Anda di halaman 1dari 19

KETIDAKberdayaan

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD KHATAMI DJ
A.1.17.1072
S1 KEPERAWATAN
SEMESTER IV

STIKES MARENDENG MAJENE


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga Saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah KEPERAWATAN JIWA dengan judul
makalah“Ketidakberdayaan”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini Saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sumber yang telah membantu
Saya dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Majene, 30 Mei 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………….. ...........................................

DAFTAR ISI ………………………………………. ...............................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

 Latar belakang.....................................................................................................
 Tujuan penulisan.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................

 Defenisi..............................................................................................
 Tanda dan gejala .................................................................................................
 Penyebab ketidakberdayaan................................................................................
 Jenis-jenis Ketidakberdayaan...........................................................................

BAB III ASKEP (Asuhan Keperawatan)................................................................


 Pengkajian........................................................................................................

BAB IV PENUTUP..................................................................................................
 Kesimpulan.....................................................................................................
 Saran...............................................................................................................

BAB V TINJAUAN JURNAL................................................................................


PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS
TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada.

Stuart dan Sundeen memberikan batasan tentang keperawatan jiwa, yaitu suatu proses
interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku, yang
mengontribusi pada fungsi yang terintegrasi.

Sementara ANA (American Nurses Association) mendefinisikan keperawatan


kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori
perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya
(Stuart, 2007).

Berdasarkan dua pengertian di atas, maka setiap perawat jiwa dituntut mampu
menguasai bidangnya dengan menggunakan ilmu perilaku sebagai landasan berpikir dan
berupaya sedemikian rupa sehingga dirinya dapat menjadi alat yang efektif dalam merawat
pasien (Depkes RI, 1998).

Penggunaan diri secara terapeutik secara detail sudah dibahas pada mata ajar ilmu
dasar keperawatan pada topik komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu
cara dalam berkomunikasi dengan menekankan pengalaman belajar bersama dengan pasien
untuk memperbaiki emosi pasien. Walaupun perawat atau tenaga kesehatan lain lebih
mengerti tentang masalah kesehatan, seseorang yang lebih mengerti tentang masalah pasien
adalah pasien.

Oleh karenanya, perawat harus menciptakan rasa percaya (trust) agar pasien dapat
mempercayai perawat sebagai tempat berkeluh kesah tentang masalah kesehatannya. Perawat
mengkaji data secara verbal dan nonverbal sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan
untuk diselesaikan bersama dengan pasien. Dengan demikian, perawat dapat menggunakan
dirinya sebagai seorang penolong (helper).

2.Tujuan Penulisan

a) Tujuan umum
Mahasisawa diharapkan mampu memahami tentang ketidakberdayaan dalam
keperawatan jiwa
b) Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan mampu mengenali apa itu ketidakberdayaan dalam leperwatan
jiwa
BAB II
PEMBAHASAN

1.Defenisi

Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yangmenggunakan


ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan dirisendiri secara teraupetik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkankesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada.

Menurut WHO,Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa,
melainkanmengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung,
komunikasidan management, bersi"at positi" yg menggambarkan keselarasan dankeseimbang
an kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian ygbersangkutan.

Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan


mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA,2014).
Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu dengan kondisi depresi,
apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh individu baik verbal maupun non
verbal. Kondisi depresi merupakan salah satu masalah yang berakibat pada konsisi
psikososial dengan ketidakberdayaan. Kondisi ketidakberdayaan pada individu terjadi
bila individu tidak dapat mengatasi solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal
tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut.
Dianalisa dari proses terjadinya, ketidakberdayaan bersal dari ketidakmampuan
individu dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres yang diawali dengan
perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres akan
menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju hipotalamus, kemudian
ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang
akan bertanggung jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari
pengaktifan sistem hipotalamus pitutary adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan pada
hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas
dan malas melakukan sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan,
kadang berubah menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau merasa
gagal terus menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada lapisan luar adrenal
sehingga berpengaruh pada metabolisme glukosa, selain gangguan pada struktur otak,
terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Neurotransmiter merupakan zat
kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain dengan rangsang
tersebut (Struart & Laraia,2005).
Tanda dan gejala
Data subyektif :
a) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
b) Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
c) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
d) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
e) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
Data obyektif :
a) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
b) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan.
c) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
d) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah.
e) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan.
f) Apatis dan pasif.
g) Ekspresi muka murung.
h) Bicara dan gerakan lambat.
i) Tidak berlebihan.
j) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
k) Menghindari orang lain.

Penyebab ketidakberdayaan

1.kurangnya pengetahuan

2.Ketidak adekuatan koping sebelumnya (seperti : depresi)

3.serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan (Carpenito, 2009).

Doenges, Townsend, M, (2008)

 Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap terapi.
 Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan,hu bungan yang kasar.
 Penyakit yang berhubungan dengan rejimen:penyakit kronis atau yang melemahkan
kondisi.
 Gaya hidupketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.

Jenis-jenis Ketidakberdayaan

Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis ketidak-berdayaan,


yaitu;

a.Ketidakberdayaan situasional Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa


spesifik dan mungkin berlangsung singkat.

b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness) Ketidakberdayaan yang bersifat


menyebar, mempengaru hi pandangan, tujuan, gaya hidup, dan hubungan.

a. Faktor predisposisi dan presipitasi


a) Biologis
1) Adanya perubahan status kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik yang
menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya: ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar).
2) Mengalami hospitalisasi.
3) Cidera fisik yang mengharuskan immobilisasi dan menyebabkan intoleransi
aktivitas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (misalnya : tidak bisa
berjalan pergi ke kampus untuk bimbingan skripsi, tidak bisa mengetik dengan
maksimal karena tangan kanannya patah).

b) Psikologis
1) Pengalaman traumatis (khususnya dalam enam bulan terakhir) : cidera fisik
yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
2) Gangguan konsep diri karena menganggap dirinya terancam oleh kegagalan
dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustasi.
3) Adanya ancaman terhadap konsep diri (harga diri dan perubahan peran).
4) Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus yang
ada.
5) Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang lain.
6) Kemampuan mengungkapkan masalah pada orang lain.
7) Tipe kepribadian yang dimiliki.
8) Adanya pengalaman tidak menyenangkan yang menyebabkan trauma
9) Motivasi: kurangnya dukungan dari orang lain.
10) Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan (terlalu sedih).
11) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
menyerah/pesimis.
12) Persepsi individu yang buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain.
13) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi.

c) Sosial budaya
1) Usia: Pada usia tersebut individu memiliki tingkat produktifitas yang tinggi,
namu ketika tekanan dan fungsinya tidak terjalani maka akan memberikan
dampak yang besar pada keputusan yang diambilnya.
2) Pembatasan aktifitas oleh tim medis/keluarga akibat penyakit/trauma yang
diderita.
3) Kondisi pasien yang belum mampu menyelesaikan skripsinya.
4) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain,(mengungkapkan respon ketidakberdayaan dengan kesulitan
dalam hubungan interpersonal yang berakar dari keterbatasan fisiknya).
5) Agama dan keyakinan: kurangnya rasa percaya atas hal positif dari hikmah
kejadian yang diberikan Tuhan.

A. Kognitif
1) Lapang pandang menjadi sempit.
2) Kurang mampu menerima rangsang dari luar.
3) Waspada dengan gejala fisiologis.
4) Bingung.
5) Takut akan konsekuensi yang abstrak.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Berfokus pada diri sendiri.
8) Kurang konsentrasi.
9) Gangguan perhatian.
10) Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam fungsi tubuh yang
mengalami gangguan.
11) Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian kehidupan.
12) Sulit mengambil keputusan.
13) Mengatakan takut kehilangan kontrol.

B. Afektif
1) Gelisah.
2) Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi.
3) Menangis.
4) Mengalami penyesalan.
5) Merasa tidak berdaya.
6) Berfokus pada diri sendiri.
7) Merasa bingung.
8) Ragu dan tidak percaya diri.
9) Merasa khawatir.
10) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
11) Apatis.
12) Pesimis.
13) Mudah marah.

C. Fisiologis
1) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu badan.
2) Berat badan.
3) Wajah murung dan muka berkerut.
4) Suara bergetar dan kadang melemah / pelan.
5) Gangguan pola tidur (tidur berlebihan).
6) Nafsu makan menurun/ hilang sama sekali.
7) Simpatik:
a) Anoreksia.
b) Mulut kering.
c) Wajah pucat.
d) Nadi dan tekanan darah turun.
e) Pupil menyempit.
f) Lemah.
g) Nafas pelan sesekali nafas dalam.
8) Parasimpatik:
a) Nyeri kepala (pusing).
b) Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi.
c) Letih.
d) Tidur berlebihan.
e) Lesu.

D. Perilaku
1) Gerakan pelan dan lemas.
2) Penurunan produktivitas.
3) Gelisah dan melihat hanya sepintas.
4) Kontak mata buruk.
5) Apatis.
6) Melamun.
7) Menunduk.
8) Memalingkan wajah.

E. Sosial
1) Bicara pelan dan lirih.
2) Menarik diri dari hubungan interpersonal.
3) Kurang inisiatif.
4) Menghindari kontak sosial dengan orang lain.
5) Menunjukkan sikap apatis.

F. Sumber Koping
a) Personal ability
1) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
2) Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
3) Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
4) Kemampuan dalam memecahkan masalah.

b) Sosial support
1) Caregiver utama dalam keluarga.
2) Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.

c) Material asset
1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama proses gangguan
fisiologis.
2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi

d) Positive belief
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan: tidak
ada.
2) Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.

G. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya
sehingga dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami.
4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan
kondisi kesehatan.
b. Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta
bantuan.
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami ketegangan
peran, konflik peran).
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan
diri, istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang lain).
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
BAB III
ASKEP
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN

AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi :
kekakuan pada pagi hari.
Keletihan
Tanda: Malaise Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.

KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun

INTEGRITAS EGO
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan ketidak
berdayaan Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya
ketergantungan pada orang lain

MAKANAN ATAU CAIRAN


Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat : mual. Anoreksia Kesulitan untuk mengunyah
Tanda: Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa HIGIENE Gejala:
berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada
orang lain.

NEUROSENSORI
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda: Pembengkakan sendi

NYERI / KENYAMANAN
Gejala: fase akut dari nyeri
Terasa nyeri kronis dan kekakuan

KEAMANAN
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Kekeringan
pada mata dan membran mukosa

INTERAKSI SOSIAL
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi
ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol

INTERVENSI RASIONAL
mandiri -membantu dalam menentukan
- kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan
intensitas (skala 0 – 10). Catat factor- program
faktor yang mempercepat dan tanda-tanda
rasa sakit non verbal - matras yang lembut/empuk, bantal
yang besar akan mencegah pemeliharaan
- berikan matras atau kasur keras, kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan
bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen
sesuai kebutuhan tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi
yang terinflamasi / nyeri
- biarkan pasien mengambil posisi
yang nyaman pada waktu tidur atau duduk - pada penyakit berat, tirah baring
di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri
tidur sesuai indikasi atau cedera sendi.

- dorong untuk sering mengubah - Mencegah terjadinya kelelahan umum


posisi. Bantu pasien untuk bergerak di dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
atas dan di bawah, hindari gerakan yang
menyentak - Panas meningkatkan relaksasi otot dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
- anjurkan pasien untuk mandi air melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas
hangat atau mandi pancuran pada waktu pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal
bangun. Sediakan waslap hangat untuk dapat disembuhkan
mengompres sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari. Pantau suhu air - Meningkatkan elaksasi/mengurangi
kompres, air mandi tegangan otot

- berikan masase yang lembut - Meningkatkan relaksasi,


mengurangitegangan otot, memudahkan untuk
- beri obat sebelum aktivitas atau ikut serta dalam terapi
latihan yang direncanakan sesuai petunjuk
seperti asetil salisilat (aspirin)
DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

INTERVENSI RASIONAL
 Perahankan istirahat tirah  Untuk mencegah kelelahan dan
baring/duduk jika diperlukan. mempertahankan kekuatan.
 Bantu bergerak dengan bantuan  Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan
seminimal mungkin. otot dan stamina umum.
 Dorong klien mempertahankan  Memaksimalkan fungsi sendi dan
postur tegak, duduk tinggi, berdiri mempertahankan mobilitas.
dan berjalan.  Menghindari cedera akibat
 Berikan lingkungan yang aman dan kecelakaan seperti jatuh.
menganjurkan untuk menggunakan  Untuk menekan inflamasi sistematik
alat bantu. akut
 Berikan obat-obatan sesuai indikasi
seperti steroid.

DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang.


Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI RASIONAL
 Kendalikan lingkungan dengan :  Lingkungan yang bebas bahaya akan
Menyingkirkan bahaya yang tampak mengurangi resiko cedera dan
jelas, mengurangi potensial cedera membebaskan keluaraga dari
akibat jatuh ketika tidur misalnya kekhawatiran konstan.
menggunakan penyanggah tempat
tidur, usahakan posisi tempat tidur
rendah, gunakan pencahayaan malam
siapkan lampu panggil.

 Hal ini akan memberikan pasien


merasa otonomi, restrain dapat
 Memantau regimen medikasi meningkatkan agitasi, mengegetkan
pasien akan meningkatkan ansietas.

 Izinkan kemandirian dan kebebasan


maksimum dengan memberikan
kebebasan dalam lingkungan yang
aman, hindari penggunaan restrain,
ketika pasien melamun alihkan
perhatiannya ketimbang
mengagetkannya.
DIAGNOSA 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri Klien dapat me atau tidur.
Kriteria Hasil : menuhi kebutuhan istirahat

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri 
 Tentukan kebiasaan tidur biasanya  Mengkaji perlunya dan
dan perubahan yang terjadi mengidentifikasi intervensi yang tepat
 Meningkatkan kenyamaan tidur serta
 Berikan tempat tidur yang nyaman dukunmgan fisiologis/psikologis
 Bila rutinitas baru mengandung aspek
 Buat rutinitas tidur baru yang sebanyak kebiasaan lama, stress dan
dimasukkan dalam pola lama dan ansietas yang berhubungan dapat
lingkungan baru berkurang Membantu menginduksi
tidur
 Instruksikan tindakan relaksasi  Meningkatkan efek relaksasi
 Dapat merasakan takut jatuh karena
 Tingkatkan regimen kenyamanan perubahan ukuran dan tinggi tempat
waktu tidur misalnya mandi hangat tidur, pagar tempat untuk membantu
dan massage. mengubah posisi
 Tidur tanpa gangguan lebih
 Gunakan pagar tempat tidur sesuai menimbulkan rasa segar, dan psien
indikasi: rendahklan misalnya tempat mungkin tidak mampu kembali tidur
tidur bila mungkin. bila terbangun.
 Mungkin diberikan untuk membantu
 Hindari menggangu bila mungkin, pasien tidur atau istirahat.
misalkan membangunkan untuk obat
atau terapi.
Kolaborasi
 Berikan sedative,hipnotik sesuai
indikasi

DIANGNOSA 5 : Defisit perawat diri b/d nyeri


Kriteria hasil : Klien dapat melaksanakan aktifitas perawatan sendiri secara mandiri
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji tingkat fungsi fisik  Mengindentifikasi tingkat bantuan/
 Pertahabkan mobilitas,kontrol dykungan yang diperlukan
terhadap nyeri dan program latihan  Mendukung kemandirian
 Kaji hambatan terhadap parisipasi fisik/emosional
dalam perawatan diri,indentifikasi  Menyiapkan untuk meningkatkan
untuk modifikasi lingkugan. harga diri
 Identifikasi untuk perawatan yang  Memberikan kesempatan untuk dapat
diperlukan, misalkan;lift, peninggian melakukan aktivitas secara mandiri
dudukan toilet dan kursi roda
DIANGNOSA 6 : Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran b/d perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri  Beri kesempatan untuk
o Dorongan pengungkapan mengenal mengindentifikasi ras takut/kesalahan
masalah mengenai proses konsep dan menghadapi secara
penyakit,harapan masa depan. langsung.
o Diskusikan arti dari  Mengindentifikasi bagaimana
kehilangan/perubahan pada penyakit mempengaruhi persepsi diri
pasien/orang terdekat. dan interkasi dengan oranf lain akan
o Diskusikan persepsi pasien mengenai memntukan kebutuhan terhaap
bagaimana orang terdekat menerima intervensi atau konseling lebih lanjut.
keterbatasan  Isyarat verbal/nonverbal orang
o Akui dan terima perasaan berduka, terdekat dpt mempunyai pengaruh
bermusuhan,ketergantungan. mayor pada bagaimana pasien
o Perhtikan perilaku menarik memandang dirinya sendiri.
diri,penguanan menyangkl atau terllu  Nyeri konstan akan melelahkan,dan
memperhatikan tubuh/perubahan. perasaan marah,bermusuhan umum
o Sususnan pada batasan pada perilaku terjdi.
maladaptive.bantua pasien untuk  Dapat mnunjukan emosional atau
mengindentifikasi perilaku positif metode koping
yang dapat membantu koping. malaaptive,memnutuhkan intervensi
o Ikut serta pasien dalam merencanakan lebih lanjut atau dukungan psikologis.
perawatan dan membuat jadwal  Membnatu pasien untuk
aktivitas. mempertahankan kontrol diri yang
yang dapat meningkatkan perasaan
Kolaborasi harga diri.
 Rujukan pada konseling psikiantri  Meningkatka perasaan
 Berikan obat-obat sesuai petunjuk kompenentsi/harga diro, mendorong
kemandirian, mendorong partisipasi
dan terapi.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Penerapan terapi generalis terhadap ketidakberdayaan orang lanjut usia sangat
bermakna dibuktikan dengan adanya penurunan tanda dan gejala serta peningkatan
kemampuan klien dalam mengatasi ketidakberdayaan yang dialami.

Saran
Dinas Kesehatan Kota Bogor diharapkan dapat terus memfasilitasi dan melakukan
monitoring serta evaluasi secara rutin untuk keberlangsungan program CMHN, khususnya
di wilayah Kelurahan Ciwaringin dan memberikan terobosan-terobosan baru khusus
untuk pelayanan kesehatan pada lansia. Bagi puskesmas, diharapkan mengadakan pelatihan
khusus bagi perawat khususnya penanggung jawab program lansia dan jiwa tentang asuhan
keperawatan jiwa, khususnya pada lansia yang mengalami masalah psikososial, sehingga
perawat minimal mempunyai kemampuan generalis untuk memberikan asuhan keperawatan
pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart & Laraia. 2008. Principles and practice of psychiatric nursing (8 ed.). Missouri:
Mosby, Inc.

Baranty, E.B.S, Keliat, B.A & Besral. 2011. Pengaruh terapi reminiscence dan
Psikoedukasi keluarga terhadap kondisi depresi dan kualitas hidup lansia di Katulampa
Bogor. Depok: Universitas Indonesia, Tesis tidak dipublikasi.

Cappeliez. 2004. Cognitive-Reminiscence Therapy for depressed older adult.


http://www.seniorsmentalhealth.ca. Diakses tanggal 18 mei 2015.

Friedman. 2008. Keperawatan keluarga: teori dan praktik (family nursing: theory and
practice), alih bahasa: Ina Debora R.L. Jakarta: EGC.

Fontaine. 2009. Mental Health nursing. Sixth Editions. New Jersey: Pearson
Education Inc.

Kapplan & Saddock. 2007. Sinopsis psikiatri: ilmu pengetahuan psikiatri klinis.
Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Hawari. 2001. Pendekatan Holistik pada gangguan jiwa skizoprenia. Jakarta:


FKUI.

Youdha. 2012. Konseling penyebab masalah kejiwaan. Jakar t a: Universit as


Gunadharma, 03 April http://c3i.sabda. org/30/jam/2012/konseling.

Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed.
4, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai