidrasi ataupun tingkat kelebihan cairan
klien.

Prosedur :

1) Tentukan jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh. Cairan yang


masuk kedalam tubuh melalui air minum, air dalam makanan, air
hasil oksidasi (metabolisme), dan cairan intravena.
2) Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien. Cairan yang
keluar dari tubuh terdiri atas urine, insensible water loss (IWL),
feses, dan muntah.
3) Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : Balance
Cairan = Intake-Output + IWL (Insensible Water Loss)
(A. A. A. Hidayat & Uliyah, 2019)
2. Diagnosis keperawatan
a. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal di tandai dengan defekasi lebih dari tiga kali dalam 24
jam, feses lembek atau cair, nyeri/kram abdomen, frekuensi peristaltic
menurun, bising usus hiperaktif
b. Hypervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan ditandai
dengan ortopnea, dispnea, edema anasarca/edema perifer, BB
meningkat dalam waktu singkat, Jugular Venous Pressure (JVP)
meningkat, oliguria
c. Hypovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan ditandai
dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, turgor kulit menurun, suhu tubuh meningkat, merasa lemah,
mengeluh haus.
d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit ditandai dengan
ketidakseimbangan cairan, disfungsi ginjal
(Tim Pokja DPP PPNI, 2017)
3. Intervensi keperawatan dan rasional

No Diagnosis
Intervensi Keperawatan Rasional
. Keperawatan
a. Diare berhubungan Manajemen Diare
dengan inflamasi Observasi Observasi
gastrointestinal, 1. Identifikasi penyebab diare 1. Untuk menganalisa dan
iritasi 2. Monitor warna, volume, mengidentifikasi penyebab diare
gastrointestinal di frekuensi dan konsistensi tinja 2. Untuk menentukan intervensi
tandai dengan 3. Monitor tanda dan gejala selanjutnya
defekasi lebih dari hipovolemia 3. Untuk mencegah diare berlanjut
tiga kali dalam 24 4. Monitor jumlah pengeluaran 4. Memberikan informasi tentang
jam, feses lembek diare output cairan
atau cair, nyeri/kram Teraupeutik Teraupeutik
abdomen, frekuensi 1. Berikan asupan cairan oral 1. Untuk mempertahankan cairan
peristaltic menurun, 2. Pasang jalur intravena 2. Untuk memberikan hidrasi
bising usus 3. Berikan cairan intravena cairan tubuh secara parenteral
hiperaktif Edukasi Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi kecil 1. Untuk menjaga asupan makanan
dan sering secra betahap yang dibutuhkan tubuh
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat Menurunkan motilitas atau
antimotilitas peristaltik usus dan menunjukkan
2. Kolaborasi pemberian obat sekresi degestif untuk
pengeras feses menghilangkan kram dan diare
b. Hypervolemia Manajemen Hipervolemia
berhubungan dengan Observasi Observasi
kelebihan asupan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Peningkatan menunjukkan
cairan ditandai hypervolemia adanya hipervolemia. Kaji bunyi
dengan ortopnea, 2. Monitor intake dan output jantung dan napas, perhatikan
dispnea, edema cairan S3 dan/atau gemericik, ronchi.
anasarca/edema Teraupeutik Kelebihan volume cairan
perifer, BB 1. Batasi asupan dan cairan berpotensi gagal jantung
meningkat dalam 2. Tinggikan kepala tempat tidur kongestif/ edema paru
waktu singkat, 30-40º 2. Pada kebanyakn kasus, jumlah
Jugular Venous Edukasi aliran harus sama atau lebih dari
Pressure (JVP) 1. Ajarkan cara mengukur dan jumlah yang dimasukkan.
meningkat, oliguria mencatat asupan dan haluaran Keseimbangan positif
cairan menunjukkan kebutuhan
2. Ajarkan cara membatasi cairan evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi Teraupeutik
1. Kolaborasi pemberian diuretic 1. Menjaga agar kelebihan cairan
tidak bertambah parah. Garam
dapat 23 mengikat air sehingga
akan memperparah kelebihan
cairan
2. Klien dengan kelebihan volume
cairan juga mengalami
gangguan pernafasan seperti
Takipnea, Dispnea,
peningkatakan
frekuensi/kedalaman
(pernapasan Kussmaul).
Edukasi
1. Pentingnya pengukuran intake
dan output cairan agar
terdokumentasi sepenuhnya.
2. Pembatasan cairan
membutuhkan kerjasama dari
berbagai pihak termasuk pasien
dan keluarga.
Kolaborasi
Diuretik dapat meningkatkan laju
aliran urine sehingga produksi urine
meninggkat guna mengurangi
kelebihan volume cairan dalam
tubuh
c. Hypovolemia Manajemen Hipovolemia
berhubungan dengan Observasi Observasi
kekurangan intake 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui adanya
cairan ditandai hypovolemia tanda-tanda dehidrasi dan
dengan frekuensi 2. Monitor intake dan output mencegah syok hipovolemik
nadi meningkat, nadi cairan 2. Untuk mengumpulkan dan
teraba lemah, Teraupeutik menganalisis data pasien untuk
tekanan darah 1. Hitung kebutuhan cairan mengatur keseimbangan cairan.
menurun, turgor 2. Berikan asupan cairan oral Teraupeutik
kulit menurun, suhu Edukasi 1. untuk mengetahui kekurangan
tubuh meningkat, 1. Anjurkan memperbanyak cairan dalam tubuh
merasa lemah, asupan cairan oral 2. Untuk mempertahankan cairan
mengeluh haus. 2. Anjurkan menghindari Edukasi
perubahan posisi secara 1. Untuk mempertahankan cairan
mendadak 2. Untuk menghindari resiko jatuh
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan Untuk memberikan hidrasi cairan
IV isotonis (mis. NaCl, RL) tubuh secara parenteral
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (mis glukosa
2,5% dan NaCl 0,4%)
d. Resiko Pemantauan Elektrolit
ketidakseimbangan Observasi Observasi
elektrolit ditandai 1. Identifikasi kemungkinan 1. Beberapa kondisi yang mungkin
dengan penyebab ketidakseimbangan menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit ketidakseimbangan elektrolit
cairan, disfungsi 2. Monitor kadar elektrolit yaitu diare/muntah, luka bakar,
ginjal serum. gagal ginjal, efek obat. Setelah
3. Monitor tanda dan gejala penyebab diketahui perawat
hipokalemia (mis. Kelemahan akan mudah dalam menentukan
otot, interval QT memanjang, tindakan selanjutnya yang dapat
gelombang T datar atau dilakukan
terbalik, depresi segmen ST, 2. Elektrolit sebagai indikator
gelombang U, kelelahan, keadaan status cairan dalam
parestesia, penurunan refleks, tubuh
anoreksia, konstipasi, motilitas 3. Menyadari tanda dan gejala
usus menurun, pusing, depresi dengan cepat dan tepat dapat
pernapasan). mencegah terjadinya
4. Monitor tanda dan gejala kemungkinan yang tidak
hiperkalemia (mis. Peka diinginkan akibat hipokalemia.
rangsang, gelisah, mual, 4. Menyadari tanda dan gejala
muntah, takikardia, mengarah dengan cepat dan tepat dapat
ke bradikardia, mencegah terjadinya
fibrilasi/takikardia ventrikel, kemungkinan yang tidak
gelombang T tinggi, diinginkan akibat hiperkalemia.
gelombang P datar, kompleks 5. Menyadari tanda dan gejala
QRS tumpul, blok jantung dengan cepat dan tepat dapat
mengarah asistol) mencegah terjadinya
5. Monitor tanda dan gejala kemungkinan yang tidak
hiponatremia(mis. diinginkan akibat hiponatremia.
Disorientasi, otot berkedut, 6. Menyadari tanda dan gejala
sakit kepala, membrane dengan cepat dan tepat dapat
mukosa kering, hipotensi mencegah terjadinya
postural, kejang, letargi, kemungkinan yang tidak
penurunan kesadaran). diinginkan akibat hipernatremia.
6. Monitor tanda dan gejala 7. Menyadari tanda dan gejala
hipernatremia (mis. Haus, dengan cepat dan tepat dapat
demam, mual, muntah, mencegah terjadinya
gelisah, peka rangsang, kemungkinan yang tidak
membrane mukosa kering, diinginkan akibat hipokalsemia.
takikardia, hipotensi, letargi, 8. Menyadari tanda dan gejala
konfusi, kejang) dengan cepat dan tepat dapat
7. Monitor tanda dan gejala mencegah terjadinya
hipokalsemia (mis.peka kemungkinan yang tidak
rangsang, tanda spasme otot diinginkan akibat hiperkalsemia
wajah, kram otot. 9. Menyadari tanda dan gejala
8. Monitor tanda dan gejala dengan cepat dan tepat dapat
hiperkalsemia (mis. Nyeri mencegah terjadinya
tulang, haus, anoreksia, letargi, kemungkinan yang tidak
kelemahan otot.) diinginkan akibat
9. Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia.
hipomagnesemia (mis. Depresi 10.Menyadari tanda dan gejala
pernapasan, apatis dengan cepat dan tepat dapat
10. Monitor tanda dan gejala mencegah terjadinya
Hipermagnesemia (mis. kemungkinan yang tidak
Kelemahan otot, hiporefleks, diinginkan akibat
bradikardia, depresi SSP, Hipermagnesemia.
letargi, koma, depresi) Teraupeutik
Teraupeutik 1. Pemantauan berkala penting
1. Atur interval waktu guna mengetahui perkembangan
pemantauan sesuai dengan kondisi klien.
kondisi pasien 2. Dokumentasi sebagai dasar
2. Dokumentasikan hasil hukum tindakan keperawatan
pemantauan yang telah dilakukan jika suatu
Edukasi saat nanti ada tuntutan dari
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pasien dan sebagai alat
pemantauan komunikasi antar tenaga
2. Informasikan hasil kesehatan.
pemantauan Edukasi
1. Pasien dan keluarga mengetahui
dan mengerti tujuan dan
prosedur pemantauan yang
dilakukan
2. Pasien dan keluarga mengetahui
perkembangan keadaan klien.
(PPNI, 2018)

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Fokus tahap implementasi asuhan
keperawatan adalah kegiatan implementasi dari perencanaan intervensi
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pemenuhan kebutuhan
fisik dan emosional bervariasi, tergantung dari individu dan masalah
yang spesifik, tetapi ada beberapa komponen yang terlibat dalam
implementasi asuhan keperawatan yaitu pengkajian yang terus menerus,
perencanaan, dan pengajaran (Wilkinson, 2016).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi pada proses
keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan
menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang
terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Dengan mengukur
perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat
menentukan efektivitas asuhan keperawatan (Wilkinson, 2016).
D. Mind Mapping & pathway

Cairan dan Elektrolit

Usia Temperatur Diet Stress Sakit


lingkungan

Difusi, filtrasi,
osmosis, transport aktif

Kurangnya Asupan cairan Gangguan ketidakseimbangan


asupan cairan berlebih elektrolit
a. Hipokalemia dan
hiperkalemia
Pengeluaran cairan Kurangnya b. Hipokalsemia dan
yang berlebih ekskresi cairan hiperkalsemia
c. Hipofosfatemia dan
hiperfosfatemia
Dehidrasi d. Hipomagnesemia dan
Overhidrasi
hipermagnesemia

Hipovolemia
Hipervolemia Resiko ketidakseimbangan
elektrolit
Daftar Pustaka

Ariga, R. A. (2020). Buku Ajar : Konsep Dasar Keperawatan. CV Budi Utama.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2016). Keperwatan Medikal Bedah (8 Buku 1). PT
Salemban Emban Patria.

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. CV.Trans Info


Media.

Hidayat, A. A. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika.

Hidayat, A. A. A., & Uliyah, M. (2019). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (2


Buku 2). Salemba Medika.

Mendri, N. K., & Prayogi, A. S. (2018). Buku Etika Profesi & Hukum
Keperawatan. Pustaka baru press.

Muttaqin, A., & Sari, K. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperaatan Indonesia : Defenisi dan Indikator


Diagnostik. DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan : Defenisi dan Tindakan


Keperawatan. DPP PPNI.

Saputra, L. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Binarupa Aksara.

Tarwoto, & Watonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan (5th ed.). Salemba Medika.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan: Diagnosis NANDA-1,


Intervensi NIC, Hasil NOC. EGC.

Anda mungkin juga menyukai