KETIDAKBERDAYAAN
Disusun oleh :
Inefa Namira
P3.73.20.2.18.016
Pembimbing:
Suliswati, S.Kp.,M.Kes.
A. MASALAH UTAMA
Ketidakberdayaan
2. Rentang Respon
3. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetik individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi sautu permasalahan termasuk dalam menghadapi proses kehilangan
b. Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan. Seseorang yang
mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan dengan orang yang berarti
pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk
mengatasi perasaan kehilangan, pada masa dewasa individu menjadi tidak berdaya
dan agak sulit mencapai fase menerima
c. Teori kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi akibat gangguan
perkembangan terhadap penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi gangguan
proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat,
tidak berdaya dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak ada harapan.
d. Teori model belajar ketidakberdayaan, menyatakan depresi terjadi karena individu
mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif dan tidak
mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu akan
ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya
mengembangkan respon yang adaptif.
4. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi ketidakberdayaan
dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dimana pasien
kurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal
biasanya keluarga dan masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya
yang sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi
stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan,
silih berganti, atau hamper bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan
mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan
bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh klien.
6. Tingkat Ketidakberdayaan
Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang dialami klien
dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain
a. Rendah
Klien mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energy dan
bersikap pasif
b. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan
ititabilitas, ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah. Klien tidak melakukan
praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien tidak ikut memantau kemajuan
pengobatan. Klien menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap
ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas sebelumnya. Klien menunjukkan
ekspresi keraguan tentang performa peran.
c. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi
dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan dan
menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil).
Pada klien napza biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi ketidakberdayaan
berat karena tidak memiliki kendali atas situasi yang mempengatuhinya untuk
menggunaakan napza atau ketidakmampuannya mempetahankan situasi bebas
napza.
C. Pohon Masalah
Efek Harga Diri Rendah
Pasien tidak menikah, selama ini pasien tinggal bersama keluarga adiknya. Pasien
bekerja sebagai penjahit pada salah satu pabrik garmen. Untuk kesehatannya, pasien
menggunakan jaminan kesehatan BPJS. Pasien memiliki keyakinan bahwa
penyakitnya dapat disembuhkan, pasien berharap dapat segera sembuh dan dapat
bekerja lagi.
2. Data yang Dikaji
Data Subjektif
a. Pasien mengatakan penyakitnya sangat berat.
b. Pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur tanpa bisa menolong dirinya
sendiri.
c. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna.
d. Pasien mengatakan hanya bisa menyusahkan orang lain saja karena dibantu
sepenuhnya oleh orang lain.
e. Pasien mengeluh napasnya terasa sesak.
f. Pasien mengeluh paru-parunya terasa sempit.
Data Objektif
a. Pasien terpasang selang infus, selang oksigen, dan selang WSD.
b. Frekuensi napas meningkat.
c. Pasien tampak kesulitan bernapas.
d. Pasien bergantung sepenuhnya pada orang lain.
E. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan b.d program pengobatan / pengobatan yang kompleks d.d tubuh pasien
terpasang selang infus, selangt oksigen, dan selang WSD.
F. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mendiskusikan ketidakberdayaan yang dirasakan pasien yaitu penyebab, proses
terjadinya masalah, tanda dan gejala, dan akibat
c. Mendiskusikan kondisi kesehatan yang tidak dapat dikontrol oleh pasien
d. Mendiskusikan pemikiran negatif tentang kesehatan yang dapat menurunkan kondisi
pasien
e. Melatih meningkatkan pemikiran positif, logis, dan rasional
f. Melatih mengembangkan pikiran dan harapan positif
g. Melatih kegiatan yang masih dapat dilakukan walau dalam kondisi sakit
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL : KETIDAKBERDAYAAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan penyakitnya sangat berat, klien hanya dapat berbaring di tempat
tidur tanpa bisa menolong dirinya sendiri, klien mengatakan dirinya tidak berguna,
klien mengatakan hanya bisa menyusahkan orang lain saja karena dibantu
sepenuhnya oleh orang lain, klien mengeluh napasnya terasa sesak, klien mengeluh
paru-parunya terasa sempit. Klien terpasang selang infus, selang oksigen, dan selang
WSD, Frekuensi napas meningkat, klien tampak kesulitan bernapas, dank lien
bergantung sepenuhnya pada orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan b.d program pengobatan / pengobatan yang kompleks kompleks
d.d tubuh pasien terpasang selang infus, selangt oksigen, dan selang WSD.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien mengenal ketidakberdayaannya.
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
d. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif, logis, dan rasional.
e. Latih mengembangkan pemikiran dan harapan positif (latihan afirmasi positif).
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu! Boleh saya kenalan dengan ibu? Nama saya Inefa Namira
boleh panggil saya inefa ya bu. Saya mahasiswi Poltekkes Jkt 3, saya sedang
praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang.
Kalau boleh saya tahu nama ibu siapa dan ibu senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu Yuana hari ini?”
“Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan tidak?”
c. Kontrak
“Bagaimana jika kita berbincang-bincang tentang perasaan yang Ibu Rasakan?”
“Tujuannya agar ibu bisa mengatasi perasaan yang ibu rasakan.”
“Mau berapa lama bu? Bagaimana jika 20 menit?”
“Ibu lebih suka kita berbincang-bincang di mana? Di ruang ini saja ya”
2. Fase Kerja
“Coba sekarang ibu ceritakan apa yang ibu rasakan?”
“Ohhh jadi begitu. Sebelumnya apa yang membuat ibu sampai merasa tidak berdaya
seperti ini?”
“Ohhh baik ibu, saya paham apa yang ibu rasakan. Tetapi ibu tidak boleh
beranggapan seperti itu. Saat ini ibu emang tidak bisa beraktivitas terlebih dahulu
sampai kondisi kesehatan ibu membaik. Ibu membutuhkan bantuan orang lain bukan
karena ibu tidak berdaya atau tidak bisa melakukan apapun sendiri.”
“Beberapa faktor yang membuat ibu berfikir seperti itu diantaranya berhubungan
dengan proses penyakit yang melemahkan akibat paru-paru ibu menyempit,
kemudian bisa berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani tanggung jawab
peran, sekunder akibat pemasangan WSD, trus rasa cemas dan gelisah ibu yang bisa
membuat ibu berfikir bahwa ibu tidak berdaya lagi.”
“Bagaimana perasaan ibu ketika ketika sakit dan harus dirawat di rumah sakit? Apa
masalah yang sedang dihadapi?”
“Sekarang untuk penyembuhan ibu, ibu tidak boleh ya berfikiran yang negatif. Ibu
harus coba buat berfikir positif tentang kehidupan. Ibu sakit seperti ini pasti ada
hikmahnya bu. Dan ketika ibu sembuh ibu bisa melakukan aktivitas seperti biasanya
bu.”
”Apa kira-kira alasan Ibu merasa tidak puas?”
”Apa harapan terbesar Ibu dalam hidup ini?”
”Lalu menurut Ibu apakah mengalami sakit seperti ini sehingga Ibu terus-menerus merasa
tidak berdaya dalam hidup Ibu?”
”Saya lihat Ibu masih sangat mampu untuk dapat lepas dari perasaan Ibu itu, coba Ibu lebih
berpikir positif tentang diri Ibu sendiri”
“Untuk mengembangkan suatu harapan positif langkahnya ibu harus yakin sama
kesembuhan ibu, melakukan suatu hal yang masih ibu mampu, jangan menyalahkan
suatu keadaan, dan yang paling penting harus selalu besyukur.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang tentang masalah ibu?”
b. Evaluasi Objektif
“Sekarang coba ibu ulangi ya tentang latihan memenuhi harapan positif yang tadi
saya sudah jelaskan tadi, supaya ibu bisa selalu ingat.” “Bagus ibu! Benar sekali.”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan penyakitnya sangat berat, klien hanya dapat berbaring di tempat
tidur tanpa bisa menolong dirinya sendiri, klien mengatakan dirinya tidak berguna,
klien mengatakan hanya bisa menyusahkan orang lain saja karena dibantu
sepenuhnya oleh orang lain, klien mengeluh napasnya terasa sesak, klien mengeluh
paru-parunya terasa sempit. Klien terpasang selang infus, selang oksigen, dan selang
WSD, Frekuensi napas meningkat, klien tampak kesulitan bernapas, dank lien
bergantung sepenuhnya pada orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan b.d program pengobatan / pengobatan yang kompleks kompleks
d.d tubuh pasien terpasang selang infus, selangt oksigen, dan selang WSD.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan pasien.
c. Menjelaskan manfaat mengembangkan harapan positif.
d. Melakukan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Ibu Yuana, masih ingat saya kan?”
“Ya betul saya suster Inefa.”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu Yuana hari ini?”
“Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan tidak?”
“Apakah cara-cara yang saya ajarkan kemarin masih ingat? Nah kalau sudah coba
sebutkan bu.” “Bagus, ibu masih ingat ternyata.”
c. Kontrak
“Sesuai kontrak kita kemarin saya ingin berdiskusi dengan ibu tentang manfaat
mengembangkan pikiran dan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan serta latih kegiatan yang masih dapat dilakukan walaupun
sedang sakit ya buk.” “Kurang lebih waktunya 30 menit ya bu.” “Mau di mana ibu
kita berbincangnya? Bagaimana kalau di sini saja?” “Baik, kalau begitu di depan
kamar ibu aja ya bu.”
4. Fase Kerja
“Bagaimana kondisi ibu sekarang? Apakah ibu sudah mulai bisa berfikir positif?”
“Sudahkah ibu melakukan aktivitas sederhana semenjak penjelasan saya kemarin bu?
Wahhh hebat sekali ibu!”
“Untuk hari ini saya akan membantu ibu untuk mengidentifikasi hal-hal yang ibu
sukai. Sekarang sebutkan hal apa saja yang disukai dalam diri ibu?”
“Coba ingat-ingat kembali ya bu kemampuan apa saja yang dapat ibu lakukan?”
“Bagaimana kalau saya membantu ibu untuk membuat daftar hal-hal positif dan
kemampuan apa saja yang ibu miliki.” “Iya bagus sekali bu!”
“Sekarang saya akan membantu ibu untuk melatih gerak tangan dan area perut yang
kurang bisa untuk digerakkan. Caranya ibu angkat tangan perlahan lahan keatas,
samping kanan, samping kiri, depan dan atas kemudian gerakan sedikit kekanan dan
kekiri badan ibu ya. Coba ulangi ya bu perlahan-lahan.”
“Wah bagus sekali!, mari kita masukkan dalam jadwal harian ibu ya. Supaya menjadi
terbiasa.”
5. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang tentang masalah ibu?
Apakah ada yang ingin ibu tanyakan?”
b. Evaluasi Objektif
“Sekarang coba ibu ulangi ya cara apalagi yang dapat ibu lakukan untuk
mengatasi perasaan ibu terkait ketidakberdayaan?”
Pertemuan Ke :1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan penyakitnya sangat berat, klien hanya dapat berbaring di tempat
tidur tanpa bisa menolong dirinya sendiri, klien mengatakan dirinya tidak berguna,
klien mengatakan hanya bisa menyusahkan orang lain saja karena dibantu
sepenuhnya oleh orang lain, klien mengeluh napasnya terasa sesak, klien mengeluh
paru-parunya terasa sempit. Klien terpasang selang infus, selang oksigen, dan selang
WSD, Frekuensi napas meningkat, klien tampak kesulitan bernapas, dank lien
bergantung sepenuhnya pada orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan b.d program pengobatan / pengobatan yang kompleks kompleks
d.d tubuh pasien terpasang selang infus, selangt oksigen, dan selang WSD.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan kondisi pasien: ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda
dan gejala, akibat.
b. Melatih keluarga merawat ketidakberdayaaan pasien.
c. Melatih keluarga melakukan follow up.
d. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan klien.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak. Perkenalkan saya Inefa Namira panggil saya Inefa saja pak,
saya yang merawat istri Bapak. Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa pak?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana keadaannya bapak pagi ini? Bapak merupakan suami dari ibu
Yuana?”
“Bagaimana pak, kondisi Ibu Yuana semalam? Apakah sudah mulai membaik?”
c. Kontrak
“Bagaimana kalau kita berbicara tentang masalah istri bapak mengenai penjelasan
ketidakberdayaan istri bapak dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih
cepat? Bagaimana kalau disini saja pak? Berapa lama bu? Bagaimana kalau 30
menit?”
2. Fase Kerja
“Apa yang bapak rasakan menjadi masalah dalam pemulihan Ibu Yuana?”
”Iya benar, saat ini istri bapak sering sekali mengalami masalah psikologis yaitu
timbul suatu pikiran ketidakberdayaan dari ibu Yuana.”
“Jadi, ketidakberdayaan itu adalah…penyebab… proses terjadi… tanda dan gejala… ,
akibat… seperti itu pak,bu.”
“Untuk saat ini peran keluarga sangat dibutuhkan sekali untuk kesembuhan Ibu
Yuana dan penting sekali untuk menghilangkan rasa ketidakberdayan dalam diri Ibu
Yuana. Dengan cara menumbuhkan harapan positif kepada ibu melalui perubahan
mindset negatif dan membangun mindset positif pikiran melalui penemuan harapan
dalam diri ibu Yuana yang belum tercapai serta makna hidup dan yang terakhir
melatih kemampuan positif dalam diri Ibu Yuana.”
“Jadi bapak harus bisa melakukan itu semua dan memberikan semangat kepada ibu
Yuana ya untuk membantu proses penyembuhannya.”
“Apakah bapak bisa melakukan apa yang sudah saya jelaskan? Wahh bagus kalau
begitu!”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
”Sekarang bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi? Dari diskusi kita
tadi apakah membuat bapak menjadi lebih tau tentang kondisi Ibu Yuana saat
ini?”
b. Evaluasi Objektif
“Sudah paham pak, tentang cara pemulihan Ibu Yuana saat ini? Coba sebutkan
lagi pak.” “Bagus sekali pak.”
Pertemuan Ke :2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan penyakitnya sangat berat, klien hanya dapat berbaring di tempat
tidur tanpa bisa menolong dirinya sendiri, klien mengatakan dirinya tidak berguna,
klien mengatakan hanya bisa menyusahkan orang lain saja karena dibantu
sepenuhnya oleh orang lain, klien mengeluh napasnya terasa sesak, klien mengeluh
paru-parunya terasa sempit. Klien terpasang selang infus, selang oksigen, dan selang
WSD, Frekuensi napas meningkat, klien tampak kesulitan bernapas, dank lien
bergantung sepenuhnya pada orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan b.d program pengobatan / pengobatan yang kompleks kompleks
d.d tubuh pasien terpasang selang infus, selangt oksigen, dan selang WSD.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi peran keluarga cara merawat pasien.
b. Melatih keluarga cara mengontrol perasaan ketidakberdayaan.
c. Melatih keluarga melakukan follow up.
d. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan keluarga
pasien.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak, bu. Masih ingat dengan saya kan?” “Ya betul bu saya suster
Inefa.”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana keadaannya pak pagi ini?”
“Bagaimana pak, kondisi ibu yuana semalam? Apakah sudah mulai membaik?”
“Sudah bapak coba cara yang kita diskusikan dua hari yang lalu,pak? Bagaimana
hasilnya?”
c. Kontrak
“Baik kalau begitu, sekarang kita akan coba langsung ke Nn.A ya saya mau
berdiskusi dengan bapak sekaligus ibu yuana mengenai latihan lanjutan cara
merawat dan follow up ketidakberdayaan ya pak. Kurang lebih waktunya 20 menit
ya pak? Maunya berbincang di mana ya pak? Bagaimana kalau disini saja?”
2. Fase Kerja
“Bagaimana pak apakah cara-cara yang sudah saya sampaikan kemarin sudah dicoba
dengan keluarga bapak?”
“Baik kalau begitu sekarang kita diskusi tentang latihan lanjutan ya pak… jadi
disetiap tahapan yang kemarin sudah saya jelaskan, harus menyertakan keluarga saat
melatih pasien dalam melatih kemampuan positif.”
“Selain itu dari keluarga juga bisa menguatkan Ibu Yuana untuk bisa sembuh dari
penyakitnya, memberikan masukan-masukan yang bersifat positif supaya Ibu Yuana
tergerak untuk melakukannya demi keluarga. Ambil hikmah dari semua kejadian ini
ya pak, pasti ada nilai positifnya. Beri tahu ke beliau bahwa semua penyakit bisa
disembuhkan dan tidak boleh melakukan kembali hal untuk mengakhiri hidup karena
itu tidak baik.”
“Jangan lupa untuk libatkan keluarga ya pak dalam mengambil keputusan untuk
bapak karena keluarga membawa pengaruh penting dalam kesembuhan Ibu Yuana.”
“Untuk kondisi yang perlu rujukan selanjutnya apabila Ibu Yuana tidak mau terlibat
dalam perawatan diri dengan cara memberi tahu dokter atau perawat yang menangani
Ibu Yuana di rumah sakit.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
”Sekarang bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berdiskusi? Dari
diskusi kita tadi apakah membuat bapak dan ibu menjadi lebih mengerti cara
merawat dan merujuk pasien?”
b. Evaluasi Objektif
“Sudah paham pak tentang cara pemulihan ibu yuana saat ini? Coba sebutkan lagi
pak.” “Bagus sekali pak.” “Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?”