DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD KHATAMI DJ
A.1.17.1072
S1 KEPERAWATAN
SEMESTER IV
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga Saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah KEPERAWATAN JIWA dengan judul
makalah“Ketidakberdayaan”.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini Saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sumber yang telah membantu
Saya dalam menulis makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
Latar belakang.....................................................................................................
Tujuan penulisan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
Defenisi..............................................................................................
Tanda dan gejala .................................................................................................
Penyebab ketidakberdayaan................................................................................
Jenis-jenis Ketidakberdayaan...........................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
Kesimpulan.....................................................................................................
Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada.
Stuart dan Sundeen memberikan batasan tentang keperawatan jiwa, yaitu suatu proses
interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku, yang
mengontribusi pada fungsi yang terintegrasi.
Berdasarkan dua pengertian di atas, maka setiap perawat jiwa dituntut mampu
menguasai bidangnya dengan menggunakan ilmu perilaku sebagai landasan berpikir dan
berupaya sedemikian rupa sehingga dirinya dapat menjadi alat yang efektif dalam merawat
pasien (Depkes RI, 1998).
Penggunaan diri secara terapeutik secara detail sudah dibahas pada mata ajar ilmu
dasar keperawatan pada topik komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu
cara dalam berkomunikasi dengan menekankan pengalaman belajar bersama dengan pasien
untuk memperbaiki emosi pasien. Walaupun perawat atau tenaga kesehatan lain lebih
mengerti tentang masalah kesehatan, seseorang yang lebih mengerti tentang masalah pasien
adalah pasien.
Oleh karenanya, perawat harus menciptakan rasa percaya (trust) agar pasien dapat
mempercayai perawat sebagai tempat berkeluh kesah tentang masalah kesehatannya. Perawat
mengkaji data secara verbal dan nonverbal sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan
untuk diselesaikan bersama dengan pasien. Dengan demikian, perawat dapat menggunakan
dirinya sebagai seorang penolong (helper).
2.Tujuan Penulisan
a) Tujuan umum
Mahasisawa diharapkan mampu memahami tentang ketidakberdayaan dalam
keperawatan jiwa
b) Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan mampu mengenali apa itu ketidakberdayaan dalam leperwatan
jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
1.Defenisi
Menurut WHO,Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa,
melainkanmengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung,
komunikasidan management, bersi"at positi" yg menggambarkan keselarasan dankeseimbang
an kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian ygbersangkutan.
Penyebab ketidakberdayaan
1.kurangnya pengetahuan
Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap terapi.
Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan,hu bungan yang kasar.
Penyakit yang berhubungan dengan rejimen:penyakit kronis atau yang melemahkan
kondisi.
Gaya hidupketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.
Jenis-jenis Ketidakberdayaan
b) Psikologis
1) Pengalaman traumatis (khususnya dalam enam bulan terakhir) : cidera fisik
yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
2) Gangguan konsep diri karena menganggap dirinya terancam oleh kegagalan
dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustasi.
3) Adanya ancaman terhadap konsep diri (harga diri dan perubahan peran).
4) Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus yang
ada.
5) Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang lain.
6) Kemampuan mengungkapkan masalah pada orang lain.
7) Tipe kepribadian yang dimiliki.
8) Adanya pengalaman tidak menyenangkan yang menyebabkan trauma
9) Motivasi: kurangnya dukungan dari orang lain.
10) Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan (terlalu sedih).
11) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
menyerah/pesimis.
12) Persepsi individu yang buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain.
13) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi.
c) Sosial budaya
1) Usia: Pada usia tersebut individu memiliki tingkat produktifitas yang tinggi,
namu ketika tekanan dan fungsinya tidak terjalani maka akan memberikan
dampak yang besar pada keputusan yang diambilnya.
2) Pembatasan aktifitas oleh tim medis/keluarga akibat penyakit/trauma yang
diderita.
3) Kondisi pasien yang belum mampu menyelesaikan skripsinya.
4) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain,(mengungkapkan respon ketidakberdayaan dengan kesulitan
dalam hubungan interpersonal yang berakar dari keterbatasan fisiknya).
5) Agama dan keyakinan: kurangnya rasa percaya atas hal positif dari hikmah
kejadian yang diberikan Tuhan.
A. Kognitif
1) Lapang pandang menjadi sempit.
2) Kurang mampu menerima rangsang dari luar.
3) Waspada dengan gejala fisiologis.
4) Bingung.
5) Takut akan konsekuensi yang abstrak.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Berfokus pada diri sendiri.
8) Kurang konsentrasi.
9) Gangguan perhatian.
10) Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam fungsi tubuh yang
mengalami gangguan.
11) Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian kehidupan.
12) Sulit mengambil keputusan.
13) Mengatakan takut kehilangan kontrol.
B. Afektif
1) Gelisah.
2) Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi.
3) Menangis.
4) Mengalami penyesalan.
5) Merasa tidak berdaya.
6) Berfokus pada diri sendiri.
7) Merasa bingung.
8) Ragu dan tidak percaya diri.
9) Merasa khawatir.
10) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
11) Apatis.
12) Pesimis.
13) Mudah marah.
C. Fisiologis
1) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu badan.
2) Berat badan.
3) Wajah murung dan muka berkerut.
4) Suara bergetar dan kadang melemah / pelan.
5) Gangguan pola tidur (tidur berlebihan).
6) Nafsu makan menurun/ hilang sama sekali.
7) Simpatik:
a) Anoreksia.
b) Mulut kering.
c) Wajah pucat.
d) Nadi dan tekanan darah turun.
e) Pupil menyempit.
f) Lemah.
g) Nafas pelan sesekali nafas dalam.
8) Parasimpatik:
a) Nyeri kepala (pusing).
b) Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi.
c) Letih.
d) Tidur berlebihan.
e) Lesu.
D. Perilaku
1) Gerakan pelan dan lemas.
2) Penurunan produktivitas.
3) Gelisah dan melihat hanya sepintas.
4) Kontak mata buruk.
5) Apatis.
6) Melamun.
7) Menunduk.
8) Memalingkan wajah.
E. Sosial
1) Bicara pelan dan lirih.
2) Menarik diri dari hubungan interpersonal.
3) Kurang inisiatif.
4) Menghindari kontak sosial dengan orang lain.
5) Menunjukkan sikap apatis.
F. Sumber Koping
a) Personal ability
1) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
2) Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
3) Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
4) Kemampuan dalam memecahkan masalah.
b) Sosial support
1) Caregiver utama dalam keluarga.
2) Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.
c) Material asset
1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama proses gangguan
fisiologis.
2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi
d) Positive belief
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan: tidak
ada.
2) Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.
G. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya
sehingga dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami.
4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan
kondisi kesehatan.
b. Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta
bantuan.
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami ketegangan
peran, konflik peran).
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan
diri, istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang lain).
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
BAB III
ASKEP
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi :
kekakuan pada pagi hari.
Keletihan
Tanda: Malaise Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
INTEGRITAS EGO
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan ketidak
berdayaan Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya
ketergantungan pada orang lain
NEUROSENSORI
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
NYERI / KENYAMANAN
Gejala: fase akut dari nyeri
Terasa nyeri kronis dan kekakuan
KEAMANAN
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Kekeringan
pada mata dan membran mukosa
INTERAKSI SOSIAL
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI RASIONAL
mandiri -membantu dalam menentukan
- kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan
intensitas (skala 0 – 10). Catat factor- program
faktor yang mempercepat dan tanda-tanda
rasa sakit non verbal - matras yang lembut/empuk, bantal
yang besar akan mencegah pemeliharaan
- berikan matras atau kasur keras, kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan
bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen
sesuai kebutuhan tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi
yang terinflamasi / nyeri
- biarkan pasien mengambil posisi
yang nyaman pada waktu tidur atau duduk - pada penyakit berat, tirah baring
di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri
tidur sesuai indikasi atau cedera sendi.
INTERVENSI RASIONAL
Perahankan istirahat tirah Untuk mencegah kelelahan dan
baring/duduk jika diperlukan. mempertahankan kekuatan.
Bantu bergerak dengan bantuan Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan
seminimal mungkin. otot dan stamina umum.
Dorong klien mempertahankan Memaksimalkan fungsi sendi dan
postur tegak, duduk tinggi, berdiri mempertahankan mobilitas.
dan berjalan. Menghindari cedera akibat
Berikan lingkungan yang aman dan kecelakaan seperti jatuh.
menganjurkan untuk menggunakan Untuk menekan inflamasi sistematik
alat bantu. akut
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
seperti steroid.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Tentukan kebiasaan tidur biasanya Mengkaji perlunya dan
dan perubahan yang terjadi mengidentifikasi intervensi yang tepat
Meningkatkan kenyamaan tidur serta
Berikan tempat tidur yang nyaman dukunmgan fisiologis/psikologis
Bila rutinitas baru mengandung aspek
Buat rutinitas tidur baru yang sebanyak kebiasaan lama, stress dan
dimasukkan dalam pola lama dan ansietas yang berhubungan dapat
lingkungan baru berkurang Membantu menginduksi
tidur
Instruksikan tindakan relaksasi Meningkatkan efek relaksasi
Dapat merasakan takut jatuh karena
Tingkatkan regimen kenyamanan perubahan ukuran dan tinggi tempat
waktu tidur misalnya mandi hangat tidur, pagar tempat untuk membantu
dan massage. mengubah posisi
Tidur tanpa gangguan lebih
Gunakan pagar tempat tidur sesuai menimbulkan rasa segar, dan psien
indikasi: rendahklan misalnya tempat mungkin tidak mampu kembali tidur
tidur bila mungkin. bila terbangun.
Mungkin diberikan untuk membantu
Hindari menggangu bila mungkin, pasien tidur atau istirahat.
misalkan membangunkan untuk obat
atau terapi.
Kolaborasi
Berikan sedative,hipnotik sesuai
indikasi
KESIMPULAN
Penerapan terapi generalis terhadap ketidakberdayaan orang lanjut usia sangat
bermakna dibuktikan dengan adanya penurunan tanda dan gejala serta peningkatan
kemampuan klien dalam mengatasi ketidakberdayaan yang dialami.
Saran
Dinas Kesehatan Kota Bogor diharapkan dapat terus memfasilitasi dan melakukan
monitoring serta evaluasi secara rutin untuk keberlangsungan program CMHN, khususnya
di wilayah Kelurahan Ciwaringin dan memberikan terobosan-terobosan baru khusus
untuk pelayanan kesehatan pada lansia. Bagi puskesmas, diharapkan mengadakan pelatihan
khusus bagi perawat khususnya penanggung jawab program lansia dan jiwa tentang asuhan
keperawatan jiwa, khususnya pada lansia yang mengalami masalah psikososial, sehingga
perawat minimal mempunyai kemampuan generalis untuk memberikan asuhan keperawatan
pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart & Laraia. 2008. Principles and practice of psychiatric nursing (8 ed.). Missouri:
Mosby, Inc.
Baranty, E.B.S, Keliat, B.A & Besral. 2011. Pengaruh terapi reminiscence dan
Psikoedukasi keluarga terhadap kondisi depresi dan kualitas hidup lansia di Katulampa
Bogor. Depok: Universitas Indonesia, Tesis tidak dipublikasi.
Friedman. 2008. Keperawatan keluarga: teori dan praktik (family nursing: theory and
practice), alih bahasa: Ina Debora R.L. Jakarta: EGC.
Fontaine. 2009. Mental Health nursing. Sixth Editions. New Jersey: Pearson
Education Inc.
Kapplan & Saddock. 2007. Sinopsis psikiatri: ilmu pengetahuan psikiatri klinis.
Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed.
4, EGC, Jakarta.