Anda di halaman 1dari 63

KEPUTUSASAAN

1
Disusun Oleh:

Syifa Aurellia Putri 1710711050


Valery Oktavia 1710711051
Hopipah Indah Nursobah 1710711053
Mastika Chusnul Khotimah 1710711067
Ummi Nurahmah 1710711111
Sonya Lapitacara Sahroni 1710711129
Firna Nahwa F. 1710711139
Tri Andhika Dessy W. 1710711138

2
Keputusasaan adalah keadaan emosional
subjektif yang terus-menerus dimana seorang
individu tidak melihat ada alternative atau
tersedia pilihan untuk memecahkan masalah-
masalah atau untuk mencapai apa yang
diinginkan dan tidak dapat menggerakkan
energinya sendiri untuk menetapkan tujuan.
Lynda Juall Carpenito – Moyet
Suatu subjektif ketika indifidu
memandang keterbatasan atau tidak
adanya alternatif atau pilihan pribadi
serta tidak mampu memobilisasi
energi demi kepentingan sendiri.
NANDA 2015-2017
Kondisi subjektif ketika individu melihat
keterbatasan atau ketiadaan alternatif atau
pilihan pribadi yang tersedia dan tidak
dapat memobilisasi energi untuk
kepentingan individu
Wilkinson & Ahern, 2011
Keputusasaan berkaitan dengan


kehilangan harapan, ketidakmampuan,
keraguan, duka cita, apati, kesedihan,
depresi, dan bunuh diri. ( Cotton dan
Range, 1996 ).

Sedangkan menurut (Pharris, Resnick,


dan ABlum, 1997), mengemukakan
bahwa keputusasaan merupakan
kondisi yang dapat menguras energi.

6
Keputusasaan adalah keyakinan bahwa diri sendiri dan
orang lain tidak mampu menyelesaikan masalah
dirinya.

7
• BATASAN KARAKTERISTIK KEPUTUSASAAN (NANDA
2015-2017)

Gangguan pola tidur


Isyarat verbal ( mis, putus asa, menghela napas )
Kurang inisiatif
Kurang ketrlibatan dalam asuhan
Kurang kontak mata
Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang
mengajak bicara
Meninggalkan orang yang mengajak bicara
Pasif
Penurunan efek
Penurunan selera makan
Penurunan verbalisasi
ETIOLOGI
KEPUTUSASAAN
◦ Faktor kehilangan
◦ Kegagalan yang terus menerus
◦ Faktor Lingkungan
◦ Orang terdekat ( keluarga )
◦ Status kesehatan ( penyakit
yang diderita dan dapat
mengancam jiwa)
◦ Adanya tekanan hidup
◦ Kurangnya iman
9
PENGKAJIAN
KEPUTUSASAAN

VALERY OKTAVIA 1710711051


SONYA LAPITACARA S. 1710711129
FIRNA NAHWA FIRDAUSI 1710711139
APA SAJA 01 FAKTOR PREDISPOSISI

YANG HARUS 02 FAKTOR PRESIPITASI


PERAWAT TANDA DAN GEJALA
03
KAJI? SUMBER KOPING
04
05 MEKANISME KOPING

06 POHON MASALAH
FAKTOR PREDISPOSISI
FAKTOR PREDISPOSISI
STRUKTUR
KELUARGA JASMANI MENTAL
KEPRIBADIAN
Individu yang
Individu yang Individu dengan mengalami Individu dengan
dilahirkan dan keadaan fisik gangguan jiwa konsep yang
dibesarkan di sehat, pola terutama yang negatif,
dalam keluarga hidup yang mempunyai perasaan
yang memiliki teratur, riwayat depresi rendah diri akan
yang ditandai
riwayat depresi cenderung menyebabkan
dengan perasaan
akan sulit mempunyai tidak berdaya rasa percaya
mengembangkan kemampuan pesimis, selalu diri yang
sikap optimis mengatasi dibayangi oleh rendah yang
dalam menghadapi stress yang masa depan yang tidak objektif
suatu lebih tinggi suram, biasanya terhadap stress
sangat peka dalam
permasalahan dibandingkan yang dihadapi.
menghadapi
dengan individu situasi masalah
yang dan mengalami
mengalami keputusasaan.
gangguan fisik
FAKTOR PRESIPITASI
FAKTOR PRESIPITASI

Faktor kesehatan (penyakit yang Faktor kehilangan (harta, keluarga,


diderita dan dapat mengancam jiwa) pasangan, bagian tubuh)

Faktor Lingkungan Adanya tekanan hidup


(diskriminasi lingkungan) (keluarga / pekerjaan)

Kegagalan terus menerus Kurangnya iman


FAKTOR TERKAIT KEPUTUSASAAN
(NANDA 2016)

 Isolasi sosial
 Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
 Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
 Pembatasan aktivitas jangka panjang
 Penurunan kondisi fisiologis
 Riwayat diabaikan
 Stress jangka panjang
Penilaian Stressor/
Tanda dan Gejala
Sonya Lapitacara S (1710711129)
a. Mayor ( harus ada)
Content
b. Minor ( mungkin ada )
a. Mayor ( harus ada)

Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap a


patis yang mendalam , berlebihan, dan berkepa
njangan dalam merespon situasi yang dirasakan
sebagai hal yang mustahil isyarat verbal tentang
kesedihan

Dalam kasus :
Klien mengatakan capek, pasrah den
gan kondisinya, dan ingin mati saja,
dan menurut klien tidak ada harapan
untuk sembuh lagi
1) Fisiologis :
· respon terhadap stimulus melambat
· tidak ada energi
· tidur bertambah

2) emosional :
· individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan
· tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
· tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
· hampa dan letih
· perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
· tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
3) Individu memperlihatkan :
· Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
· Penurunan verbalisasi
· Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.
· Ketidakmampuan mencapai sesuatu
· Hubungan interpersonal yang terganggu
· Proses pikir yang lambat
· Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan
KEYS
kehidupannya sendiri.
4) Kognitif :
· Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan
· Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan m
asalah yang dihadapi saat ini
· Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
· Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )
· Tidak punya kemampuan berimaginasi atau berharap
· Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yan
KEYS
g ditetapkan
· Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat ke
putusan
· Tidak dapat mengenali sumber harapan
· Adanya pikiran untuk membunuh diri.
b. Minor ( mungkin ada )
1) Fisiologis 3) Individu
· Anoreksia memperlihatkan
· BB menurun · Kontak mata yang kur
ang mengalihkan panda
2) Emosional ngan dari pembicara
· Individu marasa putus asa · Penurunan motivasi
terhadap diri sendiri dan orang · Keluh kesah
lain · Kemunduran
· Merasa berada diujung tanduk · Sikap pasrah
· Tegang · Depresi
· Muak ( merasa ia tidak bisa)
· Kehilangan kepuasan terhadap
peran dan hubungan yang ia jala
ni
· Rapuh
4) Kognitif

· Penurunan kemampuan untuk menyatukan


informasi yang diterima
· Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu , masa
sekarang , masa datang
· Bingung
· Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
· Distorsi proses pikir dan asosiasi
· Penilaian yang tidak logis
Perubahan Fisik Akibat Keputusasaan
Jurnal Ners Vol. 10 No.1 April 2015 : 125-132
Perubahan fisik yang diungkapkan sebagai akibat
dari keputusasaan adalah perasaan fatigue sepert
i lemas dan tidak bertenaga

merasa letih dan penurunan kemampuan kerja f


isik

gangguan pencernaan dan gangguan tidur

mempengaruhi perfusi cerebral dengan rasa


pusing
• Respons kehilangan sebagai stressor keputusasaan. Respon kehilangan
diungkapkan partisipan dengan ketidakpercayaan atau tawar menawar

• Respons kehilangan dalam dirinya berusaha di atasi dengan menekan (supresi) KE


permasalahan yang dihadapi PU
TUS
• Mengungkapkan perasaan marah atas kondisinya ASA
• Perilaku depresi seperti kehilangan semangat,perasaan sedih, serta khawatir AN
• Kehilangan makna hidup
• Ketidakberdayaan dalam mencapai tujuan hidup dimaknai sebagai hilangnya
makna hidup bahkan muncul keinginan mengakhiri hidupnya

• Disfungsi proses keluarga. pengalaman disfungsi keluarga yang dialami partis


ipan disebabkan ketidakmampuan dalam menjalankan fungsi peran dirinya da
n ketidakmampuan anggota keluarga memberikan penghargaan bagi anggota
keluarganya

• ketidakmampuan memberikan penghargaan antar anggota keluarga


SUMBER KOPING
By :
Sonya Lapitacara S. 1710711129

2
Dukungan dari keluarga,
lingkungan dan
motivasi diri sebagai
sumber
koping menghadapi
keputusasaan
Sejalan dengan hasil
penelitian Jones dan Moris Keyakinan internal diri atau positive
(2012), sumber koping yang belief ini biasa disebut juga sebagai
menjadi pilihan utama pada self efficacy. Menurut Bandura
kondisi keputusasaan adala (1997 dalam Stuart & Laraia 2006)
h dukungan keluarga, khusu self efficacy merupakan kapabilitas
s nya keluarga inti, yaitu istr dari kepercayaan diri individu.
i, suami atau anak-anaknya. Individu yang mempunyai self
Signifi cant other dinilai me efficacy yang tinggi akan memberika
mpunyai makna dan arti n efek terhadap pemikiran, motivasi,
penting dalam menumbuh suasana hati serta kesehatan fisik
kan semangat dalam individu tersebut sehingga stressor
keputusasaan dianggap sebagai tantangan
Hamid dan Daulima (2011)
Wachholtz dan Pearce
(2009 dalam Lewis & Pete Makna spiritual
rson, 2013) menjelaskan pada penelitiannya
Snyder (dalam Cheavens, Feldman, bahwa didapat pada saat
Woodward & Snyder, 2006) peranan spiritu kondisi acceptance
alitas dalam pe sedangkan : stroke
nyakit konis da survivor dengan ke
Harapan merupakan motivasi positif unt n kecacatan da putusasaan makna
uk memenuhi tujuan. (1. Tujuan untuk pat mendoro hidupnya diperoleh
menuju hasil yang diinginkan, 2.Tujuan ng klien dalam kondisi
untuk menghalangi atau menunda kejadi menemukan p ketidakberdayaan
an yang tidak diinginkan,3. Tujuan pemel erasaan positif menuju ke kondisi
iharaan atau mempertahankan status qu pada acceptance
o,4. Peningkatan tujuan untuk menamba dirinya.
h hasil yang sudah positif)
Studi yang dilakukan oleh Curry, Snyder, Cook, Ruby, dan Rehm (1
997 dalam Cheavens, Feldman, Woodward & Snyder, 2006) juga
memaparkan bahwa harapan orang dewasa yang tinggi dapat me
ningkatkan harga dirinya.
Menurut Stuart, Gail W, dkk.2013. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
Edisi 10 Buku 1. Indonesia : Elseiver

Keyakinan spiritual

Mempertahankan upaya koping dalam situasi yang tidak diharapkan

Keterampilan menyelesaikan masalah

Keterampilan sosial

Melibatkan orang lain lalu mendapatkan dukungan

Modal Material

Merujuk pada uang dan barang atau layanan

Pengetahuan

Identitas ego yang kuat, komitmen pada jaringan sosial, sistem nilai dan

keyakinan yang styabil, dan orientasis kesehatan yang bersifat preventif


Firna Nahwa F 1710711139
 Mekanisme koping merupakan cara individu berespon
terhadap stimulus sehingga akan menghasilkan fungsi
adaptasi (Tomay & Alligood, 2006).

 Mekanisme koping merupakan cara berespons berdasarkan


sifat bawaan atau dapatan terhadap perubahan lingkungan
atau masalah atau situasi tertentu (Kozier, Erb, Berman &
Snyder, 2010).
1. Problem focused coping
Merupakan usaha untuk mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan
lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan. bertujuan mengurangi keinginan dari situasi
yang penuh stres atau memperluas sumber untuk mengatasinya.

1) confrontative coping
merupakan usaha mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan
yang cukup tinggi dan pengambilan risiko,
2) seeking social support
adalah usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain,
3)planful problem solving
yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara hati-hati, bertahap dan analitis.
2. Emotional focused coping
Merupakan usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respons emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan
dampak yang akan ditimbulkan. Hal ini bertujuan mengontrol respon emosional terhadap situasi stres yang dapat dilakukan
melalui pendekatan perilaku dan kognitif.
1) self control
merupakan usaha yang dilakukan untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan,
2) distancing
merupakan usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan seperti menghindar dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-
apa
3) positive reappraisal
merupakan strategi dengan cara mencari makna posotif dari permasalahan dengan berfokus pada pengembangan diri,
biasanya melibatkan hal-hal yang bersifat religius,
4) accepting responsibility
adalah strategi dengan menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapi dan mencoba
menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik,
5) escape atau avoidance
strategi mengatasi situasi yang menekan dengan cara lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal
lain
Koping adaptif membantu individu menghadapi situasi yang
menimbulkan stres dan meminimalkan distress secara efektif,
sedangkan koping maladaptif dapat mengakibatkan distress
yang seharusnya tidak terjadi pada individu atau orang lain
yang terlibat dalam situasi tersebut (Kozier,Erb, Berman &
Snyder, 2010).
Menurut konsep ini, membagi mekanisme koping dalam 14 sub skala mekanisme
koping. Dari 14 sub skala tersebut dikelompokkan menjadi kategori koping yaitu :
(1) problem focused coping terdiri dari sub skala active coping, planning, use
instrumental support
(2)emotional focused coping meliputi sub skala religion,reframing positif,use emotional
support, denial dan acceptence
(3) dysfunctional coping meliputi sub skala humor, self distraction, venting, behavioural
disengagement, self blame,dan substance use
(Carver, Scheier & Weintraub, 1989).
Namun Cooper et al (dalam Su et al., 2015) menyatakan bahwa sub skala mekanisme
koping humor termasuk dalam emotion focused coping dan sub skala denial termasuk
dalam dysfunctional coping.
1. Active coping (Penyelesaian masalah secara aktif)
Jenis koping ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh
individu dalam mengambil suatu tindakan untuk mengatasi
atau mengurangi dampak dari stresor.
2. Planning (Perencanaan)
Meliputi perencanaan strategi serta cara yang paling baik
dalam menyelesaikan suatu masalah yang terjadi.
3. Using instrumental support
Usaha yang dilakukan individu untuk mencari dukungan
4. Religion (Agama)
Merupakan cara individu menyelesaikan suatu masalah dengan mencari pegangan pada agama
6. Using emotional support (Menggunakan dukungan emosional)
Mencari dukungan baik secara moral, simpati, atau pengertian untuk mengurangi atau menghilangkan
ketidaknyamanan emosional akibat masalah yang dihadapi.
7. Denial (Menolak atau mengingkari)
Individu menolak untuk percaya terhadap adanya suatu stresor dengan menganggap bahwa stresor tersebut tidak
nyata.
8. Acceptence (Penerimaan)
Penerimaan terjadi dimana saat individu yang mengalami masalah menerima kenyataan bahwa hal tersebut pasti
terjadi.
9. Humor
Merupakan jenis koping yang digunakan oleh individu dengan membuat lelucon terhadap masalah yang dihadapi.
10. Self-distraction (Pengendalian diri)
Hal ini dilakukan dengan melakukan tindakan pelarian terhadap masalah yang dihadapi, tindakan yang biasanya
dilakukan adalah dengan melamun, melarikan diri dengan tidur, menyibukkan diri.
11. Venting (Pelampiasan emosi)
Hal ini dilakukan dengan melampiaskan emosi yang dirasakan terhadap suatu masalah yang dihadapi.
12. Behavioural disengagement (Pelepasan perilaku)
Individu yang mengalami stresor mengurangi usahanya dalam menghadapi stresor tersebut, menghentikan usaha
yang dapat dilakukan untuk mengatasi stresor dan biasanya digambarkan dengan munculnya gejala perilaku
ketidakberdayaan.
13. Self-blame
Individu cenderung untuk menyalahkan diri sendiri secara berlebihan terhadap setiap masalah atau kegagalan yang
dahadapi.
14. Substance Use (Penggunaan zat atau obat-obatan)
Individu mencari cara lain untuk melupakan stresor yang dialami dengan menggunakan alcohol ataupun obat-
obatan lainnya.
Pohon Masalah
KEPUTUSASAAN

KETIDAKBERDAYAAN

HARGA DIRI RENDAH


Asuhan Keperawatan
Keputusasaan
KASUS
Seorang wanita berusia 57 tahun dirawat di ruang penyakit
dalam dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu sebelum
masuk RS. Hasil pengkajian: klien memiliki riwayat TB paru
sejak Januari 2017, namun setelah menjalani pengobatan
OAT selama 5 Bulan, klien putus obat karena terjadi masalah
pada fungsi hatinya akibat dari pengobatan OAT, klien juga
memiliki riwayat DM type 2. Setahun yang lalu klien pernah
jatuh dan sampai saat ini klien tidak bisa berjalan. Sebelum
sakit klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas
sehari-hari, namun saat ini harus dibantu oleh orang lain.
Klien jarang keluar rumah dan lebih senang mengurung diri
dikamar. Klien mengatakan cape, pasrah dengan kondisinya
dan ingin mati saja. Menurut klien tidak ada harapan sembuh
lagi. Klien merasa selalu merepotkan orang lain terutama
anak-anaknya. Klien sering menangis, kadang menolak minum
obat, sulit konsentrasi dan lebih banyak diam.
D I A G N O S A

Keputusasaan berhubungan dengan Penurunan Kondisi Fisiologis

Ketidakefektifan Koping berhubungan dengan Krisis Situasi


Diagnosa

Keputusasaan berhubungan dengan


Penurunan Kondisi Fisiologis
ANALISA DATA
Data Objektif Data Subjektif
• Klien mempunyai riwayat TB paru • Klien mengatakan capek, pasrah
sejak Januari 2017 dengan kondisinya dan ingin mati saja
• Putus obat OAT akibat masalah • Klien mengatakan tidak ada harapan
pada fungsi hati sembuh lagi
• Klien riwayat DM type 2 • Klien merasa selalu merepotkan
• Klien sering menangis dan menolak orang lain terutama anak-anaknya
minum obat, sulit konsentrasi
dan lebih banyak diam.
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

1. Keputusasaan Setelah dilakukan tindakan Mandiri:


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam,masalah
dengan Keputusasaan b.d penurunan kondisi 1. Bangun hubungan yang
Penurunan fisiologis dapat diatasi dibuktikan dengan kompleks dengan klien
Kondisi 2. Stimulasi kognitif klien
Kriteria Hasil:
Fisiologis 3. Bantu perawatan diri klien
1. Klien menerima status kesehatan
4. Hadir dan mampu menjadi
2. Klien dapat menontrol depresi
pendengar yang baik untuk klien
3. Klien mendapat semangat untuk
5. Kaji sumber ketakutan klien
hidup
6. Beri klien terapi music untunk
4. Klien mau melanjutkan terapi
memenangkan fikiran
7. Bantu klien memenuhi kebutuhan
spiritual
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

1. Keputusasaan Setelah dilakukan tindakan Keluarga


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam,masalah 1. Beri edukaasi kepada keluarga
dengan Keputusasaan b.d penurunan kondisi klien tentang status kesehatan
klien
Penurunan fisiologis dapat diatasi dibuktikan dengan
2. Anjurkan keluarga agar
Kondisi meluangkan waktu dengan klien
Kriteria Hasil:
Fisiologis 3. Anjurkan keluarga untuk
1. Klien menerima status kesehatan
mengingatkan kepada klien
2. Klien dapat menontrol depresi
kepada tuhannya
3. Klien mendapat semangat untuk
hidup Kolaborasi:
4. Klien mau melanjutkan terapi 1. Kolaborasi dengan fisikolog
terkait masalah psikis bila
diperlukan
Ketidakefektifan Koping
berhubungan dengan
Krisis Situasi
ANALISA DATA
Data Objektif Data Subjektif
• Putus obat OAT akibat masalah • Klien mengatakan capek, pasrah
pada fungsi hati dengan kondisinya dan ingin mati saja
• Klien memiliki riwayat DM type 2 • Menurut klien tidak ada harapan
sembuh lagi
• Klien merasa selalu merepotkan
orang lain terutama anak-anaknya
• Klien jarang keluar rumah dan lebih
senang mengurung diri dikamar
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakkan keperawatan, masalah Individu :


Koping ketidakefektifan koping pada klien dapat teratasi  Berikan penilaian (kemampuan)
ditandai dengan : penesuaian pasien terhadap perubahan-
berhubungan
Tingkat depresi : perubahan dalam citra tubuh, sesuai
dengan Krisis  Tidak ada gangguan konsentrasi (mampu dengan indikasi
Situasi berkonsentrasi saat melakukan sesuatu)  Dung psien untuk mengidentifikasi
 Tidak ada kehilangan minat pada kegiatan deskripsi yang realistic terhadap adanya
(ikut berpartisipasi dalam kegiatan di perubahan dalam peran
lingkungannya)  Berikan suasana penerimaan
 Tidak ada perasaan tidak berharga (pasien  Cari jalan untuk memahami perspektif
lebih menerima keadaan sehingga dapat pasien terhadap situasi yang penuh stress
merasa dirinya bahagia)  Tidak mendukung pembuatan keputusan
 Tidak ada pikiran kematian yang berulang saat pasien berada pada situasi stress
(pasien merasa bersyukur masih hidup) berat (tidak membiarkan pasien tidak
 Kesedihan tidak ada (tidak sering menangis) minum obat dan menepis keinginan
 Keputusasaan tidak ada (selalu optimis) pasien segera mati)
 Dukung penggunaan sumber-sumber
spiritual
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

2. Ketidakefektifan Resolusi Rasa Besalah :  Mengenalkan pasien pada seseorang


Koping  Mengidentifikasi pikiran negative yang atau kelompok yang telah melewati
pengalaman yang sama
berhubungan berlebihan
 Dukung pasien untuk mengidentifikasi
dengan Krisis  Menceritakan perasaan ke orang kekuatan dan kemampuan diri
Situasi terdekat  Berikan keterampilan social yang tepat
Peneriman : Status Kesehatan  Dukung pasien untuk bisa
 Dapat mengenali dan menerima realitas mengidentifikasi kekuatan
situasi kesehatan  Bantu pasien untuk mengidentifikasi
respon positif dari orang lain
 Dapat melaporkan harga diri yang
 Bantu pasien untuk menerima
positif ketergntungan terhadap orang lain,
 Dapat melakukan tugas-tugas dengan tepat
perawatan diri  Dukung pasien untuk menerima
tantangan baru
 Manfaatkan kelompok pendukung selama
masa transisi untuk memb antu pasien
beradaptasi dengan kondisinya
 Ciptakan suasaana menyenangkan
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

2. Ketidakefektifan  Dorong agar setiap anggota


Koping kelompok untuk dapat
berhubungan menyampaikan pikiran dan
dengan Krisis pengetahuannya
Situasi  Anjurkan pasien dalam kegiatan
social dan masyarakat
Keluarga
 Dukung keterlibatan keluarga
dengan cara yang tepat
 Identifikasi tingkat dukungan
keluarga, keuangan dan sumber
daya lainnya
 Monitor situasi keluarga saat ini dan
jaringan dukungan
 Instruksikan keluarga mengenai
minat dan dukungan mereka
terhadap kondisi pasien
 Libatkan keluarga dalam perawatan
HASIL PENELITIAN
Keputusasaan Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Kota Medan

Min -
Hasil analisis univariat Variabel Mean Median SD
Max
keputusasaan pada responden
dengan stroke dapat dilihat pada 9,4 10,0 2,4 4,0-16,0
Keputus
tabel sebagai berikut:
asaan

Tabel 4.7
Distribusi Nilai Rerata Responden Berdasarkan Keputusasaan pada Pasien Stroke di
Rumah Sakit Kota Medan (n=100)
Keputusasaan Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Kota Medan

Berdasarkan penilaian keputusasaan pada


responden dengan stroke yang terdiri dari 20 Keputusasaan f %
item pernyataan untuk menilai tingkat Normal 8 8,0
keputusasaan responden dapat Ringan 61 61,0
dikategorikan normal, ringan, sedang dan Sedang 30 30,0
berat. Hasil kategori keputusasaan Berat 1 1,0
responden dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Keputusasaan pada Pasien
Stroke di Rumah Sakit Kota Medan (n=100)
Keputusasaan Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Kota Medan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka kesimpulan dalam
penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini memberikan hasil gambaran karakteristik rata-rata kategori usia responden adalah lansia
akhir dengan jenis kelamin terbanyak laki-laki. Tingkat pendidikan rata-rata responden adalah SMA.
Sebagian besar responden tidak bekerja/ IRT/ pensiunan dengan lama menderita stroke ratarata 7-12
bulan.
2. Mekanisme koping yang terdiri problem focused copingmemiliki nilai mean tertinggi pada sub skala
active coping. Padaemotional focused coping nilai mean tertinggi terdapat pada sub skala religion
sedangkan pada dysfunctional coping nilai mean tertinggi pada sub skala substance use.
3. Sebagian besar responden mengalami disabilitas berat dengan nilai rata-rata 63,7 dan standar deviasi
7,4 sebanyak 64 responden (64,0%).
4. Tingkat keputusasaan responden mayoritas adalah ringan dengan nilai rata-rata 9,4 dan standar
deviasi 2,4 sebanyak 61 responden (61,0%).
5. Terdapat hubungan antara mekanisme koping problem focused coping emotional focused coping dan
dysfunctional coping dengan keputusasaan dan kekuatan hubungan sedang dan lemah serta arah
korelasi negatif, berarti semakin tinggi nilai mekanisme koping maka semakin rendah nilai
keputusasaan. Sub skala mekanisme koping yang memiliki hubungan signifikan dengan keputusasaan
dan kekuatan hubungan sedang serta arah korelasi negatif adalah sub skala active coping, behavioral
disengagement dan denial.
6. Terdapat hubungan antara disabilitas dengan keputusasaan dan kekuatan hubungan sedang serta
arah hubungan positif, berarti semakin tinggi nilai disabilitas maka semakin tinggi nilai keputusasaan.
7. Faktor yang paling berkontribusi terhadap keputusasaan adalah disabilitas, yang berarti setiap
bertambahnya 1 nilai disabilitas maka keputusasaan pasien bertambah sebesar 0,114.
Daftar Pustaka

Arfina, A. (2017). Jurnal:Hubungan Mekanisme Koping Dan Disabilitas Dengan


Keputusasaan Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Kota Medan. Universitas Sumatra Utara,
60-63, 132-147.
Bulechek, G. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth Edition. United
States of America: Elsevier.
Departement PENPROFIL (Pendidikan, P. d. (2014). bkulpenprofil. Retrieved Mei 6, 2019,
from bkulpenprofil.blogspot.com:
http://bkulpenprofil.blogspot.com/2014/11/keputusasaan.html
Keliat, B. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC.
Moorhead, S. e. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth edition. United States
of America: Elsevier.
Nanda. (2015). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015 - 2017. Jakarta: EGC.
Sawab, N. H. (2015). PENGALAMAN KEPUTUSASAAN STROKE SURVIVOR DI KOTA
SEMARANG. Jurnal Ners vol. 1, 125-132.
Stuart, G. W. (2013). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart Edisi 10 Buku
1. Indonesia: Elsevier.
SPECIAL FOOD

Thank you
Insert your subtitle here

Anda mungkin juga menyukai