KEPERAWATAN JIWA
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN
DISUSUN OLEH :
RESTIKA
NIM : 201901113
KELAS : R2C KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat nya
saya masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
“Makalah Keperawatan Jiwa Anak Usia Sekolah” ini disusun untuk
memenuhi tugas saya dari mata kuliah keperawatan jiwa di
program studi ilmu keperawatan.
saya menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah
ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan
para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan............................................................................3
1. Pengertian........................................................................................................................3
2. Penyebab.........................................................................................................................3
3. Patofisiologi....................................................................................................................3
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi..................................................................................4
5. Tanda dan Gejala Keberdayaan......................................................................................6
6. Penatalaksanaan ketidakberdayaan.................................................................................7
7. Pohon masalah................................................................................................................7
8. Asuhan Keperawatan......................................................................................................7
B. Asuhan Keperawatan Keputusasaan.................................................................................11
1. Pengertian......................................................................................................................11
2. Penyebab Keputusasaan................................................................................................11
3. Tanda dan Gejala...........................................................................................................12
4. Penatalaksanaan............................................................................................................13
5. Pohon Masalah..............................................................................................................14
6. Asuhan Keperawatan....................................................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................................18
B. Saran dan Kritik............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat. Individu dikatakan sehat jiwa apabila berada
dalam kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit), tidak
dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stres yang timbul. Kondisi ini
akan memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan
sosial yang memuaskan. Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan harus memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososiospiritual sehingga pemilihan model keperawatan dalam menerapkan asuhan
keperawatan sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa.
Manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual mengandung pengertian bahwa
manusia merupakan makhluk yang utuh dimana didalamnya terdapat unsur biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. Sebagai makluk biologi, manusia tersusun dari berjuta-
juta sel-sel hidup yang akan membentuk satu jaringan, selanjutnya jaringan akan bersatu
dan membentuk organ serta sistem organ. Sebagai makhluk psikologi, setiap manusia
memiliki kepribadian yang unik serta memiliki struktur kepribadianyang terdiri dari id,
ego, dan super ego dilengkapi dengan daya pikir dan keceredasan, agar menjadi pribadi
yang selalu berkembang.
Setiap manusia juga memiliki kebutuhan psikologis seperti terhindar dari ketegangan
psikologis, kebutuhan akan kemesraan dan cinta, kepuasan alturistik (kepuasan untuk
menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan), kehormatan serta kepuasan ego.
Sedangkan sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu
ingin hidup dengan orang lain dan membutuhkan orang lain. Selain itu manusia juga
harus menjalin kerja sama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
hidup. Manusia juga dituntut untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan harapan dan
norma yang berlaku dilingkungan sosialnya. Sebagai makhluk spiritual manusia
mempunyai keyakinan dan mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
pandangan hidup, doronngan hidup yang sejalan, dengan sifat religius yang dianutnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Apa definisi dari ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
1
2. Apa saja menyebabkan terjadinya ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan ?
4. Bagaimana patofisiologi ketidakberdayaan ?
5. Apa saja tanda dan gejala yang dialami dari ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
7. Seperti apa pohon masalah dari ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari ketidakberdayaan dan keputusasaan ?
C. Tujuan
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1, makalah ini dibuat
untuk menambah wawasan dan pengetahuna kita mengenai :
1. Definisi dari ketidakberdayaan dan keputusasaan
2. Penyebab ketidakberdayaan dan keputusasaan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan
4. Patofisiologi ketidakberdayaan
5. Tanda dan gejala dari ketidakberdayaan dan keputusasaan
6. Penatalaksanaan dari ketidakberdayaan dan keputusasaan
7. Pohon masalah dari ketidakberdayaan dan keputusasaan
8. Asuhan keperawatan dari ketidakberdayaan dan keputusasaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan
1. Pengertian
Menurut townssed (2009) Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu
bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan
dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang
baru dirasakan. Ketidakberdayaan sering dipersepsikan secara subyektif dengan
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan dan ketidakmampuan untuk
mengontrol perasaan emosional (Yusuf & Wardani, 2015).
2. Penyebab
Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak adekuatan
koping sebelumnya (seperti : depresi), serta kurangnya kesempatan untuk
membuat keputusan (Carpenito, 2009). Faktor terkait ketidakberdayaan menurut
Doenges, Townsend, M, (2008) yaitu:
a. Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap
terapi.
b. Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
c. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau
yang melemahkan kondisi.
d. Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.
3. Patofisiologi
Patofisiologi masalah psikososial pada individu yang mengalami
ketidakberdayaan saat ini belum diketahui secara pasti, namun jika dianalisa dari
proses terjadinya berasal dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah
sehingga menimbulkan stres yang diawali dengan perubahan respon otak dalam
menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres akan menyebabkan korteks serebri
mengirimkan sinyal menuju hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan
perubahan, sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik
dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang akan bertanggung
jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari pengaktifan sistem
hipotalamus pitutary adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan pada
hipotalamus
membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktıvitas dan
malas melakukan sesuatu, hambatan emost pada klien dengan ketidakberdayaan
kadang berubah menjadı sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau
merasa gagal terus menerus.
Dampak pada hormon glucocorticond pada Inpisan luar adrenal sehangra
berpengaruh pada metabolinue glukosa terdapat ketidaksesmbangan selain
rarigeruan pada struktur otak, terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak.
Neurotransmiter merupakan kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu
neuron ke neuron lain dengan rangsang tersebut (Stuart & Laraia, 2005).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kebanyakan individu secara subjektif mengalami perasaan ketidakberdayaan
dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi. Individu sering
menunjukkan respon apatis, marah, atau depresi terhadap kehilangan kontrol.
Pada ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya,
tetapi percaya bahwa hal tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi
tersebut. Jika ketidakberdayaan berlangsung lama, dapat mengarah ke
keputusasaan (Zaini, 2019, pp. 74,75).
Perawat harus hati-hati untuk mendiagnosis ketidakberdayaan yang berasal
dari perspektif pasien bukan dari asumsi. Perbedaan budaya dan individu terlihat
pada kebutuhan pribadi, untuk merasa mempunyai kendali terhadap situasi
(misalnya untuk diberitahukan bahwa orang tersebut mempunyai penyakit yang
fatal (Kaplan, H.L., 1994 dalam Zaini, 2019, p. 75). Faktor-faktor yang
mempengaruhi munculnya masalah ketidakberdayaan adalah :
a. Faktor Predisposisi
Faktor Biologis
Faktor biologis yang berkaitan dengan masalah ketidakberdayaan
adalah menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general check up,
tanggal terakhir periksa), adanya riwayat sakit panas lama Saat
perkembangan balita sampai kejang-kejang, atau pernah mengalami
riwayat trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
temporal, dan limbik, riwayat menderita penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan misalnya : kanker Terminal atau penyakit
fisik yang bersifat kronis lainnya (Audrey Berman, Shirlee Snyder, 2016
dalam Zaini, 2019, p. 75).
Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang berkaitan dengan masalah ketidakberdayaan
adalah pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
tinggal, ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, kurang puas dengan
kehidupannya (tujuan hidup yang sudah dicapai), merasa frustasi dengan
kondisi kesehatannya dan kehidupan yang sekarang, pola asuh orang tua
pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu otoriter atau terlalu
melindungi/menyayangi, motivasi : penerimaan umpan balik negatif yang
konsisten selama tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat
dalam mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari, pengalaman aniaya
fisik, baik sebagai pelaku, korban, maupun sebagai saksi, self control :
tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas, rasa takut
akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya, kepribadian : mudah marah,
pasif dan cenderung tertutup (Amenta, 1982 dalam Zaini, 2019, p. 76).
Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang berkaitan dengan masalah ketidakberdayaan
adalah pendidikan rendah, kehilangan kemampuan melakukan aktivitas
akibat proses penuaan an (misalnya pensiun, defisit memori defisit
motorik, status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6
bulan), adany norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol
(misalnya control locus internal) dalam kehidupan sosial, cenderung
Ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam
sosial kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain (Zaini, 2019, p. 76).
b. Faktor Presipitasi
Biologis
Faktor presipitasi biologis pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah menderita penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir, menderita
penyakit akut yang menyebabkan ketidakmampuan berkomunikasi, dalam
6 bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan kejang atau
trauma kepala yang menimbulkan lesi Pada lobus frontal, temporal, dan
limbic,
terdapat gangguan sistem endokrin, penggunaan alkohol, obat-obatan,
kafein dan tembakau (Kumar et al., 2013 dalam Zaini, 2019, p. 76).
Psikologis
Faktor presipitasi psikologis pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis, tidak
dapat menjalankan pekerjaan atau hobi, perasaan malu dan rendah diri
karena ketidakmampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,
konsep diri : gangguan pelaksanaan peran Karena ketidakmampuan
melakukan tanggung jawab peran, kehilangan kemandirian atau perasaan
Ketergantungan dengan orang lain (Zaini, 2019, pp. 76,77).
Sosial Budaya
Faktor presipitasi sosial budaya pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan,
hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab
yang lain, kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya pensiun defisit memori, defisit motorik, status finansial
atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir), adanya
perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif, efek pembatasan
mobilitas, kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya,
dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat
(Zaini, 2019, p. 77).
5. Tanda dan Gejala Keberdayaan
Ketidakberdayaan yang di alami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
a. Rendah
Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energy, serta
lebih bersikap pasif.
b. Sedang
Marah, ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah, tidak melakukan praktek
perawatan diri ketika di tantang, tidak memantau kemajuan pengobatan,
ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktifitas
sebelumnya, ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan
tugas sebelumnya, ekspresi keraguan tentang performa peran,
ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan, ekspresi
frustasi terhadap ketidakmampuan melakukan tugas sebelumnya, takut
dijauhkan dari pemberi asuhan, rasa bersalah, tidak berpatisipasi dalam
asuhan saat diberi kesempatan, tidak berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan ketika diberi kesempatan, pasien pasif, enggan mengungkapkan
perasaannya yang sebenarnya, kebencian.
c. Berat
Apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi dengan
mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan, menyatakan
tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi dan hasil) (Zaini,
Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis dan
Komunitas, 2019)
6. Penatalaksanaan ketidakberdayaan
a. Antidepresan trisiklik (ATS), antidepresan pertama yang sedang diteliti
mendalam, secara konsisten lebih efektif dibandingkan plasebo baik dalam
mengurangi kompleks gejala gangguan depresi.
b. Terapi perilaku, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal secara
substansial
7. Pohon masalah
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Informasi Umum
Inisial klien Usia
Jenis kelamin
Suku
Status perka winan
Alamat
2) Kondisi/Keluhan Saat Ini
Fisik:
Tanyakan apa yang menjadi keluhan utama, waktu terjadinya dan
kronologisnya (munculnya diagnosa fisik) serta keluhan fisik yang
menyerta
Hasil pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan penunjang
Psikososial:
Bagaimana perasaan klien terhadap sakit yang dialami, bagaimana
hubungan socia) klien sejak mengalami sakit tersebut, apakah karena sakit
yang dialami mengakibatkan perubahan psikologis/ perasan, perubahan
tingka ekonomi/pekerjaan.
Konsep diri:
Apakah penyakit fisik yang dialami mempengaruhi:
Citra tubuh
Identitas diri
Peran
Ideal diri
Harga diri
3) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Cari riwayat/penyakit yang relevan dengan kondisi saat ini seperti:
riwayat tumbuh kembang, riwayat sakit fisik/kronik yang pemah diderita
sebelumnya, riwayat penyakit genetik/turunan, riwayat hospitalisasi,
riwayat cedera/trauma, riwayat pengobatan/pembedahan, terpapar zat
kimia/radiasi, gangguan nutrisi, kebiasaan merokok/alkohol).
4) Penilaian Terhadap Stresor (Masalah)
Bagaimana penilaian klien terhadap kondisinya saat ini (akibat
penyakit fisik/kronis yang dialami), meliputi: apa yang klien pikirkan
terhadap kondisi penyakit fisik saat ini, bagaimana perasaan klien, apakah
karena kondisi penyakit saat ini, mempengaruhi/memperberat kondisi
kesehatan fisik klien secara keseluruhan, apakah karena kondisi penyakit
fisik klien saat ini mempengaruh perilaku/kebiasaan klien.
5) Sumber Koping
Uraikan sumber koping yang dimiliki klien seperti kemampuan
personal klien, keyakinan klien terhadap kondisi yang dialami, dukungan
sosial dari keluarga/kelompok teman jika ada, akses terhadap pelayanan
kesehatar terjangkau/terdapat kendala.
6) Status Mental
Penampilan: Tidak rapi/ Penggunaan pakaian tidak sesuai / Cara
berpakaian tidak seperti biasanya
Pembicaraan: Cepat/Apatis/Keras/Lambat/Gаgaр/Tidak mampu
memulai pembicaraan/ Inkoherensi
Aktivitas motoric: Lesu/ Tegang/Grimasen/Gelisah/Tremor/Agitasi
/Kompulsif
Alam perasaan: Sedih/Khawatir /Ketakutan/Gembira berlebihan/ Putus
asa
7) Hubungan klien dengan kepala keluarga
8) Mekanisme Koping
(Apa yang telah dilakukan klien terkait dengan kondisi/masalahnya)
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Batasan Karakteristik Faktor yang
berhubungan
Kelas 2 : Respon Koping - Perasaan asing - Disfungsi
00125 Ketidakberdayaan - Bergantung pada lingkungan
orang lain keperawatan
Defenisi :Pengalaman - Depresi - Interaksi
hidup kurang - Ragu tentang lingkungan
pengendalian terhadap penampilan peran interpersonal yang
- Frustasi karena tidak memuaskan
situasi, termasuk
ketidakmampuan - Ansietas
persepsi bahwa tindakan untuk melakukan - Peran pemberi
seseorang secara aktivitas sebelumnya asuhan
- Kurang berpartisipasi - Strategi koping
signifikan tidak adan
dalam perawatan tidak efektif
memengaruhi hasil. - Kurang rasa kendali - Kurang
- Malu pengetahuan untuk
mengelola situasi
- Kurang dukungan
sosial
- Harga diri rendah
Ketidakberdayaan Efek
6. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Informasi Umum
Inisial klien Usia
Jenis kelamin
Suku
Status perka winan
Alamat
2) Kondisi/Keluhan Saat
Ini Fisik:
Tanyakan apa yang menjadi keluhan utama, waktu terjadinya dan
kronologisnya (munculnya diagnosa fisik) serta keluhan fisik yang
menyerta
Hasil pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan penunjang
Psikososial:
Bagaimana perasaan klien terhadap sakit yang dialami, bagaimana
hubungan socia) klien sejak mengalami sakit tersebut, apakah karena sakit
yang dialami mengakibatkan perubahan psikologis/ perasan, perubahan
tingka ekonomi/pekerjaan.
Konsep diri:
Apakah penyakit fisik yang dialami mempengaruhi:
Citra tubuh
Identitas diri
Peran
Ideal diri
Harga diri
3) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Cari riwayat/penyakit yang relevan dengan kondisi saat ini seperti: riwayat
tumbuh kembang, riwayat sakit fisik/kronik yang pemah diderita
sebelumnya, riwayat penyakit genetik/turunan, riwayat hospitalisasi,
riwayat cedera/trauma, riwayat pengobatan/pembedahan, terpapar zat
kimia/radiasi, gangguan nutrisi, kebiasaan merokok/alkohol).
4) Penilaian Terhadap Stresor (Masalah)
Bagaimana penilaian klien terhadap kondisinya saat ini (akibat penyakit
fisik/kronis yang dialami), meliputi: apa yang klien pikirkan terhadap
kondisi penyakit fisik saat ini, bagaimana perasaan klien, apakah karena
kondisi penyakit saat ini, mempengaruhi/memperberat kondisi kesehatan
fisik klien secara keseluruhan, apakah karena kondisi penyakit fisik klien
saat ini mempengaruh perilaku/kebiasaan klien.
5) Sumber Koping
Uraikan sumber koping yang dimiliki klien seperti kemampuan personal
klien, keyakinan klien terhadap kondisi yang dialami, dukungan sosial dari
keluarga/kelompok teman jika ada, akses terhadap pelayanan kesehatar
terjangkau/terdapat kendala.
6) Status Mental
Penampilan: Tidak rapi/ Penggunaan pakaian tidak sesuai / Cara
berpakaian tidak seperti biasanya
Pembicaraan: Cepat/Apatis/Keras/Lambat/Gаgaр/Tidak mampu
memulai pembicaraan/ Inkoherensi
Aktivitas motoric: Lesu/ Tegang/Grimasen/Gelisah/Tremor/Agitasi
/Kompulsif
Alam perasaan: Sedih/Khawatir /Ketakutan/Gembira berlebihan/ Putus
asa
7) Hubungan klien dengan kepala keluarga
8) Mekanisme Koping
(Apa yang telah dilakukan klien terkait dengan kondisi/masalahnya)
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Batasan Karakteristik Faktor yang
berhubungan
Domain 6 : Persepsi - Perubahan pola tidur - Stress jangka
Diri - Penurunan afek panjang
Kelas 1 : Konsep Diri - Penurunan selera - Kehilangan
00124 Keputusasaan makan kepercayaan pada
Definisi - Kurang inisiatif kekuatan spiritual
Kondisi subjektif - Penurunan respons - Kehilanagn
ketika seseorang terhadap stimulus kepercayaan pada
individu memandang - Penurunan nilai penting
keterbatasan atau tidak verbalisasi - Isolasi sosial
adanya alternatif atau - Isyarat verbal putus - Pembatasan
pilihan pribadi serta asa aktivitas jangka
tidak mampu - Kurang keterlibatan panjang
memobilisasi energi dalam asuhan
demi kepentingan - Pasif
sendiri. - Kurang kontak mata
- Menjauhi orang
yang mengajak
bicara
Alfianti, Y., & Pratiwi, R. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Psikososial:
Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan. Makalah: p. 14-16.
Bulechek, M.G dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian edition.
Indonesia: Mocomedia.
Bulechek, M.G dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian edition.
Indonesia: Mocomedia.