Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

PADA LANSIA

DOSEN PEMBIMBING :

N.s Isti Harkomah, M.Kep

DISUSUN OLEH :

Innes etikawanti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN HARAPAN INU JAMBI

TAHUN 2021/2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

USIA LANSIA ( >65 TAHUN)

I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Usia lanjut menurut World Health Organisation (WHO) ialah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Usia lanjut adalah seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial,
hal ini akan memberikan pengaruh pada semua aspek kehidupan pada usia lanjut termasuk
kesehatan (Fatimah, 2010).

Seseorang dikatakan lanjut usia apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor tertentu
tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial
( Nugroho, 2012 ). Lansia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh beradaptasi dengan
stress lingkungan.

Menurut Kemenkes Republik Indonesia, seseorang dikatakan usia lanjut jika ia berusia 60
tahun ke atas, hal ini tercantum dalam UU No. 13 tahun 1998 (Kemenkes RI, 2013). Seorang
lansia dikatakan sehat jika mampu hidup dan berfungsi secara efektif dalam kehidupan
masyarakat, diantaranya mampu melatih rasa percaya diri dan otonominya sehingga dapat
mencapai derajat kesehatan maksimum yang dapat dicapainya.

Klasifikasi Lansia menurut Depkes RI, 2013:

1. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun


2. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan

2
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau uang jasa
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :

1. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia


2. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :
a. Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain).
b. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai
sebab, diantaranya setelah menjalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat
dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.
4. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif
terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dan
sebagainya. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling
berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa
berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.

B. TEORI PROSES MENUA

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu sebagai berikut:

1. Teori Biologi
a. Teori genetik dan mutase.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekulmolekul (DNA) dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel). Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa tubuh
terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya penuaan.
b. Teori nongenetic.

3
Teori ini merupakan teori ekstrinsik dan terdiri atas berbagai teori, di antaranya
adalah sebagai berikut :
a) Teori rantai silang (cross link) Teori ini menjelaskan bahwa molekul kolagen dan
zat kimia mengubah fungsi jaringan, mengakibatkan jaringan yang kaku pada
proses penuaan. Sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan reaksi kimianya
menjadi lebih kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
b) Teori fisiologis Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik, yang terdiri
atas teori oksidasi stres dan pemakaian dan rusak (wear and tear theory).
c) Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah (terpakai).
d) Reaksi dari kekebalan sendiri (autoimmune theory) Metabolisme di dalam tubuh
memproduksi suatu zat khusus. Saat dijumpai jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat khusus, maka jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
e) Teori immunology slow virus Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya
usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh. Teori ini menjelaskan bahwa perubahan pada jaringan limfoid
mengakibatkan tidak adanya keseimbangan di dalam sel T sehingga produksi
antibodi dan kekebalan menurun
f) Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
g) Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas. Tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak
dapat regenerasi. Radikal bebas terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan
bermotor dan rokok, zat pengawet makanan, radiasi, dan sinar ultraviolet, yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses
penuaan.
h) Teori program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori Sosial

4
a. Teori interaksi sosial Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pokok-pokok interaksi
sosial adalah sebagai berikut (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 43):
a) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuan masing-
masing.
b) Dalam upaya tersebut, maka terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan
waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seseorang memerlukan biaya.
d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.
e) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
b. Teori penarikan diri Kemiskinan yang diderita lanjut usia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seseorang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu
sebagai berikut (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 45):
a) Kehilangan peran (loss of role).
b) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship).
c) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).
c. Teori aktivitas Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon, dkk. (1972) yang
menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung pada bagaimana seseorang lanjut usia
merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut
selama mungkin. Adapun kualitas aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan dengan
kuantitas aktivitas yang dilakukan (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 46).
d. Teori kesinambungan Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan di dalam siklus
kehidupan lanjut usia, sehingga pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat menjadi lanjut usia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup,
perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak berubah walaupun ia menjadi lanjut usia
(Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 47).
e. Teori perkembangan Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami
oleh lanjut usia pada saat muda hingga dewasa. Menurut Havighurst dan Duval, terdapat
tujuh tugas perkembangan selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut usia yaitu
sebagai berikut:

5
a) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.
b) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan.
c) Menemukan makna kehidupan.
d) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
e) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
f) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
g) Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.
3. Teori Psikologis

Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang berespons pada tugas perkembangannya. Pada
dasarnya perkembangan seseorang akan terus berjalan meskipun orang tersebut telah menua.

a. Teori hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow (Maslow’s hierarchy of human needs) Dari
hierarki Maslow kebutuhan dasar manusia dibagi dalam lima tingkatan mulai dari yang
terendah kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang, harga diri sampai pada yang paling
tinggi yaitu aktualisasi diri. Seseorang akan memenuhi kebutuhan kebutuhan tersebut.
Menurut Maslow, semakin tua usia individu maka individu akan mulai berusaha mencapai
aktualisasi dirinya. Jika individu telah mencapai aktualisasi diri, maka individu tersebut telah
mencapai kedewasaan dan kematangan dengan semua sifat yang ada di dalamnya, otonomi,
kreatif, independen, dan hubungan interpersonal yang positif.
b. Teori individualisme Jung (Jung’s theory of individualism) Menurut Carl Jung, sifat dasar
manusia terbagi menjadi dua yaitu ekstrovert dan introvert. Individu yang telah mencapai
lanjut usia cenderung introvert. Dia lebih suka menyendiri seperti bernostalgia tentang masa
lalunya. Menua yang sukses adalah jika dia bisa menyeimbangkan antara sisi introvert dan
ekstrovertnya, tetapi lebih condong ke arah introvert. Dia senang dengan dirinya sendiri,
serta melihat orang dan bergantung pada mereka.
c. Teori delapan tingkat perkembangan Erikson (Erikson’s eigth stages of life) Menurut Erikson,
tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai individu adalah integritas ego vs
menghilang (ego integrity vs disappear). Jika individu tersebut sukses mencapai tugas
perkembangan ini, maka dia akan berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana.
Namun jika individu tersebut gagal mencapai tahap ini, maka dia akan hidup penuh dengan
keputusasaan.

6
d. Optimalisasi selektif dengan kompensasi (selective optimisation with compensation)
Menurut teori ini, kompensasi penurunan tubuh ada tiga elemen yaitu sebagai berikut:
a) Seleksi Adanya penurunan dari fungsi tubuh karena proses penuaan maka mau tidak
mau harus ada peningkatan pembatasan terhadap aktivitas sehari-hari.
b) Optimalisasi Lanjut usia tetap mengoptimalkan kemampuan yang masih dimilikinya
untuk meningkatkan kehidupannya.
c) Kompensasi Berbagai aktivitas yang sudah tidak dapat dijalankan karena proses
penuaan diganti dengan aktivitas lain yang mungkin bisa dilakukan dan bermanfaat
bagi lanjut usia.
C. TANDA DAN GEJALA USIA LANJUT
1. Perubahan Aspek Biologi Seseorang akan mengalami perubahan fisik maupun biologis ketika
mereka memasuki usia lanjut. Perubahan fisik yang dialami lansia berupa turgor kulit yang
tidak elastis, penurunan indera penglihatan, penurunan indera penghidu, penurunan fungsi
pengecapan, pendengaran mulai berkurang serta adanya gangguan musculoskeletal.
Perubahan lain yang muncul adalah pada system termoregulasi dan hormonal. Perubahan-
perubahan ini terjadi karena proses degeneratif otak, (Rahayu, 2016).
2. Perubahan Aspek Psikologi Tahap perkembangan yang harus dicapai pada lansia diantaranya
mampu menyesuaikan terhadap proses perubahan kehilangan, kemudian mempertahankan
integritas harga diri, dan mempersiapkan kematian, (Stuart, 2015).
3. Perubahan Aspek Sosial Lansia mampu untuk berpartisipasi dalam kegiatan
social,melakukan interaksi, menstimulasi fungsi kognitif, sehingga memperlambat proses
terjadinya demensia, (Videbeck, 2008). Proses perubahan social yang terjadi pada lansia
diantaranya lansia mengalami keterbatasan dalam proses merawat diri, (Rahayu, 2016).
4. Perubahan Aspek Seksual Perubahan seksual yang nampak pada lansia seperti penurunan
aktivitas seksual diakibatkan karena factor hormonal dan dorongan seksual, akan tetapi hal
ini tidak hilang sama sekali,(Aspiani, 2014).
5. Perubahan Aspek Spiritual Lansia akan semakin meningkatkan kehidupan keagamaannya,
sehingga dapat memberikan arti hidup dan rasa berarti dalam mengatasi masalah yang
terjadi akibat proses penuaan, (Nugroho, 2008).
Tabel ciri perubahan pada usia lanjut

Fisik Psikologis

7
Pancaindera Paranoid Gangguan tingkah laku Keluyuran (wandering)
Otak Sun downing
Gastrointestinal Depresi
Saluran kemih Demensia
Otot dan tulang Sindrom pascakekuasaan (postpower syndrome),
Kardiovaskular Endokrin,

D. GANGGUAN PADA KESEHATAN JIWA LANSIA

Gangguan yang paling banyak diderita adalah gangguan depresi, demensia, fobia, dan
gangguan terkait penggunaan alkohol. Lansia dengan usia di atas 75 tahun juga beresiko tinggi
melakukan bunuh diri. Banyak gangguan mental pada lansia dapat dicegah, diperbaiki, bahkan
dipulihkan.

1. Gangguan demensia
Faktor resiko demensia yang sudah diketahui adalah usia, riwayat keluarga, dan jenis
kelamin wanita. Perubahan khas pada demensia terjadi pada kognisi, memori, bahasa, dan
kemampuan visuospasial, tapi gangguan perilaku juga sering ditemui, termasuk agitasi,
restlessness, wandering, kemarahan, kekerasan, suka berteriak, impulsif, gangguan tidur
dan waham.
2. Gangguan depresi
Gejala yang sering muncul pada gangguan depresif adalah menurunnya konsentrasi dan
fisik, gangguan tidur (khususnya bangun pagi terlalu cepat dan sering terbangun [multiple
awakenings]), nafsu makan menurun, penurunan berat badan, dan masalah-masalah pada
tubuh.
3. Gangguan kecemasan
a. Termasuk gangguan panik, ketakutan (fobia), gangguan obsesif-kompulsif, gangguan
kecemasan yang menyeluruh, gangguan stres akut, dan gangguan stres pasca trauma.
b. Tanda dan gejala ketakutan (fobia) pada lansia tidak seberat daripada yang lebih muda,
tetapi efeknya sama. Gangguan kecemasan mulai muncul pada masa remaja awal atau
pertengahan, tetapi beberapa dapat muncul pertama kali setelah usia 60 tahun.

8
c. Pengobatan harus disesuaikan dengan penderita dan harus diperhitungkan pengaruh
biopsikososial yang menghasilkan gangguan. Farmakoterapi dan psikoterapi dibutuhkan
dalam penanganannya.
E. KARAKTERISTIK PERILAKU NORMAL
1. Mempunyai harga diri tinggi
2. Menilai kehidupannya berarti
3. Menerima nilai dan keunikan orang lain
4. Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan
5. Menyiapkan diri menerima datangnya kematiasn
6. Melaksanakan kegiatan agama secara rutin
7. Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga
8. Berpartisipasi dalam kegiaan sosial dan kelompok masyarakat
9. Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri
F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN JIWA USIA LANJUT
Penatalaksanaan secara holistik meliputi penatalaksanaan fisik, psikologis, serta sosial
yang termasuk keluarga dan lingkungan. Secara fisik, perhatikan asupan nutrisi baik secara
kuantitas maupun kualitas, serta hindari makanan pantangan yang dapat memperparah
penyakit yang diderita. Apabila harus menggunakan obat-obatan harus dimulai dari dosis
rendah dan ditinggalkan secara perlahan (start low go slow).
Secara psikologis, perhatikan kegemaran intelektual (intellectual interest), seperti
keterkaitan hobi lama dengan kesibukan baru, pekerjaan sejenis yang berguna, hindari waktu
luang, serta kesendirian dan pikiran kosong. Perhatikan peningkatan kualitas hidup, cita-cita,
tujuan hidup, makna kehidupan, dan pengembangan spiritualitas agar lansia bisa menjadi lebih
terhormat. Lingkungan dan keluarga harus disiapkan dan harus tahu bahwa lansia banyak
mengalami perubahan, sehingga berikan aktivitas sesuai kemampuan dan hobinya. Selain itu,
jangan harap lansia untuk membantu memasak, mengasuh anak, dan sebagainya. Jangan
kucilkan lansia dan bantulah sesuai kebutuhan. Bila perlu, berikan gelang identitas.
Perhatikan desain interior rumah, dapur, serta kamar mandi diusahakan ada pegangan
dinding sampai tempat tidur dan gunakan kloset duduk. Usahakan rumah menjadi tempat yang
nyaman untuk lansia. Selain itu, perhatikan fasilitas kesehatan yang diperlukan untuk lansia.
Perhatikan penanganan masalah secara umum terkait dengan proses penuaan yang meliputi hal
berikut :

9
1. Penanggulangan masalah akibat perubahan fungsi tubuh.
a. Perawatan diri sehari-hari.
b. Senam atau latihan pergerakan secara teratur.
c. Pemeriksaan kesehatan secara rutin.
d. Mengikuti kegiatan yang masih mampu dilakukan.
e. Minum obat secara teratur jika sakit.
f. Memakan makanan bergizi.
g. Minum paling sedikit delapan gelas setiap hari.
2. Penanggulangan masalah akibat perubahan psikologis.
a. Mengenal masalah yang sedang dihadapi.
b. Memiliki keyakinan dalam memandang masalah.
c. Menerima proses penuaan.
d. Memberi nasihat dan pandangan.
e. Beribadah secara teratur.
f. Terlibat dalam kegiatan sosial dan keagamaan.
g. Sabar dan tawakal.
h. Mempertahankan kehidupan seksual.
3. Penanggulangan masalah akibat perubahan sosial/masyarakat.
a. Saling mengunjungi.
b. Memiliki pandangan atau wawasan.
c. Melakukan kegiatan rekreasi

G. TERAPI KOGNITIF PADA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA LANSIA


Terapi perilaku kognitif merupakan terapi andalan untuk mengobati gangguan
kecemasan pada orang dewasa muda. Namun efek terapi tersebut hasilnya lebih rendah atau
bahkan tidak mempan ketika diterapkan pada orang lanjut usia (lansia).
Terapi bicara yang disebut terapi perilaku kognitif digunakan untuk membantu orang
dewasa untuk mengobati gangguan kecemasan sedikit lebih baik daripada pendekatan terapi
lainnya. Namun nyatanya pada lansia, tidak seefektif jika diterapkan pada orang dewasa muda.
Sementara studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif bekerja dengan
baik untuk orang dewasa muda dan setengah baya. Namun, sebelumnya belum ada banyak
penelitian mengenai pengobatan gangguan kecemasan pada lansia.

10
Terapi perilaku kognitif sering melibatkan pertemuan secara pribadi dengan terapis
dengan tujuan akhir untuk menyelesaikan proses berpikir yang cacat yang menyebabkan
gangguan tersebut. Rata-rata dalam studi, peserta penelitian melalui 12 sesi terapi.
Dibandingkan dengan jika tidak menjalani terapi sama sekali, terapi perilaku kognitif memiliki
efek sedang untuk membantu mengobati kecemasan. Dibandingkan dengan obat atau diskusi
kelompok, terapi perilaku kognitif memiliki efek sedikit lebih baik. Tim peneliti mencatat
perbaikan atas perlakuan lainnya cukup kecil.
"Terapi mungkin bekerja lebih baik dibandingkan obat karena berusaha untuk
memperbaiki penyebab kecemasan bukan gejalanya. Jika dapat mengatasi penyebab dari gejala
kecemasan, misalnya dengan mengubah cara berpikir mengenai sesuatu atau menafsirkan suatu
hal, maka dapat menghentikan kecemasan datang lagi di masa depan. Jika hanya mengatasi
gejala kecemasan maka suatu saat kecemasan tersebut dapat muncul kembali. Tidak diketahui
mengapa terapi tampaknya kurang efektif pada lansia, tetapi mungkin karena terapi bicara
dapat memakan waktu lebih lama untuk lansia," kata Gould.
Terapi kognitif pada lansia antara lain :
1. Latihan kemampuan sosial meliputi : menanyakan pertanyaan, memberikan salam,
berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain
2. Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak diinginkan tapi
terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang membuat cemas atau penolakan pada
saat tingkah laku maladaptive dilakukan klien.
3. Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang apa definisi
perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku itu jika dilakukan. Meliputi
konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan dan konsekuensi negative untuk perilaku
yang tidak diinginkan.

11
H. POHON MASALAH

Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Lanjut.


Potensial berkembangnya integritas diri

Stimulasi Tum- Bang


( > 65 Tahun) optimal

Pengetahuan Keluarga/individu Efektif

12
II. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA LANSIA
A. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan
3. Status pertumbuhan dan perkembangan sesuai kategori saat pengkajian dengan
komponen : fisik, psikososial, psikoseksual, kognitif dan moral
4. Faktor predisposisi dengan komponen : faktor biologis, psikologis, social budaya
5. Faktor presipitasi dengan komponen : faktor biologis, psikologis dan sosioudaya sesuai
tahap perkembangan klien.
6. Penilaian terhadap stressor dengan komponen : respon kognitif, afektif, fisiologis dan
respon sosial.
7. Sumber koping dengan komponen : kemampuan personal, dukungan social, aset
material dan keyakinan.
8. Mekanisme koping.

B. Diagnosa keperawatan
1. Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Lanjut.
2. Potensial berkembangnya integritas diri

C. Rencana intervensi keperawatan


Diagnose keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Lanjut.
1. Tujuan diagnose keperawatan
Tujuan:
Kognitif, lansia mampu:
a. Memahami ciri perkembangan usia lanjut
b. Menilai makna kehidupan
c. Memahami nilai dan keunikan orang lain

Psikomotor, lansia mampu:

a. Melakukan kegiatan sehari – hari sesuai dengan kemampuan


b. Melakukan kegiatan sosial dan spiritual
c. Menuntun generasi berikut dengan bijaksana

13
Afektif, lansia mampu:

a. Merasa berarti dalam hidup dan merasa dicintai


b. Menerima ditinggal oleh orang yang dicintai
c. Menerima perubahan kehidupan.

2. Tindakan keperawatan untuk klien


a. Diskusikan perkembangan dan perubahan pada lansia
b. Diskusikan makna dan perubahan fisik
a) Makna kesehatan fisik yang telah dirasakan
b) Perubahan fisik yang dirasakan saat ini dan adaptasi yang perlu dilakukan.
Misalnya: penglihatan berkurang diatasi dengan memakai kacamata;
pendengaran berkurang diatasi dengan alat bantu dengar; mobilisasi yang
berkurang diatasi dengan alat bantu jalan, pegangan dikamar dan kamar
mandi; cara berpakaian yang aman; cara bangun dari tempat tidur yang
aman.
c) Pemeriksaan fisik teratur, olahraga lansia, makanan sehat.
c. Diskusikan makna dan perubahan pikiran
a) Prestasi yang pernah dicapai melalui akademik pekerjaan, dan keluarga.
b) Perubahan daya ingat: cepat lupa atasi dengan menempatkan segala
sesuatu pada tempat tertentu(jangan berubah – ubah); konsentrasi
berkurang atasi dengan membaca, bermain catur/halma/teka – teki silang;
daya orientasi yang berkurang atasi dengan menempatkan kalender, jam
dengan angka yang besar.
d. Diskusikan makna dan perubahan fungsi sosial
a) Perubahan aspek sosial yaitu berkurangnya sahabat, hal ini dapat diatasi
dengan mengenang masa lalu; mengingat keluarga dan sahabat, melihat
album foto, membentuk kelompok sosial lansia.
b) Perubahan pekerjaan yaitu pensiun. Hal ini dapat diatasi dengan
mengembangkan bakat yang dapat dilakukan dirumah misalnya membuat
telur asin dan berkebun.
e. Diskusikan makna dan perubahan aspek spiritual

14
a) Kenang masa – masa aktif dalam kegiatan spiritual
b) Sesuaikan kegiatan spiritual dengan kondisi fisik
c) Membentuk kegiatan ibadah lansia; pengajian, penelaahan alkitab, berdoa
bersama.
3. Tindakan pada keluarga
a. Jelaskan tahap perkembangan dan perubahan yang terjadi pada lansia
b. Jelaskan cara memfasilitasi integritas diri lansia
c. Sediakan waktu bercakap – cakap dengan lansia tentang makna hidup yang dialami
dan berikan pujian
d. Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi lansia; terang, tidak licin, ada alat
bantu berpegangan, tanda – tanda tempat yang jelas dan lain – lain
e. Fasilitasi pertemuan antar generasi dan beri kesempatan menyampaikan
pengalaman
f. Diskusikan tentang rencana pembagian warisan dan pemakaman
g. Diskusikan masalah kerekatan yang mungkin terjadi dan pelayanan kesehatan yang
tersedia.
4. Tindakan untuk kelompok
a. Sesi I: identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan diluar keluarga
b. Sesi II: latih menggunakan system pendukung dalam keluarga
c. Sesi III: latih menggunakan system pendukung luar keluarga
d. Sesi IV: evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung[ CITATION
Kel19 \l 1033 ].
5. Tindakan kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain terkait monitoring
kesehatan di rumah, misalkan saat kunjugan yandu lansia
b. Memberikan program terapi dokter (obat) vitamin, suplemen ataupun terapi rutin
penyakit sekunder yang diderita: edukasi 8 benar pemberian obat dan memberikan
sesuai dengan konsep safety pemberian obat
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat [ CITATION Kel19 \l 1033 ].

15
Diagnosa keperawatan : Potensial berkembangnya integritas diri
1. Tujuan asuhan keperawatan
a. Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal, merasa
disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan social dan
keagamaan di lingkungannya.
b. Lansia dapat menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososialnya yang normal
dan merasa hidupnya bermakna
c. Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal
2. Tindakan keperawatan untuk klien (lansia)
a. Jelaskan ciri perilaku perkembangan yang normal dan menyimpang
b. mendiskusikan cara yang dapat dilakukan untuk mencapai integritas diri yang utuh
c. mendiskusikan makna hidup lansia selama ini
d. melakukan life review (menceritakan kembali masa lalunya, mis:keberhasilannya)
e. mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai
f. mengikuti kegiatan sosial dilingkungannya and melakukan kegiatan kelompok
g. membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritas diri
h. memotivasi lansia untuk menjalankan rencana yang telah dibua
3. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan :
a. keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan perkembangan
psikososial yang normal dan menyimpang
b. keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan lansia
c. keluarga melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan lansia
d. keluarga merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan psikososial lansia

Tindakan keperawatan:

a. mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan lansia yang nirmal dengan keluarga


b. bersama lansia mendiskusikan makna hidup selama ini
c. mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia
d. mendorong lansia untuk ikut kegiatan social (arisan, menengok yang sakit, dll

16
e. mendorong lansia untuk ikut kegiatan:,….
f. Mendoromng lansia untuk melakukan life review ( menceritakan kembali masa lalunya
terutama keberhasilannya)
g. Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia h. Membuat
stimulasi perkembangan psikososial lansia
4. Tindakan Untuk Kelompok
a. Sesi I: identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan diluar keluarga
b. Sesi II: latih menggunakan system pendukung dalam keluarga
c. Sesi III: latih menggunakan system pendukung luar keluarga
d. Sesi IV: evaluasi hasil dan hambatan sumber pendukung[ CITATION Kel19 \l 1033 ].
5. Tindakan Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain terkait monitoring
kesehatan di rumah, misalkan saat kunjugan yandu lansia
b. Memberikan program terapi dokter (obat) vitamin, suplemen ataupun terapi rutin
penyakit sekunder yang diderita: edukasi 8 benar pemberian obat dan memberikan
sesuai dengan konsep safety pemberian obat
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat [ CITATION Kel19 \l 1033 ].

D. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


TUM: Setelah dilakukan Bina hubungan saling percaya Dengan membina
Lansia mampu intervensi keperawatan dengan mengemukan prinsip hubungan saling percaya
memahami selama 1 X pertemuan komunikasi terapeutik: akan membantu
perkembanga lansia dapat membina a. Sapa lansia dengan mempermudah
n usia lanjut hubungan saling ramah baik verbal dan kerjasama agar klien
yang utuh dan percaya, dengan kriteria non verbal lebih kooperatif
mampu hasil: b. Perkenalkan diri dengan
menuntun 1. Ekspresi wajah sopan
generasi bersahabat, c. Jelaskan tujuan

17
berikutnya 2. Lansia pertemuan
dengan menunjukkan d. Tunjukkan sikap empati
bijaksana rasa senang, ada dan menerima lansia
TUK 1: kontak mata, apa adanya.
Lansia dapat 3. Mau menjawab e. Beri perhatian kepada
membina salam dan lansia.
hubungan 4. Duduk santai
saling percaya berdampingan
dengan perawat
saat pengkajian
TUK 2 Setelah dilakukan 1. Adakan pertemuan Informasi tentang
Lansia dapat intervensi keperawatan dengan lansia perubahanperubahan
mengenal selama 1 X pertemuan 2. Diskusikan makna yang terjadi pada lansia
makna dan lansia dapat mengetahui kesehatan fisik yang adalah normal dan
perubahan perubahan fisik yang dirasakan fisiologis sesuai teori
fisiknya dirasakan saat ini dan 3. Diskusikan perubahan perubahan biologis
mengetahui cara fisik yang terkait lansia (Hernawati,
mengatasinya, dengan dengan lansia 2006)), informasi ini
kriteria hasil: Lansia a. Penglihatan bagian dari pemberian
dapat menyebutkan berkurang diatasi afirmasi positif kepada
tandatanda perubahan dengan kacamata klien
fisik dan dapat b. Mobilisasi yang
menyebutkan cara kurang diatasi
mengatasinya dengan alat bantu
jalan, pegangan di
kamar dan kamar
mandi
c. Cara berpakaian
yang aman
d. Cara bangun dari
tempat tidur yang
aman.

18
4. Diskusikan manfaat
pemeriksaan fisik
secara teratur, olahraga
lansia, dan makanan
sehat
TUK 3 Setelah dilakukan 1. Diskusikan Memori merupakan
Lansia dapat intervensi keperawatan perkembangan dan salah satu bagian
mengenal selama 1 – 2 X perubahan pada terpenting dari fungsi
makna dan pertemuan, lansia dapat 2. Diskusikan prestasi yang kognitif manusia,
perubahan mengenal makna dan pernah dicapai melalui penting untuk selalu
pikiran (fungsi perubahan pikiran dan akademik, pekerjaan, memberi stimulasi
kognitif) menyebutkan cara dan keluarga kognitif yang terdiri dari
mengatasinya, dengan 3. Diskusikan perubahan reality orientation dan
kriteria hasil: daya ingat: reminiscence therapy
1. Lansia mampu a. Cepat lupa atasi ( Dara, 2013 ) Salah satu
menyebutkan dengan jenis stimulai kognitif
makna dan menempatkan dengan brain gym.
perubahan segala sesuatu pada
pikiran tempat tertentu
2. Lansia mampu (jangan berubah-
menyebutkan ubah)
cara b. Konsentrasi
mengatasinya berkurang atasi
dengan membaca,
bermain
catur/halma dan
mengisi teka teki
silang.
c. Daya orientasi
berkurang atasi
dengan
menempatkan

19
kalender, jam
dengan angka yang
besar
TUK 4 Setelah dilakukan 1. Diskusikan Fungsi sosial
Lansia dapat intervensi keperawatan perkembangan dan berhubungan dengan
mengenal selama 1 – 2 X perubahan pada lansia fungsi fisik dan mental.
makna dan pertemuan, lansia dapat 2. Diskusikan aspek sosial Peningkatan dalam pola
perubahan mengenal makna dan yaitu berkurangnya aktivitas dapat secara
fungsi sosial perubahan fungsi sosial sahabat, hal ini dapat negatif mempengaruhi
serta menyebutkan cara diatasi dengan kesehatan fisik dan
mengatasinya, dengan mengenang masa lalu, mental, dan sebaliknya.
kriteria hasil: mengingat keluarga dan Dukungan untuk orang-
1. Lansia mampu sahabat, melihat album orang di luar keluarga
menyebutkan foto, membentuk memainkan peran
makna dan kelompok. signifikan. Dukungan
perubahan 3. Perubahan pekerjaan komunitas berbasis
fungsi social yaitu pensiun, hal ini kepercayaan, khususnya
2. Lansia mampu dapat diatasi dengan dalam bentuk program
menyebutkan mengembangkan bakat perawatan, merupakan
cara yang dapat dilakukan sumber bantuan yang
mengatasinya dirumah, misalnya bermakna bagi orang
membuat telur asin, tua yang tidak memiliki
memelihara keluarga, atau memiliki
ayam/bebek dan keluarga di tempat yang
berladang terpisah secara
geografis. ( Sisilia, 2017 )
TUK 5 Setelah dilakukan 1. Diskusikan Kondisi spiritual lansia
Lansia dapat intervensi keperawatan perkembangan dan harus dikaji untuk
mengenal selama 1 – 2 X perubahan pada lansia mengetahui
makna dan pertemuan, lansia dapat 2. Kenang masa – masa permasalahan yang
perubahan mengenal makna dan aktif dalam kegiatan sebenarnya. Pemberian
aspek spiritual perubahan aspek spiritual Terapi Spiritual dapat

20
spiritual serta 3. Diskusikan kegiatan menurunkan tingkat
menyebutkan cara spiritual dan sesuaikan depresi lansia. Perawat
mengatasinya, dengan dengan kondisi fisik dapat melakukan
kriteria hasil: 4. Membentuk kegiatan asuhan keperawatan
1. Lansia mampu ibadah lansia: spiritualitas atau
menyebutkan pengajian, penelaahan religiusitas pada lansia
makna dan Alkitab, berdoa yang dapat membantu
perubahan bersama. mempertahankan serta
aspek spiritual memperbesar semangat
2. Lansia mampu hidup klien lansia
menyebutkan termasuk kesehatan
cara mental depresi. (Nur
mengatasinya Ilmi, 2018)
TUK 6 Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan Dalam teori kepribadian
Keluarga dapat intervensi keperawatan keluarga tahap menurut Ericson
mengenal selama 1 – 2 X perkembangan dan menyatakan lansia
makna dan pertemuan, keluarga perubahan yang terjadi (usianya diatas 60
perubahan dapat mengenal makna pada lansia tahun) merasa hidup
pada lansia dan perubahan pada 2. Jelaskan cara mereka sudah dekat
lansia dan menyebutkan memfasilitasi integritas dengan akhir hayat dan
cara mengatasinya, diri lansia pada masa ini kasih
dengan kriteria hasil: 3. Sediakan waktu untuk sayang dari lingkup
1. Keluarga bercakap – cakap keluarga terdekat
mampu dengan lansia tentang merupakan kenikmatan
menyebutkan makna hidup yang tersendiri.
makna dan dialami dan berikan
perubahan pada pujian.
lansia 4. Sediakan tempat yang
2. Keluarga aman dan nyaman buat
mampu lansia: terang, tidak
menyebutkan licin, ada alat bantu
cara mengatasi pegangan, dll

21
perubahan pada 5. Fasilitasi pertemuan
lansia. antar generasi dan beri
kesempatan lansia
untuk menyampaikan
pengalamannya
6. Diskusikan rencana
pembagian warisan dan
pemakaman
7. Diskusikan masalah
keeratan yang mungkin
terjadi dan pelayanan
kesehatan yang tersedia

22
SRATEGI PELAKSANAAN LANSIA DAN KELUARGA

SP. 1 :

Membina Hubungan Saling Percaya

SP 2. :

Menjelaskan makna dan perubahan fisik dan cara mengatasinya

SP 3 :

Lansia dapat mengenal makna dan perubahan pikiran (kognitif) : - Lansia mampu menyebutkan
makna dan perubahan fungsi kognitif - Lansia mampu menyebutkan cara mengatasinya

SP 4 :

lansia dapat mengenal makna dan perubahan fungsi sosial serta menyebutkan cara
mengatasinya

SP 5 :

lansia dapat mengenal makna dan perubahan aspek spiritual serta menyebutkan cara
mengatasinya, dengan kriteria hasil: - Lansia mampu menyebutkan makna dan perubahan aspek
spiritual - Lansia mampu menyebutkan cara mengatasinya.

23
STARTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA SEHAT JIWA

1. Strategi Pelaksanaan 1 (Sp 1) Lansia


a. Orientasi
 Salam Terapeutik : “selamat pagi, Boleh saya kenalan dengan nenek? Nama saya
Sirila, nenek bisa panggil saya Lala. Saya Mahasiswa Keperawatan Brawijaya, saya
sedang praktik di RT /nenek. Kalau boleh saya tau nama nenek siapa dan senang
dipanggil dengan sebutan apa?”.”
 Evaluasi/validasi: Bagaimana perasaan nenek hari ini? Bagaimana tidurnya tadi
malam? - Kontrak :
 Topik : “Apakah nenek tidak keberatan ngobrol dengan saya? Bagaimana
kalau ngobrol tentang perkembangan nenek? nenek setuju?”
 Waktu : “Berapa lama kira – kira kita bisa ngobrol? nenek maunya berapa
menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
 Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang? “Bagaimana kalau di sini
saja?
b. Kerja
 “ Nenek, kalau boleh tau perubahan apa saja yang nenek rasakan saat ini?”
 “ Baik, jadi nenek sudah mulai memahami perubahan-perubahan yang terjadi
setelah memasuki masa usia lanjut ya. “
 “ Jika nenek tidak keberatan saya akan membuat jadwal kegiatan untuk mengajak
nenek mengenai perubahan fisik, perbahan fungsi kognitif atau berpikir, perubahan
fungsi social serta perubahan spiritual yang memang normal terjadi pada usia lanjut
dan acara mengatasinya. Ada banyak hal yang bisa kita diskusikan, mulai besok kita
akan berdiskusi ya nek. Bagaimana nenek dengan gambaran penjelasan yang sudah
saya sampaikan, Apakah nenek ada yang ingin disampaikan?
c. Terminasi
 Evaluasi : “Bagaimana perasaan nenek setelah kita ngobrol?”
 Tindak lanjut ; “Baiklah nek, pertemuan berikutnya kita akan membahas mengenai
makna dan perubahan fisik yang perlu nenek ketahui dalam menjalani
perkembangan usia lanjut.”

24
 Kontrak yang akan datang “Kalau begitu bagaimana jika besok saya kembali untuk
menemui nenek? Apakah nenek bersedia?” “ Bagaimana jam 10.00 apakah nenek
bisa?” “ Baik, jika tidak ada yang ingin nenek sampaikan, saya permisi dulu ya nek.
Sampai jumpa besok ya nek?”
2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2)
a. Orientasi
 Salam Terapeutik : “selamat pagi, Nek, salam selalu sehat nenek .”
 Evaluasi/validasi: Bagaimana perasaan nenek hari ini? Bagaimana tidurnya
semalam?
 Kontrak :
 Topik : Bagaimana kalau kita mulai ngobrol tentang perkembangan dan
perubahan fisik nenek? nenek setuju?”
 Waktu : “Berapa lama kira – kira kita bisa ngobrol? nenek maunya berapa
menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
 Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang? “Bagaimana kalau di teras
saja?
b. Kerja
 “ Nenek, kalau boleh tau perubahan fisik apa yang nenek rasakan saat ini?”
 “ Ternyata nenek suka melihat televisi ya, acara apa nek ?”
 “ Jika nenek tidak keberatan saya akan membuat jadwal kegiatan untuk mengajak
nenek berdiskusi untuk mengisi waktu luang seperti ini, saya ingin mengajak nenek
untuk berdiskusi mengenai perubahan fisik pada usia lanjut dan acara
mengatasinya. Perubahan fisik yang dialami usia lanjut misalnya penglihatan
berkurang cara mengatasinya dengan memakai kacamata, pendengaran berkurang
bisa diatasi dengan alat bantu dengar, bila tidak bisa jalan atau tidak kuat bisa
diatasi dengan alat bantu tongkat/kursi roda.” Bagaimana nenek dengan penjelasan
yang sudah saya sampaikan, apakah cukup jelas? Apakah nenek ada yang ingin
disampaikan?
c. Terminasi
 Evaluasi : “Bagaimana perasaan nenek setelah kita ngobrol?”

25
 Tindak lanjut ; “Baiklah nek, pertemuan berikutnya kita akan membahas mengenai
makna dan perubahan pikiran yang perlu nenek ketahui dalam menjalani
perkembangan usia lanjut.”
 Kontrak yang akan datang “Kalau begitu bagaimana jika dua hari lagi saya kembali
untuk menemui nenek? Apakah nenek bersedia?” “ Bagaimana jam 10.00 apakah
nenek bisa?” “ Baik, jika tidak ada yang ingin nenek sampaikan, saya permisi dulu ya
nek. Sampai jumpa besok lusa ya nek?”
3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3)
a. Orientasi
 Salam Terapeutik: “ selamat pagi nenek”
 Evaluasi/validasi: “ Apa nenek masih mengingat saya? Ya, benar saya Lala....”
 Bagaimana perasaan nenek hari ini setelah kita ngobrol dua kali?”
 Kontrak waktu:
 Topik : “ Nah untuk hari ini kita akan membahas mengenai makna dan
perubahan fungsi kognitif atau perubahan kemampuan berpikir, apakah
nenek bersedia?”
 Waktu : “ Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bagaimana kalau 20-30
menit? Bisa?
 Tempat : “ Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di teras
agar lebih santai ?
b. Kerja
 “ baik nek, sebelum saya melanjutkan pembicaraan kita, apakah ada yang ingin
nenek sampaikan? Saya siap mendengarkan....
 “ baiklah nek jika tidak ada yang ingin disampaikan, saya akan menjelaskan
beberapa hal terkait makna dan perubahan pikiran pada lansia yang normal, nenek
boleh bertanya apabila ada hal yang kurang jelas”
 “ Jika boleh tau perubahan daya ingat apa yang nenek rasakan saat ini. Saya akan
mengajak nenek ngobrol mengenai perubahan daya ingat dan cara mengatasinya.
Perubahan daya ingat yang dialami lansia, misalnya cepat lupa atasi dengan
menempatkan segala sesuatu pada tempat tertentu (jangan berubah-ubah),
konsentrasi berkurang atasi dengan membaca, saat memasak pasang alarm dengan
hp mencegah masakan gosong saat ditinggal.”

26
 “Bagaimana nenek dengan penjelasan yang sudah saya sampaikan, apakah cukup
jelas? Apakah nenek ada yang ingin disampaikan?
c. Terminasi
 Evaluasi : “Bagaimana perasaan nenek setelah kita ngobrol dan diskusi hari ini ?”
 Tindak lanjut : “Baiklah nek, pertemuan berikutnya kita akan membahas mengenai
makna dan perubahan fungsi sosial yang perlu nenek ketahui dalam menjalani
perkembangan usia lanjut.”
 Kontrak yang akan datang : “Kalau begitu bagaimana jika besok saya menemui
nenek? Apakah nenek bersedia?”
 “ Bagaimana kalau saya datang jam 10.00 apakah nenek bisa?” “ Baik, jika tidak ada
yang ingin nenek sampaikan, saya permisi dulu ya nek. Sampai jumpa besok ya
nek?”
4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4)
a. Orientasi
 Salam Terapeutik: “ selamat pagi nenek”
 Evaluasi/validasi: “ “ Apa nenek masih mengingat saya? Ya, benar saya Lala...,
Bagaimana perasaan nenek hari ini setelah kita ngobrol beberapa hari ini ?”
 Kontrak waktu: - Topik : “ Nah untuk hari ini kita akan membahas mengenai makna
dan perubahan fungsi sosial,apakah nenek bersedia?” - Waktu : “ Berapa lama kira-
kira kita bisa ngobrol? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa? - Tempat : “ Dimana kita
akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di teras aja, agar lebih variasi ya nek ?
b. Kerja
 “ baik nek, sebelum saya melanjutkan pembicaraan kita, apakah ada yang ingin
nenek sampaikan terkait obrolan kita sebelumnya? Saya siap mendengarkan....
 “ baiklah nek jika tidak ada yang ingin disampaikan, saya akan menjelaskan
beberapa hal terkait makna dan perubahan fungsi sosial pada lansia yang normal,
nenek boleh bertanya apabila ada hal yang kurang jelas”
 “ Jika boleh tau perubahan fungsi sosial apa yang nenek rasakan saat ini. Saya akan
mengajak nenek ngobrol mengenai perubahan fungsi sosial dan cara mengatasinya.
Perubahan fungsi sosial yang dialami lansia ada 2 macam yaitu perubahan aspek
sosial dan perubahan pekerjaan. Perubahan aspek sosial yaitu akan berkurangnya
sahabat, Baik nek, hal ini dapat diatasi dengan mengenang masa lalu yang

27
menyenangkan, nenek bisa melihat album foto yang berisi foto-foto mereka, cara
lain adalah dengan ikut kegiatan di masyarakat tentu sudah nenek lakukan, itu
sangat baik namun demikian harus tetap menjaga kondisi fisik dan disesuaikan
dengan kekuatan fisiknya ya nek. Untuk perubahan pekerjaan karena pensiun, hal
ini dapat diatasi dengan mengembangkan bakat yang dapat dilakukan dirumah,
misalnya berkebun atau memasak makanan kesukaan.
 “Bagaimana nenek dengan penjelasan yang sudah saya sampaikan, apakah cukup
jelas? Apakah nenek ada yang ingin disampaikan?
c. Terminasi
 Evaluasi : “Bagaimana perasaan nenek setelah kita ngobrol?”
 Tindak lanjut : “Baiklah nek, pertemuan berikutnya kita akan membahas makna dan
perubahan aspek spiritual ya.”
 Kontrak yang akan datang “Kalau begitu bagaimana jika besok saya kembali untuk
menemui nenek? Apakah nenek bersedia?” “ Bagaimana kalau saya datang sore hari
apakah nenek bisa?” “ Baik, jika tidak ada yang ingin nenek sampaikan, saya permisi
dulu ya nek. Sampai jumpa besok ya nek?”
5. Strategi Pelaksanaan 5 (SP 5)
a. Orientasi
 Salam Terapeutik: “ selamat sore nenek”
 Evaluasi/validasi: “ Bagaimana perasaan nenek hari ini setelah kita ngobrol
kemarin ?”
 Kontrak waktu: - Topik : “ Nah untuk hari ini kita akan membahas mengenai makna
dan perubahan aspek spiritual,apakah nenek bersedia?” - Waktu : “ Berapa lama
kira-kira kita bisa ngobrol? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa? - Tempat : “ Dimana
kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di sini saja?
b. Kerja
 “ Baik nek, sebelum saya melanjutkan pembicaraan kita, apakah ada yang ingin
nenek sampaikan terkait obrolan kita sebelumnya? Saya siap mendengarkan.... “
baiklah nek jika tidak ada yang ingin disampaikan, saya akan menjelaskan beberapa
hal terkait dengan makna dan perubahan aspek spiritual pada lansia yang normal,
nenek boleh bertanya apabila ada hal yang kurang jelas”

28
 “ Jika boleh tau perubahan aspek spiritual apa yang nenek rasakan saat ini. Saya
akan mengajak nenek ngobrol mengenai perubahan aspek spiritual. Perubahan
aspek spiritual yang dialami lansia, misalnya jika saat ini tidak bisa melakukan ibadah
dengan maksimal karena perubahan fisik, atasi dengan mengenang masa-masa aktif
dalam kegiatan spiritual, mengikuti kegiatan spiritual sesuaikan dengan kondisi fisik
saat ini, dengan mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungan itu bagus sekali karena
dapat memenuhi kebutuhan spiritual sekaligus kebutuhan bersosialisasi sehingga
tidak merasa bosan atau jenuh dengan kondisi yang dihadapi. “Bagaimana nenek
dengan penjelasan yang sudah saya sampaikan, apakah cukup jelas? Apakah nenek
ada yang ingin disampaikan?
c. Terminasi
 Evaluasi : “Bagaimana perasaan nenek setelah kita ngobrol dan berdiskusi dalam
beberapa hari ini ? ”
 Tindak lanjut : “Baiklah nek, semoga hasil dari diskusi kita dapat bermanfaat untuk
menjaga kesehatan nenek ya.”
 Kontrak yang akan datang “Kalau begitu bagaimana jika 2 hari lagi saya kembali,
Apakah nenek bersedia?” “ Bagaimana kalau saya datang jam 09.00 bertemu
dengan anggota keluarga yang lain ? sehingga kita bisa diskusi bersama?” “ Baik, jika
tidak ada yang ingin nenek sampaikan, saya permisi dulu ya nek. Sampai jumpa
besok ya nek?”

29
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.,Y. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi NANDA, NIC dan NOC – jilid I.,Cetakan I.
Jakarta : CV.Trans Info Media

Fakultas Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa. Universitas Indonesia.(2016). Draft Scanning dan
Standart Asuhan Keperawatan.(tidakdipublikasikan).

Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik.
Jakarta :CV.Trans Info Media

Jazmi, 2016. Askep lansia, repository.ump.ac.id/1268/3 diakses tgl.12 April 2020 Keliat, B.A., Soimah,
Mulia, M., Wibawa, I. R., Truyaspodo, K., rasmawati dan Khoirunissa, M.L. 2019. Asuhan Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta :Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI.

Nugroho, W. (2008).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3.Jakarta : EGC Rahayu, Septirina. (2016).
Pengalaman Lansia Tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) dalam Menjalani Kehidupan Masa Tua
Studi Fenomenologi. Tesis. Program Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

Stuart, G.W.(2009). Principles and Practice Of Psychiatric Nursing (9th ed). Canada: Mosby, Inc

Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar KeperawatanJiwa (Psychiatric Mental Health Nursing).Alihbahasa
:Komalasari, R. &Hany, A. Jakarta : EGC

Yusuf, A., PK, R.F., & Nihayati. H.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa 1. Jakarta: Salemba Medika.

30

Anda mungkin juga menyukai