Penyebab
Infeksivirus jamur
Bakteri
Parasit
Keterangan
Herpes
simpleks,
Mycoplasma
pneumoniae,
vaksinia
koksidioidomikosis, histoplasma.
streptokokus,
Staphylococcs
haemolyticus,
2.
Obat
Mycobacterium
tuberculosis, salmonella
Malaria
salisilat, sulfat, penisilin,
etambutol,
Makanan
Fisik
Lain lain
karbamazepin,
kinin,
analgetik/antipiretik
Cokelat
udara dingin, sinar matahari, sinar X
penyakit kolagen, keganasan, kehamilan
C. Patofisiologi
Stevens-Johnson Syndrome merupakan penyakit hipersensitivitas yang diperantarai
oleh kompleks imun yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis obat, infeksi virus,
dan keganasan. Kokain saat ini ditambahkan dalam daftar obat yang mampu
menyebabkan sindroma ini. Hingga sebagian kasus yang terdeteksi, tidak terdapat
etiologi spesifik yang dapat diidentifikasi.
Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi hipersensitif tipe III
dan IV.
Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi yang
membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komplemen. Akibatnya
terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan
kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV
terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama
kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Djuanda, 2000: 147) .
1. Reaksi Hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi dalam darah
mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir. Antibodi tidak
ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam jaringan kapilernya.
Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke jaringan menyebabkan
terbentuknya kompleks antigen antibodi ditempat tersebut. Reaksi tipe III
mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan
jaringan atau kapiler ditempat terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah
tersebut dan mulai memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan
enzim-enzim sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan
2.
5. Jaringan
Pemeriksaan
esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi
kapilerbronchoscopy,
rusak
dapat dilakukan
6.
Reaksi Radang
Pathway
Kelainan selaput
lendir dan ofisium
Kesulitan menelan
G3 Integritas kulit
Kelemahan Fisik
G3 Persepsi sensori
Kelainan penglihatan
Nyeri
Supply Nutrisi ke
jaringan otot
Intoleraksi aktivitas
Conjungtivitis
G. Komplikasi
Sindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai berikut:
1. Oftalmologi ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan
2. Gastroenterologi - Esophageal strictures
3. Genitourinaria nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis
4.
5.
vagina
Pulmonari pneumonia
Kutaneus timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi kulit
6.
7.
sekunder
Infeksi sitemik, sepsis
Kehilangan cairan tubuh, shock
H. Prognosis
SJS adalah reaksi yang gawat. Bila tidak diobati dengan baik, reaksi ini dapat
menyebabkan kematian, umumnya sampai 35 persen orang yang mengalami walaupun
angka ini dapat dikurangi dengan pengobatan yang baik sebelum gejala menjadi terlalu
gawat. Reaksi ini juga dapat menyebabkan kebutaan total, kerusakan pada paru, dan
beberapa masalah lain yang tidak dapat disembuhkan.
Pada kasus yang tidak berat, prognosisnya baik, dan penyembuhan terjadi dalam
waktu 2-3 minggu. Kematian berkisar antara 5-15% pada kasus berat dengan berbagai
komplikasi atau pengobatan terlambat dan tidak memadai. Prognosis lebih berat bila
terjadi purpura yang lebih luas. Kematian biasanya disebabkan oleh gangguan
I.
3.
4.
5.
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase. Untuk lesi di
kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa riwayat pengobatan pasien
2. Gambaran klinik
3. Histopatologi
4. Riwayat kesehatan : riwayat alergi, reaksi alergi terhadap makanan, obat serta zat
5.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi lokal.
2. Ketidakseimbangan nutrisi , kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak
adekuat respons sekunder dari kerusakan krusta pada mukosa mulut.
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas , adanya port de entre
pada lesi.
4. nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak , erosi jaringan lunak
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
6. Gangguan gambaran diri (citra tubuh) berhungan dengan perubahan struktur
kulit,perubahan peran keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Doengos, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media Aesculapius : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8, volume 3. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/16/askep-sindrom-stevens-jhonsen/
http://beniners.blogspot.com/2009/08/askep-penyakit-sindrom-steven-johnson.html
http://syukronaffdoc.blogspot.com/2009/04/stevens-johnson-syndrome.html
http://putridaun.blogspot.com/2008/01/sindrom-steven-jonson.html
http://weisaku.wordpress.com/2010/01/14/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-stevenjohnson/