1
Disusun Oleh:
2
Keputusasaan adalah keadaan emosional
subjektif yang terus-menerus dimana seorang
individu tidak melihat ada alternative atau
tersedia pilihan untuk memecahkan masalah-
masalah atau untuk mencapai apa yang
diinginkan dan tidak dapat menggerakkan
energinya sendiri untuk menetapkan tujuan.
Lynda Juall Carpenito – Moyet
Suatu subjektif ketika indifidu
memandang keterbatasan atau tidak
adanya alternatif atau pilihan pribadi
serta tidak mampu memobilisasi
energi demi kepentingan sendiri.
NANDA 2015-2017
Kondisi subjektif ketika individu melihat
keterbatasan atau ketiadaan alternatif atau
pilihan pribadi yang tersedia dan tidak
dapat memobilisasi energi untuk
kepentingan individu
Wilkinson & Ahern, 2011
Keputusasaan berkaitan dengan
“
kehilangan harapan, ketidakmampuan,
keraguan, duka cita, apati, kesedihan,
depresi, dan bunuh diri. ( Cotton dan
Range, 1996 ).
6
Keputusasaan adalah keyakinan bahwa diri sendiri dan
orang lain tidak mampu menyelesaikan masalah
dirinya.
7
• BATASAN KARAKTERISTIK KEPUTUSASAAN (NANDA
2015-2017)
06 POHON MASALAH
FAKTOR PREDISPOSISI
FAKTOR PREDISPOSISI
STRUKTUR
KELUARGA JASMANI MENTAL
KEPRIBADIAN
Individu yang
Individu yang Individu dengan mengalami Individu dengan
dilahirkan dan keadaan fisik gangguan jiwa konsep yang
dibesarkan di sehat, pola terutama yang negatif,
dalam keluarga hidup yang mempunyai perasaan
yang memiliki teratur, riwayat depresi rendah diri akan
yang ditandai
riwayat depresi cenderung menyebabkan
dengan perasaan
akan sulit mempunyai tidak berdaya rasa percaya
mengembangkan kemampuan pesimis, selalu diri yang
sikap optimis mengatasi dibayangi oleh rendah yang
dalam menghadapi stress yang masa depan yang tidak objektif
suatu lebih tinggi suram, biasanya terhadap stress
sangat peka dalam
permasalahan dibandingkan yang dihadapi.
menghadapi
dengan individu situasi masalah
yang dan mengalami
mengalami keputusasaan.
gangguan fisik
FAKTOR PRESIPITASI
FAKTOR PRESIPITASI
Isolasi sosial
Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
Pembatasan aktivitas jangka panjang
Penurunan kondisi fisiologis
Riwayat diabaikan
Stress jangka panjang
Penilaian Stressor/
Tanda dan Gejala
Sonya Lapitacara S (1710711129)
a. Mayor ( harus ada)
Content
b. Minor ( mungkin ada )
a. Mayor ( harus ada)
Dalam kasus :
Klien mengatakan capek, pasrah den
gan kondisinya, dan ingin mati saja,
dan menurut klien tidak ada harapan
untuk sembuh lagi
1) Fisiologis :
· respon terhadap stimulus melambat
· tidak ada energi
· tidur bertambah
2) emosional :
· individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan
· tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
· tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
· hampa dan letih
· perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
· tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
3) Individu memperlihatkan :
· Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
· Penurunan verbalisasi
· Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.
· Ketidakmampuan mencapai sesuatu
· Hubungan interpersonal yang terganggu
· Proses pikir yang lambat
· Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan
KEYS
kehidupannya sendiri.
4) Kognitif :
· Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan
· Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan m
asalah yang dihadapi saat ini
· Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
· Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )
· Tidak punya kemampuan berimaginasi atau berharap
· Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yan
KEYS
g ditetapkan
· Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat ke
putusan
· Tidak dapat mengenali sumber harapan
· Adanya pikiran untuk membunuh diri.
b. Minor ( mungkin ada )
1) Fisiologis 3) Individu
· Anoreksia memperlihatkan
· BB menurun · Kontak mata yang kur
ang mengalihkan panda
2) Emosional ngan dari pembicara
· Individu marasa putus asa · Penurunan motivasi
terhadap diri sendiri dan orang · Keluh kesah
lain · Kemunduran
· Merasa berada diujung tanduk · Sikap pasrah
· Tegang · Depresi
· Muak ( merasa ia tidak bisa)
· Kehilangan kepuasan terhadap
peran dan hubungan yang ia jala
ni
· Rapuh
4) Kognitif
2
Dukungan dari keluarga,
lingkungan dan
motivasi diri sebagai
sumber
koping menghadapi
keputusasaan
Sejalan dengan hasil
penelitian Jones dan Moris Keyakinan internal diri atau positive
(2012), sumber koping yang belief ini biasa disebut juga sebagai
menjadi pilihan utama pada self efficacy. Menurut Bandura
kondisi keputusasaan adala (1997 dalam Stuart & Laraia 2006)
h dukungan keluarga, khusu self efficacy merupakan kapabilitas
s nya keluarga inti, yaitu istr dari kepercayaan diri individu.
i, suami atau anak-anaknya. Individu yang mempunyai self
Signifi cant other dinilai me efficacy yang tinggi akan memberika
mpunyai makna dan arti n efek terhadap pemikiran, motivasi,
penting dalam menumbuh suasana hati serta kesehatan fisik
kan semangat dalam individu tersebut sehingga stressor
keputusasaan dianggap sebagai tantangan
Hamid dan Daulima (2011)
Wachholtz dan Pearce
(2009 dalam Lewis & Pete Makna spiritual
rson, 2013) menjelaskan pada penelitiannya
Snyder (dalam Cheavens, Feldman, bahwa didapat pada saat
Woodward & Snyder, 2006) peranan spiritu kondisi acceptance
alitas dalam pe sedangkan : stroke
nyakit konis da survivor dengan ke
Harapan merupakan motivasi positif unt n kecacatan da putusasaan makna
uk memenuhi tujuan. (1. Tujuan untuk pat mendoro hidupnya diperoleh
menuju hasil yang diinginkan, 2.Tujuan ng klien dalam kondisi
untuk menghalangi atau menunda kejadi menemukan p ketidakberdayaan
an yang tidak diinginkan,3. Tujuan pemel erasaan positif menuju ke kondisi
iharaan atau mempertahankan status qu pada acceptance
o,4. Peningkatan tujuan untuk menamba dirinya.
h hasil yang sudah positif)
Studi yang dilakukan oleh Curry, Snyder, Cook, Ruby, dan Rehm (1
997 dalam Cheavens, Feldman, Woodward & Snyder, 2006) juga
memaparkan bahwa harapan orang dewasa yang tinggi dapat me
ningkatkan harga dirinya.
Menurut Stuart, Gail W, dkk.2013. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
Edisi 10 Buku 1. Indonesia : Elseiver
Keyakinan spiritual
Keterampilan sosial
Modal Material
Pengetahuan
Identitas ego yang kuat, komitmen pada jaringan sosial, sistem nilai dan
1) confrontative coping
merupakan usaha mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan
yang cukup tinggi dan pengambilan risiko,
2) seeking social support
adalah usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain,
3)planful problem solving
yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara hati-hati, bertahap dan analitis.
2. Emotional focused coping
Merupakan usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respons emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan
dampak yang akan ditimbulkan. Hal ini bertujuan mengontrol respon emosional terhadap situasi stres yang dapat dilakukan
melalui pendekatan perilaku dan kognitif.
1) self control
merupakan usaha yang dilakukan untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan,
2) distancing
merupakan usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-
apa
3) positive reappraisal
merupakan strategi dengan cara mencari makna posotif dari permasalahan dengan berfokus pada pengembangan diri,
biasanya melibatkan hal-hal yang bersifat religius,
4) accepting responsibility
adalah strategi dengan menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapi dan mencoba
menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik,
5) escape atau avoidance
strategi mengatasi situasi yang menekan dengan cara lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal
lain
Koping adaptif membantu individu menghadapi situasi yang
menimbulkan stres dan meminimalkan distress secara efektif,
sedangkan koping maladaptif dapat mengakibatkan distress
yang seharusnya tidak terjadi pada individu atau orang lain
yang terlibat dalam situasi tersebut (Kozier,Erb, Berman &
Snyder, 2010).
Menurut konsep ini, membagi mekanisme koping dalam 14 sub skala mekanisme
koping. Dari 14 sub skala tersebut dikelompokkan menjadi kategori koping yaitu :
(1) problem focused coping terdiri dari sub skala active coping, planning, use
instrumental support
(2)emotional focused coping meliputi sub skala religion,reframing positif,use emotional
support, denial dan acceptence
(3) dysfunctional coping meliputi sub skala humor, self distraction, venting, behavioural
disengagement, self blame,dan substance use
(Carver, Scheier & Weintraub, 1989).
Namun Cooper et al (dalam Su et al., 2015) menyatakan bahwa sub skala mekanisme
koping humor termasuk dalam emotion focused coping dan sub skala denial termasuk
dalam dysfunctional coping.
1. Active coping (Penyelesaian masalah secara aktif)
Jenis koping ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh
individu dalam mengambil suatu tindakan untuk mengatasi
atau mengurangi dampak dari stresor.
2. Planning (Perencanaan)
Meliputi perencanaan strategi serta cara yang paling baik
dalam menyelesaikan suatu masalah yang terjadi.
3. Using instrumental support
Usaha yang dilakukan individu untuk mencari dukungan
4. Religion (Agama)
Merupakan cara individu menyelesaikan suatu masalah dengan mencari pegangan pada agama
6. Using emotional support (Menggunakan dukungan emosional)
Mencari dukungan baik secara moral, simpati, atau pengertian untuk mengurangi atau menghilangkan
ketidaknyamanan emosional akibat masalah yang dihadapi.
7. Denial (Menolak atau mengingkari)
Individu menolak untuk percaya terhadap adanya suatu stresor dengan menganggap bahwa stresor tersebut tidak
nyata.
8. Acceptence (Penerimaan)
Penerimaan terjadi dimana saat individu yang mengalami masalah menerima kenyataan bahwa hal tersebut pasti
terjadi.
9. Humor
Merupakan jenis koping yang digunakan oleh individu dengan membuat lelucon terhadap masalah yang dihadapi.
10. Self-distraction (Pengendalian diri)
Hal ini dilakukan dengan melakukan tindakan pelarian terhadap masalah yang dihadapi, tindakan yang biasanya
dilakukan adalah dengan melamun, melarikan diri dengan tidur, menyibukkan diri.
11. Venting (Pelampiasan emosi)
Hal ini dilakukan dengan melampiaskan emosi yang dirasakan terhadap suatu masalah yang dihadapi.
12. Behavioural disengagement (Pelepasan perilaku)
Individu yang mengalami stresor mengurangi usahanya dalam menghadapi stresor tersebut, menghentikan usaha
yang dapat dilakukan untuk mengatasi stresor dan biasanya digambarkan dengan munculnya gejala perilaku
ketidakberdayaan.
13. Self-blame
Individu cenderung untuk menyalahkan diri sendiri secara berlebihan terhadap setiap masalah atau kegagalan yang
dahadapi.
14. Substance Use (Penggunaan zat atau obat-obatan)
Individu mencari cara lain untuk melupakan stresor yang dialami dengan menggunakan alcohol ataupun obat-
obatan lainnya.
Pohon Masalah
KEPUTUSASAAN
KETIDAKBERDAYAAN
Min -
Hasil analisis univariat Variabel Mean Median SD
Max
keputusasaan pada responden
dengan stroke dapat dilihat pada 9,4 10,0 2,4 4,0-16,0
Keputus
tabel sebagai berikut:
asaan
Tabel 4.7
Distribusi Nilai Rerata Responden Berdasarkan Keputusasaan pada Pasien Stroke di
Rumah Sakit Kota Medan (n=100)
Keputusasaan Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Kota Medan
Thank you
Insert your subtitle here