Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN

DISUSUN OLEH :

RESTIKA
NIM : 201901113
KELAS : R2C KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat nya
saya masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
“Makalah Keperawatan Jiwa Anak Usia Sekolah” ini disusun untuk
memenuhi tugas saya dari mata kuliah keperawatan jiwa di
program studi ilmu keperawatan.
saya menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah
ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan
para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan............................................................................3
1. Pengertian........................................................................................................................3
2. Penyebab.........................................................................................................................3
3. Patofisiologi....................................................................................................................3
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi..................................................................................4
5. Tanda dan Gejala Keberdayaan......................................................................................6
6. Penatalaksanaan ketidakberdayaan.................................................................................7
7. Pohon masalah................................................................................................................7
8. Asuhan Keperawatan......................................................................................................7
B. Asuhan Keperawatan Keputusasaan.................................................................................11
1. Pengertian......................................................................................................................11
2. Penyebab Keputusasaan................................................................................................11
3. Tanda dan Gejala...........................................................................................................12
4. Penatalaksanaan............................................................................................................13
5. Pohon Masalah..............................................................................................................14
6. Asuhan Keperawatan....................................................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................................18
B. Saran dan Kritik............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat. Individu dikatakan sehat jiwa apabila berada
dalam kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit), tidak
dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stres yang timbul. Kondisi ini
akan memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan
sosial yang memuaskan. Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan harus memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososiospiritual sehingga pemilihan model keperawatan dalam menerapkan asuhan
keperawatan sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa.
Manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual mengandung pengertian bahwa
manusia merupakan makhluk yang utuh dimana didalamnya terdapat unsur biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. Sebagai makluk biologi, manusia tersusun dari berjuta-
juta sel-sel hidup yang akan membentuk satu jaringan, selanjutnya jaringan akan bersatu
dan membentuk organ serta sistem organ. Sebagai makhluk psikologi, setiap manusia
memiliki kepribadian yang unik serta memiliki struktur kepribadianyang terdiri dari id,
ego, dan super ego dilengkapi dengan daya pikir dan keceredasan, agar menjadi pribadi
yang selalu berkembang.
Setiap manusia juga memiliki kebutuhan psikologis seperti terhindar dari ketegangan
psikologis, kebutuhan akan kemesraan dan cinta, kepuasan alturistik (kepuasan untuk
menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan), kehormatan serta kepuasan ego.
Sedangkan sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu
ingin hidup dengan orang lain dan membutuhkan orang lain. Selain itu manusia juga
harus menjalin kerja sama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
hidup. Manusia juga dituntut untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan harapan dan
norma yang berlaku dilingkungan sosialnya. Sebagai makhluk spiritual manusia
mempunyai keyakinan dan mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
pandangan hidup, doronngan hidup yang sejalan, dengan sifat religius yang dianutnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Apa definisi dari ketidakberdayaan dan keputusasaan ?

1
2. Apa saja menyebabkan terjadinya ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan ?
4. Bagaimana patofisiologi ketidakberdayaan ?
5. Apa saja tanda dan gejala yang dialami dari ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
7. Seperti apa pohon masalah dari ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
C. Tujuan
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1, makalah ini dibuat
untuk menambah wawasan dan pengetahuna kita mengenai :
1. Definisi dari ketidakberdayaan dan keputusasaan
2. Penyebab ketidakberdayaan dan keputusasaan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan
4. Patofisiologi ketidakberdayaan
5. Tanda dan gejala dari ketidakberdayaan dan keputusasaan
6. Penatalaksanaan dari ketidakberdayaan dan keputusasaan
7. Pohon masalah dari ketidakberdayaan dan keputusasaan
8. Asuhan keperawatan dari ketidakberdayaan dan keputusasaan
BAB II

PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan
1. Pengertian
Menurut townssed (2009) Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu
bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan
dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang
baru dirasakan. Ketidakberdayaan sering dipersepsikan secara subyektif dengan
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan dan ketidakmampuan untuk
mengontrol perasaan emosional (Yusuf & Wardani, 2015).
2. Penyebab
Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak adekuatan
koping sebelumnya (seperti : depresi), serta kurangnya kesempatan untuk
membuat keputusan (Carpenito, 2009). Faktor terkait ketidakberdayaan menurut
Doenges, Townsend, M, (2008) yaitu:
a. Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap
terapi.
b. Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
c. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau
yang melemahkan kondisi.
d. Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.
3. Patofisiologi
Patofisiologi masalah psikososial pada individu yang mengalami
ketidakberdayaan saat ini belum diketahui secara pasti, namun jika dianalisa dari
proses terjadinya berasal dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah
sehingga menimbulkan stres yang diawali dengan perubahan respon otak dalam
menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres akan menyebabkan korteks serebri
mengirimkan sinyal menuju hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan
perubahan, sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik
dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang akan bertanggung
jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari pengaktifan sistem
hipotalamus pitutary adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan pada
hipotalamus
membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktıvitas dan
malas melakukan sesuatu, hambatan emost pada klien dengan ketidakberdayaan
kadang berubah menjadı sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau
merasa gagal terus menerus.
Dampak pada hormon glucocorticond pada Inpisan luar adrenal sehangra
berpengaruh pada metabolinue glukosa terdapat ketidaksesmbangan selain
rarigeruan pada struktur otak, terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak.
Neurotransmiter merupakan kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu
neuron ke neuron lain dengan rangsang tersebut (Stuart & Laraia, 2005).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kebanyakan individu secara subjektif mengalami perasaan ketidakberdayaan
dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi. Individu sering
menunjukkan respon apatis, marah, atau depresi terhadap kehilangan kontrol.
Pada ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya,
tetapi percaya bahwa hal tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi
tersebut. Jika ketidakberdayaan berlangsung lama, dapat mengarah ke
keputusasaan (Zaini, 2019, pp. 74,75).
Perawat harus hati-hati untuk mendiagnosis ketidakberdayaan yang berasal
dari perspektif pasien bukan dari asumsi. Perbedaan budaya dan individu terlihat
pada kebutuhan pribadi, untuk merasa mempunyai kendali terhadap situasi
(misalnya untuk diberitahukan bahwa orang tersebut mempunyai penyakit yang
fatal (Kaplan, H.L., 1994 dalam Zaini, 2019, p. 75). Faktor-faktor yang
mempengaruhi munculnya masalah ketidakberdayaan adalah :
a. Faktor Predisposisi
 Faktor Biologis
Faktor biologis yang berkaitan dengan masalah ketidakberdayaan
adalah menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general check up,
tanggal terakhir periksa), adanya riwayat sakit panas lama Saat
perkembangan balita sampai kejang-kejang, atau pernah mengalami
riwayat trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
temporal, dan limbik, riwayat menderita penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan misalnya : kanker Terminal atau penyakit
fisik yang bersifat kronis lainnya (Audrey Berman, Shirlee Snyder, 2016
dalam Zaini, 2019, p. 75).
 Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang berkaitan dengan masalah ketidakberdayaan
adalah pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
tinggal, ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, kurang puas dengan
kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai), merasa frustasi dengan
kondisi kesehatannya dan kehidupan yang sekarang, pola asuh orang tua
pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu otoriter atau terlalu
melindungi/menyayangi, motivasi : penerimaan umpan balik negatif yang
konsisten selama tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat
dalam mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari, pengalaman aniaya
fisik, baik sebagai pelaku, korban, maupun sebagai saksi, self control :
tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas, rasa takut
akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya, kepribadian : mudah marah,
pasif dan cenderung tertutup (Amenta, 1982 dalam Zaini, 2019, p. 76).
 Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang berkaitan dengan masalah ketidakberdayaan
adalah pendidikan rendah, kehilangan kemampuan melakukan aktivitas
akibat proses penuaan an (misalnya pensiun, defisit memori defisit
motorik, status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6
bulan), adany norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol
(misalnya control locus internal) dalam kehidupan sosial, cenderung
Ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam
sosial kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain (Zaini, 2019, p. 76).
b. Faktor Presipitasi
 Biologis
Faktor presipitasi biologis pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah menderita penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir, menderita
penyakit akut yang menyebabkan ketidakmampuan berkomunikasi, dalam
6 bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan kejang atau
trauma kepala yang menimbulkan lesi Pada lobus frontal, temporal, dan
limbic,
terdapat gangguan sistem endokrin, penggunaan alkohol, obat-obatan,
kafein dan tembakau (Kumar et al., 2013 dalam Zaini, 2019, p. 76).
 Psikologis
Faktor presipitasi psikologis pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis, tidak
dapat menjalankan pekerjaan atau hobi, perasaan malu dan rendah diri
karena ketidakmampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,
konsep diri : gangguan pelaksanaan peran Karena ketidakmampuan
melakukan tanggung jawab peran, kehilangan kemandirian atau perasaan
Ketergantungan dengan orang lain (Zaini, 2019, pp. 76,77).
 Sosial Budaya
Faktor presipitasi sosial budaya pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan,
hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab
yang lain, kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya pensiun defisit memori, defisit motorik, status finansial
atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir), adanya
perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif, efek pembatasan
mobilitas, kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya,
dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat
(Zaini, 2019, p. 77).
5. Tanda dan Gejala Keberdayaan
Ketidakberdayaan yang di alami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
a. Rendah
Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energy, serta
lebih bersikap pasif.
b. Sedang
Marah, ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah, tidak melakukan praktek
perawatan diri ketika di tantang, tidak memantau kemajuan pengobatan,
ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktifitas
sebelumnya, ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan
tugas sebelumnya, ekspresi keraguan tentang performa peran,
ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan, ekspresi
frustasi terhadap ketidakmampuan melakukan tugas sebelumnya, takut
dijauhkan dari pemberi asuhan, rasa bersalah, tidak berpatisipasi dalam
asuhan saat diberi kesempatan, tidak berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan ketika diberi kesempatan, pasien pasif, enggan mengungkapkan
perasaannya yang sebenarnya, kebencian.
c. Berat
Apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi dengan
mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan, menyatakan
tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi dan hasil) (Zaini,
Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis dan
Komunitas, 2019)
6. Penatalaksanaan ketidakberdayaan
a. Antidepresan trisiklik (ATS), antidepresan pertama yang sedang diteliti
mendalam, secara konsisten lebih efektif dibandingkan plasebo baik dalam
mengurangi kompleks gejala gangguan depresi.
b. Terapi perilaku, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal secara
substansial
7. Pohon masalah

Harga Diri Rendah


Efek

Ketidakberdayaan Masalah Utama

Disfungsi proses berduka


Kurangnya umpan balik Cause
Umpan balik negatif yang konsisten

8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Informasi Umum
 Inisial klien Usia
 Jenis kelamin
 Suku
 Status perka winan
 Alamat
2) Kondisi/Keluhan Saat Ini
Fisik:
 Tanyakan apa yang menjadi keluhan utama, waktu terjadinya dan
kronologisnya (munculnya diagnosa fisik) serta keluhan fisik yang
menyerta
 Hasil pemeriksaan fisik
 Hasil pemeriksaan penunjang
Psikososial:
Bagaimana perasaan klien terhadap sakit yang dialami, bagaimana
hubungan socia) klien sejak mengalami sakit tersebut, apakah karena sakit
yang dialami mengakibatkan perubahan psikologis/ perasan, perubahan
tingka ekonomi/pekerjaan.
Konsep diri:
Apakah penyakit fisik yang dialami mempengaruhi:
 Citra tubuh
 Identitas diri
 Peran
 Ideal diri
 Harga diri
3) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Cari riwayat/penyakit yang relevan dengan kondisi saat ini seperti:
riwayat tumbuh kembang, riwayat sakit fisik/kronik yang pemah diderita
sebelumnya, riwayat penyakit genetik/turunan, riwayat hospitalisasi,
riwayat cedera/trauma, riwayat pengobatan/pembedahan, terpapar zat
kimia/radiasi, gangguan nutrisi, kebiasaan merokok/alkohol).
4) Penilaian Terhadap Stresor (Masalah)
Bagaimana penilaian klien terhadap kondisinya saat ini (akibat
penyakit fisik/kronis yang dialami), meliputi: apa yang klien pikirkan
terhadap kondisi penyakit fisik saat ini, bagaimana perasaan klien, apakah
karena kondisi penyakit saat ini, mempengaruhi/memperberat kondisi
kesehatan fisik klien secara keseluruhan, apakah karena kondisi penyakit
fisik klien saat ini mempengaruh perilaku/kebiasaan klien.
5) Sumber Koping
Uraikan sumber koping yang dimiliki klien seperti kemampuan
personal klien, keyakinan klien terhadap kondisi yang dialami, dukungan
sosial dari keluarga/kelompok teman jika ada, akses terhadap pelayanan
kesehatar terjangkau/terdapat kendala.
6) Status Mental
 Penampilan: Tidak rapi/ Penggunaan pakaian tidak sesuai / Cara
berpakaian tidak seperti biasanya
 Pembicaraan: Cepat/Apatis/Keras/Lambat/Gаgaр/Tidak mampu
memulai pembicaraan/ Inkoherensi
 Aktivitas motoric: Lesu/ Tegang/Grimasen/Gelisah/Tremor/Agitasi
/Kompulsif
 Alam perasaan: Sedih/Khawatir /Ketakutan/Gembira berlebihan/ Putus
asa
7) Hubungan klien dengan kepala keluarga
8) Mekanisme Koping
(Apa yang telah dilakukan klien terkait dengan kondisi/masalahnya)

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Batasan Karakteristik Faktor yang
berhubungan
Kelas 2 : Respon Koping - Perasaan asing - Disfungsi
00125 Ketidakberdayaan - Bergantung pada lingkungan
orang lain keperawatan
Defenisi :Pengalaman - Depresi - Interaksi
hidup kurang - Ragu tentang lingkungan
pengendalian terhadap penampilan peran interpersonal yang
- Frustasi karena tidak memuaskan
situasi, termasuk
ketidakmampuan - Ansietas
persepsi bahwa tindakan untuk melakukan - Peran pemberi
seseorang secara aktivitas sebelumnya asuhan
- Kurang berpartisipasi - Strategi koping
signifikan tidak adan
dalam perawatan tidak efektif
memengaruhi hasil. - Kurang rasa kendali - Kurang
- Malu pengetahuan untuk
mengelola situasi
- Kurang dukungan
sosial
- Harga diri rendah

c. Outcome dan Intervensi


Secara umum, tindakan keperawatan bertujuan untuk menunjukkan
partisipasi klien terhadap perawatan kesehatan ditandai dengan kemampuan
klien mengungkapkan dengan kata-kata tentang segala perasaan
ketidakberdayaan, mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya,
menghubungkan tidak adanya penghalang untuk bertindak, mengungkapkan
dengan kata-kata kemampuan untuk melakukan tindakan yang diperlukan,
melaporkan dukungan yang adekuat dari orang terdekat, termasuk teman dan
tetangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang dapa
dilakukan adalah:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpengaruh pada ketidakberdayaan (misalnya: pekerjaan, aktivitas,
hiburan, tanggung jawab peran, hubungan antar pribadi)
b) Diskusikan dengan pasien pilihan yang realistis dalam perawatan,
berikan penjelasan untuk pilihan tersebut
c) Libatkan pasien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas perawatan
d) Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada pasien
(jelaskan semua prosedur, peraturan dan pilihan untuk pasien, berikan
waktu untuk menjawab pertanyaan dan minta individu untuk menuliskan
pertanyaan sehingga tidak terlupakan)
e) Peningkatan harga diri
 Identifikasi kemampuan kendali pasien
 Identifikasi kepercayaan pasien terhadap keputusannya sendiri
 Identifikasi harga diri pasien
 Bantu pasien mengeksplorasi pencapaian keberhasilan sebelumnya
dan kehilangan yang dirasakan (misalnya: kemandirian, peran dan
penghasilan)
 Bantu pasien mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak dapat ia
kendalikan. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang
berubungan dengan ketidakmampuan sebagai upaya untuk
mengatasi masalah yang tidak terselesaikan dan menerima hal-hal
yang tidak dapat diubah
 Sampaikan kepercayaan diri terhadap kemampuan pasien untuk
menangani keadaan dan sampaikan perubahan positif dan kemajuan
yang dialami pasien setiap hari
f) Fasilitasi tanggung jawab sendiri
Biarkan pasien mengemban tanggung jawab atas praktik perawatn
dirinya untuk memberikan pilihan kepada pasien akan meningkatkan
perasaannya dalam mengendalikan hidunya, misalnya:
 Pantau tingkat tanggung jawab yang diterima pasien
 Bersama pasien tentukan apakah pasien mempunyai
pengetahuanyang adekuat tentang kondisi perawatan kesehatan
 Dorong pasien mengungkapkan perasaan, persepsi dan ketakuttan
tentang rasa tanggung jawab
 Berikan privasi kepada pasien jika diperlukan
 Berikan umpan balik positif untuk keputusan yang telah dibuatnya
g) Peningkatan keterlibatan keluarga
 Bangun hubungan pribadi dengan pasien dan anggota keluarga yang
akan terlibat dalam perawatan
 Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam
perawatan pasien
 Dorong anggota keluarga dan pasien untuk membantu dalam
mengembangkan rencana perawatan, termasuk hasil yang
diharapkan da pelaksanaan dan rencana perawatan
 Berikan dukungan yang diperlukan bagi keluraga untuk membuat
keputusan
d. Evaluasi
Evaluasi pada klien meliputi kemampuan dalam untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada
ketidakberdayaan, peningkatan kemampuan harga diri klien.

B. Asuhan Keperawatan Keputusasaan


1. Pengertian
Department of Health menyatakan bahwa keputusasaan merupakan kondisi
subjektif yang ditandai dengan individu memandang hanya ada sedikit atau
bahkan tidak ada alternatif atau pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi
energi demi kepentingannya sendiri (Department of Health, 2010 dalam Zaini,
2019, p. 68). Jadi, dapat juga diartikan bahwa keputusasaan adalah kondisi saat
seseorang sudah kehilangan asa atau harapan dan memandang bahwa sudah tidak
ada jalan lain sehingga menyebabkan individu tersebut tidak sanggup untuk
menggunakan energinya untuk kepentingannya sendiri.
2. Penyebab Keputusasaan
Beberapa faktor yang terkait dengan keputusasaan yaitu perasaan terbuang,
adanya penurunan kondisi psikologis, kehilangan kepercayaan pada kekuatan
spiritual, kehilangan kepercayaan pada nilai penting, stres jangka panjang, serta
pembatasan aktivitas jangka panjang yang mengakibatkan isolasi sosial (Zaini,
2019, p. 68).
Berdasarkan aspek biologis, psikologis, dan sosial, kondisi keputusasaan dapat
disebabkan oleh kondisi berikut ini :
a. Aspek biologis
Kondisi biologis yang menyebabkan terjadinya keputusasaan adalah
riwayat keluarga dengan depresi, status nutrisi, riwayat anoreksia, dan berat
badan kurang atau berlebih, status kesehatan secara umum: adanya riwayat
penyakit kronis, ketidakseimbangan sistem saraf dan elektrolit, dan paparan
terhadap racun atau alkohol (Zaini, 2019, p. 68).
b. Aspek psikologis
Kondisi psikologis yang menyebabkan terjadinya keputusasaan adalah
gangguan dalam komunikasi verbal, adanya pengalaman yang tidak
menyenangkan (perpisahan atau penolakan), gangguan konsep diri: ideal diri
yang tidak realistis, motivasi yang kurang atau tidak ada dukungan sosial, self
control yang kurang (Zaini, 2019, p. 69).
c. Aspek sosial
Kondisi sosial yang menyebabkan terjadinya keputusasaan adalah
riwayat pendidikan: tidak sekolah atau putus sekolah, pekerjaan dan
pendapatan: tidak bekerja atau pernah bekerja tapi diberhentikan serta sosial
ekonomi yang rendah, belum menikah atau kegagalan dalam berumah tangga,
spiritualitas yang kurang atau tidak menjalankan perintah agama, da
pengalaman sosial masyarakat pernah ditolak di kelompok sebaya (Pitter, H.L,
2011 dalam Zaini, 2019, p. 69).
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala keputusasaan yang di alami klien dapat dikaji dari ungkapan
klien terhadap situasi kehidupannya tanpa harapan dan terasa hampa (“saya tidak
dapat melakukan sesuatu”), sering mengeluh dan tampak murung, tampak kurang
bicara atau tidak mau bicara sama sekali, menunjukkan kesedihan, afek datar atau
tumpul, menarik diri dari lingkungan, kontak mata kurang, mengangkat bahu tanda
masa bodoh, nampak selalu murung atau blue mood, menunjukkan gejala fisik
kecemasan (takikardia, takipneu), menurun atau tidak adanya selera makan,
peningkatan waktu tidur, penurunan keterlibatan dalam perawatan, bersikap pasif
dalam menerima perawatan, penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain
yang bermakna. (Zaini, Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di
Pelayanan Klinis dan Komunitas, 2019)
4. Penatalaksanaan
1) Psikofarmaka
Terapi ini menggunakan obat-obatan yang membantu mengurangi atau
meminimalkan gangguan keputusasaan pada pasien.
2) Psikoterapi
Terapi kejiawaan menjadi hal yang penting untuk diberikan pada pasien setelah
pasien meneripa terapi psikofarmaka.
1. Psikoterapi Suportif
Terapi ini diberikan dengan tujuan memberikan motivasi serta semangat
sehingga pasien tidak mengalami putus asa untuk berjuang hingga
mencapai kesembuhannya.
2. Psikoterapi Re-eduktif
Terapi ini dimaksudkan emmberikan pendidikan ulang guna memperbaiki
kesalahan pendidikan sebelumnya.
3. Psikoterapi Rekonstruktif
Terapi ini berguna untuk memperbaiki kepribadian yang sudah rusak untuk
dikembalikan seperti kepribadian sebelum mengalami sakit.
4. Poikoterapi Kognitif
Guna mengembalikan kemampuan dan fungsi kognitif pasien, daya piker
dan daya ngat pasien sehingga pasien dapat membedakan hal baik dan
buruk.
5. Psikoterapi Perilaku
Terapi ini bermaksud mengembalikan perilaku pasien agar pasien mampu
menyesuaikan diri dengan keluarga serta lingkungannya.
3) Terapi Psikososial
Terapi ini diberikan agar pasien dapat kembali beradaptasi dengan lingkungan
sosialnya dan mampu merawat dirinya agar tidak lagi bergantung pada orang
lain dan tidak menjadi beban keluarganya. Pasien yang menjalani terapi ini
hendaknya masih menjalani terapi farmaka.
4) Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan jiwa. Terapi
ini berbentuk sembahyang. memanjatkan doa, puji-pujjan kepada Tuhan,
ceramah
keagamaan, membaca kitab suci, dan rehabilitasi. Kegiatan rehabilitasi
dimaksudkan agar pasien siapdikembalikan lagi ke keluarga serta
lingkungannya. (Alfianti & Pratiwi, 2016)
5. Pohon Masalah

Ketidakberdayaan Efek

Keputusasaan Masalah Utama

Harga Diri Rendah Cause

6. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Informasi Umum
 Inisial klien Usia
 Jenis kelamin
 Suku
 Status perka winan
 Alamat
2) Kondisi/Keluhan Saat
Ini Fisik:
 Tanyakan apa yang menjadi keluhan utama, waktu terjadinya dan
kronologisnya (munculnya diagnosa fisik) serta keluhan fisik yang
menyerta
 Hasil pemeriksaan fisik
 Hasil pemeriksaan penunjang
Psikososial:
Bagaimana perasaan klien terhadap sakit yang dialami, bagaimana
hubungan socia) klien sejak mengalami sakit tersebut, apakah karena sakit
yang dialami mengakibatkan perubahan psikologis/ perasan, perubahan
tingka ekonomi/pekerjaan.
Konsep diri:
Apakah penyakit fisik yang dialami mempengaruhi:
 Citra tubuh
 Identitas diri
 Peran
 Ideal diri
 Harga diri
3) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Cari riwayat/penyakit yang relevan dengan kondisi saat ini seperti: riwayat
tumbuh kembang, riwayat sakit fisik/kronik yang pemah diderita
sebelumnya, riwayat penyakit genetik/turunan, riwayat hospitalisasi,
riwayat cedera/trauma, riwayat pengobatan/pembedahan, terpapar zat
kimia/radiasi, gangguan nutrisi, kebiasaan merokok/alkohol).
4) Penilaian Terhadap Stresor (Masalah)
Bagaimana penilaian klien terhadap kondisinya saat ini (akibat penyakit
fisik/kronis yang dialami), meliputi: apa yang klien pikirkan terhadap
kondisi penyakit fisik saat ini, bagaimana perasaan klien, apakah karena
kondisi penyakit saat ini, mempengaruhi/memperberat kondisi kesehatan
fisik klien secara keseluruhan, apakah karena kondisi penyakit fisik klien
saat ini mempengaruh perilaku/kebiasaan klien.
5) Sumber Koping
Uraikan sumber koping yang dimiliki klien seperti kemampuan personal
klien, keyakinan klien terhadap kondisi yang dialami, dukungan sosial dari
keluarga/kelompok teman jika ada, akses terhadap pelayanan kesehatar
terjangkau/terdapat kendala.
6) Status Mental
 Penampilan: Tidak rapi/ Penggunaan pakaian tidak sesuai / Cara
berpakaian tidak seperti biasanya
 Pembicaraan: Cepat/Apatis/Keras/Lambat/Gаgaр/Tidak mampu
memulai pembicaraan/ Inkoherensi
 Aktivitas motoric: Lesu/ Tegang/Grimasen/Gelisah/Tremor/Agitasi
/Kompulsif
 Alam perasaan: Sedih/Khawatir /Ketakutan/Gembira berlebihan/ Putus
asa
7) Hubungan klien dengan kepala keluarga
8) Mekanisme Koping
(Apa yang telah dilakukan klien terkait dengan kondisi/masalahnya)
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Batasan Karakteristik Faktor yang
berhubungan
Domain 6 : Persepsi - Perubahan pola tidur - Stress jangka
Diri - Penurunan afek panjang
Kelas 1 : Konsep Diri - Penurunan selera - Kehilangan
00124 Keputusasaan makan kepercayaan pada
Definisi - Kurang inisiatif kekuatan spiritual
Kondisi subjektif - Penurunan respons - Kehilanagn
ketika seseorang terhadap stimulus kepercayaan pada
individu memandang - Penurunan nilai penting
keterbatasan atau tidak verbalisasi - Isolasi sosial
adanya alternatif atau - Isyarat verbal putus - Pembatasan
pilihan pribadi serta asa aktivitas jangka
tidak mampu - Kurang keterlibatan panjang
memobilisasi energi dalam asuhan
demi kepentingan - Pasif
sendiri. - Kurang kontak mata
- Menjauhi orang
yang mengajak
bicara

c. Outcome dan Intervensi


Secara spesifik tujuan tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
supaya pasien mampu membuat keputusan, adanya harapan. Keseimbang
mood, status gizi yang adekuat (asupan makanan dan minuman), tidur yang
adekuat, dan mengungkapkan kepuasan dengan kualitas hidup.
Untuk mencapai tujuan tersebut, klien memiliki peran yang penting
dalam menentukan keberhasilan intervensi keperawatan. berikut ini adalah
intervensi keperawatan pada klien dengan keputusasaan:
a. Dukung partisipasi aktif dalam aktivitas kelompok untuk memberikan
kesempatan terhadap dukungan sosial dan penyelesaian masalah
b. Gali faktor yang berkontribusi terhadap perasaan keputusasaan dengan
pasien
c. Beri penguatan positif terhadap perilaku yang menunjukkan inisiatif,
seperti kontk mata, membuka diri, penurunan jumlah waktu tidur,
perawatan diri, peningkatan nafsu makan
d. Jadwalkan waktu bersama pasien untuk memberi kesempatan menggali
tindakan koping alternatif
e. Bantu klien untuk mengidentifikasi area harapan dalam kehidupan
f. Demonstrasikan harapan dengan mengenalkan penilaian intrinsik dan
memandang penyakitnya hanya dari sudut pandang individu
g. Bantu pasien memperluas spiritual diri
h. Arahkan mengingat kembali kehidupan atau mengungkapkan kenangan,
sesuai dengan kebutuhan
i. Hindari menutupi kebenaran
j. Libatkan pasien secara aktif untuk merawat dirinya
k. Klien menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung :
 Bina hubungan saling percaya dengan keluarag
 Identifikasikan masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus
asa klien
 Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu
klien atasi masalah dan bagaimana hasilnya
 Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien atasi masalahnya
 Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan
d. Evaluasi
Evaluasi pada klien meliputi kemampuan dalam membuat keputusan dan
harapan, kepuasan dalm hidup, mempertahankan mood yang baik, status gizi
yang adekuat, istirahat tidur yang adekuat dan mengungkapkan kepuasan dengan
kualitas hidup.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan


mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan
kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Sedangkan keputusasaan adalah kondisi saat seseorang sudah kehilangan asa atau
harapan dan memandang bahwa sudah tidak ada jalan lain sehingga menyebabkan
individu tersebut tidak sanggup untuk menggunakan energinya untuk kepentingannya
sendiri.
Masing-masing kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti :
 Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak adekuatan
koping sebelumnya (seperti : depresi), serta kurangnya kesempatan untuk
membuat keputusan
 Keputusasaan disebabkan karena adanya perasaan terbuang, adanya penurunan
kondisi psikologis, kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual, kehilangan
kepercayaan pada nilai penting, stres jangka panjang, serta pembatasan aktivitas
jangka panjang yang mengakibatkan isolasi sosial

B. Saran dan Kritik


Penyusun tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Asep Hidayat. 2014. Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan Pada Tn. H.


Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2 Di Ruang Antasena Rumah Sakit
Marzoeki Mahdi Bogor. FK.UI.Jakarta. diakses 27 April 2020
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390998-PAsep%20Hidayat.pdf

Alfianti, Y., & Pratiwi, R. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Psikososial:
Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan. Makalah: p. 14-16.

Bulechek, M.G dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian edition.
Indonesia: Mocomedia.
Bulechek, M.G dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian edition.
Indonesia: Mocomedia.

Herdman, T. H. 2017. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan: Definisi dan


Klarifikasi 2018-2020. Edisi 11. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Herdman, T. H. 2012. Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klarifikasi
2018-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC.
Yusuf, R. S., & Wardani, I. Y. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan Ketidakberdayaan Pada Klien Diabetes Melitus Tipe II Di
Ruang Antasena Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 3(2), 145–153. http://ppnijateng.org/wp-content/uploads/2016/08/Keperawatan-
Jiwa_- place-PDF-vol-3-No-2-rev.61-69.pdf
Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis dan
Komunitas. Yogyakarta: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai